You are on page 1of 39

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang..............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Anorectum.....................................................................................
2.1.1.
Anatomi dan Fisiologi...................................................................
2.1.2.
Sistem Arteri.................................................................................
2.1.3.
Sistem Vena..................................................................................
2.1.4.
Sistem Limfe.................................................................................
2.1.5.
Inervasi..........................................................................................
2.1.6.
Kontinensia...................................................................................
2.1.7.
Defekasi........................................................................................
2.2.
Hemoroid......................................................................................
2.2.1.
Definisi..........................................................................................
2.2.2.
Klasifikasi.....................................................................................
2.2.3.
Faktor Risiko.................................................................................
2.2.4.
Patofisiologi..................................................................................
2.2.5.
Gejala dan Tanda..........................................................................
2.2.6.
Diagnosis.......................................................................................
2.2.7.
Pemeriksaan Tambahan................................................................
2.2.8.
Diagnosis Banding........................................................................
2.2.9.
Penatalaksanaan...........................................................................
2.2.10.
Komplikasi....................................................................................
2.2.11.
Prognosis.......................................................................................
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

2
3
3
4
5
5
6
7
8
8
8
9
12
13
14
16
19
20
23
37
38

BAB I
PENDAHULUAN
Hemorrhoid adalah pelebaran dari pleksus arteri-vena di saluran anus yang
berfungsi sebagai katup untuk mencegah inkontinensia flatus dan cairan. Penyakit ini
cukup banyak ditemukan dalam praktek dokter sehari-hari. Di Amerika Serikat lima
ratus ribu orang didiagnosa menderita hemorrhoid per tahunnya. Bahkan 75%
penduduk dunia pernah mengalami hemorrhoid.1

Referat Hemoroid

Tingginya prevalensi hemorrhoid disebabkan bebrapa faktor antara lain


kurangnya konsumsi makanan berserat, konstipasi, usia, keturunan, kebiasaan duduk
terlalu lama, peningkatan tekanan abdominal karena tumor, pola buang air besar yang
salah, hubungan seks peranal, kurangnya intake cairan, kurang olah raga dan
kehamilan.2
Kejadian hemorrhoid cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia
seseorang, dimana usia puncaknya adaalah 45-65 tahun. Sekitar setengah dari orangorang yang berumur 50 tahun pernah mengalami hemorrhoid. Hal terserbut
dikarenakan orang lanjut usia sering mengalami konstipasi sehingga terjadi
penekanan berlebihan pada pleksus hemorrhoidalis akibat proses mengejan.3, 4
Sekarang ini terjadi perubahan pola hidup manusia. Perubahan ini meliputi
perubahan pola makan yang cenderung lebih menyukai makanan siap saji yang tinggi
lemak, garam dan rendah serat serta kurangnya aktivitas fisik manusia, terlebih lagi
pada usia produktif (21-30 tahun). Usia produktif adalah usia ketika seseorang masih
mampu bekerja dan menghasilkan sesuatu. Oleh karena itu, dalam rentang usia
tersebut orang akan cenderung aktif bekerja dan rentan terjadi perubahan pola hidup
seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Dan hal tersebut tentu juga dapat memicu
terjadinya hemorrhoid.5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anorektum
2.1.1. Anatomi dan Fisiologi1,7
Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi ektoderm,
sedangkan rectum berasal dari entoderm. Karena perbedaan asal anus dan rectum ini,
Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah
Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 2

Referat Hemoroid

maka perdarahan, persarafan serta penyaliran vena dan limfenya berbeda juga,
demikian pula epitel yang menutupinya. Rektum dilapisi oleh mukosa glanduler usus
sedangkan kanalis analis oleh anoderm yang merupakan lanjutan epitel berlapis
gepeng kulit luar.
Daerah batas rektum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis epitel.
Kanalis analis dan kulit luar sekitarnya kaya akan persarafan sensoris somatik dan
peka terhadap rangsangan nyeri sedangkan mukosa rektum mempunyai persarafan
autonom dan tidak peka terhadap nyeri. Daerah vena di atas garis anorektum mengalir
melalui sistem porta, sedangkan yang berasal dari anus dialirkan ke sistem kava
melalui cabang vena iliaka. Sistem limf dari rektum mengalirkan isinya melalui
pembuluh limf sepanjang pembuluh hemorrhoidalis superior ke arah kelenjar limf
paraaorta melalui kelenjar limf iliaka interna, sedangkan limf yang berasal dari
kanalis analis mengalir ke arah kelenjar inguinal.
Kanalis analis berukuran panjang kurang lebih 3 cm. Sumbunya mengarah ke
ventrokranial yaitu ke arah umbilikus dan membentuk sudut yang nyata ke dorsal
dengan rektum dalam keadaan istirahat. Pada saat defekasi sudut ini menjadi lebih
besar. Batas atas kanalis anus disebut garis anorektum, garis mukokutan, linea
pektinata atau linea dentata. Di daerah ini terdapat kripta anus dan muara kelenjar
anus antara kolumna rektum. Infeksi yang terjadi disini dapat menimbulkan abses
anorektum yang dapat membentuk fistel. Lekukan antar sfingter sirkuler dapat diraba
di dalam kanalis analis sewaktu melakukan colok dubur, dan menunjukkan batas
antara sfingter interna dan sfingter eksterna (garis Hilton).
Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter interna
dan sfingter eksterna. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter
interna, otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator (puborektalis), dan
komponen m.sfingter eksternus. M.sfingter internus terdiri atas serabut otot polos,
sedangkan m.sfingter eksternus terdiri atas serabut otot lurik.

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 3

Referat Hemoroid

Gambar Anorektal
2.1.2

Sistem Arteri1,7
Arteri

hemorrhoidalis

superior

merupakan

kelanjutan

langsung

arteri

mesenterika inferior. Arteri hemorrhoidalis medialis merupakan percabangan anterior


arteri iliaka interna. Arteri hemorrhoidalis inferior adalah cabang arteri pudenda
interna. Anastomosis antara arkade pembuluh inferior dan superior menjadi sirkulasi
kolateral. Pendarahan pleksus hemorrhoidalis merupakan kolateral luas dan kaya
sekali darah sehingga perdarahan dari hemorrhoid interna menghasilkan darah segar
yang berwarna merah.

2.1.3

Sistem Vena1,7

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 4

Referat Hemoroid

Vena hemorrhoidalis superior berasal dari pleksus hemorrhoidalis internus dan


berjalan ke arah kranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui
vena lienalis ke vena porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan rongga perut
menentukan tekanan di dalamnya. Vena hemorrhoidalis inferior mengalirkan darah ke
dalam vena pudenda interna dan ke dalam vena iliaka interna dan sistem vena kava.

2.1.4

Sistem Limf1,7
Pembuluh limf dari kanalis analis akan menyalurkan isinya menuju kelenjar

limf inguinal dan selanjutnya mengalir ke kelenjar limf iliaka.


Pembuluh limf dari rektum berjalan seiring dengan vena hemorrhoidalis
superior dan mengalir ke kelenjar limf mesenterika inferior dan aorta.

2.1.5

Inervasi

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 5

Referat Hemoroid

Rektum dipersarafi oleh saraf simpatik dan parasimpatik. Otot spincter eksterna
dan levator ani dipersarafi oleh cabang rectalis inferior dari nervus pudenda interna
(S2, S3, S4). Ada 2 tipe saraf pada kanalis ani, yaitu saraf visceral yang terletak
superior dari linea dentata dan saraf somatic yang terletak inferior dari linea dentata.
Inferior dari linea dentate serta sensasi kutaneus terhadap rasa panas, dingin, nyeri dan
perabaan dipersarafi oleh serabut aferens nervus rectum inferior. Superior dari linea
dentate serta senasi tumpul yang lemah, dirasakan saat mukosa ditekan atau saat
hemoroid interna diligasi. Hal ini karena adanya rangsangan pada serabut saraf
parasimpatik. Oleh karena itu, hemoroid interna yang berada superior dari linea
dentate biasanya tanpa rasa sakit (Lindseth G,2006; Lowry, 2005). Sistem inervasi
dari anorektum dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 6

Referat Hemoroid

Gambar Inervasi anorektum dilihat dari anterior


(Sumber: Grants Atlas of Anatomy 12th Edition, 2009).
2.1.6

Kontinensia1
Kontinensia anus bergantung pada:

konsistensi feses
Makin encer feses maka makin sulit untuk menahannya di dalam usus.

tekanan di dalam anus (Suasana istirahat 25-100 mmHg)

tekanan di dalam rectum (Suasana istirahat 5-20 mmHg)

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 7

Referat Hemoroid

sudut anorektal
Muskulus puborektal mempertahakan sudut anorektal. Jika sudut antara
rektum dan anus lebih dari 80 derajat, feses sukar dipertahakan.

2.1.7

Defekasi1

Syarat defekasi normal:


persarafan sensible untuk sensasi isi rectum.
persarafan sfingter anus untuk kontraksi dan relaksasi.
peristaltik kolon dan rektum.
struktur anatomi organ panggul yang utuh.
Proses defekasi diawali dengan adanya mass movement dari usus besar
desenden yang mendorong tinja ke dalam rektum. Mass movement timbul 15 menit
setelah makan dan hanya terjadi beberapa kali dalam sehari. Adanya tinja dalam
rektum menyebabkan peregangan rektum yang menimbulkan rangsangan sensoris
pada dinding usus dan pelvis, sehingga menimbulkan gelombang peristaltik pada usus
besar desenden, sigmoid dan rektum, mendorong tinja kearah anus. Distensi rektum
menimbulkan impuls pada serabut-serabut saraf sensoris asendens yang selanjutnya
dibawa ke kortek yang menimbulkan kesadaran tentang adanya distensi. Sementara
itu terjadi kontraksi sementara otot lurik sfingter ani eksternus, puborectal sling
(bagian dari muskulus levator ani). Dengan demikian terjadilah reflek yang disebut
reflek inflasi.
2.2. Hemorrhoid
2.2.1

Definisi
Hemorrhoid adalah dilatasi varikosus vena pleksus hemorrhoidalis inferior atau

superior akibat peningkatan tekanan vena persisten.6


Ini merupakan suatu dilatasi yang kronis dari pleksus venanya dan ditemukan pada
posisi jam 3, 7 dan 11 pada lubang anus. Di dalam kanalis anal terdapat bantalan
vaskular khusus yang membentuk massa dan dilapisi sub mukosa tebal yang tersusun
atas pembuluh darah, otot polos serta jaringan ikat dan elastis. Bantalan ini berada di
kuadran lateral kiri, anterior kanan dan posterior kanan dan kanalis untuk membantu

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 8

Referat Hemoroid

kontinensi anal, maka sering terjadi hemoroid pada daerah tersebut (Riwanto Ign,
2010).

Gambar 2.5 Lokasi tersering hemoroid interna


(Sumber: World Journal of Gastroenterology 16th Edition, 2012).
Hemoroid juga dapat dikatakan sebagai dilatasi, pembengkakan atau inflamasi
vena hemoroidalis yang disebabkan oleh berbagai macam pencetus. Faktor- faktor
seperti mengejan saat buang air besar dapat menghambat aliran balik darah vena
hemoroidalis (Simadibrata M, 2006), menyebabkan dilatasi vaskuler dan kerusakan
jaringan penyangga, juga disebutkan bahwa mengejan mengakibatkan kontraksi
lapisan otot dinding rectum selama defekasi. Semua hal yang menyebabkan susahnya
buang air besar juga dapat digolongkan sebagai faktor predisposisi seperti makanan
yang kurang serat yang dapat mengakibatkan feses keras sehingga sulit dikeluarkan
(Simadibrata M, 2006).
2.2.2

Klasifikasi
Hemorrhoid interna adalah dilatasi varikosus vena pleksus hemorrhoidalis

superior, terletak di atas linea dentata dan ditutupi membran mukosa.6


Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan sub mukosa
pada rektum sebelah bawah. Karena tidak mempunyai inervasi somatic, maka pada
umunya penyakit ini tidak disertai nyeri Hemoroid interna terdapat pada tiga posisi
primer, yaitu kanan depan (jam 11), kanan belakang (jam 7) dan lateral kiri (jam 3)
yang oleh Miles disebut Three Primary Haemorrhoidal Areas. Hemoroid yang
Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah
Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 9

Referat Hemoroid

lebih kecil tedapat di antara ketiga letak primer tersebut dan kadang juga sirkuler.
(Lindseth G,2006; Simadibrata M, 2006)
Secara klinis, hemoroid interna dibagi menjadi 4 derajat yaitu :
Derajat I
- Terdapat perdarahan merah segar pada rectum pasca defekasi
- Tanpa disertai rasa nyeri
- Tidak terdapat prolaps
- Pada pemeriksaan anoskopi terlihat permulaan dari benjolan hemoroid yang
menonjol ke dalam lumen.
Derajat II
- Terdapat perdarahan sesudah defekasi
- Terjadi prolaps hemoroid yang dapat masuk sendiri (reposisi spontan)
Derajat III
- Terdapat perdarahan sesudah defekasi
- Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat masuk sendiri jadi harus didorong
dengan jari ( reposisi manual )
Derajat IV
- Terdapat perdarahan sesudah defekasi, sering disertai ulkus
- Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat didorong masuk (meskipun sudah
direposisi akan keluar lagi)
Tabel Derajat Hemoroid Interna
(Sumber: Buku Ajar Ilmu Bedah Ed 3, 2010)
Derajat
I
II
III
IV

Berdarah
+
+
+
+

Prolaps
+
+
Tetap

Reposisi
Spontan
Manual
Irreponibel

Perbedaan gambaran derajat hemoroid dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 10

Referat Hemoroid

Gambar Hemorrhoid Interna


Hemoroid eksterna
Hemorrhoid eksterna adalah dilatasi varikosus vena pleksus hemorrhoidalis
inferior, terletak di distal linea dentata dan ditutupi kulit anal yang telah berubah. 6
Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan
hematoma, walaupun disebut hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sangat
nyeri dan gatal karena ujung-ujung syaraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
Hemoroid eksterna kronik atau skin tag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang
terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

Gambar Hemorrhoid Eksterna

2.2.3

Faktor Resiko Hemoroid (Lindseth G,2006)

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 11

Referat Hemoroid

Peningkatan tekanan intra abdominal, seperti pada saat mengejan akan


mendorong bantalan hemoroid menjadi prolaps dan juga dapat menjepit vena intra
muscular kanalis ani sehingga terjadi obstruksi.
Faktor risiko hemoroid banyak sekali sehingga sukar bagi kita untuk
menentukan penyebab yang tepat bagi tiap kasus. Faktor risiko hemoroid yaitu:
Primer
o Keturunan. Karena dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis.
o Anatomik dan fisiologi. Vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan
pleksus hemoroidalis kurang mendapat sokongan otot dan vasa sekitarnya
sehingga memudahkan timbulnya timbunan darah.
o Kelemahan dari tonus sphincter ani
Sekunder
o Pekerjaan. Orang yang harus berdiri atau duduk lama atau harus mengangkat
o

barang berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid.


Usia. Pada usia tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh juga otot

sfingter menjadi tipis dan atonis.


Endokrin, misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus
(sekresi hormon relaksin) yang dapat melemahkan dinding vena di bagian

anus.
Mekanis. Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang

meninggi dalam rongga perut, misalnya penderita hipertrofi prostat.


Pola makan. Diet tinggi serat, seperti buah dan sayur, cukup minum air putih,

hindari makanan pedas akan menurunkan angka kejadian hemoroid.


Pola defekasi. Kebiasaan mengejan saat defekasi, kebiasaan defekasi dengan
berlama lama sambil membaca, sering diare, sering konstipasi akan

meningkatkan angka kejadian hemoroid.


Kehamilan merupakan salah satu faktor pencetus hemoroid karena terjadi
peningkatan vaskuler daerah pelvis, peningkatan tekanan intra abdominal,

sering kostipasi, dorongan pada bantalan anus saat persalinan.


Obstruksi vena. Pembendungan dapat terjadi karena dorongan massa faces
yang keras pada vena atau pada penderita hipertensi portal, dekompensasio
kordis, sirosis hepatis, tromosis, BPH dan tumor rectum.

2.2.4

Patofisiologi

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 12

Referat Hemoroid

Kebiasaan mengedan lama dan berlangsung kronik merupakan salah satu risiko
untuk terjadinya hemorrhoid. Peninggian tekanan saluran anus sewaktu beristirahat
akan menurunkan venous return sehingga vena membesar dan merusak jar. ikat
penunjang. Kejadian hemorrhoid diduga berhubungan dengan faktor endokrin dan
usia. Hubungan terjadinya hemorrhoid dengan seringnya seseorang mengalami
konstipasi, feses yang keras, multipara, riwayat hipertensi dan kondisi yang
menyebabkan vena-vena dilatasi hubungannya dengan kejadian hemmorhoid masih
belum jelas hubungannya. Hemorhoid interna yang merupakan pelebaran cabangcabang v.rectalis superior (v. hemoroidalis superior) dan diliputi oleh mukosa. Cabang
vena yang terletak pada colllum analis posisi jam 3, 7 dan 11 bila dilihat saat pasien
dalam posisi litotomi mudah sekali menjadi varises. Penyebab hemoroid interna
diduga kelemahan kongenital dinding vena karena sering ditemukan pada anggota
keluarga yang sama. Vena rectalis superior merupakan bagian paling bergantung pada
sirkulasi portal dan tidak berkatup. Jadi berat kolom darah vena paling besar pada
vena yang terletak pada paruh atas canalis ani. Disini jaringan ikat longgar submukosa
sedikit memberi penyokong pada dinding vena. Selanjutnya aliran balik darah vena
dihambat oleh kontraksi lapisan otot dinding rectum selama defekasi. Konstipasi
kronik yang dikaitkan dengan mengedan yang lama merupakan faktor predisposisi.
Hemoroid kehamilan sering terjadi akibat penekanan vena rectalis superior oleh
uterus gravid. Hipertensi portal akibat sirosis hati juga dapat menyebabkan hemoroid.
Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah
Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 13

Referat Hemoroid

Kemungkinan kanker rectum juga menghambat vena rectalis superior. Hemoroid


eksterna adalah pelebaran cabang-cabang vena rectalis (hemorroidalis) inferior waktu
vena ini berjalan ke lateral dari pinggir anus. Hemorroid ini diliputi kulit dan sering
dikaitkan dengan hemorrhoid interna yang sudah ada. Keadaan klinik yang lebih
penting adalah ruptura cabang-cabang v. rectalis inferior sebagai akibat batuk atau
mengedan, disertai adanya bekuan darah kecil pada jaringan submukosa dekat anus.
Pembengkakan kecil berwarna biru ini dinamakan hematoma perianal. Kedua pleksus
hemoroid, internus dan eksternus, salingberhubungan secara longgar dan merupakan
awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum sebelah bawah dan anus.
Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke v. hemoroid superior dan selanjutnya
ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik
melalui daerah perineum dan lipat paha kedaerah v. Iliaka
2.2.5

Gejala dan Tanda

Perdarahan.
Perdarahan umumnya merupakan keluhan tersering dan tanda pertama dari
hemoroid interna akibat trauma oleh faeces yang keras. Darah segar menetes
setelah pengeluaran feses ( tidak bercampur dengan feses ), dapat hanya
berupa garis pada faeces atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang
terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah, tanpa disertai nyeri
dan pruritus. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah
segar karena kaya akan zat asam. Perdarahan massif terjadi bila bantalan
prolaps pecah dan terbendung oleh spincter. Perdarahan dapat juga timbul di
luar defekasi, yaitu pada orang tua dengan bantalan anus yang hanya ditutupi
oleh mukosa yang terletak diluar anus, terjadi akibat tonus spincter yang
melemah. Perdarahan ini berwarna merah segar karena berasal dari lamina
propia yang langsung berada dibawah epitel dan baru terjadi. Perdarahan luas
dan intensif di pleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap
merupakan darah arteri. Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat
berakibat timbulnya anemia berat.
Benjolan ( prolaps ).
Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol
keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi
Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah
Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 14

Referat Hemoroid

pada waktu defekasi dan disusul reduksi spontan setelah defekasi. Pada
stadium yang lebih lanjut, hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah
defekasi agar masuk kembali ke dalam anus. Pada akhirnya hemoroid dapat
berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap dan tidak bisa
didorong masuk lagi. Keluarnya mukus dan terdapatnya faeces pada pakaian
dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolaps menetap. Harus
dapat dibedakan dengan thrombosis perianal, skin tag yang edema, hipertrofi
papilla anus dan polip rektum.
Gejala iritasi.
Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai
pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan
rangsangan mukus. Sekresi dari mukosa anus disertai perdarahan merupakan
tanda hemoroid interna, yang sering mengotori pakaian dalam, bahkan dapat
menimbulkan maserasi kulit. Skin tags merupakan tanda pernah terjadinya
episode komplikasi thrombosis hemoroid interna. Pruritus ani sebenarnya
bukan akibat dari wasir. Rasa gatal bisa terjadi karena sulit untuk menjaga
kebersihan di daerah yang terasa nyeri. Pruritus ani yang timbul bisa juga
disebabkan karena iritasi kulit perianal oleh karena kelembaban yang terus
menerus dan rangsangan anus. (itching and pruritus)
Nyeri.
Nyeri dan rasa tidak nyaman timbul bila ada komplikasi berupa prolaps,
thrombosis atau akibat penyakit lain yang menyertai seperti fisura ani, abses
dan keganasan. Puncak nyeri biasanya timbul setelah defekasi.

2.2.6. Diagnosis Hemoroid


Anamnesis (Riwanto Ign, 2010; Thornton, SC, 2013)
- Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yang
membutuhkan tekanan intra abdominal meninggi (mengejan), pasien sering
-

duduk berjam-jam di WC dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan.
Onset dan durasi dari keluhan, termasuk karakteristik nyeri, perdarahan,
adanya penonjolan dari anus atau perubahan pola defekasi. Perdarahan yang
paling dikeluhkan oleh pasien, dokter harus menyanyakan tentang jumlah,
warna dan durasi perdarahan dari anus. Darah yang lebih gelap atau darah

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 15

Referat Hemoroid

yang bercampur dengan fases harus mengarahkan kecurigaan pada penyebab


perdarahan yang proximal. Pasien dengan hemoroid eksterna yang disertai
thrombosis biasanya mengeluhkan adanya tonjolan yang sangat nyeri. Rasa ini
memuncak pada 48 72 jam pertama dan menurun setelah hari keempat
-

pembentukan thrombus.
Untuk lebih memudahkan, biasanya keluhan-keluhan ini dapat digolongkan,
yaitu :
Tabel 2.2 Anamnesis pada pasien hemoroid
Jenis Hemoroid
-

Anamnesis
Perdarahan pada waktu defekasi, biasanya tanpa
disertai rasa nyeri, darah yang keluar berwarna

merah segar
BAB kadang kadang bercampur lendir
Prolaps pada saat defekasi, keluar tonjolan dari
anus. Kadang kadang bisa kembali sendiri
setelah defekasi atau perlu didorong kembali
dengan pertolongan jari. Kadang kadang prolaps

Hemoroid
interna

ini tidak bisa dikembalikan.


Rasa tidak enak di anus atau kadang kadang
terasa nyeri bila ada penyulit atau adanya infeksi

yang menyebabkan oedema.


Iritasi kronis di sekitar anus dapat menimbulkan
rasa gatal (pruritus ani). Hal ini disebabkan
kelembaban

terus-menerus

akibat

rangsangan mucous.
Anemia sekunder, akibat perdarahan yang terjadi.
Rasa tidak enak di anus, seperti ada yang

mengganjal ( skin tags)


Nyeri jarang terjadi. Hanya timbul apabila

hemoroid mengalami thrombosis


Iritasi kronis bila kulit dalam kondisi lembab.

Hemoroid
eksterna

yang

Pemeriksaan Fisik (Riwanto Ign, 2010; Thornton, SC, 2013)


a. Pemeriksaan umum tidak boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan
oleh penyakit lain seperti sindrom hipertensi portal.
b. Pada pemeriksaan lokal, penderita dalam posisi lithotomi, miring (sims
position) atau posisi menungging (knee chest position) ini yang terbaik.

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 16

Referat Hemoroid

Gambar 2.7 Posisi litotomi(Sumber: www.medivisuals.com)

Gambar 2.8 Posisi Sims (Sumber: www.curezone.org dan


www.atitesting.com)

Gambar 2.9 Posisi knee-chest(Sumber: :www.atitesting.com)


Evaluasi inspeksi pada daerah anorectal berupa :
Perdarahan atau bekas perdarahan pada anus
Adanya prolpas hemoroid interna ( dengan pasien mengejan ), catat pada
posisi jam berapa
Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah
Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 17

Referat Hemoroid

Adanya benjolan pada tepi anus ( hemoroid externa ), mungkin skin tag

atau hemoroid thrombosis


Kelainan anorectal lainnya, misalnya fisura ani, fistel ani dan lain-lain
Pemeriksaan colok dubur sulit untuk dapat meraba adanya hemoroid dan

biasanya tidak nyeri. Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk menyingkirkan


kemungkinan penyakit lain terutama carcinoma rectum. Bila terdapat nyeri yang
hebat dan adanya thrombosis perianal maka colok dubur jangan dilakukan. Pada
pemeriksaan rectal toucher dilakukan penilaian adanya massa, konsistensi, mucoid
discharge (lendir) atau darah dan tonus spincter ani.
Pada hemoroid interna biasanya tidak teraba benjolan sebab tekanan vena di
dalamnya tidak cukup tinggi, kecuali bila ada penyulit seperti adanya thrombus
atau pembentukan polip. Apabila hemoroid interna mengalami prolaps, maka
tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat apabila penderita
diminta mengejan
Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi apalagi bila terjadi
trombosis. Trombus dan fibrosis pada perabaan dirasakan padat dengan dasar
yang lebar.
2.2.7. Pemeriksaan Tambahan (Riwanto Ign, 2010; Thornton, SC, 2013)
a. Anoscopy atau Protoscopy :
Penderita dalam posisi litotomi. Anaskopi dengan penyumbatnya
dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan
penderita disuruh bernafas panjang. Dengan cara ini kita dapat melihat
hemoroid interna derajat I dan II, dimana tidak atau belum terlihat
penonjolan hemoroid. Melalui pemeriksaan ini sekaligus dapat dilihat posisi
pangkal hemoroidnya. Pada anoskopi dapat dilihat warna selaput lendir yang
merah meradang atau perdarahan, banyaknya benjolan, letaknya dan
besarnya benjolan.
Benjolan hemoroid akan menonjol pada ujung anaskop. Bila perlu
penderita disuruh mengejan supaya benjolan dapat kelihatan sebesarbesarnya. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vascular yang menonjol
ke dalam lumen. Ukuran, pembesaran dan penonjolan akan terlihat lebih
nyata bila penderita sedikit mengejan.

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 18

Referat Hemoroid

Gambar 2.10 Proktoskop


(Sumber: www.chirurgie-cim-koblenz.de dan www.dr-rothenhaeusler.de)
b. Proctosigmoidoscopy
Pemeriksaan ini perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan
bukan disebabkan oleh proses radang dan proses keganasan ditingkat yang
lebih tinggi, misalnya karsinoma kolon, karsinoma rectum dan lain
sebagainya.
c. Pemeriksaan Feces
Diperlukan untuk mengetahui adanya darah samar (occult bleeding).
2.2.8. Diagnosis Banding1
a.

Karsinoma rectum
Adanya gangguan pola defekasi, perdarahan menetes disertai lendir, berat
badan turun. Pada rectal toucher teraba massa yang berbenjol-benjol, keras
dan mengaung..(Abcaria H, 2007).

b.

Prolaps rectum

Merupakan keluarnya seluruh tebal dinding rectum. Biasanya disebabkan oleh


kurangnya daya tahan jaringan penunjang rectum disertai peningkatan tekanan
Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah
Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 19

Referat Hemoroid

abdominal. Keluhan biasanya rasa tidak enak saat defekasi, sekresi lendir dan
darah, terdapat masa yang keluar dari anus. Pada rectal toucher terdapat
penonjolan rectum dengan lipatan mukosa yang konsentrik, pinggir anus
beralur dan tonus spinter anus lemah.

c.

Fissura Ani
Merupakan perlukaan pada mukosa anus, memanjang sejajar dengan sumbu
anus, biasanya tunggal dan terletak di garis tengah anus. Keluhan biasanya
konstipasi, nyeri saat BAB, darah segar di permukaan tinja. Pemeriksaan
fisik didapatkan trias, ulkus pada anus, papilla hipertrofik (teraba benjolan)
dan skintag.

d.

Polip rectum
Merupakan perumbuhan jaringan dari dinding rektum yang menonjol ke
dalam lumen (Elliot M, 2013). Biasanya memberikan gejala perdarahan

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 20

Referat Hemoroid

melalui rectal disertai lendir dan benjolan. Namun perdarahan bersifat


intermiten dan pada pemeriksaan rectal toucher teraba massa bertangkai
yang lunak dan berpangkal pada dinding rectum. Lebih sering terjadi pada
anak anak (Lindseth G,2006).

e.

Perianal Kondiloma Akuminata


Merupakan tonjolan-tonjolan yang berbentuk bunga kol atau kutil yang
meruncing kecil yang disebabkan oleh HPV. Gambaran merah muda, flat
dan seperti bunga kol.

2.2.9. Penatalaksanaan1,2
Penatalaksanaan
nonfarmakologis,

medis

farmakologis,

hemorrhoid
tindakan

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

teridiri
minimal

dari
invasive

penatalaksanaan
dan

bedah.
Page 21

Referat Hemoroid

Penatalaksanaan medis hemorrhoid ditujukan untuk hemorrhoid interna derajat I


sampai III atau semua derajat hemorrhoid yang ada kontraindikasi operasi atau pasien
menolak operasi. Sedangkan penatalaksanaan bedah ditujukan untuk hemorrhoid
interna derajat III dan IV atau semua derajat hemorrhoid yang tidak respon terhadap
pengobatan medis.
Menajemen yang ada sampai saat ini tercantum pada tabel 2.3 di bawah ini
(Lohsiriwat V, 2012):

2.2.9.1. Penatalaksanaan Medis Non Farmakologi2


Penatalaksanaan ini berupa:

perbaikan pola hidup

perbaikan pola makan dan minum

perbaiki pola/cara defekasi.

Memperbaiki defekasi merupakan pengobatan yang selalu harus ada dalam setiap
bentuk dan derajat hemorrhoid. Perbaikan defekasi disebut Bowel Management
Program (BMP) yang terdiri dari diet, cairan, dan serat tambahan, pelicin feses dan
perubahan perilaku buang air besar. Untuk memperbaiki defekasi dianjurkan
menggunakan posisi jongkok (squatting) sewaktu defekasi. Pada posisi jongkok
ternyata sudut anorektal pada orang menjadi lurus ke bawah sehingga diperlukan
usaha yang lebih ringan untuk mendorong tinja ke bawah atau ke luar rektum.
Mengedan dan konstipasi akan meningkatkan tekanan vena hemorrhoid dan akan
Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah
Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 22

Referat Hemoroid

memperparah timbulnya hemorrhoid, dengan posisi jongkok ini tidak diperlukan


mengedan lebih banyak. Bersamaan dengan program BMP diatas, biasanya juga
dilakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam anus dalam air selama
10-15 menit, 2-4 kali sehari. Dengan perendamana ini maka eksudat yang lengket atau
sisa tinja yang lengket. Eksudat dan sisa tinja akan menimbulkan iritasi dan rasa gatal
bila tidak dibersihkan.
Tujuan terapi pada hemorrhoid bukan untuk menghilangkan pleksus
hemorrhoidalis tetapi untuk menghilangkan keluhan.
Pasien dengan hemorrhoid grade 1 dan 2 dapat ditolong dengan edukasi tentang
makanan. Makanan sebaikanya berserat tinggi, yang membuat gumpalan isi usus
besar dan lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan untuk
mengedan secara berlebihan.
Pasien diusahakan banyak begerak, tidak banyak duduk atau tidur. Dengan
banyak bergerak pola defekasi menjadi membaik. Pasien diharuskan banyak minum
30-40 ml/KgBB/hari untuk melembekkan tinja. Pasien harus banyak makan serat
antara lain buah-buahan, sayur-sayuran,cereal, dan suplementasi serat komersial bila
kurang serat dalam makanan.
2.2.9.2. Penatalaksanaan Medis Farmakologi2
Obat-obat farmaklologis hemorrhoid dibagi atas empat, yaitu:
memperbaiki defekasi
meredakan keluhan subyektif
menghentikan perdarahan
menekan atau mencegah timbulnya keluhan dan gejala.
a.

Obat memperbaiki defekasi.


Ada dua obat yang diikutkan dalam BMP yaitu suplemen serat ( fiber

supplement) dan pelincir atau pelicin tinja ( stool softener) . Suplemen serat komersial
yang banyak dipakai antara lain psyllium atau isphagula Husk ( misalnya Vegeta,
Mulax,Metamucil, Mucofalk) yang berasal dari kulit biji plantago ovata yang
dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Dalam saluran cerna bubuk ini agak
menyerap air dan bersifat sebagai bulk laxative, yang bekerja membesarkan volume
tinja dan meningkatkan peristaltis. Efek samping antara lain buang angin, kembung,
Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah
Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 23

Referat Hemoroid

konstipasi, alergi, nyeri perut, dll. Untuk mencegah konstipasi atau obstruksi saluran
cerna dianjurkan minum air yang banyak.
Obat kedua yaitu obat laksan atau pencahar antara lain natrium dioktil
sulfosuksinat ( R/laxadine), dulcolax,microlax,dll. Natrium dioktil sulfosuksinat
bekerja sebagai anionic surfactant, merangsang sekresi mukosa usus halus dan
meningkatkan penetrasi cairan ke dalam tinja. Dosis 300mg/hari.
b.

Obat Simtomatik.
Pengobatan simtomatik bertujuan menghilangkan atau mengurangi keluhan

rasa gatal, nyeri atau karena kerusakan kulit di daerah anus. Obat pengurang keluhan
seringkali dicampur pelumas (lubricant), vasokontriktor, dan antiseptik lemah. Untuk
menghilangkan nyeri tersedia sediaan yang mengandung anastesi lokal. Bukti yang
meyakinkan akan anastesi lokal tersebut belum ada. Pemberian anastesi lokal tersebut
dilakukan sesingkat mungkin untuk menghindarkan sensitisasi atau iritasi kulit anus.
Sediaan penenang keluhan yang ada di pasar dalam bentuk ointment atau suppositoria
antara lain anusol, boraginol N/S, dan faktu. Bila perlu dapat digunakkan sediaan
yang mengandung kortikosteroid untuk mengurangi radang daerah hemorrhoid atau
anus antara lain Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct. Sediaan berbentuk supossitoria
digunakan untuk hemorrhoid interna , sedangkan sediaan ointment/krem digunakan
untuk hemorrhoid eksterna.
c.

Obat menghentikan perdarahan


Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya vena

hemorrhoid yang dindingnya tipis. Pemberian serat komersial misal psyllium pada
penelitian Perez Miranda dkk (1996) setelah 2 minggu pemberian ternyata dapat
mengurangi perdarahan hemorrhoid yang terjadi dibandingkan palsebo.Szent- Gyorgy
memberikan citrus bioflavonoids yang berasal dari jeruk lemon dan paprika pada
pasien hemorrhoid berdarah, ternyata dapat memperbaiki permeabilitas dinding
pembuluh darah. Bioflavonoids yang berasal dari jeruk lemon antara lain diosmin,
heperidin, rutin, naringin,tangeretin, diosmetin, neohesperidin, quercetin. Yang
digunakan untuk pengobatan hemorrhoid yaitu campuran diosmin (90%) dan
hesperidin (10%), dalam bentuk micronized, dengan nama dagang Ardium atau
Daflon.

Bukti-bukti

yang

mendukung

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

penggunaan

bioflavonoid

untuk

Page 24

Referat Hemoroid

menghentikan perdarahan hemorrhoid antara lain penelitian Ho dkk (1995) meneliti


efek Daflon 500mg 3x perhari dalam mencegah perdarahan sekunder setelah
hemoroidektomi pada 228 pasien hemorrhoid dengan prolaps menetap. Pada
kelompok daflon perdarahan sekunder lebih sedikit daripada plasebo. Ho dkk (2000)
melakukan penelitian daflon pada hemorrhoid yang diobati dengan ligasi rubber band
selama 3 bulan. Pada kelompok daflon didapatkan perdarahan ulang yang lebih
sedikit dibandingkan kontrol.
d.

Obat pencegah serangan hemorrhoid.


Caspite (1994), melakukan uji klinik pada 100 pasien hemorrhoid akut yang

membandingkan ardium dan plasebo, dengan rancangan tersemar ganda dan teracak.
Ardium 500mg dan plasebo diberikan tiga kali 2 tablet selama 4 hari, lalu 2 kali 2
tablet selama 3 hari. Perbaikan menyeluruh keluhan dan gejala terjadi pada kedua
kelompok pengobatan. Tetapi perbaikan lebih nyata pada kelompok ardium 500
(p<0,001). Ardium 500 memberi perbaikan yang nyata terhadap gejala inflamasi,
kongesti, edema dan prolaps.
2.2.9.3. Penatalaksanaan Minimal Invasive
a.

Skleroterapi1,7
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia (5% fenol dalam minyak nabati) pada

submukosa dalam jaringan areolar yang longgar di bawah hemorrhoid interna. Tujuannya
untuk menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan
parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang

panjang melalui anoskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat
maka tidak ada nyeri.
Penyulit penyuntikan antara lain infeksi dan reaksi hipersensitivitas. Skleroterapi dan
edukasi tentang makan merupakan terapi yang efektif untuk hemorrhoid interna grade 1 dan
2. Kontraindikasi : hemoroid eksterna karena menimbulkan nyeri yang hebat.

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 25

Referat Hemoroid

Gambar Skleroterapi
b.

Ligasi gelang karet (menurut Baron


Hemoroid yang besar atau mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi

gelang karet Barron. Tujuan : membuat prolaps menjadi nekrosis dan putus tanpa rasa
sakit karena iskemia yang terjadi dalam beberapa hari. Caranya dengan bantuan
anoskopi atau protoskopi, mukosa di atas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik
atau dihisap kedalam tabung ligator khusus. Gelang karet didorong dari dalam ligator
dan di tempatkan secara rapat disekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut.
Dengan adanya nekrosis maka mukosa yang bersama karet akan lepas sendiri dan
parut akan menjadi pangkal hemoroid tersebut. Pada satu kali terapi hanya diikat satu
kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu 2
samapai 4 minggu. Penyulit : timbulnya nyeri karena terkenaanya garis mukokutan.
Untuk menghindari penyulit ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh dari
garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan oleh infeksi. Perdarahan
dapat terjadi pada waktu hemorid mengalami nekrosis, biasanya setelah 7 sampai 10
hari.

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 26

Referat Hemoroid

Gambar Rubber Band Ligation (dari www.pph.com )

c.

Krioterapi ( bedah beku ) (Riwanto Ign, 2010)


Terapi hemoroid yang menyebabkan destruksi mukosa yang disebabkan oleh

pendinginan cepat pada suhu rendah sekali diikuti dengan pencairan cepat.
Dianjurkan untuk terapi hemoroid grade I IV. Tetapi prosedur ini tidak digunakan
lagi, oleh karena destruksi mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya.
Hemoroid dibekukan dengan suhu yang rendah sekali. Jika digunakan dengan
cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas hemoroid pada sambungan anus rektum,
maka krioterapi mencapai hasil yang serupa dengan yang terlihat pada ligasi dengan
gelang karet dan tidak ada nyeri. Dingin diinduksi melalui sonde dari mesin kecil
yang dirancang bagi proses ini. Tindakan ini cepat dan mudah dilakukan dalam
tempat praktek atau klinik. Krioterapi ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada
karsinoma rektum yang ireponibel.
d.

Fotokoagulasi inframerah atau Infra Red Coagulation ( IRC ) (Abcaria H,

2007)
Digunakan untuk hemoroid yang tidak mengalami prolaps ( grade I ). Prosedurnya
dengan pemusatan radiasi inframerah oleh sebuah fotokonduktor yang akan
Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah
Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 27

Referat Hemoroid

menembus jaringan hemoroid dan diubah menjadi panas, sehingga menyebabkan


pembentukan ulkus kecil. Metode ini sama efektifnya dengan skleroterapi, tetapi
realtif mahal dan terdapat resiko perdarahan.
e.

Generator galvanis

Jaringan hemoroid dirusak dengan arus listrik searah yang berasal dari baterai kimia.
Cara ini paling efektif digunakan pada hemoroid interna. (de Jong, 2005)
f.

Hemorroidal Arteri Ligation ( HAL )

HAL menggunakan ultrasonik detektor alirah darah (Doppler) untuk mengidentifikasi


arteri yang mensuplai hemorrhoid. Tenik ini terdiri dari mengikat pembuluh darah
dengan menempatkan sebuah jahitan melalui jendela kecil pada alat. Dengan
mengikat arteri yang mensuplai hemorrhoid maka hemorrhoid tersebut menyusut. Hal
ini menyebabkan resolusi yang cepat dari perdarahan dan benjolan yang disebabkan
hemorrhoid. Teknik ini sangat efektif untuk hemorrhoid grade 2 dan 3.
Kelebihan:
1. prosedur sederhana
2. tidak ada sayatan sehingga relatif tidak menimbulkan nyeri
3. lebih cepat sembuh
4. dapat dilakukan tanpa anastesi umum
5. tingkat keberhasilan tinggi
g.

Bipolar Coagulation / Diatermi bipolar


Prinsipnya tetap sama dengan terapi hemoroid lain di atas yaitu menimbulkan

nekrosis jaringan dan akhirnya fibrosis. Namun yang digunakan sebagai penghancur
jaringan yaitu radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi. Pada terapi dengan
diatermi bipolar, selaput mukosa sekitar hemoroid dipanasi dengan radiasi
elektromagnetik berfrekuensi tinggi sampai akhirnya timbul kerusakan jaringan. Cara
ini efektif untuk hemoroid interna yang mengalami perdarahan. (de Jong, 2005)
2.2.9.4. Penatalaksanaan Bedah
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional
(menggunakan pisau dan gunting), bedah laser (sinar laser sebagai alat pemotong) dan
bedah stapler (menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).
Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah
Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 28

Referat Hemoroid

a.

Hemorrhoidectomy1,7,8
Merupakan metoda pilihan untuk penderita derajat III dan IV atau pada

penderita yang mengalami perdarahan yang berulang yang tidak sembuh dengan cara
lain.Penderita yang mengalami hemorrhoid derajat IV yang mengalami trombosis
dan nyeri yang hebat dapat segera ditolong dengan teknik ini. Prinsip yang harus
diperhatikan pada hemorrhoidectomy adalah eksisi hanya dilakukan pada jaringan
yang benar-benar berlebihan, dengan tidak mengganggu spincter ani.4
Langkah-langkahnya adalah, pertama, anoderm harus dijaga selama operasi dan
hemorrhoidectomy tidak pernah dilakukan sebagai ekstirpasi radikal. Jaringan yang
patologis diangkat. Spincter dengan hati-hati diekspos dan ditinggalkan selama
pengankatan hemorrhoid. Kepastian hemostasis harus benar-benar diperhatikan.4
Di Amerika, teknik tertutup yang digambarkan oleh Ferguson dan Heaton lebih
dikenal karena :
-

mengambil jaringan patologis

perbaikan jaringan cepat

lebih nyaman

gangguan defekasi minimal

Hemorrhoidectomy terbuka dipopulerkan oleh Milligan-Morgan, tahun1973. Ada 2


variasi daras tindakan bedah hemorrhoidectomy, yaitu:
1.

Open hemorrhoidectomy

2.

Closed hemorrhoidectomy

Perbedaannya tergantung pada apakah mukosa anorectal dan kulit perianal ditutup
atau tidak setelah jaringan hemorrhoid dieksisi dan diligasi5
Open Hemorrhoidectomy
Dikembangkan oleh Milligen- Morgan, dilakukan apabila terdapat hemorrhoid yang
telah mengalami gangrenous atau meliputi seluruh lingkaran ataupun bila terlalu
sempit untuk masuk retractor.2
Teknik Open Hemorrhoid (Miligan-Morgan)
1.

Posisi lithotomy

2.

Infiltrasi kulit perianal dan submukosa dengan larutan adrenalin: saline = 1 :


300.000

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 29

Referat Hemoroid

3.

Kulit diatas tiap jaringan hemorrhoid utama dipegang dengan klem arteri dan
ditarik

4.

Ujung mukosa setiap jaringan hemorrhoid diperlakukan serupa diatas.

5.

Insisi bentuk V pada anoderma dipangkal hemorrhoid kira-kira 1,5 3 cm dari


anal verge.

6.

Jaringan hemorrhoid dipisahkan dari spincter interna dengan jarak 1,5 2 cm

7.

Dilakukan diatermi untuk menjamin hemostasis

8.

Dilakukan transfixion dengan chromic/catgut 0 atau 1-0 pada pangkal


hemorrhoid.

9. Eksisi jaringan hemorrhoid setelah transfiksi dan ligasi pangkal hemorrhoid2

Closed Hemorrhoidectomy2

Dikembangkan oleh Ferguson dan Heaton. Ada 3 prinsip pada teknik ini, yaitu:
1.

Mengangkat sebanyak mungkin jaringan vaskuler tanpa mengorbankan anoderm.

2.

Memperkecil serous discharge post op dan mempercepat proses penyembuhan


dengan cara mendekatkan anal kanal dengan epitel berlapis gepeng (anoderm)

3.

Mencegah stenosis sebagai komplikasi akibat komplikasi luka terbuka luas yang
diisi jaringan granulasi.
Indikasi :

1.

Perdarahan berlebihan

2.

Tidak terkontrol dengan rubber band ligation.

3.

Prolaps hebat disertai nyeri.

4.

Adanya penyakit anorectal lain.

Teknik-Teknik Closed hemorrhoidectomy


Ferguson Hemorrhoidectomy
-

Posisi LLD

Jaringan hemorrhoid diidentifikasi dan di klem

Kulit diatas analverge diincisi sampai anal kanal diatas jaringan hemorrhoid

Jar hemorrhoid external maupun internal

dibebaskan dari bagian subcutan

spincter interna maupun eksterna dan dieksisi seluruhnya.


-

Jaringan hemorrhoid yang tersisa diangkat dengan undermining mukosa.

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 30

Referat Hemoroid

Ligasi dengan cat gut 2 0 atau 3 0, bias dengan dexon 4-0 atau 5 0 dengan
vicril2

(Gambar 8. Ferguson Hemorrhoidectomy dari www.pph.com)


b.

Bedah konvensional

Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :


1. Teknik Milligan Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik ini
dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa
hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari
rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus
hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter
internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi
elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus
hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang
mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan
transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah
mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara longitudinal
dengan jahitan jelujur sederhana.

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 31

Referat Hemoroid

Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu
waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa
rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada
mengambil terlalu banyak jaringan. (mansjur, 1999)

Gambar teknik miligan morgan


2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan
mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan
mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan
kontinuitas mukosa kembali.

3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem.
Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian
eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah
klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 32

Referat Hemoroid

mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang biasa menimbulkan


stenosis. (Werner, 1998)
c.

Bedah Laser

Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat
pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri
sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang
minimal.
Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena syaraf rasa nyeri ikut terpatri. Di
anus, terdapat banyak syaraf. Pada bedah konvensional, saat post operasi akan terasa
nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut syaraf terbuka akibat
serabut syaraf tidak mengerut sedangkan selubungnya mengerut.
Sedangkan pada bedah laser, serabut syaraf dan selubung syaraf menempel jadi satu,
seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi,
dibutuhkan daya laser 12 14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi
direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 6 minggu, luka akan mengering.
Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan (Linchan,1994)
d.

Bedah Stapler
Teknik

ini

juga

dikenal

dengan

nama Procedure

for

Prolapse

Hemorrhoids (PPH) atau Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini mulai diperkenalkan
pada tahun 1993 oleh dokter berkebangsaan Italia yang bernama Longo sehingga
teknik ini juga sering disebut teknik Longo. Di Indonesia sendiri alat ini
diperkenalkan pada tahun 1999. Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja
stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di
belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran
anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan
hemoroid dan m. sfinter ani untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya
cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid
Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah
Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 33

Referat Hemoroid

dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan


hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih
diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.

`[1]

[4]

[2]

[5]

[3]

[6]

Internal/External Hemorrhoids [1] Dilator [2Purse String [3]Closing PPH [4] Mucosa
Pull [5] Staples [6]
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang
dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian
alat stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari
titanium diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk
mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang
berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung
alat , maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 34

Referat Hemoroid

terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti


sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya. (Linchan,1994)
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak
mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan
dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 45 menit,
pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat.
Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu :

Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan

kerusakan dinding rektum.


Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam

jangka waktu pendek maupun jangka panjang.


Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah

dilaporkan.
PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk
memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan
mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.

Tindakan pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis


Keadaan ini bukan hemoroid dalam arti yang sebenarnya tetapi merupakan trombosis
vena oroid eksterna ang terletak subkutan di daerah kanalis analis.Trombosis dapat
terjadi karena tekanan tinggi di vena tersebut misalnya ketika mengangkat barang
berat, batuk, bersin, mengejan, atau partus. Vena lebar yang menonjol itu dapat
terjepit sehingga kemudian terjadi trombosis. Kelainan yang nyeri sekali ini dapat
terjadi pada semua usia dan tidak ada hubungan dengan ada/tidaknya hemoroid
interna Kadang terdapat lebih dari satu trombus.
Keadaan ini ditandai dengan adanya benjolan di bawah kulit kanalis analis yang nyeri
sekali, tegang dan berwarna kebiru-biruan, berukuran dari beberapa milimeter sampai
satu atau dua sentimeter garis tengahnya. Benjolan itu dapat unilobular, dan dapat
pula multilokuler atau beberapa benjolan. Ruptur dapat terjadi pada dinding vena,
meskipun biasanya tidak lengkap, sehingga masih terdapat lapisan tipis adventitiia
menutupi darah yang membeku.
Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah
Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 35

Referat Hemoroid

Pada awal timbulnya trombosis, erasa sangat nyeri, kemudian nyeri berkurang dalam
waktu dua sampai tiga hari bersamaan dengan berkurangnya udem akut. Ruptur
spontan dapat terjadi diikuti dengan perdarahan. Resolusi spontan dapat pula terjadi
tanpa terapi setelah dua sampai empat hari (de Jong, 2005

Dilatasi anus
Merupakan salah satu pengobatan pada hemoroid interna yang besar, prolaps,

berwarna biru dan sering berdarah atau yang biasa disebut hemoroid strangulasi. Pada
pasien hemoroid hampir selalu terjadi karena kenaikan tonus sfingter dan cincin otot
sehingga menutup di belakang massa hemoroid menyebabkan strangulasi. Dilatasi
dapat mengatasi sebagian besar pasien hemoroid strangulasi, akan terjadi regresi
sehingga setidak-tidaknya akan terjadi penyembuhan sementara. Dilatasi tidak boleh
dilakukan jika sfingter relaksasi ( jarang pada strangulasi), karena bisa menyebabkan
inkontinensia flatus atau tinja atau kedua-duanya yang mungkin menetap.
Anestesi umum dilakukan dan pasien diletakkan pada posisi lateral kiri atau
posisi litotomi. Dengan hati-hati anus diregangkan cukup luas sehingga dapat dilalui
68 jari. Sangat penting sekali bahwa untuk prosedur ini diperlukan waktu yang
cukup agar tidak merobekkan jaringan. Satu menit untuk sebesar satu jari sudah
cukup ( berarti dibutuhkan waktu 6-8 menit), terutama jika kanalis agak kaku. Selama
prosedur tersebut, sfingter anus dapat terasa memberikan jalan. Namun karena metode
dilatasi menurut Lord ini kadang disertai penyulit inkontinensia sehingga tidak
dianjurkan. (de Jong, 2005)
2.2.10. Komplikasi Hemoroid (Lindseth G,2006; Riwanto Ign, 2010)
- Perdarahan.
Perdarahan pada hemorrhoid dapat terjadi akibat laserasi plexus vena
hemorroidalis oleh fases yang keras. Bila kronis dapat menyebabkan kronis.
- Infeksi.
Apabila hemoroid keluar dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata atau terjepit)
akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis. Laserasi yang
terjadi pada plexus hemorroidalis tersebut dapat terinfeksi oleh kuman kuman
yang banyak terdapat dalam kanalis analis tersebut. Infeksi yang berat dapat
menyebabkan sepsis perianal dan bisa mengakibatkan kematian.
- Trombosis.
Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah
Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 36

Referat Hemoroid

Banyak terjadi pada hemoroid eksterna. Dapat juga terjadi pada hemoroid
interna yang mengalami prolaps yang akan menjadi irreponible sehingga tidak
dapat dipulihkan oleh karena kongesti yang mengakibatkan oedema dan
thrombosis. Keadaan ini yang menyebabkan nekrosis mukosa dan kulit yang
menutupinya.
- Emboli septic.
Terjadi melalui system portal dan dapat menyebabkan abses hepar.
2.2.11. Prognosis Hemoroid
Dengan terapi yang tepat dan sesuai indikasi pasien hemoroid yang simptomatik
dapat menjadi asimtomatik. Secara keseluruhan prognosis hemoroid adalah baik.
Prognosis kambuhnya

penyakit

hemoroid

sebagian besar tergantung pada

keberhasilan mengubah kebiasaan buang air besar penderita. Memperbanyak serat


dalam diet, mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk buang air besar, semuanya akan
mengurangi lama waktu mengejan dalam posisi jongkok. Modifikasi perilaku ini
merupakan langkah paling penting dalam mencegah kekambuhan hemoroid.

BAB III
KESIMPULAN

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 37

Referat Hemoroid

Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis akibat kongesti


vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik. Diperlukan tindakan apabila hemoroid menimbulkan
keluhan.. Faktor resiko terjadinya hemoroid yaitu keturunan, anatomi, pekerjaan,
umur, endokrin, mekanis, fisiologis dan radang. Hemoroid terdiri dari 2 jenis yaitu
hemoroid interna yang terletak di atas garis mukokutan dan hemoroid eksterna yang
terletak di bawah garis mukokutan. Manifestasi klinis hemoroid yaitu perdarahan per
anum berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan faeces. Diagnosis ditegakkan
dengan anamnesa, inspeksi, colok dubur dan penilaian anoskop. Bila perlu dilakukan
pemeriksaan proktosigmoidoskopi untuk menyingkirkan kemungkinan radang dan
keganasan. Diagnosis banding dari hemoroid yaitu Ca kolorektum, penyakit
divertikel, polip, kolitis ulserosa dan fissura ani. Komplikasi dari hemoroid yaitu
perdarahan hebat, inkarserasi dan sepsis. Penatalaksanaan hemoroid yaitu dengan
konservatif, membuat nekrosis jaringan dan bedah. Prognosis hemoroid baik bila
diberikan terapi yang sesuai

DAFTAR PUSTAKA
1.

Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah de Jong Ed 3. Jakarta: EGC.


2010.

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 38

Referat Hemoroid

2.

Simandibrata M. Hemoroid. Dalam: Sudoyo Aru W, Setiyohadi B, Alwi I,


Setiati S, Simadibrata M, penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Interna Publishing. 2006.

3.

Pearl

K.

Hemorrhoids.

Hemorrhoids

National

Digestive

Disease

Information Clearinghouse. 2004.


4.

Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar Patologi Vol 2 Ed 7. Jakarta:
EGC. 2007.

5.

Yanuardani MT. Hubungan antara Posisi saat Buang Air Besar dan Faktor
Risiko Lainnya terhadap Terjadinya Hemorrhoid [proposal karya tulis
ilmiah]. Semarang: Universitas Diponegoro. 2007.

6.

Dorlan, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland Ed 29. Jakarta: EGC.


2002.

7.

Townsend, dkk. Sabiston Textbook of Surgery 18th Edition. Elsevier Inc.


2008. E-book.

8.

Greg McLatchie. Neil Borley, Joanna Chikwe. Oxford Handbook of


Clinical Surgery Ed 3. New York: Oxford Univercity Press. 2011.

Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Page 39

You might also like