Professional Documents
Culture Documents
RENCANA PROGRAM
A. Promotif
Pada kasus ini ditemukan penyakit yang berpotensi KLB, yaitu buta senja, karena
insiden penyakit ini meningkat dua kali lipat dalam 2 kurun waktu. Penyakit ini disebabkan
oleh karena kekurangan vitamin A. Oleh karena itu sesuai dengan Depkes RI (2005), maka
kelompok kami menyarankan pencegahan KVA dapat dilakukan dengan cara:
Memberikan ASI Ekslusif kepada bayi sampai berumur 6 bulan dan ASI hingga
berumur 2 tahun disertai dengan pemberian makanan pendamping ASI yang
makanan sehari-hari
Konsumsi kapsul vitamin A sesuai kebutuhan sasaran.
Melakukan promosi-promosi tentang vitamin A juga merupakan upaya untuk
pencegahan KVA.
B. Preventif
Telah terbukti bahwa bayi baru lahir, terutama di negara sedang berkembang yang
kasus defisiensi vitamin A nya bersifat endemis, memiliki cadangan vitamin A yang
sangat rendah. Pasokan vitamin A di awal kehidupan akan tercukup melalui air susu ibu
(ASI), asalkan ibu memiliki status vitamin A yang baik.
Ada dua pendekatan untuk memperbaiki status vitamin A bayi yang berusia
kurang dari 6 bulan, yaitu dengan memberikan vitamin A dosis tinggi kepada wanita
menyusui, atau memberi satu dari beberapa dosis kepada bayi.
Kebutuhan tubuh akan vitamin A masih dinyatakan dalam Satuan Internasional
(SI), untuk memudahkan penilaian aktivitas. Vitamin ini di dalam bahan makanan, agar
TABEL
C. Kegiatan Penanggulangan KLB Kekurangan Vitamin A
1. Penyelidikan Epidemiologi
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui Indeks kasus atau paling tidak dari mana
kemungkinan kasus berawal , mencari kasus-kasus tambahan, cara penyebaran kasus,
waktu penyebaran kasus, arah penyebaran penyakit, kontak erat penderita, dan
penanggulangannya.
2. Tatalaksana kasus
Tatalaksana pada tabel dibawah dapat digunakan kepada individu dengan semua
stadium xeroftalmia, seperti rabun senja, dan xerosis konjungtiva dengan bintik bitot.
Xerosis kornea, ulkus kornea, dan keratomalasia. Dosis awal dapat dimulai segera setelah
didiagnosis ditegakkan. Setelah itu individu dengan lesi kornea akut segera dirujuk ke
rumah sakit untuk dilakukan tatalaksana emergensi.10
Waktu Pemberian
Dosis Vitamin A
50 000 IU
100 000 IU
200 000 IU
Hari berikutnya
Anak dengan diare dapat mengalami penurunan absorbsi vitamin A, namun masih
dapat menyerap lebih dari cukup untuk mengatasi defisiensi jika dosis rekomendasi
diberikan. Namun, anak xeroftalmia dengan malnutrisi energi protein berat butuh
dimonitor secara hati-hati sebab status vitamin A tidak stabil dan dapat secara cepat
memburuk, walaupun ditatalaksana sesuai rekomendasi. Dosis tambahan dapat digunakan
terhadap grup yang rentan ini.5
Xeroftalmia kornea adalah kegawatdaruratan medik. Vitamin A harus segera di
berikan sesuai rekomendasi pada tabel diatas. Antibiotik topikal seperti tetrasiklin atau
kloramfenikol dapat diberikan untuk mengatasi atau mencegah infeksi bakteri sekunder.
Salap mata yang mengandung steroid jangan diberikan dalam keadaan ini.5
Untuk mengcegah trauma terhadap kornea yang lemah akibat ulkus, mata harus
dilindungi. Pada kasus anak , sebaiknya tangan diikat agar tidak bergerak. Xerosis kornea
berespon terhadap terapi vitamin A dalam waktu 2-5 hari, dengan kornea yang kembali
normal dengan waktu 1-2 minggu. 5
Anak dengan xeroftalmia, terutama rabun senja, seringkali sakit berat, malnutrisi ,
dan dehidrasi. Tatalaksana umum, rehidrasi, dan diet tinggi protein yang mudah diserap
(jika diperlukan via pipa nasogastik) akan membantu memperbaiki keadaannya. Penyakit
penyerta, seperti infeksi respiratori dan gastrointestinal, tuberkulosis, cacing, dan
amobasis dapat ditatalaksana dengan obat yang sesuai (antibiotik , anticacing, dan lainlain).5
Perawatan mata diberikan salap antiobiotik spektrum luas setiap 8 jam untuk
mengurangi resiko infeksi bakteri. Pada infeksi yang nyata dibutuhkan terapi sistemik
yang adekuat, pemberian antibiotik spektrum luas khususnya terhadap Staphylococcus
dan Pseudomonas dapat diberikan sebelum kuman penyebab infeksi teridentifikasi
( Contoh: Basitrasin dan gentamisin topikal, ditambah gentamisin dan metisilin
subkonjungtiva dan sistemik).5
Proteksi terhadap kornea juga harus diperhatikan, pemeriksaan fisik , pemberian
obat dan mengganti perban sebaiknya dilakukan seperlunya, dan mata harus dilindungi.
Bila diperlukan tangan anak dapat diikat.5
Penyakit infeksi berat, khususnya pada campak, juga malaria dan chiken pox,
dapat menyebabkan dekompensasi akut terhadap status vitamin A. Jika kadar vitamin A
tubuh berada dalam batas rendah, anak akan sangat beresiko menjadi buta, komplikasi
sistemik (seperti laringotrakeobrongkitis) dan kematian. 5
Anak yang mengalami malnutrisi energi protein berat atau penyakit seperti diare
kronik, penyakit saluran pernapasan bawah, dan otitis akut, yang berasal dari populasi
yang diketahui tedapat defisiensi vitamin A, juga meningkatkan resiko defisiensi. Anak
harus mendapatkan terapi vitamin A yang tepat sesuai kondisi dan usianya. Jika penyakit
yang menderita tersebut menetap, tambahan vitamin A dapat diberikan pada interval 1-3
bulan.5
Tabel 5. Terapi Anak Defisiensi Vitamin A dengan resiko tinggi
Kelompok
Dosis
Anak dan dewasa dengan malnutrisi Terapi sesuai tabel 3 dilanjutkan
energi protein berat
Anak dengan diare, penyakit infeki Dosis 200 000 IU per oral satu kali
akut lainnya
dilanjutkan
dengan
program
profilaksis
3. Data Record review
Kegiatan ini dilakukan di Rumah Sakit dengan cara aktif melakukan review dari
data rekam medik atau register rumah sakit.
4. Faktor Risiko
Dalam KLB Tetanus Neonatorum diketahui beberapa faktor risiko seperti
pemeriksaan antenatal, imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil, jenis penolong
persalinan, tempat persalinan, alat pemotong tali pusat, perawatan tali pusat.
5. Profilaksis
Pencegahan Rekurensi
Ibu dan care giver diperlukan untuk memastikan anak mendapatkan diet kaya
vitamin A. Mereka ditunjukkan bagaimana cara menyiapkan makanan kaya vitamin A
dari suber yang tidak mahal seperti mangga, pepaya, wortel, labu kuning, ubi jalar,
sayuran berdaun hijau gelapdan lain-lain)5
Wortel
Ubi jalar
Sayuran Hijau
Mangga
ASI Eksklusif
1 sdm
1 sdm
cup
50 mg
1 sdm
1 sdm
cup
50 mg
2 sdm / 25 mg
1 sdm
cup
70 mg
6-11 bulan
1-2 tahun
2-6 tahun
a)
Sayuran hijau merupakan sumber yang tidak mahal dan yang paling banyak
mengandung vitamin A. Sebagai acuan, orang tua harus mengetahui bahwa
segenggam sayur bayam segar( 68 gram) memiliki kandungan vitamin A setara
dengan seporsi kecil hati sapi ( 63 gr), dan setara dengan 4 medium size telur ayam (
227 gram)5
b) Suplementasi Vitamin A
Suplementasi secara periodik dapat bermanfaat
untuk memberikan
Dosis Oral
13,75 mg retinil
Waktu
1-3 kali hingga
usia 6 bulan
IU)
55
Usia > 12 bulan
mg
retinil
bulan
retinil
bulan
7. Surveilans intensif
Surveilans intensif tetanus neonatorum bertujuan untuk kewaspadaan dini dengan
menemukan kasus secara awal dengan gejala mirip tetanus neonatorum di wilayah yang
dicurigai telah terjadi penyebaran, termasuk kegiatan imunisasi sehingga diharapkan
adanya kewaspadaan petugas imunisasi dalam pelaksanaan imunisasi.