Professional Documents
Culture Documents
Headache
Disusun oleh :
Kelompok 7
1. Sartikasari Ningtyas
(010810009B)
(010810038B)
(010810125B)
()
5. Sayekti Puspitasari
(010810627B)
6. Yuyun D
()
7. Ratna Puspitasari
()
()
Kata Pengantar
Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, diantaranya :
1. Erna Dwi W, S.Kep. Ns selaku Fasilitator Kelompok 7 Keperawatan Neurobehavior
2. Pihak-pihak yang ikut serta dalam proses pembuatan makalah ini
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
dan kerja samanya dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari sebagai manusia, kami masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
dengan kerendahan hati, kami mohon pembaca berkenan memberikan kritik dan saran demi
penyempurnaan pembuatan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua khususnya bagi kelompok kami.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar...i
Daftar Isi...ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..1
1.2 Rumusan Masalah.....2
1.3 Tujuan...2
1.4 Manfaat.3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi ...................4
2.2 Klasifikasi dan Etiologi
2.3 Patofisiologi ...6
2.4 Manifestasi Klinis.....10
2.5 Pemeriksaan Diagnostik....12
2.6 Penatalaksanaan........17
2.7 Komplikasi....22
2.8 Prognosis
2.9 WOC (Web of Caution) .23
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.2 Analisa Data
3.3 Diagnosa Keperawatan
3.4 Intervensi dan Rasional
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan.39
3.2 Saran...40
Daftar Pustaka.41
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem saraf merupakan pusat koordinasi yang meliputi pusat pengendali/pengambil keputusan,
dan konduksi impuls. Apabila terjadi gangguan pada sistem saraf akan mengakibatkan perubahan pada
aktivitas/perilaku. Headache atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia.
Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit
organik ( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka
(sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Brunner & Suddart).
Headache merupakan salah satu gangguan pada sistem saraf. Walaupun terlihat tidak
membahayakan, tapi jika tidak ditangani secara cepat bisa menimbulkan komplikasi yang lebih parah.
Rasa sakit (nyeri) merupakan keluhan yang sering didapatkan dalam klinik, walaupun istilah
sakit ini tampaknya sulit untuk didefinisikan. Persepsi tiap orang akan berbeda-beda, karena
keluhan ini berasal dari pengalaman subyektif seseorang yang sulit dilakukan pengukurannya. Reaksi
dan sikap individu terhadap stimulasi yang identik menyebabkan sakit akan berbeda pula
Aristoteles berpendapat bahwa rasa sakit itu merupakan kualitas keadaan jiwa, suatu keadaan
perasaan yang merupakan kebalikan dari senang. Istilah sefalgia (cephalgia, headache) adalah rasa
sakit atau nyeri yang terlokalisasi dikepala dan muka.
Tension type headache disebut pula muscle contraction headache yang merupakan nyeri kepala
tegang karena kontraksi terus menerus otot-otot kepala dan tengkuk. Nyeri kepala tegang ini adalah
manifestasi dari reaksi tubuh terhadap stres, kecemasan, depresi, konflik emosional, kelelahan atau
holistik yang tertekan.
Di negara maju seperti Eropa dan Amerika tension type headache merupakan salah satu penyakit
yang paling mahal karena akibat dari sakit kepala ini bisa menurunkan produktivitas seseorang.
Dilaporkan pada suatu studi tahun 2000, 74% pasien adalah pekerja yang tidak masuk kerja beberapa
hari oleh karena penyakit ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Headache atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala
pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik ( neurologi
atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang)
atau kombinasi respon tersebut (Brunner & Suddart).
2.2 KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI
Klasifikasi sakit kepala oleh Headache Classification Cimitte of the International Headache
Society sebagai berikut:
a. Migren (dengan atau tanpa aura)
b. Sakit kepala tegang
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
setuju untuk merubah sistem klasifikasi untuk headache, hal ini dikarenakan banyak kasus headache
yang terjadi dan kadang-kadang penanganannya sangat sulit, sistem klasifikasi yang baru mengizinkan
praktisi kesehatan untuk memahami dengan lengkap diagnosa, untuk pelayanan lebih baik dan tekhnik
terapi yang lebih efektif.
Faktor Pencetus
Berbagi faktor dapat memicu serangan migrain, diantaranya :
Hormonal : nyeri kepala migrain dipicu oleh turunnya kadar 17-b estradiol plasma saat haid.
Serangan migrain berkurang selama kehamilan karena kadar estrogen yang relatif tinggi dan
konstan.
Menopause : umumnya nyeri kepala migrain akan meningkat frekuensi dan beratnya pada saat
menjelanh monopouse.
Monosodium glutamat
Aspartam: komponen utama pada pemanis buatan yang dapat meninbulkan nyeri pada orang
tertentu.
Lingkungan: perubahan lingkunga eksternal meliputi cuaca, musim, takanan darah, dan
terlambat makan.
Rangsang sensorik: cahaya yang silau, terang, berkedap-kedip, zat kimia pembersih, rokok,
suara bising dan suhu yang ekstrim.
Faktor pemicu lain seperti: aktivitas seksual, trauma kepala, kurang atau kelebihan tidur
Cluster Headache adalah bentuk sakit kepala vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria.
Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa
didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair dan sumbatan
hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun kekuatannya.
Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranialis, yang
ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap
klorpromazin.
c. Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit kepala,
yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada
tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai beban berat yang
menutupi kepala. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat. Pasien membutuhkan
ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan
simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan
dan obat relaksan otot.
2. Secondary headaches
Secondary headache disebabkan karena adanya masalah pada struktur kepala atau leher. Ada
banyak kasus dari tipe ini seperti perdarahan di otak, tumor atau meningitis dan encephalitis. Sakit
kepala dapat disebabkan oleh kondisi medis umum seperti hipertensi berat, atau kondisi yang
mempengaruhi otak . Infeksi pada kepala dan leher, termasuk faringitis, sinusitis, meningitis, dan
trauma kepala sering mengakibatkan secondary headache. Apa pun yang mengambil ruang di dalam
kepala dapat menyebabkan sakit kepala, termasuk tumor, hematoma subdural dan hidrosefalus.
Masalah pembuluh darah lainnya, seperti perdarahan subarachnoid juga dapat menyebabkan sakit
kepala parah.
3. Cranial neuralgias, facial pain, dan kasus headache lainnya
Neuralgia berarti nyeri syaraf. Neuralgia trigeminus ditandai oleh serangan nyeri paroksismal
yang tajam,menyengat, berlangsung singkat, unilateral pada daerah distribusi nervus V (trigeminus).
Cabang kedua dan ketiga dari nervus trigeminus paling sering terkena dan pemicu nyeri seringkali
ditemukan pada daerah wajah terutama di atas lubang hidung dan mulut.Cranial neuralgia terjadi
akibat syaraf di kepala dan leher atas mengalami inflamasi, dsb.
2.3 PATOFISIOLOGI
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala
dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot
okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak
sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meningens,
terutama dura basalis dan meningens yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri besar pada
basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri. Perangsangan terhadap
bangunan-bangunan itu dapat berupa: Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis. Iritasi kimiawi
terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah dilakukan pneumo atau zat kontras
ensefalografi.
Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan lintasan
liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba atau
cepat sekali. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum,
intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia,
hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri,
insufisiensi serebrovasculer akut). Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi
( migren dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis). Gangguan terhadap otot-otot yang
mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis. Penjalaran
nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis), baseol kranii ( ca.
Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis
deforman servikalis. Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada
keadaan depresi dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sinonim dari pusing kepala.
Sedangkan untuk migren, ada beberapa patofisiologi yang menyebabkan terjadinya migren.
1. Teori vaskuler : teori disebabkan oleh vasokontriksi pembuluh darah intrakranial
sehingga aliran darah ke otak menurun yang di bagian oksipital dan meluas ke anterior
perlahan-lahan ibarat gelombang oligemia yang sedang menyebar, yang melintasi korteks
serebri dengan kecepatan 2-3 mm/menit, berlangsung beberapa jam (fase aura) dan
diikuti oleh vasodilatasi pembuluh darak ekstrakranial yang ,menimbulkan nyeri kepala.
2. Teori penyebaran depresi kortikal : dimana terjadi depresi gelombang listrik yang me
nyebar lambat ke anterior setelah peningkatan mendadak aktivitas listrik pada bagian
posterior otak.
3. Teori neotransmiter : pada serangan terjadi pelepasan berbagai neoretransmiter antara lain
seretonin dari trombosit yang memiliki efek vasokontriktor.Disamping itu, neutransmiter
lainnya yang terlibat pada proses migrain adalah katekolamin (noradrenalin) dopamin,
neuropaptida Y , CGRP (calcitonin gene- related peptide) dan VIP (vasoactive intestinal
polypeptida), histamin, nitrit oksida, beta-endorfin, dan prostaglandin.
4. Teori sentral : serangan berkaiatan dengan penurunan aliran darah dan aktivitas listrik
kortikol yang dimulai pada korteks visual lobus oksipital. Stimulasi lokus seruleus
menimbulkan penurunan aliran darah otak ipsalateral dan peningkatan aliran darah sistem
karotis eksterna. Stimulasi inti rafe dorsal meningkatkan aliran darah otak dengan
melebarkan sirkulasi interna dan ekterna. Stimulasi nervus trigeminus dapat melebarakan
pembuluh darah ekstrakranial kemungkinan melalui pelepasan neuropaptida vasoaktif
misalnya subtansi P.
5. Teori inflamasi neurogenik (Moskowitz, 1991): inflamasi ini disebabkan oleh pelepasan
subtansia P, CGRP, dan neurokinin A dari ujung-ujung saraf tersebut. Neurotransmiter ini
menyebabkan pembuluh darah dura yang berdekatan menjadi lebar, terjadi ekstravasasi
plasma, dan aktivasi endotel vaskuler. Inflamasi neurogenik ini menyebabkan sensitisasi
neuron dan menimbulkan nyeri. Aktivitas fisik selama fase aura atau pada awal serangan
migrain menimbulkan depolarisasai serabut saraf trigeminus di dekat arteri piameter
sehingga mengawali rasa nyeri.
6. Teori unifikasi (Lance dkk, 1989) : teori ini meliputi sistem saraf pusat dan pembuluh
darah perifer. Nusea dan vomitus mungkin disebabkan oleh kerja dopamin atau serotonin
pada area postrema dasar ventrikel IV dalam mudula oblongata.
2.5 PENATALAKSANAAN
1. Analgesik
Banyak orang mencari obat-obatan analgesik nyeri (umum disebut sebagai pembunuh rasa
sakit), seperti aspirin, asetaminofen, aspirin senyawa, ibuprofen, dan narkotika. Selain itu, obat
abortive dapat digunakan untuk menghentikan sakit kepala sekali setelah dimulai ; seperti obat
ergotamine (Cafergot), triptans (Imitrex), dan prednisone (Deltasone). Analgesik adalah bantuan
obat sakit kepala sementara, setelah itu kerja analgesik akan memudar. Dalam penyalahgunaan
obat analgesik sakit kepala menjadi lebih reaktif dan dapat membuat tubuh kurang responsif
terhadap pengobatan pencegahan.
2. Profilaksis
Obat-obatan yang paling umum digunakan untuk mengobati sakit kepala harian disebut
profilaksis obat-obatan, yang digunakan untuk mencegah sakit kepala datang kembali. seperti itu
pencegahan pengobatan dijalankan setiap hari, bahkan ketika seseorang mungkin tidak memiliki
sakit kepala. profilaksis obat-obatan yang direkomendasikan untuk pasien sakit kepala kronis,
karena berbagai percobaan membuktikan bahwa obat "mengurangi frekuensi, keparahan, dan
kecacatan yang berhubungan dengan sakit kepala harian." Sebagian besar dari obat-obatan
profilaksis bekerja dengan menghambat atau meningkatkan neurotransmissions di otak, sering
mencegah otak dari sakit menafsirkan sinyal.
Obat-obatan preventif meliputi gabapentin (Neurontin), tizanidine (zanaflex), fluoxetine
(Prozac), amitriptyline (Elavil), dan topiramate (topamax).
Gabapentin ditemukan untuk mengurangi jumlah hari dalam sebulan sakit kepala
oleh 9,1%.
Tizanidine ditemukan untuk mengurangi frekuensi sakit kepala rata-rata per minggu,
intensitas sakit kepala, dan sakit kepala rata-rata durasi.
Fluoxetine menghasilkan suasana hati yang lebih baik peringkat dan "peningkatan
yang signifikan pada hari bebas sakit kepala. Walaupun dikaitkan dengan depresi,
antidepresan, seperti amitriptyline, telah ditemukan untuk secara efektif mengobati
"sakit kepala hampir setiap hari dan berbagai kondisi sakit kronis serta meningkatkan
mood dan tidur dua kemungkinan pemicu bagi penderita sakit kepala kronis. Satu
studi menemukan bahwa frekuensi sakit kepala selama periode 28 hari menurunkan
untuk pasien sakit kepala kronis topiramate. Obat lain untuk mencegah sakit kepala
adalah toksin botulinum tipe A (BoNTA atau BOTOX), yang diberikan melalui
suntikan bukannya diambil secara lisan. Dalam sebuah studi klinis botulinum toksin
tipe A, pasien berpartisipasi dalam 9 bulan masa pengobatan dengan tiga frekuensi
perawatan sakit kepala yang dialami menurun hingga 50%. Sebagaimana dengan
semua pengobatan, pencegahan obat yang mungkin memiliki efek samping. Karena
orang yang berbeda merespon obat yang berbeda, penderita sakit kepala kronis
mungkin harus pergi melalui "trial-and-error" periode untuk menemukan obat yang
tepat seperti yang telah disebutkan di atas obat-obatan yang dapat meningkatkan sakit
kepala, tapi dokter menyarankan beberapa bentuk perawatan lain.
3. Non-obat perawatan
a. Terapi fisik
Selain obat-obatan, terapi fisik adalah pengobatan untuk membantu meningkatkan kesembuhan
sakit kepala kronis. Dalam terapi fisik, pasien bekerja sama dengan ahli terapi untuk membantu
mengidentifikasi dan mengubah kebiasaan atau kondisi fisik yang mempengaruhi sakit kepala
kronis. Terapi fisik untuk sakit kepala harian kronis berfokus pada tubuh bagian atas, termasuk
punggung atas, leher, dan wajah. Therapist menilai dan meningkatkan postur tubuh pasien, yang
dapat memperburuk sakit kepala. Selama sesi kantor, terapis menggunakan terapi manual , seperti
pijat, peregangan, atau gerakan bersama untuk melepaskan ketegangan otot. Metode lain untuk
rileks otot-otot termasuk paket panas, es pack, dan rangsangan listrik. Terapis juga mengajarkan
penderita sakit kepala kronis di rumah latihan untuk memperkuat dan peregangan otot-otot yang
mungkin memicu sakit kepala. Pada terapi fisik, pasien harus mengambil peran aktif untuk
latihan-latihan praktis dan membuat perubahan pada gaya hidup nya karena di sana untuk
perbaikan.
b. Akupunktur
Non-pengobatan, yang tidak memerlukan latihan di rumah, adalah akupunktur. Akupunktur
melibatkan ahli akupunktur bersertifikat yang memilih titik-titik tertentu di tubuh untuk
memasukkan jarum akupunktur. Titik-titik ini dapat berbeda secara individual. Sebuah studi yang
dilakukan oleh University of North Carolina School of Medicine menemukan bahwa
dibandingkan dengan pengobatan sendiri, pengobatan akupunktur plus menghasilkan lebih
banyak perbaikan bagi pasien sakit kepala harian kronis. Studi lain di Jerman menemukan bahwa
52,6% pasien melaporkan penurunan frekuensi sakit kepala. Dalam kedua studi, akupunktur
bukan satu-satunya pengobatan. Ujian menunjukkan bahwa akupunktur dapat menyebabkan
"perbaikan yang relevan" untuk orang dengan sakit kepala kronis.
c. Latihan relaksasi
Latihan relaksasi adalah bentuk lain dari non-farmakologi pengobatan untuk sakit kepala kronis.
Pelatihan relaksasi membantu mengurangi ketegangan internal, yang memungkinkan seseorang
untuk mengontrol sakit kepala yang dipicu oleh stres. Metode relaksasi yang berbeda-beda
biasanya diajarkan oleh seorang psikolog atau terapis. Maksud dari latihan relaksasi adalah
mengajarkan seseorang untuk bersikap santai dan tidak bekerja terlalu keras. Relaksasi pelatihan
meliputi dua jenis metode yang berbeda: fisik dan mental.
1) Metode fisik
Metode relaksasi fisik sebenarnya melibatkan gerakan tubuh atau tindakan. Salah satu metode
fisik untuk melepaskan ketegangan melibatkan sengaja menegang dan kemudian kelompok
relaksasi otot dalam urutan tertentu,yang dinamakan sesuai dengan relaksasi otot yang progresif.
Metode fisik lain adalah pernapasan relaksasi. Pernapasan dalam yang dilakukan oleh bernapas
dari bagian bawah paru-paru ke atas, yang dicirikan oleh naik dan turun dari perut, bukan dada.
Ini adalah dua metode yang paling umum relaksasi fisik untuk penderita sakit kepala kronis.
2) Metode mental
Selain itu, terapi relaksasi dapat melibatkan mental tubuh teknik untuk mengurangi ketegangan.
Yang pertama disebut "fokus pencitraan." Terfokus pencitraan melibatkan konsentrasi pada
bagian tubuh yang santai, diikuti oleh fokus pada otot-otot tegang dan membayangkan bahwa
daerah yang tegang sedang bekerja pada atau santai. Teknik mental berikutnya melibatkan fokus
pada seluruh tubuh, bukan bagian dari individu. Dalam "memperdalam pencitraan," seseorang
membayangkan tubuh ketegangan sebagai satu meter dari tinggi ke rendah, dan bekerja untuk
mengurangi ketegangan mental. Sebuah strategi mental tambahan melibatkan membuat dan
lokasi mengalami relaksasi dalam pikiran. Strategi mental yang terakhir melibatkan pasien sakit
kepala kronis memvisualisasikan tempat yang stres dalam hidupnya dan membayangkan respons
yang santai. Meditasi di lingkungan yang santai juga disarankan untuk mencegah sakit kepala.
Meditasi sering melibatkan satu suku kata berulang suara atau menatap pada objek visual untuk
membantu memusatkan perhatian. Relaksasi membantu tubuh untuk beristirahat, mencegah
pembentukan sakit kepala.
d. Biofeedback
Biofeedback sering digunakan untuk mengevaluasi efektivitas latihan relaksasi, karena umpan
balik informasi kepada penderita sakit kepala kronis tentang tubuh (biologis) saat ini. Salah satu
yang paling umum adalah tes biofeedback Electromyograph (EMG), yang mengevaluasi aktivitas
listrik yang dihasilkan oleh otot-otot. Biofeedback juga dapat mengukur aktivitas otak listrik
melalui ujian yang disebut Electroencephalograph (EEG). Tes lain, yang disebut thermograph,
mengukur suhu kulit, karena ketika seseorang santai mereka telah meningkatkan aliran darah dan
temperatur yang lebih tinggi. Metode lain adalah pelatihan biofeedback BVP, yang meningkatkan
sakit kepala kronis dengan mengajarkan pasien bagaimana mengatur dan menurunkan amplitudo
denyut arteri dengan membatasi arteri. Ketika tegang, aktivitas kelenjar keringat meningkat, yang
diukur dengan pengujian electrodermograph tangan. Biofeedback metode yang telah terbukti
untuk bekerja. Sebuah studi yang melibatkan lima belas sesi perawatan menemukan bahwa
biofeedback adalah "berhasil dalam mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan baik sakit
kepala pada pelepasan dan dari waktu ke waktu." Biofeedback penderita sakit kepala
memungkinkan untuk mengidentifikasi masalah dan kemudian berusaha untuk mengurangi
mereka.
e. Perubahan dalam diet
Banyak dokter juga menyarankan perubahan dalam pola makan untuk mengobati sakit kepala
kronis. Banyak penderita sakit kepala kronis gagal untuk mengenali makanan atau minuman
sebagai faktor sakit kepala, karena konsumsi mungkin tidak konsisten menyebabkan sakit kepala
atau sakit kepala mungkin akan tertunda. Banyak dari bahan kimia dalam makanan tertentu dapat
menyebabkan sakit kepala kronis, termasuk kafein, monosodium glutamat (MSG), nitrit, nitrat,
tyramine, dan alkohol. Beberapa makanan dan minuman yang disarankan untuk dihindari
termasuk minuman berkafein, coklat, daging olahan, keju dan produk susu fermentasi, ragibangkit segar yang dipanggang , kacang-kacangan, dan alkohol serta buah-buahan dan sayuran
tertentu. Selain itu, orang mungkin mempunyai pendapat yang berbeda memicu diet pada dasar
individual, karena tidak semua makanan mempengaruhi orang-orang dengan cara yang sama.
Berbeda profesional medis menyarankan cara yang berbeda untuk pengujian atau mengubah diet.
Beberapa mungkin menyarankan menghilangkan beberapa yang berpotensi menyebabkan sakit
kepala-makanan pada satu waktu untuk waktu singkat, sementara yang lain menyarankan
menghilangkan semua makanan yang mengancam dari seseorang diet dan perlahan-lahan
kembali menambahkan beberapa pada satu waktu. Namun, orang lain mungkin tidak
menyarankan diet modifikasi sama sekali. Pengobatan sakit kepala kronis melalui perubahan
dalam diet ini didasarkan pada pendapat pribadi, dan, karena itu, kontroversial.
f.
hidup pasien sakit kepala, membuatnya atau membuat ia tidak mampu membuat perubahan gaya
hidup untuk meningkatkan sakit kepala. Psikolog atau psikiater bantuan untuk pasien sakit kepala
kronis kontroversial, sebagai pasien harus terbuka kemungkinan faktor-faktor psikologis dalam
kaitannya dengan sakit kepala.
2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi migren biasanya disertai oleh gangguan saraf. Bagian tubuh yang terkena
gangguan saraf akan menggambarkan bagian otak yang bertanggung jawab terhadap munculnya
migren. Sekitar 24 jam setelah serangan migren, pasien akan merasakan kehabisan tenaga dan masih
merasakan sakit kepala dalam derajat ringan.
2.7 PROGNOSIS
Waktu dari Attack. Attacks, dengan sakit kepala akut, cenderung terjadi secara teratur
pada waktu yang sama hari. (Untuk alasan ini, sakit kepala klaster kadang-kadang dikenal
sebagai "alarm" sakit kepala.) Sekitar 75 persen dari serangan berlangsung antara 9-10
Attacks mungkin juga puncak antara 1 3.
Durasi dari Attack. Sebuah serangan cluster soliter biasanya singkat tapi sangat
menyakitkan, berlangsung sekitar 15 menit sampai 1,5 jam jika tidak diobati.
Jumlah Serangan per hari. Selama siklus aktif, individu mungkin pengalaman beberapa
sebagai 1 serangan setiap hari atau sebanyak 8 serangan sehari. Durasi Siklus. Attack siklus
biasanya berlangsung 6-12 minggu dengan periode berlangsung hingga satu tahun. Dalam
bentuk kronis, serangan terus-menerus dan ada sedikit pengampunan. Siklus serangan
cenderung terjadi secara musiman, paling sering pada musim semi dan musim gugur.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Dalam pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu dipertimbangkan. Diantaranya
ialah:
a. Sakit kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit kepala migrain atau
gangguan organik.
b. Sakit kepala yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh penyebab psikologis atau terjadi
peningkatan tekanan intrakranial.
c. Sakit kepala migren dapat berpindah dari satu sisi kesisi yang lain.
d. Sakit kepala yang disertai peningkatan tekanan intrakranial biasanya timbul pada waktu
bangun tidur atau sakit kepala tersebut membangunkan pasien dari tidur.
e. Sakit kepala tipe sinus timbul pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih buruk.
f. Banyak sakit kepala yang berhubungan dengan kondisi stress.
g. Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada, sering terjadi pada sakit
kepala yang psikogenis.
h. Bahan organis yang menimbulkan nyeri yang tetap dan sifatnya bertambah terus.
i. Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala bisa didahului makan makanan
j.
yang mengandung monosodium glutamat, sodim nitrat, tyramine demikian juga alkohol.
Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam limngkungan kerja
RR naik, tachyepnea, irama nafas tidak teratur, adanya otot bantu nafas.
B2 (Blood) : karena pola nafas terganggua maka akan menyebabkan gangguan pada sistem
kardiovaskuler, yaitu palpitasi (jantung berdebar-debar), takikardi, tekanan darah naik, dan
B4 (Bladder) : Secara umum tidak mempengaruhi kecuali jika ada kondisi stress
B5 (Bowel) : stres bisa mengakibatkan asam lambung meningkat sehingga nafsu makan turun,
mual, muntah.
B6 (Bone): tidak mengalami gangguan, kecuali jika dalam fase pemulihan dari migrain akan
mengalami kelemahan otot.
Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang penyebab dan sifat dari
sakit kepala.
Data subyektif
Pengertian pasien tentang sakit kepala
Data obyektif
Perilaku
gejala
yang
seperti stress.
Langkah langkah untuk mengurangi
muncul nyeri )
Perubahan
kemampuan
lebih parah.
Ada alergi atau tidak.
dalam
cranial.
Suhu badan
Drainase dari sinus
Etiologi
Tekanan intracranial naik
Mempengaruhi medula
oblongata
RR meningkat
dipsnea
RR meningkat
HR meningkat
Masalah
Gangguan pola nafas
penurunan kesadaran
ansietas
Stress
anoreksia
Resiko ketidakseimbangan
nutrisi
perubahan
kulit
Intoleransi aktifitas
kepala
metabolisme meningkat
kelelahan
kurangnya suplai O2 ke otak
Cemas
memberat
DO : klien terlihat kelelahan
Kesadaran menurun
cemas
nyeri
menurun
Ketidakadekuatan relaksasi
Koping individual tak efektif berhubungan dengan situasi krisis, kerentanan personal, sistem
pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping
tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
Intervensi
Rasional
Mandiri :
Teliti
keluhan
nyeri,
catat
Nyeri
merupakan
pengalaman
karakteristiknya
berdenyut,
(misal
konstan)
berat,
lokasinya,
dan
faktor
yang
berhubungan
atau meredakan.
posisi
gelisah,
diri,
tubuh,
menangis/meringis,
diaforesis,
menarik
perubahan
frekuensi
pasien
mempercayai
orang
pemberi
asuhan
atau
Berikan
lembab/kering
relaksasi
dan
kompres
panas
pada
leher,
kepala,
pencegahan migren.
Mungkin diperlukan sewaktu-waktu
Kolaborasi :
Berikan obat sesuai dengan indikasi :
Berikan analgesik
Antiemetik (Tigan)
dengan
gejala
mual/muntah.
2) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakefektifan
pola nafas.
Tujuan:
Memaksimalkan keefektifan pompa jantung
Memperbaiki sirkulasi dan perfusi jaringan
Kriteria hasil :
Pompa jantung lebih efektif
Sirkulasi dan perfusi jaringan menjadi lebih baik
Turgor kulit bagus
Tidak ditemukan edema
Intervensi
Rasional
Mandiri :
1. Raba nadi (radial,carotid, femoral,
dorsalis pedis) catat frekuensi,
keteraturan, amplitudo
(penuh/kuat) dan simetris. Catat
adanya pulsus alternan, nadi
indikasi.
3) Koping individual tak efektif berhubungan dengan situasi krisis, kerentanan personal, sistem
pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak
adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
Tujuan : Perubahan gaya hidup/perilaku untuk mengontrol kekambuhan
Kriteria hasil : metode koping adekuat, keadekuatan relaksasi
Intervensi
Rasional
Mandiri :
Ambil
keuntungan
akan
dari
harga
diri
dan
frustasi
dengan
kejadian
sakit
meningkatkan
diharapkan.
mendapatkan
satu
pengendalian
atas
sensasi
dari
keadaan
yang
Kolaborasi:
Mungkin
membutuhkan
indikasi.
4) Ketidakefektifan pola nafas bd gangguan pada medula oblongata
Tujuan
: Pola nafas efektif, ditandai bunyi nafas normal, tekanan O2 dan saturasi
O2 normal, TD batas dalam rentang dasar.
Kriteria Hasil: Pernapasan tetap dalam batas normal; pernapasan tidak sulit, istirahat
dan tidur dengan tenang, tidak menggunakan otot bantu napas,
RR 60 x/menit.
Intervensi Keperawatan :
bantuan
Tindakan/Intervensi
Mandiri :
Pantau hasil analisa gas darah dan
Rasional
Indikator hiposemia ; hipotensi, takhikardi,
komplikasi pulmoner.
Pertahankan pasien pada posisi
auskultasi
Posisi membantu memaksimalkan
semifowler.
Rasional
Mandiri :
mungkin
menimbulkan ketidaknyamanan
Kolaborasi :
indikasi
Rasional
Mandiri :
1.
2.
3.
4.
aktivitas
Rasional
Mandiri :
Makanan
yang
sesuai
selera
akan
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam diet
Adanya
Health education :
kalori
(sumber
energi)
akan
Rasional
Mandiri :
tekanan intrakranial
Kolaborasi :
Berikan obat penenang seperti: sedatif
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Headache atau sakit kepala atau disebut dengan Cephalgia
merupakan suatu gejala yang menunjukan suatu penyakit neurologi, respon stress, vasodilatasi (akibat
migren), atau tegangan otot (pada sakit kepala tegang). Pada tahun 2007 banyak kasus baru mengenai
Headache, banyak sekali klasifikasi Headache shg dibutuhkan penanganan & terapi yang benar &
efektif. Tetapi Headache telah diklasifikasikan dalam 3 macam kelompok besar yaitu Primary
Headache, Secondary Headache & Cranial Neuralgia.
4.2 Saran
Headache atau sakit kepala memang hanya sebagai sebuah gejala dari suatu penyakit. Tetapi
headache juga membutuhkan penatalaksanaan yg baik & benar. Apalagi akhir akhir ini telah banyak
ditemukan kasus kasus baru pada Headache dan kadang kadang dalam kasus tersebut sulit untuk
ditangani. Sehingga sehubungan dengan hal tersebut sudah seharusnya para praktisi kesehatan
khususnya kita sebagai seorang perawat untuk memahami dengan lengkap diagnosanya untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik & teknik terapi yang lebih efekt
DAFTAR PUSTAKA