Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
Hemoroid yang lebih dikenal sebagai ambien atau wasir merupakan penyakit yang
sering ditemukan pada masyarakat Indonesia. Sekitar 5% dari populasi umum, 35% dari
penduduk yang berusia lebih dari 25 tahun dan 50% dari penduduk yang berusia 50 tahun
mengalami penyakit hemoroid ini. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat
menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman (Lindseth G,2006).
Hemorrhoid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus
yang berasal dari plexus hemorrhoidalis (Simadibrata M, 2006). Jaringan hemoroid
merupakan struktur anatomis normal pada kanalis anal yang berfungsi untuk membedakan
cairan, feses, dan udara, serta mencegah inkontinensia ani. Hemoroid dikatakan suatu kondisi
medis hanya jika muncul gejala (Allonso-Coello P, 2008).
Hemoroid merupakan pembengkakan submukosa pada lubang anus yang mengandung
pleksus vena, arteri kecil, dan jaringan areola yang melebar, dan ini merupakan suatu dilatasi
yang kronis dari pleksus venanya, dan ditemukan pada posisi jam 3,7,dan 11 pada lubang
anus (Riwanto Ign, 2010).
Tingginya prevalensi hemorrhoid disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
kurangnya konsumsi makanan berserat, konstipasi, usia, keturunan, kebiasaan duduk terlalu
lama, peningkatan tekanan abdominal karena tumor, pola buang air besar yang salah,
hubungan seks peranal, kurangnya intake cairan, kurang olah raga dan kehamilan
(Simadibrata M, 2006).
Sebuah penelitian di Amerika Utara pada tahun 2008 menunjukkan bahwa 14,8%
orang dewasa mengalami konstipasi. Angka ini lebih tinggi daripada penyakit kronis lainnya
seperti hipertensi, obesitas, dan diabetes melitus, sementara konstipasi merupakan salah satu
faktor risiko dari kejadian hemorrhoid (Fox-Orenstein, 2008). Penatalaksanaan hemoroid
dibagi atas penatalaksanaan secara medik dan scara bedah tergantung dari derajatnya
(Simadibrata M, 2006).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Anatomi Anorektum
Gambar 2.2 Arteri-arteri rektum dilihat dari anterior (Sumber: Grants Atlas of
Anatomy 12th Edition, 2009)
Aliran darah balik melalui dua rute. Diatas linea dentate, pleksus hemoroidalis interna
mengalirkan darah menuju vena rektalis superior dan kemudian bermuara ke vena
mesenterika inferior dan system portal. Pleksus hemoroidalis eksterna terletak dibawah linea
dentate, mengalirkan darah ke vena rectalis inferior dan vena rectalis media, kemudian
mengalirkannya ke vena iliaka interna (Simadibrata M, 2006; Zinner MJ, 2007).Vena-vena
dari anorektum dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.3 Vena-vena rektum dilihat dari anterior (Sumber: Netter FH. Atlas of Human
Anatomy 6th edition, 2014)
Hemoroid diklasifikasikan berdasarkan letaknya dalam kanalis ani dan linea dentate
yang merupakan batas anatomi dan histologi. Hemoroid externa berada di sebelah distal linea
dentata, di atasnya dapat diklasifikasikan sebagai hemoroid interna (OdzeRD, 2009)
Hemoroid interna adalah pelebaran pleksus hemoroidalis internus dan diliputi oleh
mukosa. Cabang-cabang vena ini terletak pada kolum analis pada posisi jam 3, 7, dan 11 bila
dilihat pada pasien dalam posisi litotomi (Riwanto Ign, 2010).
Hemoroid externa adalah pelebaran plexus hemoroidalis eksterna yang terletak pada
pinggir anus. Hemoroid ini diliputi kulit dan sering dikaitkan dengan hemoroid interna yang
sudah ada. Penting pada klinis terjadi ruptur cabang-cabang vena rectalis inferior, disertai
bekuan kecil darah pada jaringan submukosa dekat anus. Pembengkakan ini disebut
trombosis hemoroid externa/hematoma perianal. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal
karena ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri (Riwanto Ign, 2010).
Rektum dipersarafi oleh saraf simpatik dan parasimpatik. Otot spincter eksterna dan
levator ani dipersarafi oleh cabang rectalis inferior dari nervus pudenda interna (S2, S3, S4).
Ada 2 tipe saraf pada kanalis ani, yaitu saraf visceral yang terletak superior dari linea dentata
dan saraf somatic yang terletak inferior dari linea dentata. Inferior dari linea dentate serta
sensasi kutaneus terhadap rasa panas, dingin, nyeri dan perabaan dipersarafi oleh serabut
6
aferens nervus rectum inferior. Superior dari linea dentate serta senasi tumpul yang lemah,
dirasakan saat mukosa ditekan atau saat hemoroid interna dilegasi. Hal ini karena adanya
rangsangan pada sebut saraf parasimpatik. Oleh karena itu, hemoroid interna yang berada
superior dari linea dentate biasanya tanpa rasa sakit (Lindseth G,2006; Lowry, 2005).Sistem
inervasi dari anorektum dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.4 Inervasi anorektum dilihat dari anterior(Sumber: Grants Atlas of Anatomy 12th
Edition, 2009).
Proses defekasi diawali dengan adanya mass movement dari usus besar desenden
yang mendorong tinja ke dalam rektum. Mass movement timbul 15 menit setelah makan
7
dan hanya terjadi beberapa kali dalam sehari. Adanya tinja dalam rektum menyebabkan
peregangan rektum yang menimbulkan rangsangan sensoris pada dinding usus dan pelvis,
sehingga menimbulkan gelombang peristaltik pada usus besar desenden, sigmoid, dan
rektum, mendorong tinja kearah anus. Distensi rektum menimbulkan impuls pada serat-serat
sensoris asendens yang selanjutnya dibawa ke kortek yang menimbulkan kesadaran tentang
adanya distensi. Sementara itu terjadi kontraksi sementara otot lurik sfingter ani eksternus,
puborectal sling (bagian dari muskulus levator ani). Dengan demikian terjadilah reflek yang
disebut reflek inflasi.
2.2 Definisi Hemoroid
Hemoroid merupakan pembengkakan submukosa pada lubang anus yang mengandung
pleksus vena, arteri kecil, dan jaringan areola yang melebar, dan ini merupakan suatu dilatasi
yang kronis dari pleksus venanya, dan ditemukan pada posisi jam 3,7,dan 11 pada lubang
anus. Di dalam kanalis anal terdapat bantalan vaskular khusus yang membentuk massa dan
dilapisi sub mukosa tebal yang tersusun atas pembuluh darah, otot polos serta jaringan ikat
dan elastis. Bantalan ini berada di kuadran lateral kiri, anterior kanan dan posterior kanan dan
kanalis untuk membantu kontinensi anal, maka sering terjadi hemoroid pada daerah tersebut
(Riwanto Ign, 2010).
8
digolongkan sebagai faktor predisposisi seperti makanan yang kurang serat yang dapat
mengakibatkan feses keras sehingga sulit dikeluarkan (Simadibrata M, 2006).
2.3 Patofisiologi Hemoroid
Penelitian terbaru menekankan pada besarnya faktor bantalan anus, yang biasanya
terletak diatas linea dentate pada kanalis ani. Bantalan ini tersusun dari tiga lapisan tebal dari
kumpulan vena submukosa yang selalu terletak pada sisi lateral kiri, postero lateral kanan dan
atero lateral kanan. Fungsi bantalan ini belum jelas, namun diketahui bahwa bantalan ini
selalu membesar terisi oleh darah selama defekasi, diduga untuk melindungi kanalis ani dari
abrasi (Riwanto Ign, 201; Lowry, 2005).
Penyebab hemoroid tidak diketahui pasti, konstipasi kronis dan mengejan saat
defekasi mungkin penting.Mengejan menyebabkan pembesaran dan prolapsus sekunder
bantalan pembuluh darah hemoroidalis.Jika mengejan terus menerus, pembuluh darah
menjadi berdilatasi secara progresif dan jaringan sub mukosa kehilangan perlekatan
normalnya dengan sfingter internal di bawahnya, yang menyebabkan prolapsus hemoroid
yang klasik dan berdarah. Selain itu faktor penyebab hemoroid yang lain yaitu : kehamilan,
obesitas, diet rendah serat dan aliran balik venosa1 (Riwanto Ign, 201; Lowry, 2005).
Drainase daerah anorektal adalah melalui vena-vena hemoroidales superior dan
inferior. Vena hemoroidales superior mengembalikan darah ke vena mesenterika inferior dan
berjalan submukosa dimulai dari daerah anorektal dan berada dalam bagian yang disebut
kolumna Morgagni, berjalan memanjang secara radier sambil mengadakan anastomosis. Bila
ini menjadi varises maka disebut hemoroid interna. Lokasi primer hemoroid interna (pasien
berada dalam posisi litotomi) terdapat pada tiga tempat yaitu anterior kanan, posterior kanan,
dan lateral kiri,mengikuti cabang-cabang vena hemoroidalis superior dan tampak sebagai
pembengkakan globular kemerahan.1 Hemoroid yang lebih kecil terjadi diantara tempattempat tersebut (Mansjoer A, 2002).
Hemoroid eksterna merupakan pelebaraan dan penonjolan pleksus hemoroidalis
eksterna ( vena hemorroidalis inferior ), terdapat di sebelah distal garis mukokutan ( linea
dentate ) di dalam jaringan di bawah epitel anus. Plexus hemorroidalis eksterna mengalirkan
darah dari daerah perineum dan lipatan paha ke peredaran darah sistemik melalui vena illiaka.
2.4 Faktor Resiko Hemoroid (Lindseth G,2006)
Faktor risiko hemoroid banyak sekali, sehingga sukar bagi kita untuk menentukkan
penyebab yang tepat bagi tiap kasus. Faktor risiko hemoroid yaitu:
Primer
9
o Keturunan, karena dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis.
o Anatomik dan fisiologi. Vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan
pleksus hemoroidalis kurang mendapat sokongan otot dan vasa sekitarnya
10
mukosa. Selanjutnya plexus hemorroidalis interna ini mengalirkan darah ke vena porta.
Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan sub mukosa pada
rektum sebelah bawah. Karena tidak mempunyai inervasi somatic, maka pada umunya
penyakit ini tidak disertai nyeri Hemoroid interna terdapat pada tiga posisi primer, yaitu
kanan depan (jam 11), kanan belakang (jam 7) dan lateral kiri (jam 3), yang oleh Miles
disebut Three Primary Haemorrhoidal Areas. Hemoroid yang lebih kecil tedapat di antara
ketiga letak primer tersebut dan kadang juga sirkuler.
Secara klinis, hemoroid interna dibagi menjadi 4 derajat yaitu :
Derajat I :
- Terdapat perdarahan merah segar pada rectum pasca defekasi
- Tanpa disertai rasa nyeri
- Tidak terdapat prolaps
- Pada pemeriksaan anoskopi terlihat permulaan dari benjolan hemoroid yang
Tabel 2.1 Derajat Hemoroid Interna (Sumber: Buku Ajar Ilmu Bedah Ed 3, 2010)
Derajat
I
II
III
IV
Berdarah
+
+
+
+
Prolaps
+
+
Tetap
Reposisi
Spontan
Manual
irreponibel
Perbedaan gambaran derajat hemoroid dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
11
penyulit seperti infeksi, abses perianal. Sedangkan pada penderita bentuk skin tags tidak
mempunyai keluhan, kecuali kalau ada ulcerasi dan infeksi.
2.5.3 Gabungan hemoroid interna dan eksterna
Berasal dari pelebaran plexus hemorroidalis interna dan plexus hemorroidalis
eksterna.Gabungan hemoroid interna dan eksterna ini biasanya terletak di atas dan di bawah
linea dentate.Hemoroid ini sering ditemukan saat pemeriksaan colok dubur.Perbedaan
gambaran hemoroid interna dan eksterna dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
12
anemia berat.
Benjolan ( prolaps ). Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat
menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi
pada waktu defekasi dan disusul reduksi spontan setelah defekasi. Pada stadium yang
lebih lanjut, hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah defekasi agar masuk
kembali ke dalam anus. Pada akhirnya hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang
mengalami prolaps menetap dan tidak bisa didorong masuk lagi. Keluarnya mukus
dan terdapatnya faeces pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami
prolaps menetap. Harus dapat dibedakan dengan thrombosis perianal, skin tag yang
edema, hipertrofi papilla anus dan polip rektum.
13
-
Gejala iritasi. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai
pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan
mukus. Sekresi dari mukosa anus disertai perdarahan merupakan tanda hemoroid
interna, yang sering mengotori pakaian dalam, bahkan dapat menimbulkan maserasi
kulit. Skin tags merupakan tanda pernah terjadinya episode komplikasi thrombosis
hemoroid interna.Pruritus ani sebenarnya bukan akibat dari wasir. Rasa gatal bisa
terjadi karena sulit untuk menjaga kebersihan di daerah yang terasa nyeri. Pruritus ani
yang timbul bisa juga disebabkan karena iritasi kulit perianal oleh karena kelembaban
berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan.
Onset dan durasi dari keluhan, termasuk karakteristik nyeri, perdarahan, adanya
penonjolan dari anus, atau perubahan pola defekasi. Perdarahan yang paling
dikeluhkan oleh pasien, dokter harus menyanyakan tentang jumlah, warna dan durasi
perdarahan dari anus. Darah yang lebih gelap atau darah yang bercampur dengan
fases harus mengarahkan kecurigaan pada penyebab perdarahan yang proximal.Pasien
dengan hemoroid eksterna yang disertai thrombosis biasanya mengeluhkan adanya
tonjolan yang sangat nyeri. Rasa ini memuncak pada 48 72 jam pertama dan
Anamnesis
- Perdarahan pada waktu defekasi, biasanya tanpa
14
interna
merah segar
Berak kadang kadang bercampur lendir
Prolaps pada saat defekasi, keluar tonjolan dari
anus. Kadang kadang bias kembali sendiri
setelah defekasi atau perlu didorong kembali
dengan pertolongan jari. Kadang kadang prolaps
Hemoroid
yang
terus
menerus
akibat
rangsangan mucous.
Anemia sekunder, akibat perdarahan yang terjadi.
Rasa tidak enak di anus, seperti ada yang
eksterna
15
jam berapa
Adanya benjolan pada tepi anus ( hemoroid externa ), mungkin skin tag atau
hemoroid thrombosis
Kelainan anorectal lainnya, misalnya fisura ani, fistel ani dan lain lain
Pemeriksaan colok dubur sulit untuk dapat meraba adanya hemoroid dan biasanya
16
Penderita dalam posisi litotomi. Anaskopi dengan penyumbatnya dimasukkan
dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas
panjang. Dengan cara ini kita dapat melihat hemoroid interna derajat I dan II,
dimana tidak atau belum terlihat penonjolan hemoroid. Melalui pemeriksaan ini
sekaligus dapat dilihat posisi pangkal hemoroidnya. Pada anoskopi dapat dilihat
warna selaput lendir yang merah meradang atau perdarahan, banyaknya benjolan,
letaknya dan besarnya benjolan.
Benjolan hemoroid akan menonjol pada ujung anaskop. Bila perlu penderita
disuruh mengejan supaya benjolan dapat kelihatan sebesar-besarnya.Hemoroid
interna terlihat sebagai struktur vascular yang menonjol ke dalam lumen. Ukuran,
pembesaran dan penonjolan akan terlihat lebih nyata bila penderita sedikit
mengejan.
17
18
19
operasi.
Berupa perbaikan pola hidup perbaikan pola makan dan minum, perbaiki pola atau
cara defekasi. Memperbaiki defekasi merupakan pengobatan yang harus selalu ada
dalam setiap bentuk derajat hemoroid. Perbaikan defekasi disebut Bowel Managemet
Program (BMP) yang terdiri dari diit, cairan serat tambahan, pelicin feses, dan
perubahan perilaku perubahan air besar. Untuk memperbaiki defekasi dianjurkan
menggunakan posisi jongkok (squatting) sewaktu defekasi. Mengedan dan konstipasi
akanmeningkatkan tekanan vena hemoroidalis dan akan memperparah hemoroid itu
sendiri, dengan posisi menjongkok ini tidak dibutuhkan mengedan yang lebih banyak.
Pasien diusahakan tidak banyak duduk atau tidur, banyak bergerak, dan banyak jalan.
Dengan banyak bergerak pola defekasi menjadi membaik. Pasien diharuskan banyak
makan serat antara lain buah-buahan, sayur- sayuran, cereal dan suplementasi serat
hemoroid berkurang.
Menggunakan obat untuk meredakan atau menghilangkan keluhan dan gejala pada
anus. Obat ini tersedia dalam dua bentuk yaitu dalam bentuk sopositoria untuk
hemoroid interna dan dalam bentuk salep/krim untuk hemoroid eksterna.
20
Dilakukan jika pengobatan farmakologi dan non farmakologi tidak berhasil, tindakan
yang dapat dilakukan diantaranya adalah:
a. Skleroterapi(Riwanto Ign, 2010; Abcaria H, 2007)
Adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% phenol dalam
minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam jaringan areolar yang
longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan dalam 24 jam pem.buluh darah
mengalami keradangan steril yang akan menjadi fibrosis dan meninggalkan jaringan
parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang
panjang melalui anoskop.Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka
tidak ada nyeri.Kontraindikasi : hemoroid eksterna karena menimbulkan nyeri yang
hebat.
b. Ligasi gelang karet (menurut Baron) (Simadibrata M, 2006; Riwanto Ign, 2010)
Hemoroid yang besar atau mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi
gelang karet Barron.Tujuan : membuat prolaps menjadi nekrosis dan putus tanpa rasa
sakit karena iskemia yang terjadi dalam beberapa hari.Caranya denganbantuan
anoskopi/protoskopi, mukosa diatas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau
dihisap kedalam tabung ligator khusus. Gelang karet didorong dari dalam ligator dan
di tempatkan secara rapat disekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Dengan
adanya nekrosis maka mukosa yang bersama karet akan lepas sendiri dan parut akan
menjadi pangkal hemoroid tersebut. Pada satau kali terapi hanya diikat satu kompleks
hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakuna dalam jarak waktu 2samapai 4
minggu.Penyulit : timbulnya nyeri karena terkenaanya garis mukokutan. Untuk
menghindari penyulit ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh dari garis
mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan oleh infeksi. Perdarahan dapat
terjadi pada waktu hemorid mengalami nekrosis, biasanya setelah 7 sampai 10 hari.
c. Krioterapi ( bedah beku )(Riwanto Ign, 2010)
Terapi hemoroid yang menyebabkan destruksi mukosa yang disebabkan oleh
pendinginan cepat pada suhu rendah sekali diikuti dengan pencairan cepat.
Dianjurkan untuk terapi hemoroid grade I IV. Tetapi prosedur ini tidak digunakan
lagi, oleh karena destruksi mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya.
Hemoroid dibekukan dengan suhu yang rendah sekali.Jika digunakan dengan
cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas hemoroid pada sambungan anus rektum,
maka krioterapi mencapai hasil yang serupa dengan yang terlihat pada ligasi dengan
gelang karet dan tidak ada nyeri. Dingin diinduksi melalui sonde dari mesin kecil
yang dirancang bagi proses ini. Tindakan ini cepat dan mudah dilakukan dalam
21
tempat praktek atau klinik.Krioterapi ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada
karsinoma rektum yang ireponibel.
d. Fotokoagulasi inframerah atau Infra Red Coagulation ( IRC )(Abcaria H, 2007)
Digunakan untuk hemoroid yang tidak mengalami prolaps ( grade I ).
Prosedurnya dengan pemusatan radiasi inframerah oleh sebuah fotokonduktor yang
akan menembus jaringan hemoroid dan diubah menjadi panas, sehingga menyebabkan
pembentukan ulkus kecil. Metode ini sama efektifnya dengan skleroterapi, tetapi
realtif mahal dan terdapat resiko perdarahan
2.9.3
Operatif
hemorroidalis oleh fases yang keras. Bila kronis dapat menyebabkan kronis.
Infeksi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi ( inkarserata / terjepit )
akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis Laserasi yang terjadi pada
plexus hemorroidalis tersebut dapat terinfeksi oleh kuman kuman yang banyak
terdapat dalam kanalis analis tersebut. Infeksi yang berat dapat menyebabkan sepsis
Keadaan ini yang menyebabkan nekrosis mukosa dan kulit yang menutupinya.
Emboli septic. Terjadi melalui system portal dan dapat menyebabkan abses hepar.
22
yang dibutuhkan untuk buang air besar, semuanya akan mengurangi lama waktu mengejan
dalam posisi jongkok. Modifikasi perilaku ini merupakan langkah paling penting dalam
mencegah kekambuhan hemoroid.
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang
diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih
dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid adalah
timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga
aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan komplikasi,
diantaranya adalah terjadi trombosis, peradangan, dan terjadi perdarahan. Hemoroid juga
dapat menimbulkan cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang penyakit dan
pengobatannya.
3.2 Saran
Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan pengobatannya
pada penderita hemoroid. Menginformasikan perubahan gaya hidup dengan berolahraga,
23
minum air putih, konsumsi sayur dan buah-buahan, bila ada luka di dubur maka rendam
dengan kalium permanganat, menghindari sikap dan lama duduk waktu BAB.
.
DAFTAR PUSTAKA
24
Mansjoer A, et al, 2002, Kapita Selekta Kedokteran Jilid IIEdisi 3, Media Aesculapius,
Jakarta, page 321-324.
Odze RD, Goldblum JR, 2009, Surgical Pathology of GI Tract, Liver, Biliary Tract, and
Pancreas, Saunders Elsevier, Philadelphia, page 736-741.
Ohning, Gordon, 2009, Definitive Therapy for Internal Hemorrhoids-New Oppurtunities and
Options, Reviews in Gastroenterological Disorder vol. 9 no. 1 2009, Los Angeles.
Riwanto Ign, 2010, Usus halus, Apendiks, Kolon, dan Anorektum In: Sjamsuhidajat R, Jong
WD, eds, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-3, EGC, Jakarta, page 788-792.
Sarles, Harry, 2013, Approach to Hemorrhoids : A Primer for Gastroenterologists,
Gasroenterology & Endoscopy News, Texas.
Simadibrata M, 2006, Hemoroid In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S, Simadibrata
M, eds, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Interna Publishing, Jakarta, page 397-399.
Thornton,
SC,
2013,
Hemorrhoids,
In:
Geibel
J,
eds,
Medscape,
http://emedicine.medscape.com/article/775407-overview#showall,
diakses
pada