Professional Documents
Culture Documents
KETOASIDOSIS DIABETIK
Pembimbing :
dr. Hasan Bayuni
Disusun oleh :
dr. Sirri Siriyyati
PRESENTASI KASUS
KETOASIDOSIS DIABETIK
Disusun oleh :
dr. Sirri Siriyyati
Mengetahui,
Direktur RS KU Muhammadiyah Sruweng
Pembimbing
dr. H. Chairon
STATUS PENDERITA
I.
IDENTITAS PENDERITA
1. Nama
: Ny. T
2. Umur
: 26 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Alamat
: RT. 01 RW.02 Lembupurwo Mirit Kebumen
5. Agama
: Islam
6. Status
: Menikah
7. Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
8. Tgl. Masuk RS : 27-11-2014
9. Tgl. Periksa
: 30-11-2014
10. No.CM
: 025437
II.
ANAMNESIS (Aloanamnesa)
1. Keluhan Utama
Sesak napas
2. Keluhan Tambahan
Lemas, mual, pusing, nyeri telan
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah Sruweng dengan keluhan sesak
napas. Sesak napas dirasakan semenjak lima hari sebelum masuk rumah sakit. Selain
sesak napas, pasien juga mengeluh lemas dan mual, muntah disangkal, demam
disangkal, namun pasien mengeluh pusing. Pasien mengeluhkan nyeri telan, batuk dan
pilek disangkal. Sering lelah dan sesak napas bila beraktifitas disangkal. Sesak napas
juga tidak berkurang dengan perubahan posisi. Tidak ada keluhan nyeri pinggang dan
buang air kecil lancar. Pasien tidak berobat dan tidak mengkonsumsi obat untuk
megatasi keluhan tersebut.
Satu hari sebelum masuk rumah sakit, pasien merasa sesak napas semakin
memberat, sehingga keluarga membawa pasien ke IGD RS PKU Muhammadiyah
Sruweng.
4. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Riwayat demam tifoid
: disangkal
: diakui
: disangkal
: disangkal
5.
: disangkal
6.
d. Suhu
: 36,6C
5. Status generalis
a. Pemeriksaan kepala
Bentuk kepala
: mesocephal
Rambut
: alopesia (-)
Venektasi temporal : (-)
Wajah
: edema (-)
Mata
: pupil bulat isokor 3mm/ 3mm, reflek cahaya +/+,
konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Telinga
: discharge (-)
Hidung
: discharge (-) dan napas cuping hidung (-)
Mulut
: sianosis (-)
b. Pemeriksaan leher
: kaku kuduk (-)
c. Pemeriksaan torax
Paru
Inspeksi
: dinding dada simetris, tak tampak ketertinggalan gerak
Palpasi
: vocal fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi
: sonor disemua lapang paru
Auskultasi
: SD vesikuler, Rbk -/- Rbh -/- Wh -/ Jantung
Inspeksi
: denyutan IC tampak luar (-)
Palpasi
: IC tidak kuat angkat
Perkusi
: batas jantung dalam batas normal
Auskultasi
: regular, gallop (-) murmur (-)
d. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
: datar
Auskultasi
: bising usus terdengar setiap 3-5 detik (normal)
Perkusi
: timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-)
Palpasi
: supel
Hepar
: tidak teraba pembesaran
Lien
: tidak teraba pembesaran
(Tanggal 30 pukul 09.00 WIB)
1. Keadaan umum
: lemah
2. Kesadaran
: komposmentis
3. Tanda vital
a. Tekanan darah
: 100/70 mmHg
b. Nadi
: 88 x/menit
c. Pernapasan
: 24 x/menit
d. Suhu
: 36,8C
4. Status generalis
Mata
: pupil bulat isokor 2mm/4mm, reflek cahaya +/+, konjungtiva
anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Pemeriksaan leher
: kaku kuduk (-)
Pemeriksaan torax
Paru
Inspeksi : dinding dada simetris, tak tampak ketertinggalan gerak
Palpasi
: vocal fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi
: sonor disemua lapang paru
Auskultasi
: SD vesikuler, Rbk -/- Rbh -/- Wh -/ Jantung
: dbn
Pemeriksaan abdomen : dbn
IV.
V.
Tanda vital :
Nadi : tidak teraba
HR
: (-)
RR
: (-)
Suhu : 40,3 C
TD
: tidak terukur
Mata : pupil midriasis maksimal
Pasien dinyatakan meninggal dunia di depan keluarga dan perawat
SGOT
SGPT
VI.
: 27 U/l
: 19 U/l
RESUME
Seorang perempuan 26 tahun datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah Sruweng
dengan keluhan sesak napas. Sesak napas dirasakan semenjak lima hari sebelum
masuk rumah sakit. Selain sesak napas, pasien juga mengeluh lemas dan mual, pasien
mengeluh pusing dan nyeri telan. Pasien tidak berobat dan tidak mengkonsumsi obat
untuk megatasi keluhan tersebut. Satu hari sebelum masuk rumah sakit, pasien merasa
sesak napas semakin memberat, sehingga keluarga membawa pasien ke IGD RS PKU
Muhammadiyah Sruweng. Riwayat keluhan yang sama diakui dan mondok tanggal 0310-2014 s/d 08-10-2014. Riwayat diabetes mellitus diakui dan tidak terkontrol. Pasien
tidak memperhatikan pola makan dan gaya hidupnya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum
lemah,
kesadaran
ASSESMENT :
Ketoasidosis Diabetik
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
IX. PENATALAKSANAAN
A. IGD
O2 canul 3 lpm
Infus NaCl 16 tpm
Injeksi ceftriaxon 2x1
Injeksi ranitidin 2x1
Insulin 20 IU cek 1 jam lagi
B. Bangsal Ahmad Dahlan (tanggal 27-11-2014 s/d 30-11-2014)
Infus NaCl 30 tpm
Injeksi:
Ceftriaxon 2x1
Rantin 2x1
Ondancetron 2x1
Insulin 20 IU
Metronidazole infus 3x1
Oral :
Q ten 1x1
Pamol 3x1
Antasida sirup 3x2cth
FG troces 3x1
X. PEMBAHASAN
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Tanda dan gejala ketoasidosis diabetik tergantung pada faktor pencetus
terjadinya KAD. Faktor pencetus yang berperan untuk terjadinya KAD adalah infeksi,
infark miokard akut, pankreatitis akut, penggunaan obat golongan steroid,
menghentikan atau mengurangi dosis insulin.
Secara klinik KAD mempunyai tanda dan gejala sebagai berikut:
Poliuri dan polidipsi sering mendahului KAD, serta terdapat riwayat berhenti
menyuntik insulin, demam, atau infeksi
Derajat kesadaran mulai dari kompos mentis, delirium, atau depresi sampai
dengan koma
KAD adalh suatu keadaan dimana terdapat defisiensi insulin absolut atau
relatif dan peningkatan hormon kontra regulator (glukagon, katekolamin, kortisol, dan
hormon pertumbuhan), keadaan tersebut menyebabkan produksi glukosa hati
meningkat dan menurunnya transport glukosa ke dalam jaringan tubuh yang akan
menimbulkan hiperglikemia yang meningkatkan glikosuria. Meningkatnya lipolisis
akan menyebabkan over-produksi asam lemak, yang sebagian diantaranya akan
leukosit,
trombosit,
dan
hematokrit.
Peningkatan
leukosit
Glukosa
Glukosa serum biasanya > 250 mg/dl. Kadar glukosa mencerminkan derajat
kehilangan cairan ekstraseluler. Kehilangan cairan yang berat menyebabkan
aliran darah ginjal berkurang dan menurunnya ekskresi glukosa. Diuresis
osmotik akibat hiperglikemia menyebabkan hilangnya cairan dan elektrolit,
dehidrasi, dan hiperosmolaritas (umumnya sampai 340 mOsm/kg).
Keton
Tiga benda keton utama adalah : beta hidroksibutirat, asetoasetat, dan aseton.
Kadar keton total umumnya melebihi 3 mM/L dan dapat meningkat sampai 30
mM/L (nilai normal adalah sampai 0,15 mM/L). Kadar aseton serum
meningkat 3-4 kali dari kadar asetoasetat, namun berbeda dengan keton
Asidosis
Asidosis metabolik ditandai dengan kadar bikarbonat serum di bawah 15
mEq/l dan pH arteri di bawah 7,3. Keadaan ini terutama disebabkan oleh
penumpukan betahidroksibutirat dan asetoasetat di dalam serum.
Elektrolit
Kadar natrium serum dapat rendah, normal, atau tinggi. Hiperglikemia
menyebabkan masuknya cairan intraseluler ke ruang ekstraseluler. Hal ini
menyebabkan hiponatremia walaupun terjadi dehidrasi dan hiperosmolaritas.
Hipertrigliseridemia dapat juga menyebabkan menurunnya kadar natrium
serum.
Kadar kalium serum juga dapat rendah, normal, dan tinggi. Kadar kalium
mencerminkan perpindahan kalium dari sel akibat asidosis dan derajat
kontraksi intravaskuler. Karena hal di atas dan hal lain, kadar kalium yang
normal atau tinggi tidak mencerminkan defisit kalium tubuh total
sesungguhnya yang terjadi sekunder akibat diuresis osmotik yang terus
menerus. Kadar kalium yang rendah pada awal pemeriksaan harus dikelola
dengan cepat.
Kadar fosfat serum dapat normal pada saat masuk rumah sakit. Seperti halnya
kadar kalium kadar fosfat tidak mencerminkan defisit tubuh yang
sesungguhnya, walaupun terjadi perpindahan fosfat intraseluler ke ruang
ekstraseluler, sebagai bagian dari keadaan katabolik. Fosfat kemudian hilang
melalui urin akibat diuresis osmotik.
Lain-lain
Kadar nitrogen ureum darah (BUN) biasanya sekitar 20-30 mg/dl. Lekosit
sering meningkat setinggi 15.000-20.000/ml pada KAD, maka dari itu tidak
dapat dipakai sebagai satu-satunya bukti adanya infeksi. Amilase serum dapat
meningkat. Penyebabnya tidak diketahui, mungkin berasal dari pankreas
(namun tidak terbukti ada pankreatitis) atau kelenjar ludah. Transaminase juga
meningkat.
PENATALAKSANAAN
Prinsip-prinsip pengelolaan KAD:
1. Penggantian cairan dan garam yang hilang
2. Menekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoneogenesis sel hati dengan pemberian
insulin
3. Mengatasi stres sebagai pencetus KAD
4. Mengembalikan keadaan fisiologi normal dan menyadari pentingnya pemantauan
serta penyesuaian pengobatan
Cairan
Dehidrasi dan hiperosmolaritas (bila ada) perlu diobati secepatnya dengan cairan.
Pilihan antara NaCl 0,9% atau NaCl 0,45% tergantung dari ada tidaknya hipotensi dan
tinggi rendahnya kadar natrium. Pada umumnya dibutuhkan 1-2 liter dalam jam pertama.
Kemungkinan diperlukan juga pemasangan CVP. Rehidrasi tahap selanjutnya sesuai
dengan kebutuhan, sehingga jumlah cairan yang diberikan dalam 15 jam sekitar 5 liter.
Pedoman untuk menilai hidrasi adalah turgor jaringan, tekanan darah, keluaran urin dan
pemantauan keseimbangan cairan.
Insulin
Insulin hanya dapat diberikan setelah syok teratasi dengan cairan resusitasi.
Insulin yang digunakan adalah jenis Short acting/Rapid Insulin (RI). Dalam 60-90 menit
awal hidrasi, dapat terjadi penurunan kadar gula darah walaupun insulin belum diberikan.
Dosis yang digunakan adalah 0,1 unit/kg BB/jam atau 0,05 unit/kg BB/jam pada anak < 2
tahun. Pemberian insulin sebaiknya dalam syringe pump dengan pengenceran 0,1 unit/ml
atau bila tidak ada syringe pump dapat dilakukan dengan microburet (50 unit dalam 500
mL NS), terpisah dari cairan rumatan/hidrasi. Penurunan kadar glukosa darah yang
diharapkan adalah 70-100 mg/dL/jam. Bila GDS mencapai 200-300 mg/dL, ganti cairan
rumatan dengan D5 Salin. Kadar glukosa darah yang diharapkan adalah 150-250
mg/dL (target). Bila GDS < 150 mg/dL atau penurunannya terlalu cepat, ganti cairan
dengan D10 Salin. Bila GDS tetap dibawah target turunkan kecepatan insulin. Jangan
menghentikan insulin atau mengurangi sampai < 0,05 unit/kg BB/jam. Pemberian insulin
kontinyu dan pemberian glukosa tetap diperlukan untuk menghentikan ketosis dan
merangsang anabolisme. Pada saat tidak terjadi perbaikan klinis/laboratoris, lakukan
penilaian ulang kondisi penderita, pemberian insulin, pertimbangkan penyebab kegagalan
respon pemberian insulin. Pada kasus tidak didapatkan jalur IV, berikan insulin secara
intramuskuler atau subkutan. Perfusi jaringan yang jelek akan menghambat absorpsi
insulin.
Kalium
Karena kalium serum menurun segera setelah insulin mulai bekerja, pemberian
kalium harus dimulai bila diketahui kalium serum dibawah 6 mEq/l. Ini tidak boleh
terlambat lebih dari 1-2 jam. Sebagai tahap awal diberikan kalium 50 mEq/l dalam 6 jam
(dalam infus). Selanjutnya setelah 6 jam kalium diberikan sesuai ketentuan berikut :
kalium < 3 mEq/l, koreksi dengan 75 mEq/6 jam
kalium 3-4,5 mEq/l, koreksi dengan 50 mEq/6 jam
kalium 4,5-6 mEq/l, koreksi dengan 25 mEq/6 jam
kalium > 6 mEq/l, koreksi dihentikan
Kemudian bila sudah sadar beri kalium oral selama seminggu.
Bikarbonat
Bikarbonat baru diperlukan bila pH < 7,0 dan besarnya disesuaikan dengan pH.
Bila pH meningkat maka kalium akan turun, oleh karena itu pemberian bikarbonat
disertai dengan pemberian kalium, dengan ketentuan sbb:
pH
<7
7-7,1
>7,1
Bikarbonat
100 mEq
50 mEq
0
Kalium
26 mEq
13 Eq
0
Pengobatan Umum :
1. Antibiotik yang adekuat
2. Oksigen bila pO2 < 80 mmHg
3. Heparin bila ada DIC atau bila hiperosmolar (> 380 mOsm/l)
Hal-hal yang harus dipantau selama pengobatan adalah :
1. Kadar glukosa darah tiap jam dengan alat glukometer.
2. Kadar elektrolit setiap 6 jam selama 24 jam, selanjutnya tergantung keadaan.
3. Analisa gas darah; bila pH < 7 waktu masuk, periksa setiap 6 jam sampai pH > 7,1,
selanjutnya setiap hari sampai stabil.
4. Pengukuran tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi napas, dan temperatur setiap
jam.
5. Keadaan hidrasi, balans cairan.
6. Waspada terhadap kemungkinan DIC
Obat
Inj. Ceftriaxon
Dewasa
Indikasi pada
kasus
Sebagai antibiotik
spektrum luas
2 g IV 1x/hr
untuk mengobati
infeksi terutama
akibat
mg/kbBB
enterobacteriacea
dosis)
(2 mikroorganisme gram
positif dan gram
yang mungkin
negatif. Golongan
menjadi etiologi
sefalosporin generasi
Ampul
50mg/2ml
50mg/2ml
6-8 jam
enterobacteriacea
tiap Antagonis kompetitif Obat ini mencegah
reseptor histamine pada perlukaan
mukosa lambung. Obat mukosa
lambung
mungkin
prosuksi
asam disebabkan
oleh
obat-obatan
lain
lambung.
8 mg 2x/hari
pada
Ampul
Ondancetron
Ondancetron
2mg/2ml
merupakan
golongan
4mg/2ml
antiemetik,
termasuk
8mg/4ml
kelompok
obat
dengan
bekerja
menghambat
diberikan
pada
pasien
tersebut.
Sebagai antiemetik
Inj.
HT3,
yang
(chemoreceptor
cerna.
Serotonin
5HT3
merupakan
akan
zat
yang
dilepaskan
jika
menyampaikan
muntah
dan
Inf.
Lar.
Metronidazole
500mg/100
mg tiap 8 jam
ml
Anak
antibakteri dan
: antiprotozoa sintetik
Sebagai antibiotik
untuk
mengobati
infeksi
yang
oleh
7,5mg/kgBB
derivat nitroimidazoi
disebabkan
tiap 8 jam
yang mempunyai
bakteri
aktifitas bakterisid,
amebisid dan
trikomonosid. Dalam
tersebut
anaerob
sel atau
mikroorganisme
metronidazole
mengalami reduksi
menjadi produk polar.
Hasil reduksi ini
mempunyai aksi
antibakteri dengan jalan
menghambat sintesa
Insulin
asam nukleat.
Insulin bekerja secara
Sebagai pengontrol
100 U/ml x
gula darah
3ml
membran di jaringan
FlexPen
0,5-1 IU/kgBB
Kaps
darah.
gel 1 kaps/hr bisa Merupakan
lunak
30 s/d
mg
kaps/hr alami
bila perlu
Tab 500mg
Sir
mg/5ml
untuk multivitamin
pembentukan
dari
Pamol
katalis Sebagai
energi
makanan
antioksidan
Dewasa : 1-2 tab Mempunyai
120 Anak
10- antipiretik/
dan
cara
menghambat
sintesis
prostaglandin di pusat
otak
(hipotalamus),
sehingga
mampu
meringankan/
menghilangkan
nyeri
rasa
tanpa
mempengaruhi susunan
Antasida syrup
Susp
100ml
syaraf pusat
Merupakan
golongan Sebagai
obat
yang
untuk
melawan
mengurangi
penetral
atau
tingkat
keasaman
lambung
berlebih.
Selain
menetralkan
meningkatkan
pertahanan
mukosa
lambung
dengan
memicu
produksi
prostaglandin
FG troces
pada
mukosa lambung.
Obat hisap Dewasa : 1-2 tab Merupakan antiseptik Sebagai antibiotik
120 ; 300
Anak : 1 tab
4-5 x/hr
(atau
Sulfat)
Neomisin
yang
membunuh
gram
efektif
bakteri
negatif,
dan
Gramisidin-S HCl 1 mg
yang efektif membunuh
bakteri
Kedua
gram
positif.
obat
ini
dikombinasikan
untuk
dapat
membunuh
untuk
DAFTAR PUSTAKA