Professional Documents
Culture Documents
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Pada Mata Ajar Imun dan Hematologi II
Disusun Oleh:
Rudianto (13141123058)
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KEPERAWATANPENDIDIKAN NERS
KELAS AJ2 B17
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini,sebuah virus yang
polio virus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus.
Virus
ini
dapat
pusat menyebabkan
memasuki
darah dan
mengalir
kadang
ke sistem
saraf
kelumpuhan
(http://id.wikipedia.org/wiki/Poliomielitis).
Virus polio dapat melumpuhkan bahkan membunuh. Virus ini
menular melalui air dan kotoran manusia. Sifatnya sangat menular dan
selalu menyerang anak balita. Dua puluh tahun silam, polio melumpuhkan
1.000 anak tiap harinya di seluruh penjuru dunia. Tetapi pada tahun 1988
muncul Gerakan Pemberantasan Polio Global. Lalu pada 2004, hanya
1.266 kasus polio yang dilaporkan muncul di seluruh dunia.
Pada awal Maret tahun 2005, Indonesia muncul kasus polio pertama
selama satu dasawarsa. Artinya, reputasi sebagai negeri bebas polio yang
disandang selama 10 tahun pun hilang ketika seorang anak berusia 20
bulan di Jawa Barat terjangkit penyakit ini. Menurut analisa, virus tersebut
dibawa dari sebelah utara Nigeria. Sejak itu polio menyebar ke beberapa
daerah di Indonesia dan menyerang anak-anak yang tidak diimunisasi.
Polio bisa mengakibatkan kelumpuhan dan kematian. Virusnya cenderung
menyebar dan menular dengan cepat apalagi di tempat-tempat yang
kebersihannya buruk.
Indonesia sekarang mewakili satu per lima dari seluruh penderita
polio secara global tahun ini. Kalau tidak dihentikan segera, virus ini akan
segera tersebar ke seluruh pelosok negeri dan bahkan ke Negara-negara
tetangga terutama daerah yang angka cakupan imunisasinya masih rendah.
Indonesia merupakan Negara ke-16 yang dijangkiti kembali virus
tersebut. Banyak pihak khawatir tingginya kasus polio di Indonesia akan
menjadikan Indonesia menjadi pengekspor virus ke Negara-negara lain,
khususnya di Asia Timur. Wabah polio yang baru saja terjadi di Indonesia
dapat dipandang sebagai sebuah krisis kesehatan dengan implikasi global
http://www.unicef.org/indonesia/id/health_nutrition_3136.html
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP TEORI
2.1.1 Definisi
Poliomyelitis adalah penyakit kelumpuhan yang disebabkan oleh
infeksi virus yang bisa dicegah dengan pemberian vaksinasi. Polio
virus termasuk dalam kelompok enterovirus dan mempunyai tiga tipe
1,2,dan 3. Paling banyak infeksi polio virus disebabkan oleh tipe 1,
dimana infeksi didapat dari vaksin yang disebabkan oleh tipe 2 dan
tipe 3. (Elzouki, 2012)
Poliomielitis adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan
virus polio. Kerusakan pada motor neuron medulla spinalis dapat
mengakibatkan kelumpuhan yang bersifat flaksid, sehingga nama lain
poliomyelitis adalah infantile paralysis, acute anterior poliomyelitis.
Respon terhadap infeksi virus polio sangat bervariasi mulai dari tanpa
gejala sampai adanya gejala kelumpuhan total dan atropi otot, pada
umumnya mengenai tungkai bawah dan bersifat asimetris, dan dapat
menetap selamanya sampai dengan kematian. Penyakit polio pertama
kali ditulis secara klinik oleh Heine pada tahun 1840 dan diuraikan
secara epidemiologis oleh Medine pada tahun 1891, sehingga penyakit
ini disebut juga Heine-Medine disease. Kata polio berasal dari bahasa
Yunani berarti grey (abu-abu) dan myelitis berasal dari myelon
(marrow). Artinya predileksi virus ini pada sel anterior masa kelabu
sumsum tulang belakang dan init motorik batang otak. Penyakit ini
hanya menyerang manusia dan dapat menimbulkan kejadian luar biasa
endemi dan epidemic. (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2011)
Polio is a contagious viral illness that in its most severe form
causes
paralysis,
difficulty
breathing
and
sometimes
death
(http://kidshealth.org/parent/infections/bacterial_viral/polio.html).
Polio (poliomielitis) adalah infeksi virus yang sangat menular dan
kadang berakibat fatal. Virus ini mempengaruhi sarar dan dapat
menyebabkan kelemahan otot yang menetap, kelumpuhan, dan gejalagejala lainnnya (http://medicastore.com/).
Polio disebabkan oleh virus dan telah ada beribu-ribu tahun.
Bahkan ada benda-benda Mesir yang melukiskan individu-individu
dengan fitur-fitur khusus dari kelumpuhan setelah polio. Polio telah
disebut
dengan
banyak
nama-nama
yang
berbeda,
termasuk
Etiologi
Poliomyelitis disebabkan oleh Enterovirus. Enterovirus adalah
virus RNA yang termasuk family pikornaviridae. Subkelompok
enterovirus asli koksakivirus, ekovirus, dan poliovirus dibedakan
2.1.3
c. Bentuk
Polio
VIRUS
Kurang
pengetahuan
2.1.4
Pathway tentang
polio b.d informasi yang tidak
adekuat
Sulit
menelan
infek
si
orofharin
g
multipli
kasi
Mukosa usus
Virus ada
disekresi
System limfatik/pembuluh
darah
Menyebar ke organ
target
Hiperter
mia
Nyeri
Infek
si
Fase viremia
Paralisi
s
Otot tungkai (flaccid
paralisis)
2.1.5
Patofisiologi
Virus Polio. Neuropati poliomyelitis dan penyakit paralisis lain
disebabkan oleh enterovirus nonpolio karena penghancuran seluler
langsung. Cedera sekunder mungkin karena mekanisme imunologis.
Gejala-gejala lain disebabkan oleh lisis virus sel hospes termasuk
penyakit neonates tersebar, meningitis aseptic, ensefalitis, dan penyakit
saluran pernafasan akut. Pada poliomyelitis, lesi neuron terjadi pada:
1. Medulla spinalis (terutama sel-sel kornu-anterior dan pada tingkat
yang lebih ringan kornu intermedius dan dorsalis serta ganglia
radiks dorsalis);
2. Medulla (nucleus
vestibuler,
nucleus
saraf
cranial,
dan
pada
jaringan
jantung
dari
penderita
dengan
Manifestasi Klinis
1.Infeksi virus polio
a. Poliomielitis Absortif.
Sakit demam singkat terjadi dengan satu atau lebih gejalagejala berikut : malaise, anoreksia, mual, muntah, nyeri kepala,
nyeri tenggorokan, konstipasi, dan nyeri perut. Koryza, batuk,
eksudat faring, diare, dan nyrei perut local serta kekauan
jarang. Demam jarang melebihi 39,5C (103F), dan faring
biasanya menunjukan sedikit perubahan walaupun sering ada
keluhan nyeri tenggorok.
b. Poliomielitis Nonparalitik.
Gejala-gejalanya seperti gejala poliomyelitis abortif, kecuali
bahwa nyeri kepala, mual, dan muntah lebih parah, dan ada
nyaeri dan kekauan oto leher posterior, badan dan tungkai.
Paralisis kandung kencing yang cepat menghilang sering
dijumpai, dan konstipasi sering ada.
c. Poliomielitis Paralitik.
Manifestasinya adalah manifestasi poliomielitis nonparalitik
yang disebutkan satu persatu ditambah dengan satu atau lebih
kelompok otot, skelet atau cranial. Gejala-gejala ini dapat
disertai dengan jeda tanpa gejala beberapa hari dan kemudian
pada puncak berulang dengan paralisis. Paralisis kandung
kencing lamanya 1-3 hari pada sekitar 20% penderita dan atoni
usus besar adalah lazim, kadang-kadang sampai mengarah pada
ileus paralitikus.
d. Infeksi Enterovirus Nonpolio
Infeksi koksakivirus dan ekovirus sangat lazim, dan spectrum
penyakit adalah mudah berubah. Karena banyak hubungan
klinis-viriologis yang didasarkan pada jumlah kasus yang
terbatas dan karena enterovirus sering tanpa gejala dalam
saluran cerna, beberapa dari penyakit yang diamati yang secara
bersamaan ditemukan virus mungkin tidak mempunyai
hubungan sebab akibat. Namun pengamatan ulang telah
meperkuat beberapa hubungan virus penyakit, walaupun
kejadiannya sporadic. Lebih dari 90% infeksi yang disebabkan
oleh enterovirus nonpolio tidak bergejala atau menyebabkan
mata
pada
mulanya
serosa
tetapi
menjadi
2.1.7Penularan
Masa inkubasi polio terjadi pada 7-14 hari dengan rentang 3-35
hari. Manusia merupakan satu-satunya recervoir dan media penularan.
Virus ditularkan melalui rute oro/fecal. Penularan melalui secret faring
terjadi apabila keadaan agent sanitasinya baik sehingga dapat
memutuskan rantai penularan.
Pada akhir masa inkubasi dan awal gejala, penderita polio
berpotensial menularkan penyakit. Setelah terpapar dari penderita, virus
polio dapat ditemukan pada secret tenggorkan 36 jam kemudian.
Bahkan bias bertahan sampai 1 minggu, serta pada tinja dalam waktu
72 jam atau lebih.
2.1.8 Komplikasi
Beberapa pasien pengidap poliomyelitis, selama 10-40 tahun
kemudian akan menampakkan puncak dari gejala seperti kelemahan
otot, penurunan kemampuan beraktifitas sehari-hari, dan/ atrofi otot.
Gejala ini didefinisikan sebagai atrofi otot post-polio yang berlanjut.
Manifestasi lain dari post-polio sindrom termasuk nyeri otot, deformitas
tulang, kelelahan dankram. Perkembangan kemunduran otot pada postpolio sindrom umumnya lambat dan pada beberapa kasus tidak bisa
dilihat hanya dalam 1-2 tahun. Beberapa komplikasi lain yang mungkin
terjadi, diantaranya:
dan
atropi
otot
dapat
Penatalaksanaan
Mendukung untuk menurunkan nyeri dan khawatir dengan
menggunakan analgetik. Untuk meningkatkan status pernafasan
artifisial ventilasi mungkin dibutuhkan dan untuk mendukung status
nutrisi digunakan NGT atau TPN. Latihan ROM aktif dan pasif
2. Imunisasi polio
Imunisasi polio yaitu proses pembentukan kekebalan terhadap
penyakit polio dengan mempergunakan vaksin polio oral (opv)
maupun injeksi (ivp). Ovp sangat bermanfaat pada saat klb, karena
selain menimbulkan kekebelan humoral dan local pada usus
resipien juga mempunyai community effect yaitu virus vaksin
yang berbiak di usus akan ikut menyebar ke anak sekitarnya,
sehingga jangkauan imunisasi makin meluas. Selain itu virus
vaksin yang berbiak akan menutup PVR(polio virus reseptor)
diusus selama 100 hari, sehingga virus polio liar tidak dapat
menempel dan menimbulkan infeksi.
Imunisasi dasar vaksin polio diberikan 4 kali (polio I, II, III, dan
IV) dengan interval tidak kurang 4 minggu. Imunisasi polio
ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio IV, kemudian
saat masuk sekolah (5-6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah
dasar (12 tahun). Ada 2 jenis vaksin polio, yaitu vaksin Salk (berisi
virus polio yang telah dimatikan dan diberikan secara suntik) dan
vaksin Sabin (berisi vaksin hidup yang telah dilemahkan dan
diberikan dalam bentuk pil atau cairan, di Indonesia umumnya
diberikan vaksin Sabon. Vaksin ini diteteskan 2 tetes (0,1 ml)
langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang
berisi air gula.
Kemasannya yang dibuat oleh Pasteur-Merriux Serums & Vaccins,
Perancis untuk Biofarma Bandung berupa flakon 10 dosis dan 1
pipet. Kandungan vaksin ini terdiri dari virus polio tipe 1, 2, dan 3
hidup yang dilemahkan, asam amino, antibiotik dan calf serum
yang distabilkan dengan magnesium chlorida dan fenol merah
sebagai indikator. Secara fisik beruapa cairan kemerahan jernih
yang cepat sekali rusak biala terkena panas (cahaya matahari).
Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-8 0C (masa kadaluarsa 1
tahun) atau dalam freezer suhu -20 sampai -25 0C (masa
kadaluarsa 2 tahun).
bangun, lamanya waktu tidur malam dan tidur siang, jenis dan
lamanya olahraga, keteraturan buang air besar dan urinasi,
urinasi untuk pelatihan toilet trainning,dan mengompol pada
tidur siang atau tidur malam.
14. Respons terhadap frustasi
15. Penggunaan atau penyalahgunaan alkohol, obat-obatan, kopi
atau tembakau.
16. Pemeriksaan Fisik
a. Kondisi umum
b. Integumen
Perubahan pigmen/ kemerahan, kecenderungan memar,
petekie, kekeringan kulit yang berlebihan
c. Kepala
d. Mata
e. Hidung
f. Telinga
g. Mulut
h. Tenggorokan
i. Dada meliputi : respirasi dan kardiovaskuler
j. Gastrointestinal
k. Genitourinaria
l. Ginekologi
m. Muskuloskeletal
n. Neurologi
o. Endokrin
17. Riwayat Pengobatan Keluarga
keakuratan
gangguan
gangguan
yang
riwayat
penting
pada
kejadian
remaja,
psikobiologis
anak
dan
keluarga.
Area
penunjang
seperti
tes
biokimia,
darah
2.2.2
TUJUAN
NOC:
INTERVENSI
Monitor suhu sesering mungkin
RASIONAL
Peningkatan suhu indikator adanya reaksi
Thermoregulasi Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan
selama.. pasien
menunjukkan :
Suhu 36 37C
Nadi dan RR dalam
rentang normal
komplikasi
Peningkatan suhu yang ekstrem dapat
seseorang
pemberian antipiretik
Kolaborasi dengan tim Dokter dalam
pemberian antibiotik
Selimuti pasien
seseorang
Peningkatan suhu tubuh meningkatkan
metabolisme, diperlukan rehidrasi sesuai
dengan kebutuhan yang disesuaikan
2.
kebutuhan tubuh
keperawatan
berhubungan dengan
selama.nutrisi
sulit menelan
Albumin serum
Pre albumin serum
Hematokrit
Hemoglobin
Total iron binding
Jumlah limfosit
mencegah konstipasi
konstipasi
jaringan konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
disukai klien
Penurunan BB mengindikasikan jumlah
kalori yang diterima klien , inadekuat,
peningkatan gula darah untuk mengontrol
adanya kelebihan kalori
Lingkungan yang terapis meningkatkan
nafsu makan klien
klien
Pemberian nutrisi enteral membantu
mencukupi kebutuhan nutrisi klien
keperawatan selama .
menyerang syaraf
kepada klien
Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu
ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa
manajemen nyeri
Mampu mengenali
menentukan intervensi
nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
Tanda vital dalam
rentang normal
Tidak mengalami
gangguan tidur
kali
4.
berhubungan dengan
keperawatan
paralisis otot
selama.gangguan
latihan
Konsultasikan dengan terapi fisik
bertahap
aktivitas fisik
Mengerti tujuan dari
kebutuhan
Bantu klien untuk menggunakan
peningkatan mobilitas
Memverbalisasikan
perasaan dalam
meningkatkan kekuatan
dan kemampuan
berpindah
Memperagakan
mobilisasi
Latih pasien dalam pemenuhan
untuk mobilisasi
(walker)
kemampuan
ambulasi
Mempersiapkan klien untuk kegiatan
ADL pasien.
Berikan alat bantu jika klien
memerlukan.
5.
Ansietas berhubungan
selama
klien
menenangkan
Nyatakan dengan jelas harapan
kecemasan teratasi
Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
normal
Postur tubuh, ekspresi
menunjukkan tehnik
untuk mengontol cemas
Vital sign dalam batas
kecemasan
menurunkan kecemasan
Pemberian informasi mengenai prosedur
tindakan dapat mengurangi kecemasan
pasien dan pasien lebih kooperatif.
Support sistem mampu menurunkan
stresor, mendukung sikap positif klien
Pengetahuan pasien terhadap kondisinya
dapat mengurangi kecemasan yang
dirasakan.
Support system yang baik dapat
dirasakan.
Teknik relaksasi dapat membantu
menunjukkan
berkurangnya
menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan
cemasnya
Kurang pengetahuan
keperawatan selama .
berhubungan dengan
pasien
menunjukkan pengetahuan
adekuat.
tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
tentang penyakit,
yang tepat
program pengobatan
Pasien dan keluarga
secara benar
Pasien dan keluarga
dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
mampu menjelaskan
kembali apa yang
mampu melaksanakan
prosedur yang dijelaskan
yang tepat
Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
diindikasikan
Pemberian
membantu
pilihan
klien
untuk
penanganan
menentukan
BAB III
: An. S
Usia
: 4 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku / bangsa
: Jawa/ Indonesia
Alamat
: Surabaya
Agama
: Islam
Tgl MRS
: 16/9/2014
Jam MRS
: 09.00 WIB
Diagnosa
: Poliomyelitis
: Ny. D
Umur
: 36 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
: Ibu Pasien
BAB : konstipasi
BAK : normal, warna kuning, aromatik.
4) Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri
Kemampuan melakukan ROM
Kemampuan Mobilitas di tempat tidur
Kemampuan makan/minum
Kemampuan toileting
Kemampuan Mandi
Kemampuan berpindah
Kemampuan berpakaian
Keterangan:
1 = Tergantung Penuh
2 = dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat
4 = Dibantu alat
5 = Mandiri
RR
pernafasan.
tekanan darah
: normal
Suhu
Nadi
: 110 x/menit
2) Mata
: palpebra kehitaman
3) Rambut
: bersih
4) Dada
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor
Auskultasi
5) Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: suara tympani
6) Ekstremitas
Kekuatan otot
Tangan kanan
:4
Tangan kiri
:4
Kaki kiri
:4
Kaki kanan
:2
7) Genetalia
: bersih
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan sampel feses: ditemukan adanya Poliovirus. Pada
pemeriksaan serum ditemukan adanya peningkatan antibody.
Pada pemeriksaan sampel darah: ditemukan adanya leukosit
meningkat dari nilai normalnya.
f. Analisa Data
Nama kilen
: An. S
Ruang Rawat
: Rumah Sakit
Diagnosa medik
: Poliomyelitis
DATA
DS : ibu pasien
ETIOLOGI
MASALAH
-proses infeksi
- hipertermi
mual muntah
mengatakan bahwa
pasien
- panas selama 2 hari
- lemas
DO : pasien tampak
- lemas
- rewel menangis
- suhu 38,9C
DS : ibu pasien
mengatakan bahwa
kebutuhan tubuh
pasien
- mual
- muntah
- makan hanya setengah
porsi
DO : pasien tampak
- lemas
- porsi makan hanya
setengah porsi
DS : ibu pasien
mengatakan bahwa
pasien
- badan pasien lemas
disekujur tubuhnya
- tungkai kanan sulit
digerakkan
DO : : pasien tampak
- lemas
- tungkai kanan sulit
digerakkan
Paralysis
g.
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
KEPERAWATAN
Hipertermi
yang Pasien mampu menunjukkan Suhu
berhubungan
proses infeksi
x 24 jam
Kriteria hasil :
30-40 x/menit)
2.
Nutrisi
kurang
kebutuhan
tubuh
yang
dengan
mual
muntah
Pasien
peningkatan
memperlihatkan
berat
badan
progresif
-
Nilai
(albumin,
laboratorium
protein,
yang
pasien
elektrolit)
harian.
Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
Monitor lingkungan selama makan
makan
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan
kadar Ht
Monitor mual dan muntah Monitor pucat, kemerahan, dan
berhubungan aktivitas
dengan paralysis
mampu
fisik
dengan
meningkatkan mobilitas
- Klien meningkat dalam aktivitas
fisik
- Mengerti tujuan dari peningkatan
mobilitas
-
Memverbalisasikan
perasaan
program latihan.
- Tidak terjadi kontraktur sendi.
terhadap cedera
Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik
ambulasi
Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara
mandiri sesuai kemampuan
Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADL pasien.
Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
An. S
No. RM
Umur
4 tahun
Dx Medis :
Poliomyelitis
Jam
Selasa,
Hipertermi
yang 08.00
16/9/14
Implementasi
-
suhu
tubuh Kamis
pasien
18/9/14
Jam
08.00
Evaluasi
TTD/
Nama
Husna
WIB
O : S: 37c
memantau
bahwa
pasien
- panas selama 2
mengukur
Hari/Tgl
suhu
tubuh
pasien
-
pasien
menunjukan
menganjurkan
untuk
mampu
suhu
tubuh
secara normal
Lanjutkan
banyak
keperawatan
asuhan
hari
- lemas
DO : pasien tampak
- lemas
- rewel menangis
- suhu 38,9C
Selasa,
09.00
16/9/14
kebutuhan
anak
Berkolaborasi
WIB
bahwa
dari
ahli
berhubungan dengan
mual dan muntah
DS : ibu pasien
mengatakan
pasien
- mual
- muntah
bahwa
memberikan
minum obat
tubuh WIB
yang
membantu
gizi
18/9/14
dengan
dalam
pemberian nutrisi
Memberikan makanan
Menimbang berat badan
Memberikan
makanan
kesukaan anak
Memberikan
makanan
makan
dengan
porsi
yang cukup
-
O:
-
- nafsu
makan
berkurang
- makan
hanya
pasien
menunjukan
Selasa,
setengah porsi
Gangguan mobilitas 10.00
16/9/14
fisik
yang WIB
pasien
mengatakan
bahwa
menentukan aktivitas
Kamis
mencatat dan terima
18/9/14
keadaan
kelemahan
(kelelahan yang ada).
mengindetifikasi factorfaktor
yang
mempengaruhi
pasien
- badan
pasien
lemas
disekujur
kanan
sulit digerakkan
DO : pasien tampak
- lemas
- tungkai
kanan
yang
lanjutkan
asuhan
keperawatan
berhubungan dengan
paralysis
DS : ibu
nutrisi
mampu
baik
setengah porsi
DO : pasien tampak
- lemas
- porsi makan hanya
tubuhnya
- tungkai
yang
tidak
adekuat.
mengevaluasi
untuk melakukan
WIB
pasien
- Masih lemas
- Tungkai
kanan
sulit
digerakkan
O : pasien tampak
- Badan lemas
- tungkai
kanan
sulit
digerakkan
pemasukan
kemampuan
sulit digerakkan
10.00
lanjutkan
keperawatan
asuhan
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Poliomielitis adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan virus
polio. Poliomyelitis disebabkan oleh Enterovirus. Enterovirus adalah virus
RNA yang termasuk family pikornaviridae. Virus ditularkan melalui rute
oro/fecal. Penularan melalui secret faring terjadi apabila keadaan agent
sanitasinya baik sehingga dapat memutuskan rantai penularan.
Poliomielitis dibagi atas empat macam, yaitu
Asimtomatis,
Poliomielitis Abortif,
Poliomielitis
Non
Poliomielitis
Paralitik,
dan
Poliomielitis Paralitik.
Beberapa pasien pengidap poliomyelitis, selama 10-40 tahun kemudian
akan menampakkan puncak dari gejala seperti kelemahan otot, penurunan
kemampuan beraktifitas sehari-hari, dan/ atrofi otot. Gejala ini didefinisikan
sebagai atrofi otot post-polio yang berlanjut. Manifestasi lain dari post-polio
sindrom termasuk nyeri otot, deformitas tulang, kelelahan dankram.
Perkembangan kemunduran otot pada post-polio sindrom umumnya lambat
dan pada beberapa kasus tidak bisa dilihat hanya dalam 1-2 tahun. Beberapa
komplikasi lain yang mungkin terjadi, diantaranya deformitas tulang,
abnormalitas neurologis saraf, komplikasi respiratory skoliosis dan atropi otot.
Beberapa cara pencegahan penyakit polio yang harus dilakukan
adalah: peningkatan hygiene, dan imunisasi polio. Sedangkan penatalaksanaan
polio untuk menurunkan nyeri dan khawatir dengan menggunakan analgetik.
Untuk meningkatkan status pernafasan artifisial ventilasi mungkin dibutuhkan
dan untuk mendukung status nutrisi digunakan NGT atau TPN. Latihan ROM
aktif dan pasif mungkin dibutuhkan untuk mencegah kontraktur dan
deformitas.
Diagnosa yang mungkin muncul diantaranya kurang pengetahuan
tentang penyakit polio berhubungan dengan infomasi yang tidak adekuat,
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sulit menelan,
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, RE, dkk. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Cetakan 2010. Jakarta: EGC
Carpenito & Juall, L. 2007, Handbook of Nursing Diagnosis Ed.10, Alih
Bahasa, Yasmin Asih, EGC, Jakarta.
Disease
Conditions
Polio
Basic
Definition.
Diakses
dari
Diakses
dari
http://www.id.wikipedia.org/wiki
tanggal
15
September 2014
Springer, Berlin. 2012. Textbook of Clinical Pediatrics, Volume 1. New York:
Springer