Professional Documents
Culture Documents
MORBUS HANSEN
Oleh :
Hanifah Astri Ernawati
G99131041
Pembimbing :
dr. Nurrachmat Mulianto, SpKK, M.Sc
STATUS RESPONSI
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
Pembimbing
Nama
NIM
: G99131041
MORBUS HANSEN
A. DEFINISI
Morbus Hansen adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium leprae.1 Merupakan penyakit infeksi mikobakterium yang bersifat
kronik progresif, mula-mula menyerang saraf tepi, dan kemudian terdapat
manifestasi kulit.2 Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa
traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan
saraf pusat. Manifestasi utama dari penyakit ini adalah lesi kulit dan neuropati
perifer, adapun komplikasi medis yang ada ditimbulkan oleh kerusakan saraf,
reaksi imunologis, dan infiltrasi bakteri. Infeksi ini terutama didapat selama masa
kanak-kanak atau dewasa muda.3
B. SINONIM
Sinonim Morbus Hansen dalam bahasa yang berbeda adalah, Aussatz
(German), Lepre (French), Lepra (Spanish), Prokaza (Russian), Maffung
(Chinese), Rabyo (Japanese), Judham (Arabic) and Kustha (Hindi).4
C. EPIDEMIOLOGI
Di seluruh dunia, sekitar 250.000 kasus baru kusta dilaporkan setiap tahun
dan sekitar 2 juta orang memiliki cacat kusta yang terkait. Tiga negara endemik
utama (India, Brasil, dan Indonesia) tercatat untuk 77% dari semua kasus baru. Di
Indonesia jumlah kasus kusta yang tercatat akhir tahun 2008 adalah 22.359 orang
dengan kasus baru tahun 2008 sebesar 16.668 orang. Distribusi tidak merata,
yang tertinggi antara lain di Pulau Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Prevalensi
pada tahun 2008 per 10.000 penduduk adalah 0,72.3
Kusta lebih banyak didapatkan pada laki-laki daripada wanita, dapat
menyerang semua umur, anak-anak lebih rentan daripada orang dewasa.
Frekuensi tertinggi pada kelompok dewasa ialah umur 25-35 taun, sedangkan
pada kelompok anak umur 10-12 tahun.5 Pada ras kulit hitam didapatkan insidensi
bentuk tuberkuloid lebih tinggi, sedangkan pada kulit putih lebih cenderung tipe
lepromatosa.2 Kusta bukan penyakit keturunan. Kuman dapat ditemukan di kulit,
folikel rambut, kelenjar keringat, dan air susu ibu, jarang didapat di dalam urin.
Sputum dapat banyak mengandung M. leprae yang berasal dari traktus
respiratorius atas. 3
D. ETIOLOGI
Kuman penyebab adalah Mycobacterium leprae yang ditemukan oleh G.A.
HANSEN pada 1874 di Norwegia, yang sampai sekarang belum juga dapat
dibiakkan pada media artifisial. M. leprae berbentuk kuman dengan ukuran 3-8
m x 0,5 m, tahan asam dan alkohol serta positif-Gram.3
Reservoir utama M. leprae adalah manusia. Transmisi lepra secara pasti
belum diketahui, dimungkinkan transmisi melalui droplet hidung, kontak dengan
bagian tubuh yang terinfeksi, dan vektor serangga. Portal masuknya M. leprae
kurang dipahami, tetapi mencakup inokulasi melalui kulit (gigitan, goresan, luka
kecil, tato) atau inhalasi ke saluran hidung atau paru-paru.1 Masa inkubasi sangat
bervariasi yaitu 2-5 tahun pada tipe tuberkuloid dan 8-12 tahun pada tipe
lepromatosa.6
E. PATOGENESIS
Sel Schwann (SC) adalah target utama untuk infeksi oleh M. leprae
menyebabkan cedera pada saraf, demielinasi, dan cacat konsekuen. Pengikatan
Non Infeksi
Subklinis
Sembuh
70%
Indeteminate (I)
30%
Deteminate
TT
Ti
BT BB
BL Li LL
F. KLASIFIKASI
Ridley dan Jopling memperkenalkan istilah spectrum determinate pada
penyakit kusta yang terdiri atas berbagai tipe atau bentuk, yaitu:
TT: Tuberkuloid polar, bentuk yang stabil
Ti: Tuberkuloid indefinite
BT: Borderline tuberculoid
kusta berdasarkan hitung lesi kulit dan saraf yang terkena. Hal ini tercantum
dalam tabel 1.3
Tabel 1. Bahan Diagnosis Klinis Menurut WHO (1995) 5,7
PB
Lesi Kulit
(makula datar,
papul yang meninggi,
nodus)
1-5 lesi
hipopigmentasi / eritema
distribusi tidak asimetris
hilangnya sensasi yang jelas
Kerusakan Saraf
- hanya satu cabang saraf
(menyebabkan hilangnya
sensasi/kelemahan
otot
yang
oleh
dipersarafi
MB
- >5 lesi
- distribusi lebih simetris
- hilangnya sensasi kurang jelas
- banyak cabang saraf
a.
b.
c.
d.
e.
lain. Kalau secara inspeksi mirip penyakit lain, ada tidaknya anestesia
sangat banyak membantu penentuan diagnosis, meskipun tidak selalu
jelas. Hal ini dengan mudah dilakukan dengan menggunakan jarum
terhadap rasa nyeri, kapas terhadap rasa raba dan kalau masih belum jelas
dengan kedua cara tersebut barulah pengujian terhadap rasa suhu, yaitu
panas dan dingin dengan menggunakan 2 tabung reaksi.3
c. Pemeriksaan Fungsi Saraf Tepi
Mengenai saraf perifer yang perlu diperhatikan ialah pembesaran,
konsistensi, penebalan, dan nyeri tekan. Beberapa saraf superfisial yang
dapat dan perlu diperiksa, yaitu N. fasialis, N. aurikuralis magnus, N.
radialis, N. ulnaris, N. medianus, N. poplitea lateralis, dan N. tibialis
posterior. Bagi tipe lepramatosa kelainan saraf biasanya bilateral dan
menyeluruh, sedang bagi tipe tuberkuloid kelainan sarafnya lebih
terlokalisasi mengikuti tempat lesinya. Gejala-gejala kerusakan saraf:
1) N. ulnaris: anestesia pada ujung jari anterior kelingking dan jari
manis; clawing kelingking dan jari manis; atrofi hipotenar dan otot
interoseus serta kedua otot lumbrikalis medial.
2) N. medianus: anestesia pada ujung jari bagian anterior ibu jari,
telunjuk, dan jari tengah; tidak mampu aduksi ibu jari; clawing ibu
jari, telunjuk, dan jari tengah; ibu jari kontraktur; atrofi otot tenar dan
kedua otot lumbrikalis lateral.
3) N. radialis: anestesia dorsum manus, serta ujumg proksimal jari
telunjuk; tangan gantung (wrist drop); tak mampu ekstensi jari-jari
atau pergelangan tangan.
4) N. poplitea lateralis: anestesia tungkai bawah, bagian lateral dan
dorsum pedis; kaki gantung (foot drop); kelemahan otot peroneus.
5) N. tibialis posterior: anestesia telapak kaki; claw toes; paralisis otot
intristik kaki dan kolaps arkus pedis.
6) N. fasialis: lagoftalmus (cabang temporal dan zigomatik); kehilangan
ekspresi wajah dan kegagalan mengaktupkan bibir (cabang bukal,
mandibular dan servikal).
7) N. trigeminus: anestesia kulit wajah, kornea dan konjungtiva mata.3
: ulkus, nodus
e) Testis
Kekeringan
ini terjadi
karena
adanya
infiltrasi
Lepromatosa
(LL)
Polar Borderline
Lepromatosa
(BL)
Mid
(BB)
Borderline
Bentuk
Jumlah
Distribusi
Permukaan
BTA
-
Batas
Anestesia
Lesi kulit
Sekret
hidung
Tes Lepromin
Makula,
infiltrat Makula, plakat, Plakat,
Dome
difus, papul, nodul
papul
shaped (kubah),
punched out
Tidak
terhitung, Sukar dihitung, Dapat dihitung,
praktis tidak terdapat masih ada kulit kulit sehat jelas
kulit sehat
sehat
ada
Simetris
Hampir simetris Asimetris
Halus berkilat
Halus berkilat
Agak kasar, agak
berkilat
Tidak jelas
Agak jelas
Agak jelas
Biasanya tak jelas
Tak jelas
Lebih jelas
Banyak (ada globus)
Banyak (ada globus)
Banyak
Agak banyak
Biasanya negatif Negatif
Negatif
Negatif
Biasanya negatif
Tuberkuloid
(TT)
Borderline
Tuberkuloid
(BT)
Indeterminate (I)
Makula
saja;
makula dibatasi
infiltrat
Satu,
dapat
beberapa
Hanya infiltrat
Lesi
-
Bentuk
Jumlah
Distribusi
Permukaan
Aimetris
Kering bersisik
Makula dibatasi
infiltrat; infiltrat
saja
Beberapa atau
satu dengan lesi
satelit
Masih asimetris
Kering bersisik
Batas
Jelas
Jelas
Anestesia
Jelas
Jelas
Satu
beberapa
atau
Variasi
Halus,
agak
berkilat
Dapat jelas atau
dapat tidak jelas
Tidak ada sampai
tidak jelas
BTA
-
Lesi kulit
Tes Lepromin
3. Pemeriksaan Penunjang
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
mendukung diagnosis kusta, antara lain:
a. Pemeriksaan bakterioskopik (slit skin smear)
Sediaan dibuat dari kerokan jaringan kulit atau usapan mukosa
hidung yang diwarnai dengan pewarnaan BTA, antara lain dengan Ziehl
Nielsen. Pertama-tama harus ditentukan lesi di kulit yang diharapkan
paling padat oleh kuman, setelah terlebih dahulu menentukan jumlah
tepat yang diambil. Untuk riset dapat diperiksa 10 tempat dan untuk rutin
sebaiknya minimal 4-6 tempat yaitu kedua cuping telinga bagian bawah
dan 2-4 lesi lain yang paling aktif, berarti yang paling eritematosa dan
paling infiltratif. Pemilihan kedua cuping telinga tanpa menghiraukan ada
atau tidaknya lesi di tempat tersebut, oleh karena atas dasar pengalaman
tempat tersebut diharapkan mengandung kuman paling banyak.3
M. leprae tergolong BTA, akan tampak merah pada sediaan.
Dibedakan bentuk batang utuh (solid), batang terputus (fragmented), dan
butiran (granular). Bentuk solid adalah kuman hidup, sedangkan
fragmented dan granular merupakan bentuk mati. Kepadatan BTA tanpa
membedakan solid dan nonsolid pada sebuah sediaan dinyatakan dengan
indeks bakteri (IB) dengan nilai 0 sampai 6+ menurut Ridley.3
Tabel 4. Indeks Bakteri
Indeks Bakteri
0
1+
Keterangan
Tidak ada BTA dalam 100 lapangan pandang (LP).
1 10 BTA dalam 100 LP
2+
3+
4+
5+
6+
1 10 BTA dalam 10 LP
1 10 BTA rata rata dalam 1 LP
11 100 BTA rata rata dalam 1 LP
101 1000BTA rata rata dalam 1 LP
> 1000 BTA rata rata dalam 1 LP
pemeriksaan
serologik
kusta
ialah:
Uji
MLPA
menilai
kemampuan
pasien
untuk
meningkatkan
respon
H. DIAGNOSIS BANDING
Pada lesi kulit:
1. Makula hipopigmentasi: leukoderma, vitiligo, tinea versikolor, pitiriasis
alba, morfea, dan parut.10
2. Lesi papular sampai nodular: pada dermis: dermatofibroma, eruptif
histiositoma, limfoma, sarkoidosis, dan granuloma lainnya; eruptif dan
inflamasi subkutan nodul berulang: ENL, erythema nodusum, erythema
induratum, vaskulitis; Nodul subkutan terpalpasi tapi tidak telihat pada
Latapi lepromatosis mirip lipoma.1
3. Plak eritem: tinea korporis, lupus vulgaris, lupus eritematosus, granuloma
anulare, sifilis sekunder, sarkoides, leukemia kutis, dan mikosis
fungoides.10
4. Ulkus: ulkus diabetik, ulkus kalosum, frambusia, penyakit Raynauld dan
Buerger.
Gangguan saraf:
Neuropati perifer: neuropati diabetik, amiloidosis saraf, trauma.10
I. KOMPLIKASI
1. Reaksi Kusta
Adalah interupsi dengan episode akut pada perjalanan penyakit yang
sebenarnya sangat kronik.10 Adapun patofisiologinya belum jelas betul,
terminologi
dan
klasifikasinya
masih
bermacam-macam.
Mengenai
hipersensitivity
Nodusum Leprosum
reaction/Upgrading, reversal,
(ENL)
Terjadi
akibat
keseimbangan
perubahan Respon
antar
imun
humoral,
seluler dan basil maka hasil akhir imun akibat reaksi antara
reaksi
tersebut
dapat
upgrading/reversal
menuju
ke
arah
lepromatosa
(terjadi
penurunan SIS)
Umumnya baik, demam ringan Ringan sampai berat disertai
(sub febris) atau tanpa demam
Peradangan di kulit
Bercak
kulit
cenderung
lama
lebih
kelemahan
umum
dan
demam tinggi
menjadi Timbul nodul kemerahan,
meradang lunak
dan
nyeri
tekan.
(ulserasi)
Sering terjadi, berupa nyeri tekan Dapat terjadi
Neuritis
lain
Waktu timbulnya
pengobatan
Tipe kusta
maupun MB
Reaksi berat ditandai dengan salah satu dari gejala berikut:
a.
Adanya
lagopthalmos
c.
d.
Adanya
makula
pecah
Adanya
makula
aktif
ekstremitas, kemudian meluas ke seluruh tubuh. Lesi yang berat tampak lebih
eritematosa, disertai purpura, dan bula, kemudian dengan cepat terjadi
nekrosis serta ulserasi yang nyeri. Lesi lambat menyembuh dan akhirnya
terbentuk jaringan parut.3
Gambaran histopatologik menunjukkan nekrosis epidermal iskemik
dengan nekrosis pembuluh darah superfisial, edema, dan proliferasi endotelial
pembuluh darah lebih dalam. Didapatkan banyak basil M. leprae di endotel
kapiler. Walaupun tidak ditemukan infiltrat polimorfonuklear seperto pada
ENL, namun dengan imunofluoresensi tampak deposit imunoglobulin dan
komplemen di dalam dinding pembuluh darah. Titer kompleks imun yang
beredar dan krioglobulin sangat tinggi pada semua penderita.3
3. Relaps
Penderita dinyatakan relaps bila telah pernah mendapatkan MDT
dinyatakan sembuh, tetapi kemudian kambuh lagi. 10 Pengertian relaps atau
kambuh pada kusta ada 2 kemungkinan, yaitu relaps sensitif (persisten) dan
relaps resisten. Pada relaps sensitif penyakit kambuh setelah menyelesaikan
pengobatan sesuai waktu yang ditentukan. Secara klinis, bakterioskopik,
histopatologik dapat dinyatakan penyakit tiba-tiba aktif kembali dengan
timbulnya lesi baru dan bakterioskopik positif kembali. Pada relaps resisten
penyakit kambuh setelah menyelesaikan pengobatan sesuai dengan waktu
yang ditentukan tetapi tidak dapat diobati dengan obat yang sama.3
Resistensi hanya terjadi pada kusta tipe MB, tetapi tidak pada PB oleh
karena SIS penderita PB tinggi dan pengobatannya relatif singkat.3 Untuk
kasus tipe MB, diperlukan pemeriksaan ulang BTA. Bila terjadi peningkatan
Indeks Bakteriologi 2 dibandingkan saat mendiagnosis, maka penderita
dinyatakan relaps.10
4. Klasifikasi Cacat
Cacat pada tangan dan kaki
a.
b.
Terdapat
bulan
dengan
syarat
bakterioskopis
harus
negatif. Apabila
klasifikasi
WHO
(1997)
untuk
kepentingan
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Siregar
3.
RS.
Atlas
berwarna
saripati
8.
Smith
DS.
2014.
Leprosy
Clinical
10.
11.
Vyas
Jatin.
M,
editor.
Lepromin
SkinTest;2013.
STATUS RESPONSI
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
Pembimbing
Nama
NIM
: G99131041
I. ANAMNESIS
A. Identitas
Nama
: Tn. AS
Umur
: 23 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
:Alamat
: Ngargoyoso, Karanganyar
Tanggal periksa: Selasa, 25 Juni 2014
No rekam medik
: 01009325
B. Keluhan utama
Timbul luka dan nyeri pada kaki dan tangan
C. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke RSDM dengan keluhan timbul luka dan nyeri pada
kaki dan tangan. Kurang lebih 2 minggu SMRS pasien mengeluh muncul
bercak hitam dan terasa panas di ujung tangan , kaki, dan siku. Bercak
kemudian timbul lepuh dan kemudian menjadi luka yang parah, keluhan
disertai dengan nyeri. Riwayat muncul bercak mati rasa (-). Pasien kemudian
dibawa ke puskesmas dan dirujuk ke RS Karanganyar, pasien dirawat selama 5
hari kemudian dirujuk ke RS Dr. Moewardi.
Pasien pernah mondok di RSDM dan di diagnosis kusta 4 tahun yang
lalu. Pasien tidak pernah mendapatkan pengobatan MDT.
D. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit serupa
: (+) 4 tahun yang lalu
Riwayat pengobatan kusta
: (-)
Riwayat alergi obat dan makanan
: disangkal
Riwayat atopi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
B. Status dermatologi
Extremitas superior : tampak patch hiperpigmentasi,
sebagian tampak eritema multiple dengan ulkus
multiple, diameter bervariasi, sebagian konfluens,
tepi ireguler, dasar eritema, tertutup pus dan
jaringan nekrotik, nyeri tekan (+).
Extremitas inferior :
tampak
patch
ulkus
multiple,
diameter
bervariasi,
: Menurun
: Menurun
: Tidak dapat membedakan panas dan dingin
: -/+
: +/: +/: Hipoastesi/Hipoastesi
: Hipoastesi/Hipoastesi
: Hipoastesi/HIpoastesi
: +3/+3
: +3/+3
: +3/+3
: +3/+3
VIII. TERAPI
Non medikamentosa
1. MRS bangsal
Medikamentosa
1. IVFD Ringer Laktat 20 tpm
2. Metil Prednisolon tab 16 mg (2-0-0)
3. Paracetamol tab 3 x 500 mg
4. Medikasi ulkus (kompres Nacl 0,9% 2x15, asam fusidat cream 2x oles, tutup
kasa steril)
IX. PROGNOSIS
Ad vitam
Ad sanam
Ad fungsionam
: dubia
: dubia
: dubia
Ad kosmetikam
: dubia