You are on page 1of 24

1

BAB 1
PENDAHULUAN
Hemoroid yang lebih dikenal sebagai ambien atau wasir merupakan penyakit yang
sering ditemukan pada masyarakat Indonesia. Sekitar 5% dari populasi umum, 35% dari
penduduk yang berusia lebih dari 25 tahun dan 50% dari penduduk yang berusia 50 tahun
mengalami penyakit hemoroid ini. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat
menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman (Lindseth G,2006).
Hemorrhoid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus
yang berasal dari plexus hemorrhoidalis (Simadibrata M, 2006). Jaringan hemoroid
merupakan struktur anatomis normal pada kanalis anal yang berfungsi untuk membedakan
cairan, feses, dan udara, serta mencegah inkontinensia ani. Hemoroid dikatakan suatu kondisi
medis hanya jika muncul gejala (Allonso-Coello P, 2008).
Hemoroid merupakan pembengkakan submukosa pada lubang anus yang mengandung
pleksus vena, arteri kecil, dan jaringan areola yang melebar, dan ini merupakan suatu dilatasi
yang kronis dari pleksus venanya, dan ditemukan pada posisi jam 3,7,dan 11 pada lubang
anus (Riwanto Ign, 2010).
Tingginya prevalensi hemorrhoid disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
kurangnya konsumsi makanan berserat, konstipasi, usia, keturunan, kebiasaan duduk terlalu
lama, peningkatan tekanan abdominal karena tumor, pola buang air besar yang salah,
hubungan seks peranal, kurangnya intake cairan, kurang olah raga dan kehamilan
(Simadibrata M, 2006).
Sebuah penelitian di Amerika Utara pada tahun 2008 menunjukkan bahwa 14,8%
orang dewasa mengalami konstipasi. Angka ini lebih tinggi daripada penyakit kronis lainnya
seperti hipertensi, obesitas, dan diabetes melitus, sementara konstipasi merupakan salah satu
faktor risiko dari kejadian hemorrhoid (Fox-Orenstein, 2008). Penatalaksanaan hemoroid
dibagi atas penatalaksanaan secara medik dan scara bedah tergantung dari derajatnya
(Simadibrata M, 2006).

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1 Anatomi Anorektum

Saluran pencernaan berujung pada anorektum.Anorektum tersusun dari lapisan kulit


yang membungkus regio perianal, kanalis ani, dan rectum. Tepi anus, linea dentata, dan
cincin anorektal adalah tiga struktur anatomi yang menjadi pokok bahasan (Simadibrata M,
2006; Zinner MJ, 2007).
Tepi anus atau anal verge adalah batas terluar dari canalis ani dan merupakan
pertemuan antara anus dan kulit perianal. Lokasi persis dari tepi anus ini tidak jelas, tetapi
epitel kulit pada tepi anus ini sedikit sekali mengandung folikel rambut, kelenjar keringat,
dan kelenjar sebasea (Simadibrata M, 2006; Zinner MJ, 2007).
Linea dentata adalah ujung atas kanalis ani, merupakan peralihan epitel mikosa.
Struktur ini merupakan penyatuan dari embrional ectoderm dengan endoderm, dan terletak
kurang lebih 1-1,5 cm diatas ujung anus. Pada zona transisional epitel kolumnar dari rectum
beralih menjadi epitel kuboid, kemudian menyatu dengan epitel skuamosa pada linea dentata
(Simadibrata M, 2006; Zinner MJ, 2007).
Cincin anorektalatau anorectal ring terletak 1-1,5 cm diatas linea dentate, merupakan
batas atas dari kompleks spincter ani dan mudah teraba pada pemeriksaan anus. Kanalis ani
dikelilingi oleh dua lapis kelompok otot.Lapisan otot dalam, yaitu spincter interna adalah
penebalan dari otot polos sirkular yang mengelilingi rectum.Lapisan otot luar, yaitu spincter
externus adalah otot bergaris yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu lapisan dalam,
superficial, subkutaneus.Kanalis ani berawal dari cincin anorectal dan berakhir pada anal
verge. Panjangnya sekitar 2-3 cm (Simadibrata M, 2006; Zinner MJ, 2007).

Gambar 2.1 Anatomi Anorektum (Sumber: Grants Atlas of Anatomy 12th


Edition, 2009)
Cabang terminal dari arteri mesenterika inferior, yaitu arteri rectalis superior memberi
suplai darah ke rectum bagian atas.Arteri ini kemudian bercabang dua ke kanan dan ke kiri,
lalu bercabang cabang lagi untuk memvaskularisasi lapisan otot rectum. Arteri rektalis
media berasal dari arteri iliaka interna ( arteri hipogastrika ) mensuplai rectum bagian bawah
dan kanalis ani bagian atas. Arteri rectalis inferior yang berasal dari arteri pudenda interna
menyilang pada fossa ischiorectal untuk mensuplai darah ke muskulus spincter anus
(Simadibrata M, 2006; Zinner MJ, 2007).Arteri-arteri dari anorektum dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:

Gambar 2.2 Arteri-arteri rektum dilihat dari anterior (Sumber: Grants Atlas of
Anatomy 12th Edition, 2009)
Aliran darah balik melalui dua rute. Diatas linea dentate, pleksus hemoroidalis interna
mengalirkan darah menuju vena rektalis superior dan kemudian bermuara ke vena
mesenterika inferior dan system portal. Pleksus hemoroidalis eksterna terletak dibawah linea
dentate, mengalirkan darah ke vena rectalis inferior dan vena rectalis media, kemudian
mengalirkannya ke vena iliaka interna (Simadibrata M, 2006; Zinner MJ, 2007).Vena-vena
dari anorektum dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.3 Vena-vena rektum dilihat dari anterior (Sumber: Netter FH. Atlas of Human
Anatomy 6th edition, 2014)
Hemoroid diklasifikasikan berdasarkan letaknya dalam kanalis ani dan linea dentate
yang merupakan batas anatomi dan histologi. Hemoroid externa berada di sebelah distal linea
dentata, di atasnya dapat diklasifikasikan sebagai hemoroid interna (OdzeRD, 2009)
Hemoroid interna adalah pelebaran pleksus hemoroidalis internus dan diliputi oleh
mukosa. Cabang-cabang vena ini terletak pada kolum analis pada posisi jam 3, 7, dan 11 bila
dilihat pada pasien dalam posisi litotomi (Riwanto Ign, 2010).
Hemoroid externa adalah pelebaran plexus hemoroidalis eksterna yang terletak pada
pinggir anus. Hemoroid ini diliputi kulit dan sering dikaitkan dengan hemoroid interna yang
sudah ada. Penting pada klinis terjadi ruptur cabang-cabang vena rectalis inferior, disertai
bekuan kecil darah pada jaringan submukosa dekat anus. Pembengkakan ini disebut
trombosis hemoroid externa/hematoma perianal. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal
karena ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri (Riwanto Ign, 2010).
Rektum dipersarafi oleh saraf simpatik dan parasimpatik. Otot spincter eksterna dan
levator ani dipersarafi oleh cabang rectalis inferior dari nervus pudenda interna (S2, S3, S4).
Ada 2 tipe saraf pada kanalis ani, yaitu saraf visceral yang terletak superior dari linea dentata
dan saraf somatic yang terletak inferior dari linea dentata. Inferior dari linea dentate serta
sensasi kutaneus terhadap rasa panas, dingin, nyeri dan perabaan dipersarafi oleh serabut

6
aferens nervus rectum inferior. Superior dari linea dentate serta senasi tumpul yang lemah,
dirasakan saat mukosa ditekan atau saat hemoroid interna dilegasi. Hal ini karena adanya
rangsangan pada sebut saraf parasimpatik. Oleh karena itu, hemoroid interna yang berada
superior dari linea dentate biasanya tanpa rasa sakit (Lindseth G,2006; Lowry, 2005).Sistem
inervasi dari anorektum dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.4 Inervasi anorektum dilihat dari anterior(Sumber: Grants Atlas of Anatomy 12th
Edition, 2009).
Proses defekasi diawali dengan adanya mass movement dari usus besar desenden
yang mendorong tinja ke dalam rektum. Mass movement timbul 15 menit setelah makan

7
dan hanya terjadi beberapa kali dalam sehari. Adanya tinja dalam rektum menyebabkan
peregangan rektum yang menimbulkan rangsangan sensoris pada dinding usus dan pelvis,
sehingga menimbulkan gelombang peristaltik pada usus besar desenden, sigmoid, dan
rektum, mendorong tinja kearah anus. Distensi rektum menimbulkan impuls pada serat-serat
sensoris asendens yang selanjutnya dibawa ke kortek yang menimbulkan kesadaran tentang
adanya distensi. Sementara itu terjadi kontraksi sementara otot lurik sfingter ani eksternus,
puborectal sling (bagian dari muskulus levator ani). Dengan demikian terjadilah reflek yang
disebut reflek inflasi.
2.2 Definisi Hemoroid
Hemoroid merupakan pembengkakan submukosa pada lubang anus yang mengandung
pleksus vena, arteri kecil, dan jaringan areola yang melebar, dan ini merupakan suatu dilatasi
yang kronis dari pleksus venanya, dan ditemukan pada posisi jam 3,7,dan 11 pada lubang
anus. Di dalam kanalis anal terdapat bantalan vaskular khusus yang membentuk massa dan
dilapisi sub mukosa tebal yang tersusun atas pembuluh darah, otot polos serta jaringan ikat
dan elastis. Bantalan ini berada di kuadran lateral kiri, anterior kanan dan posterior kanan dan
kanalis untuk membantu kontinensi anal, maka sering terjadi hemoroid pada daerah tersebut
(Riwanto Ign, 2010).

Gambar 2.5 Lokasi tersering hemoroid interna


(Sumber: World Journal of Gastroenterology 16th Edition, 2012).
Hemoroid juga dapat dikatakan sebagai dilatasi, pembengkakan, atau inflamasi vena
hemoroidalis yang disebabkan oleh berbagai macam pencetus. Faktor- faktor seperti
mengejan saat buang air besar dapat menghambat aliran balik darah vena hemoroidalis
(Simadibrata M, 2006), menyebabkan dilatasi vaskuler, dan kerusakan jaringan penyangga,
juga disebutkan bahwa mengejan mengakibatkan kontraksi lapisan otot dinding rectum
selama defekasi. Semua hal yang menyebabkan susahnya buang air besar juga dapat

8
digolongkan sebagai faktor predisposisi seperti makanan yang kurang serat yang dapat
mengakibatkan feses keras sehingga sulit dikeluarkan (Simadibrata M, 2006).
2.3 Patofisiologi Hemoroid
Penelitian terbaru menekankan pada besarnya faktor bantalan anus, yang biasanya
terletak diatas linea dentate pada kanalis ani. Bantalan ini tersusun dari tiga lapisan tebal dari
kumpulan vena submukosa yang selalu terletak pada sisi lateral kiri, postero lateral kanan dan
atero lateral kanan. Fungsi bantalan ini belum jelas, namun diketahui bahwa bantalan ini
selalu membesar terisi oleh darah selama defekasi, diduga untuk melindungi kanalis ani dari
abrasi (Riwanto Ign, 201; Lowry, 2005).
Penyebab hemoroid tidak diketahui pasti, konstipasi kronis dan mengejan saat
defekasi mungkin penting.Mengejan menyebabkan pembesaran dan prolapsus sekunder
bantalan pembuluh darah hemoroidalis.Jika mengejan terus menerus, pembuluh darah
menjadi berdilatasi secara progresif dan jaringan sub mukosa kehilangan perlekatan
normalnya dengan sfingter internal di bawahnya, yang menyebabkan prolapsus hemoroid
yang klasik dan berdarah. Selain itu faktor penyebab hemoroid yang lain yaitu : kehamilan,
obesitas, diet rendah serat dan aliran balik venosa1 (Riwanto Ign, 201; Lowry, 2005).
Drainase daerah anorektal adalah melalui vena-vena hemoroidales superior dan
inferior. Vena hemoroidales superior mengembalikan darah ke vena mesenterika inferior dan
berjalan submukosa dimulai dari daerah anorektal dan berada dalam bagian yang disebut
kolumna Morgagni, berjalan memanjang secara radier sambil mengadakan anastomosis. Bila
ini menjadi varises maka disebut hemoroid interna. Lokasi primer hemoroid interna (pasien
berada dalam posisi litotomi) terdapat pada tiga tempat yaitu anterior kanan, posterior kanan,
dan lateral kiri,mengikuti cabang-cabang vena hemoroidalis superior dan tampak sebagai
pembengkakan globular kemerahan.1 Hemoroid yang lebih kecil terjadi diantara tempattempat tersebut (Mansjoer A, 2002).
Hemoroid eksterna merupakan pelebaraan dan penonjolan pleksus hemoroidalis
eksterna ( vena hemorroidalis inferior ), terdapat di sebelah distal garis mukokutan ( linea
dentate ) di dalam jaringan di bawah epitel anus. Plexus hemorroidalis eksterna mengalirkan
darah dari daerah perineum dan lipatan paha ke peredaran darah sistemik melalui vena illiaka.
2.4 Faktor Resiko Hemoroid (Lindseth G,2006)
Faktor risiko hemoroid banyak sekali, sehingga sukar bagi kita untuk menentukkan
penyebab yang tepat bagi tiap kasus. Faktor risiko hemoroid yaitu:
Primer

9
o Keturunan, karena dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis.
o Anatomik dan fisiologi. Vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan
pleksus hemoroidalis kurang mendapat sokongan otot dan vasa sekitarnya

sehingga memudahkan timbulnya timbunan darah.


o Kelemahan dari tonus sphincter ani
Sekunder
o Pekerjaan. Orang yang harus berdiri atau duduk lama, atau harus mengangkat
barang berat, mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
o Umur. Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot
sfingter menjadi tipis dan atonis.
o Endokrin, misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus
(sekresi hormon relaksin) yang dapat melemahkan dinding vena di bagian
anus.
o Mekanis. Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang
meninggi dalam rongga perut, misalnya penderita hipertrofi prostat.
o Pola makan. Diet tinggi serat, seperti buah dan sayur, cukup minum air putih,
hindari makanan pedas akan menurunkan angka kejadian hemoroid.
o Pola defekasi. Kebiasaan mengejan saat defekasi, kebiasaan defekasi dengan
berlama lama sambil membaca, sering diare, sering konstipasi akan
meningkatkan angka kejadian hemoroid.
o Kehamilan merupakan salah satiu faktor pencetus hemoroid karena terjadi
peningkatan vaskuler daerah pelvis, peningkatan tekanan intra abdominal,
sering kostipasi, dorongan pada bantalan anus saat persalinan.
o Obstruksi vena. Pembendungan dapat terjadi karena dorongan massa faces
yang keras pada vena, atau pada penderita hipertensi portal, dekompensasio
kordis, sirosis hepatis, tromosis, BPH dan tumor rectum.
o Peningkatan tekanan intra abdominal, seperti pada saat mengejan akan
mendorong banmtalan hemoroid menjadi prolaps dan juga dapat menjepit
vena intra muscular kanalis ani sehingga terjadi obstruksi.

2.5 Klasifikasi Hemoroid (Lindseth G,2006; Simadibrata M, 2006)


Hemoroid diklasifikasikan menjadi tiga yaitu hemoroid interna, eksterna dan
gabungan.Kedua plexus hemoroid internus dan eksternus saling berhubungan secara longgar
dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali, bermula dari rectum sebelah bawah dan
anus.
2.5.1 Hemoroid Interna
Hemoroid interna adalah pelebaran dari plexus hemorroidalis interna ( terdiri dari
vena hemoroidalis superior dan media ) dimana pleksus hemorroidalis interna ini berada di
atas garis mukokutan ( linea dentate ) atau 2/3 canalis ani bagian atas dan ditutupi oleh

10
mukosa. Selanjutnya plexus hemorroidalis interna ini mengalirkan darah ke vena porta.
Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan sub mukosa pada
rektum sebelah bawah. Karena tidak mempunyai inervasi somatic, maka pada umunya
penyakit ini tidak disertai nyeri Hemoroid interna terdapat pada tiga posisi primer, yaitu
kanan depan (jam 11), kanan belakang (jam 7) dan lateral kiri (jam 3), yang oleh Miles
disebut Three Primary Haemorrhoidal Areas. Hemoroid yang lebih kecil tedapat di antara
ketiga letak primer tersebut dan kadang juga sirkuler.
Secara klinis, hemoroid interna dibagi menjadi 4 derajat yaitu :
Derajat I :
- Terdapat perdarahan merah segar pada rectum pasca defekasi
- Tanpa disertai rasa nyeri
- Tidak terdapat prolaps
- Pada pemeriksaan anoskopi terlihat permulaan dari benjolan hemoroid yang

menonjol ke dalam lumen.


Derajat II :
- Terdapat perdarahan / tanpa perdarahan sesudah defekasi
- Terjadi prolaps hemoroid yang dapat masuk sendiri ( reposisi spontan )
Derajat III :
- Terdapat perdarahan / tanpa perdarahan sesudah defekasi
- Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat masuk sendiri jadi harus didorong
dengan jari ( reposisi manual )
Derajat IV :
- Terdapat perdarahan sesudah defekasi, sering disertai ulkus
- Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat didorong masuk (meskipun sudah
direposisi akan keluar lagi)

Tabel 2.1 Derajat Hemoroid Interna (Sumber: Buku Ajar Ilmu Bedah Ed 3, 2010)
Derajat
I
II
III
IV

Berdarah
+
+
+
+

Prolaps
+
+
Tetap

Reposisi
Spontan
Manual
irreponibel

Perbedaan gambaran derajat hemoroid dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

11

Gambar 2.5 Derajat hemoroid interna


(Sumber: www.dennysantoso.com)
2.5.2 Hemoroid eksterna
Hemoroid eksterna merupakan pelebaraan dan penonjolan pleksus hemoroidalis
eksterna ( vena hemorroidalis inferior ), terdapat di sebelah distal garis mukokutan ( linea
dentate ) di dalam jaringan di bawah epitel anus. Plexus hemorroidalis eksterna mengalirkan
darah dari daerah perineum dan lipatan paha ke peredaran darah sistemik melalui vena illiaka.
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada tepi anus yang sebenarnya
merupakan suatu hematom, disebut sebagai hemoroid thrombosis eksternal akut. Bentuk ini
sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujung ujung saraf pada kulit merupakan reseptor
nyeri.
Ada 3 bentuk hemoroid eksterna yang sering dijumpai, yaitu :

Bentuk hemoroid biasa, tapi letaknya di distal mucocutaneal junction.


Bentuk benjolan hemoroid dengan thrombosis akut.
Bentuk skin tags.
Rasa nyeri pada perabaan menandakan adanya thrombosis yang biasanya disertai

penyulit seperti infeksi, abses perianal. Sedangkan pada penderita bentuk skin tags tidak
mempunyai keluhan, kecuali kalau ada ulcerasi dan infeksi.
2.5.3 Gabungan hemoroid interna dan eksterna
Berasal dari pelebaran plexus hemorroidalis interna dan plexus hemorroidalis
eksterna.Gabungan hemoroid interna dan eksterna ini biasanya terletak di atas dan di bawah
linea dentate.Hemoroid ini sering ditemukan saat pemeriksaan colok dubur.Perbedaan
gambaran hemoroid interna dan eksterna dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

12

Gambar 2.6 Hemoroid interna dan eksterna(Sumber: National Digestive Diseases


Information Clearinghouse, 2008)
2.6 Manifestasi Klinis Hemoroid(Riwanto Ign, 2010; Thornton, SC, 2013)
- Perdarahan. Perdarahan umumnya merupakan keluhan tersering dan tanda pertama
dari hemoroid interna akibat trauma oleh faeces yang keras. Darah segar menetes
setelah pengeluaran fases ( tidak bercampur dengan fases ), dapat hanya berupa garis
pada faeces atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau
mewarnai air toilet menjadi merah, tanpa disertai nyeri dan pruritus. Walaupun berasal
dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya akan zat asam.
Perdarahan massif terjadi bila bantalan prolaps pecah dan terbendung oleh spincter.
Perdarahan dapat juga timbul diluar defekasi, yaitu pada orang tua dengan bantalan
anus yang hanya ditutupi oleh mukosa yang terletak diluar anus, terjadi akibat tonus
spincter yang melemah. Perdarahan ini berwarna merah segar karena berasal dari
lamina propia yang langsung berada dibawah epitel; dan baru terjadi. Perdarahan luas
dan intensif di fleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan
darah arteri. Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbulnya
-

anemia berat.
Benjolan ( prolaps ). Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat
menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi
pada waktu defekasi dan disusul reduksi spontan setelah defekasi. Pada stadium yang
lebih lanjut, hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah defekasi agar masuk
kembali ke dalam anus. Pada akhirnya hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang
mengalami prolaps menetap dan tidak bisa didorong masuk lagi. Keluarnya mukus
dan terdapatnya faeces pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami
prolaps menetap. Harus dapat dibedakan dengan thrombosis perianal, skin tag yang
edema, hipertrofi papilla anus dan polip rektum.

13
-

Gejala iritasi. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai
pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan
mukus. Sekresi dari mukosa anus disertai perdarahan merupakan tanda hemoroid
interna, yang sering mengotori pakaian dalam, bahkan dapat menimbulkan maserasi
kulit. Skin tags merupakan tanda pernah terjadinya episode komplikasi thrombosis
hemoroid interna.Pruritus ani sebenarnya bukan akibat dari wasir. Rasa gatal bisa
terjadi karena sulit untuk menjaga kebersihan di daerah yang terasa nyeri. Pruritus ani
yang timbul bisa juga disebabkan karena iritasi kulit perianal oleh karena kelembaban

yang terus menerus dan rangsangan anus. (itching and pruritus)


Nyeri. Nyeri dan rasa tidak nyaman timbul bila ada komplikasi berupa prolaps,
thrombosis, atau akibat penyakit lain yang menyertai seperti fisura ani, abses dan

keganasan. Puncak nyeri biasanya timbul setelah defekasi.


Anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi akibat perdarahan berulang dengan
kadar hemoglobin hingga dibawah 4%. Karena itu harus dicari sumber perdarahan di
lokasi lain. Perdarahan yang tidak bias dihentikan harus segera dilakukan tindakan
bedah. Anemia yang terjadi karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa
mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak
menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya
mekanisme adaptasi.

2.7 Diagnosis Hemoroid


2.7.1 Anamnesis (Riwanto Ign, 2010; Thornton, SC, 2013)
- Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yamg
membutuhkan tekanan intra abdominal meninggi (mengejan), pasien sering duduk
-

berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan.
Onset dan durasi dari keluhan, termasuk karakteristik nyeri, perdarahan, adanya
penonjolan dari anus, atau perubahan pola defekasi. Perdarahan yang paling
dikeluhkan oleh pasien, dokter harus menyanyakan tentang jumlah, warna dan durasi
perdarahan dari anus. Darah yang lebih gelap atau darah yang bercampur dengan
fases harus mengarahkan kecurigaan pada penyebab perdarahan yang proximal.Pasien
dengan hemoroid eksterna yang disertai thrombosis biasanya mengeluhkan adanya
tonjolan yang sangat nyeri. Rasa ini memuncak pada 48 72 jam pertama dan

menurun setelah hari keempat pembentukan thrombus.


Untuk lebih memudahkan, biasanya keluhan keluhan ini dapat digolongkan, yaitu :
Tabel 2.2 Anamnesis pada pasien hemoroid
Jenis Hemoroid
Hemoroid

Anamnesis
- Perdarahan pada waktu defekasi, biasanya tanpa

14
interna

disertai rasa nyeri, darah yang keluar berwarna


-

merah segar
Berak kadang kadang bercampur lendir
Prolaps pada saat defekasi, keluar tonjolan dari
anus. Kadang kadang bias kembali sendiri
setelah defekasi atau perlu didorong kembali
dengan pertolongan jari. Kadang kadang prolaps

ini tidak bias dikembalikan.


Rasa tidak enak di anus atau kadang kadang
terasa nyeri bila ada penyulit atau adanya infeksi

yang menyebabkan oedema.


Iritasi kronis di sekitar anus dapat menimbulkan
rasa gatal ( pruritus ani ). Hal ini disebabkan
kelembaban

Hemoroid

yang

terus

menerus

akibat

rangsangan mucous.
Anemia sekunder, akibat perdarahan yang terjadi.
Rasa tidak enak di anus, seperti ada yang

mengganjal ( skin tags)


Nyeri jarang terjadi. Hanya timbul apabila

hemoroid mengalami thrombosis


Iritasi kronis bila kulit dalam kondisi lembab.

eksterna

2.7.2 Pemeriksaan Fisik (Riwanto Ign, 2010; Thornton, SC, 2013)


a. Pemeriksaan umum tidak boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan oleh
penyakit lain seperti sindrom hipertensi portal.
b. Pada pemeriksaan lokal, penderita dalam posisi lithotomi, miring (sims position) atau
posisi menungging (knee chest position) ini yang terbaik.

Gambar 2.7 Posisi litotomi(Sumber: www.medivisuals.com)

15

Gambar 2.8 Posisi Sims(Sumber: www.curezone.org dan www.atitesting.com)

Gambar 2.9 Posisi knee-chest(Sumber: :www.atitesting.com)


Evaluasi inspeksi pada daerah anorectal berupa :
Perdarahan atau bekas perdarahan pada anus
Adanya prolpas hemoroid interna ( dengan pasien mengejan ), catat pada posisi

jam berapa
Adanya benjolan pada tepi anus ( hemoroid externa ), mungkin skin tag atau
hemoroid thrombosis
Kelainan anorectal lainnya, misalnya fisura ani, fistel ani dan lain lain
Pemeriksaan colok dubur sulit untuk dapat meraba adanya hemoroid dan biasanya

tidak nyeri. Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan


penyakit lain terutama carcinoma rectum. Bila terdapat nyeri yang hebat dan adanya
thrombosis perianal maka colok dubur jangan dilakukan. Pada pemeriksaan rectal toucher
dilakukan penilaian adanya massa, konsistensi, mucoid discharge (lendir) atau darah, dan
tonus spincter ani.
Pada hemoroid interna biasanya tidak teraba benjolan sebab tekanan vena
didalamnya tidak cukup tinggi, kecuali bila ada penyulit seperti adanya thrombus atau
pembentukan polip. Apabila hemoroid interna mengalami prolaps, maka tonjolan yang
ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat apabila penderita diminta mengejan
Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi apalagi bila terjadi
trombosis.Trombus dan fibrosis pada perabaan dirasakan padat dengan dasar yang lebar.
2.7.3 Pemeriksaan Tambahan(Riwanto Ign, 2010; Thornton, SC, 2013)
a. Anoscopy atau Protoscopy :

16
Penderita dalam posisi litotomi. Anaskopi dengan penyumbatnya dimasukkan
dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas
panjang. Dengan cara ini kita dapat melihat hemoroid interna derajat I dan II,
dimana tidak atau belum terlihat penonjolan hemoroid. Melalui pemeriksaan ini
sekaligus dapat dilihat posisi pangkal hemoroidnya. Pada anoskopi dapat dilihat
warna selaput lendir yang merah meradang atau perdarahan, banyaknya benjolan,
letaknya dan besarnya benjolan.
Benjolan hemoroid akan menonjol pada ujung anaskop. Bila perlu penderita
disuruh mengejan supaya benjolan dapat kelihatan sebesar-besarnya.Hemoroid
interna terlihat sebagai struktur vascular yang menonjol ke dalam lumen. Ukuran,
pembesaran dan penonjolan akan terlihat lebih nyata bila penderita sedikit
mengejan.

Gambar 2.10 Proktoskop(Sumber: www.chirurgie-cim-koblenz.de dan www.drrothenhaeusler.de)


b. Rectoscopy atau Proctosigmoidoscopy:
Pemeriksaan ini perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang dan proses keganasan ditingkat yang lebih tinggi,
misalnya karsinoma kolon, karsinoma rectum dan lain sebagainya.
c. Pemeriksaan Feces
Diperlukan untuk mengetahui adanya darah samar (occult bleeding).
2.7 Diagnosis Banding Hemoroid
a. Karsinoma colon dan rectum. Kemungkinan dapat teraba massa pada rongga
abdomen, adanya gangguan pola defekasi, perdarahan menetes dan umumnya
berwarna merah tua, disertai lender,. Pada rectal taoucher teraba massa yang
berdungkul.(Abcaria H, 2007).

17

Gambar 2.11 Karsinoma colon(Sumber: www.meetdoctor.com)


b. Fissura ani. Merupakan perlukaan pada mukosa anus, memanjang sejajar sumbu
anus..biasanya tunggal dan terletak di garis tengah posterior. Dapat memberikan
keluhan berak bercampur darah, umumnya minimal, terasa sangat nyeri. Didapatkan
trias khas : ulkus pada anus, hipertrofi papil ( teraba benjolan ) dan sentinel tags
( biasanya pada jam 6 dan 12 )(Abcaria H, 2007).

Gambar 2.12 Fisura ani (Sumber: www.homeouniverse.com)


c. Polip rectum. Merupakan perumbuhan jaringan dari dinding rektum yang menonjol ke
dalam lumen (Elliot M, 2013). Biasanya memberikan gejala perdarahan melalui rectal
disertai lender, dan benjolan. Namun perdarahan bersifat intermiten dan pada
pemeriksaan rectal taoucher teraba massa bertangkai yang lunak dan berpangkal pada
dinding rectum. Lebih sering terjadi pada anak anak (Lindseth G,2006).

Gambar 2.13 Polip rektum(Sumber: www.ahliwasir.com)


d. Perianal kondiloma akuminata. Pada rectal taoucher didapatkan bentukan seperti
bunga kubis dan dapat tumbuh meluas serta tidak mudah berdarah (Lowry, 2005).

18

Gambar 2.14 Perianal kondiloma akuminata(www.4shared.com)


e. Prolaps recti (procidentia). Tidak didapatkan keluhan nyeri. Bila dilakukan
pemeriksaan, tidak ada kelainan yang dapat ditunjukkan dan hanya tampak apabila
penderita mengejan pada posisi duduk seperti pada waktu defekasi. Didapatkan
permukaan mukosa dengan rugae. Didapatkan pula discharge mucous dan
inkontinensia. Bentuknya sirkumferensial (Elliot M, 2013).

Gambar 2.15 Prolaps rektum(Sumber: www.flickr.com)


2.8 Penatalaksanaan Hemoroid
Terapi hemoroid bertahap mulai dari perbaikan pola hidup hingga operasi, tergantung
dari derajat dan keparahan dari gejala. Menajemen yang ada sampai saat ini tercantum pada
tabel 2.3 di bawah ini (Lohsiriwat V, 2012):

19

2.9.1 Penatalaksanaan medis


Penatalaksanaan medis non farmakologis :
-

Penatalaksanaan medis hemoroid ditujukan untuk penderita hemoroid derajat I sampai


III atau semua derajat hemoroid yang ada kontraindikasi operasi atau pasien menolak

operasi.
Berupa perbaikan pola hidup perbaikan pola makan dan minum, perbaiki pola atau
cara defekasi. Memperbaiki defekasi merupakan pengobatan yang harus selalu ada
dalam setiap bentuk derajat hemoroid. Perbaikan defekasi disebut Bowel Managemet
Program (BMP) yang terdiri dari diit, cairan serat tambahan, pelicin feses, dan
perubahan perilaku perubahan air besar. Untuk memperbaiki defekasi dianjurkan
menggunakan posisi jongkok (squatting) sewaktu defekasi. Mengedan dan konstipasi
akanmeningkatkan tekanan vena hemoroidalis dan akan memperparah hemoroid itu
sendiri, dengan posisi menjongkok ini tidak dibutuhkan mengedan yang lebih banyak.
Pasien diusahakan tidak banyak duduk atau tidur, banyak bergerak, dan banyak jalan.
Dengan banyak bergerak pola defekasi menjadi membaik. Pasien diharuskan banyak
makan serat antara lain buah-buahan, sayur- sayuran, cereal dan suplementasi serat

komersial bila kurang serat dalam makanannya.


Penatalaksanaan medis farmakologis :
Bertujuan memperbaiki defekasi dengan menggunakan obat untuk melunakkan feses
sehingga tidak terlalu mengejan saat defikasi dengan demikian resiko terkena

hemoroid berkurang.
Menggunakan obat untuk meredakan atau menghilangkan keluhan dan gejala pada
anus. Obat ini tersedia dalam dua bentuk yaitu dalam bentuk sopositoria untuk
hemoroid interna dan dalam bentuk salep/krim untuk hemoroid eksterna.

2.9.2 Terapi minimal invasive

20
Dilakukan jika pengobatan farmakologi dan non farmakologi tidak berhasil, tindakan
yang dapat dilakukan diantaranya adalah:
a. Skleroterapi(Riwanto Ign, 2010; Abcaria H, 2007)
Adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% phenol dalam
minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam jaringan areolar yang
longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan dalam 24 jam pem.buluh darah
mengalami keradangan steril yang akan menjadi fibrosis dan meninggalkan jaringan
parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang
panjang melalui anoskop.Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka
tidak ada nyeri.Kontraindikasi : hemoroid eksterna karena menimbulkan nyeri yang
hebat.
b. Ligasi gelang karet (menurut Baron) (Simadibrata M, 2006; Riwanto Ign, 2010)
Hemoroid yang besar atau mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi
gelang karet Barron.Tujuan : membuat prolaps menjadi nekrosis dan putus tanpa rasa
sakit karena iskemia yang terjadi dalam beberapa hari.Caranya denganbantuan
anoskopi/protoskopi, mukosa diatas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau
dihisap kedalam tabung ligator khusus. Gelang karet didorong dari dalam ligator dan
di tempatkan secara rapat disekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Dengan
adanya nekrosis maka mukosa yang bersama karet akan lepas sendiri dan parut akan
menjadi pangkal hemoroid tersebut. Pada satau kali terapi hanya diikat satu kompleks
hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakuna dalam jarak waktu 2samapai 4
minggu.Penyulit : timbulnya nyeri karena terkenaanya garis mukokutan. Untuk
menghindari penyulit ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh dari garis
mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan oleh infeksi. Perdarahan dapat
terjadi pada waktu hemorid mengalami nekrosis, biasanya setelah 7 sampai 10 hari.
c. Krioterapi ( bedah beku )(Riwanto Ign, 2010)
Terapi hemoroid yang menyebabkan destruksi mukosa yang disebabkan oleh
pendinginan cepat pada suhu rendah sekali diikuti dengan pencairan cepat.
Dianjurkan untuk terapi hemoroid grade I IV. Tetapi prosedur ini tidak digunakan
lagi, oleh karena destruksi mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya.
Hemoroid dibekukan dengan suhu yang rendah sekali.Jika digunakan dengan
cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas hemoroid pada sambungan anus rektum,
maka krioterapi mencapai hasil yang serupa dengan yang terlihat pada ligasi dengan
gelang karet dan tidak ada nyeri. Dingin diinduksi melalui sonde dari mesin kecil
yang dirancang bagi proses ini. Tindakan ini cepat dan mudah dilakukan dalam

21
tempat praktek atau klinik.Krioterapi ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada
karsinoma rektum yang ireponibel.
d. Fotokoagulasi inframerah atau Infra Red Coagulation ( IRC )(Abcaria H, 2007)
Digunakan untuk hemoroid yang tidak mengalami prolaps ( grade I ).
Prosedurnya dengan pemusatan radiasi inframerah oleh sebuah fotokonduktor yang
akan menembus jaringan hemoroid dan diubah menjadi panas, sehingga menyebabkan
pembentukan ulkus kecil. Metode ini sama efektifnya dengan skleroterapi, tetapi
realtif mahal dan terdapat resiko perdarahan
2.9.3

Operatif

Hemorroidektomi(Riwanto Ign, 2010)


Prinsip: eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan.
Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak
mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus digabung dengan rekonstruksi tunika
mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis akibat prolapsus mukosa.
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional
(menggunakan pisau dan gunting), bedah laser (sinar laser sebagai alat pemotong) dan
bedah stapler (menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).
2.10 Komplikasi Hemoroid (Lindseth G,2006; Riwanto Ign, 2010)
- Perdarahan. Perdarahan pada hemorrhoid dapat terjadi akibat laserasi plexus vena
-

hemorroidalis oleh fases yang keras. Bila kronis dapat menyebabkan kronis.
Infeksi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi ( inkarserata / terjepit )
akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis Laserasi yang terjadi pada
plexus hemorroidalis tersebut dapat terinfeksi oleh kuman kuman yang banyak
terdapat dalam kanalis analis tersebut. Infeksi yang berat dapat menyebabkan sepsis

perianal dan bisa mengakibatkan kematian.


Trombosis. Banyak terjadi pada hemoroid eksterna. Dapat juga terjadi pada hemoroid
interna yang mengalami prolaps, yang akan menjadi irreponible sehingga tidak dapat
dipulihkan oleh karena kongesti yang mengakibatkan oedema dan thrombosis.

Keadaan ini yang menyebabkan nekrosis mukosa dan kulit yang menutupinya.
Emboli septic. Terjadi melalui system portal dan dapat menyebabkan abses hepar.

2.11 Prognosis Hemoroid


Dengan terapi yang tepat, dan sesuai indikasi pasien hemoroid yang simptomatik dapat
menjadi

asimtomatik. Secara keseluruhan prognosa hemoroid adalah baik. Prognosis

kambuhnya penyakit hemoroid sebagian besar tergantung pada keberhasilan mengubah


kebiasaan buang air besar penderita. Memperbanyak serat dalam diet, mengurangi waktu

22
yang dibutuhkan untuk buang air besar, semuanya akan mengurangi lama waktu mengejan
dalam posisi jongkok. Modifikasi perilaku ini merupakan langkah paling penting dalam
mencegah kekambuhan hemoroid.

BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang
diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih
dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid adalah
timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga
aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan komplikasi,
diantaranya adalah terjadi trombosis, peradangan, dan terjadi perdarahan. Hemoroid juga
dapat menimbulkan cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang penyakit dan
pengobatannya.
3.2 Saran
Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan pengobatannya
pada penderita hemoroid. Menginformasikan perubahan gaya hidup dengan berolahraga,

23
minum air putih, konsumsi sayur dan buah-buahan, bila ada luka di dubur maka rendam
dengan kalium permanganat, menghindari sikap dan lama duduk waktu BAB.
.

DAFTAR PUSTAKA

Abcaria H, 2007, Shackelfords Surgery of The Alimentary Tract 6 th Edition, WB Saunders,


USA.
Allonso-Coello P, Guyatt GH, Heels-Ansdell D, Johanson JF, Lopez-Yarto M, et al, 2008,
Laxative for the Treatment of Hemorrhoids, The Cochrane Collaboration, John
Wiley & Sons, Ltd, Barcelona.
Buntzen, Steen et al, 2012, Diagnosis and treatment of haemorrhoids, Danish Medical
Journal, Denmark.
Elliot M, 2013, Polyps of the Colon and Rectum, Merck Manual Handbook,
http://medicastore.com/penyakit/501/Polip_Di_Usus_Besar_&_Rektum.html,
diakses pada tanggal 30 Mei 2014.
Fekdstein, Ariel et al, 2009, Hemorrhoids, Gastroenterology Consultants of San Antonio,
Deparetemen of Pediatric Gastroenteroloy and Nutrition & Departement of Cell
biology, Cleveand.
Ganz, Robert, 2013, The Evaluation and Treatment of Hemorrhoids: A Guide for
Gastroenterologist, American Society of Colon and Rectal Surgeons, Minnesota,
Jacobs, Danny, 2014, Hemorrhoids, The New England Journal of Medicine, Massachusetts.
Lindseth G, 2006, Gangguan Usus Besar In: Price S, Wilson L, eds, Patofisiologi: Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi ke-6, EGC, Jakarta, page 456-468.
Lohsiriwat V, 2012, Hemorrhoids: From Basic Pathophysiology to Clinical Management,
World Journal of Gastroenterology 16th Edition, Baishideng.
Lowry, Stephen F, 2005, Learning Surgery The Surgery Clerkship manual, Springer, USA,
page 469-485.

24
Mansjoer A, et al, 2002, Kapita Selekta Kedokteran Jilid IIEdisi 3, Media Aesculapius,
Jakarta, page 321-324.
Odze RD, Goldblum JR, 2009, Surgical Pathology of GI Tract, Liver, Biliary Tract, and
Pancreas, Saunders Elsevier, Philadelphia, page 736-741.
Ohning, Gordon, 2009, Definitive Therapy for Internal Hemorrhoids-New Oppurtunities and
Options, Reviews in Gastroenterological Disorder vol. 9 no. 1 2009, Los Angeles.
Riwanto Ign, 2010, Usus halus, Apendiks, Kolon, dan Anorektum In: Sjamsuhidajat R, Jong
WD, eds, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-3, EGC, Jakarta, page 788-792.
Sarles, Harry, 2013, Approach to Hemorrhoids : A Primer for Gastroenterologists,
Gasroenterology & Endoscopy News, Texas.
Simadibrata M, 2006, Hemoroid In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S, Simadibrata
M, eds, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Interna Publishing, Jakarta, page 397-399.
Thornton,
SC,
2013,
Hemorrhoids,
In:
Geibel
J,
eds,
Medscape,
http://emedicine.medscape.com/article/775407-overview#showall,

diakses

pada

tanggal 30 Mei 2014.


Zinner MJ, 2007, Maingots Abdominal Operations 11th Edition, Mc Graw-Hill, USA, page
1221-1225.

You might also like