You are on page 1of 48

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN POLIO

Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Pada Mata Ajar Imun dan Hematologi II

Disusun Oleh:

Rudianto (13141123058)

Tri Medyan Prasetyo ( 131411123072)

Sondi Andika Septian (13141123060)

Lilis Kurniawati ( 131411123074)

Oktavina Batubara (13141123062)

I Komang Leo Triandana Arizona ( 131411123076)

Husna Ardiana (13141123064)

M. Ruli Maulana ( 131411123078)

Achmadi Ramadhan (13141123066)

Desi Wulan Eliawardani Putri ( 131411123080)

Azizs Nurulhuda (13141123068)

Nabela Nurma Maharani ( 131411123082)

Alifiatul OzaHamanu (13141123070)

Kurnia Dwi Sucianti ( 131411123084)

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KEPERAWATANPENDIDIKAN NERS
KELAS AJ2 B17
2014
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini,sebuah virus yang
polio virus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus.
Virus

ini

dapat

pusat menyebabkan

memasuki

darah dan

melemahnya otot dan

mengalir
kadang

ke sistem

saraf

kelumpuhan

(http://id.wikipedia.org/wiki/Poliomielitis).
Virus polio dapat melumpuhkan bahkan membunuh. Virus ini
menular melalui air dan kotoran manusia. Sifatnya sangat menular dan
selalu menyerang anak balita. Dua puluh tahun silam, polio melumpuhkan
1.000 anak tiap harinya di seluruh penjuru dunia. Tetapi pada tahun 1988
muncul Gerakan Pemberantasan Polio Global. Lalu pada 2004, hanya
1.266 kasus polio yang dilaporkan muncul di seluruh dunia.
Pada awal Maret tahun 2005, Indonesia muncul kasus polio pertama
selama satu dasawarsa. Artinya, reputasi sebagai negeri bebas polio yang
disandang selama 10 tahun pun hilang ketika seorang anak berusia 20
bulan di Jawa Barat terjangkit penyakit ini. Menurut analisa, virus tersebut
dibawa dari sebelah utara Nigeria. Sejak itu polio menyebar ke beberapa
daerah di Indonesia dan menyerang anak-anak yang tidak diimunisasi.
Polio bisa mengakibatkan kelumpuhan dan kematian. Virusnya cenderung
menyebar dan menular dengan cepat apalagi di tempat-tempat yang
kebersihannya buruk.
Indonesia sekarang mewakili satu per lima dari seluruh penderita
polio secara global tahun ini. Kalau tidak dihentikan segera, virus ini akan
segera tersebar ke seluruh pelosok negeri dan bahkan ke Negara-negara
tetangga terutama daerah yang angka cakupan imunisasinya masih rendah.
Indonesia merupakan Negara ke-16 yang dijangkiti kembali virus
tersebut. Banyak pihak khawatir tingginya kasus polio di Indonesia akan
menjadikan Indonesia menjadi pengekspor virus ke Negara-negara lain,
khususnya di Asia Timur. Wabah polio yang baru saja terjadi di Indonesia
dapat dipandang sebagai sebuah krisis kesehatan dengan implikasi global
http://www.unicef.org/indonesia/id/health_nutrition_3136.html

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk membuat makalah


tentang polio.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang
penulis buat adalah bagaimana proses asuhan keperawatan pada klien
dengan polio.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien
dengan polio.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan
polio.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan
polio.
c. Mampu melakukan perencanaan keperawatan pada klien dengan
polio.
d. Mampu melakukan pelaksanaan keperawatan pada klien dengan
polio.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan
polio.
f. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada
klien dengan polio.
1.4 Manfaat
Menambah ilmu pengetahuan dalam penatalaksanaan asuhan
keperawatan pada klien dengan polio.
1.5 Metoda
2. Metoda Penulisan Laporan
Penulis menggunakan metoda deskriptif dengan pembahasan
menggunakan pendekatan proses keperawatan.
3. Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penyusunan makalah pada klien
dengan polio diperoleh dari berbagai studi literatur terbaru yang ada.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP TEORI
2.1.1 Definisi
Poliomyelitis adalah penyakit kelumpuhan yang disebabkan oleh
infeksi virus yang bisa dicegah dengan pemberian vaksinasi. Polio
virus termasuk dalam kelompok enterovirus dan mempunyai tiga tipe
1,2,dan 3. Paling banyak infeksi polio virus disebabkan oleh tipe 1,

dimana infeksi didapat dari vaksin yang disebabkan oleh tipe 2 dan
tipe 3. (Elzouki, 2012)
Poliomielitis adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan
virus polio. Kerusakan pada motor neuron medulla spinalis dapat
mengakibatkan kelumpuhan yang bersifat flaksid, sehingga nama lain
poliomyelitis adalah infantile paralysis, acute anterior poliomyelitis.
Respon terhadap infeksi virus polio sangat bervariasi mulai dari tanpa
gejala sampai adanya gejala kelumpuhan total dan atropi otot, pada
umumnya mengenai tungkai bawah dan bersifat asimetris, dan dapat
menetap selamanya sampai dengan kematian. Penyakit polio pertama
kali ditulis secara klinik oleh Heine pada tahun 1840 dan diuraikan
secara epidemiologis oleh Medine pada tahun 1891, sehingga penyakit
ini disebut juga Heine-Medine disease. Kata polio berasal dari bahasa
Yunani berarti grey (abu-abu) dan myelitis berasal dari myelon
(marrow). Artinya predileksi virus ini pada sel anterior masa kelabu
sumsum tulang belakang dan init motorik batang otak. Penyakit ini
hanya menyerang manusia dan dapat menimbulkan kejadian luar biasa
endemi dan epidemic. (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2011)
Polio is a contagious viral illness that in its most severe form
causes

paralysis,

difficulty

breathing

and

sometimes

death

(http://kidshealth.org/parent/infections/bacterial_viral/polio.html).
Polio (poliomielitis) adalah infeksi virus yang sangat menular dan
kadang berakibat fatal. Virus ini mempengaruhi sarar dan dapat
menyebabkan kelemahan otot yang menetap, kelumpuhan, dan gejalagejala lainnnya (http://medicastore.com/).
Polio disebabkan oleh virus dan telah ada beribu-ribu tahun.
Bahkan ada benda-benda Mesir yang melukiskan individu-individu
dengan fitur-fitur khusus dari kelumpuhan setelah polio. Polio telah
disebut

dengan

banyak

nama-nama

yang

berbeda,

termasuk

kelumpuhan anak-anak, kelemahan dari anggota-anggota tubuh bagian


bawah (kaki-kaki dan tangan-tangan), dan spinal paralytic paralysis.
Virus dan penyakit polio adalah kependekan untuk poliomyelitis dan
mempunyai asal usul Yunani: polios (abu-abu), myelos (sumsum), dan

itis (peradangan) (http://growupclinic.com/2012/05/20/infeksi-poliomanifestasi-klinis-dan-penegakkan-diagnosis-terkini/).


2.1.2

Etiologi
Poliomyelitis disebabkan oleh Enterovirus. Enterovirus adalah
virus RNA yang termasuk family pikornaviridae. Subkelompok
enterovirus asli koksakivirus, ekovirus, dan poliovirus dibedakan

2.1.3

dibedakan oleh pengaruhnya pada biakan jaringan dan binatang


Klasifikasi
Poliomielitis dibagi atas empat macam, yaitu :
1. Poliomielitis Asimtomatis: Masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat
tanda dan gejala karena daya tahan tubuh yang cukup baik, maka
tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
2. Poliomielitis Abortif: Timbul mendadak langsung beberapa jam
sampai beberapa hari. Gejala yang timbul berupa infeksi virus
seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri tenggorokan nyeri
abdomen, nyeri kepala, dan konstipasi.
3. Poliomielitis Non Paralitik: Gejala klinik yang timbul hampir sama
dengan poliomyelitis abortif, hanya nyeri kepala, nausea dan
muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang diikuti
penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau
masuk ke dalam fase ke-2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit
ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang
otak, ganglion spinal dan kolumna posterior.
4. Poliomielitis Paralitik: Gejala yang timbul sama pada poliomyelitis
non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot
skelet atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan
paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-bentuk
gejalanya antara lain :
a. Bentuk spinal: Gejala kelemahan/paralysis atau paresis otot
leher, abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak
ekstremitas.
b. Bentuk bulbar: Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak
dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan
sirkulasi.

c. Bentuk

bulbospinal: Didapatkan gejala campuran antara

bentuk spinal dan bentuk bulbar.


d. Kadang ensepalitik: Dapat disertai gejala delirium, kesadaran
menurun, tremor dan kadang kejang.

Polio
VIRUS

Kurang
pengetahuan
2.1.4
Pathway tentang
polio b.d informasi yang tidak
adekuat

Sulit
menelan

Melalui fekal-oral (makanan


yang terkontaminasi)
melalui oral-oral

infek
si

orofharin
g

multipli
kasi

Mukosa usus

Virus ada
disekresi
System limfatik/pembuluh
darah

Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d sulit


menelan

Menyebar ke organ
target
Hiperter
mia

Hipertermi b.d proses


infeksi

Nyeri

Infek
si

Nyeri b.d proses infeksi yang


menyerang syaraf

Fase viremia

System syaraf pusat


(SSP)

Menyerang selsel syaraf yang


mengendalikan otot
Melemahnya
otot

Gangguan kecemasan pada anak dan


keluarga b.d kondisi penyakit

Gangguan mobilitas fisik b.d


paralisis otot tubuh

Paralisi
s
Otot tungkai (flaccid
paralisis)

2.1.5

Patofisiologi
Virus Polio. Neuropati poliomyelitis dan penyakit paralisis lain
disebabkan oleh enterovirus nonpolio karena penghancuran seluler
langsung. Cedera sekunder mungkin karena mekanisme imunologis.
Gejala-gejala lain disebabkan oleh lisis virus sel hospes termasuk
penyakit neonates tersebar, meningitis aseptic, ensefalitis, dan penyakit
saluran pernafasan akut. Pada poliomyelitis, lesi neuron terjadi pada:
1. Medulla spinalis (terutama sel-sel kornu-anterior dan pada tingkat
yang lebih ringan kornu intermedius dan dorsalis serta ganglia
radiks dorsalis);
2. Medulla (nucleus

vestibuler,

nucleus

saraf

cranial,

dan

formasiretikularis, yang berisi pusat-pusat vital);


3. Serebellum (hanya nucleus pada atap dan vermis)
4. Otak tengah (terutama substansia abu-abu tetapi juga substansia
nigra dan kadang-kadang nucleus merah);
5. Talamus dan hipotalamus
6. Pallidum
7. Korteks serebri (korteks motoris)
Daerah-daerah yang terselamatkan:
a. Korteks seluruh otak kecuali daerah motorik
b. Serebellum kecuali vermis dan nucleus linea mediana dalam
c. Substansi alba medulla spinalis
Enterovirus terdeteksi pada beberapa kasus mioperikarditis.
Pathogenesis nefritis, miositosis, poliradikulitis, pancreatitis, hepatitis,
pneumonitis, dan sindrom lain terkait enterovirus tidak jelas.
Gangguan ini mungkin karena respon rdanag terhadapa antigen virus
atau cedera jaringan akibat virus. Rangkaian RNA enterovirus telah
diperagakan

pada

jaringan

jantung

dari

penderita

dengan

kardiomiopati, tetapi hubungan sebab akibat belum ditegakkan.


Beberapa rangakain peptide yang menyusun epitop virus dimiliki
bersama oleh jaringan hospes, yang dapat menyediakan mekanisme
untuk reaksi autoimun pada infeksi enterovirus.
2.1.6

Manifestasi Klinis
1.Infeksi virus polio
a. Poliomielitis Absortif.

Sakit demam singkat terjadi dengan satu atau lebih gejalagejala berikut : malaise, anoreksia, mual, muntah, nyeri kepala,
nyeri tenggorokan, konstipasi, dan nyeri perut. Koryza, batuk,
eksudat faring, diare, dan nyrei perut local serta kekauan
jarang. Demam jarang melebihi 39,5C (103F), dan faring
biasanya menunjukan sedikit perubahan walaupun sering ada
keluhan nyeri tenggorok.
b. Poliomielitis Nonparalitik.
Gejala-gejalanya seperti gejala poliomyelitis abortif, kecuali
bahwa nyeri kepala, mual, dan muntah lebih parah, dan ada
nyaeri dan kekauan oto leher posterior, badan dan tungkai.
Paralisis kandung kencing yang cepat menghilang sering
dijumpai, dan konstipasi sering ada.
c. Poliomielitis Paralitik.
Manifestasinya adalah manifestasi poliomielitis nonparalitik
yang disebutkan satu persatu ditambah dengan satu atau lebih
kelompok otot, skelet atau cranial. Gejala-gejala ini dapat
disertai dengan jeda tanpa gejala beberapa hari dan kemudian
pada puncak berulang dengan paralisis. Paralisis kandung
kencing lamanya 1-3 hari pada sekitar 20% penderita dan atoni
usus besar adalah lazim, kadang-kadang sampai mengarah pada
ileus paralitikus.
d. Infeksi Enterovirus Nonpolio
Infeksi koksakivirus dan ekovirus sangat lazim, dan spectrum
penyakit adalah mudah berubah. Karena banyak hubungan
klinis-viriologis yang didasarkan pada jumlah kasus yang
terbatas dan karena enterovirus sering tanpa gejala dalam
saluran cerna, beberapa dari penyakit yang diamati yang secara
bersamaan ditemukan virus mungkin tidak mempunyai
hubungan sebab akibat. Namun pengamatan ulang telah
meperkuat beberapa hubungan virus penyakit, walaupun
kejadiannya sporadic. Lebih dari 90% infeksi yang disebabkan
oleh enterovirus nonpolio tidak bergejala atau menyebabkan

sakit demam tidak spesifik. Beberapa sindrom klinis sangat


tinggi tetapi tidak selalu terkait dengan serotype tertentu.
e. Infeksi Tidak Bergejala
Koksakivirus dan ekovirus sering dapat ditemukan dari tinja
anak sehat, tetapi ada beberapa data frekuensi infeksi
enterovirus nonpolioyang tidak bergejala
f. Penyakit Demam Nonspesifik
ini adalah manifestasi infeksi enterovirus yang paling lazim.
Semua tipe virus menimbulkan tanda klinis ini, tetapi sering
sangat bervariasi antara masing-masing virus. Mulainya
penyakit

biasanya mendadak dan tanpa gejala yang

mendahului. Pada anak lebih muda awal adalah demam dan


malaise terkait. Pada anak yang lebih tua biasanya juga
ditemukan nyeri kepala dan mialgia.
g. Manifestasi pernapasan
Faringitis, tonsillitis, tonsilofaringitis, dan nasofaringitis
h. Manifestasi Saluran Cerna
1) Muntah, tetapi bukan merupakan keluhan utama penderita
atau orangtua
2) Diare
3) Nyeri perut
i. Konjungtivitis Hemoragik akut
Konjungtivitis hemoragik akut mulai mendadak yang disertai
dengan nyeri mata berat dan disertai fotofobia, pandangan
kabur, lakrimasi, eritema dan kongesti mata, serta palpebra
edema dan kemosis. Ada perdarahan subkonjungtiva dari
berbagai ukuran dan seringkali keratitis epithelial pungktata
sementara, folikel konjungtiva, dan linfadenopati preaurikuler.
Kotoran

mata

pada

mulanya

serosa

tetapi

menjadi

mukopurulen dengan infeksi bakteri sekunder. Gejala-gejala


sistemik termasuk demam jarang.
j. Perikarditis dan miokarditis
k. Manifestasi genitourinarius
1) Orkitis
2) Epidedimitis
3) Glomerulonefritis akut
4) Glomerulonefritis mesangiolitik mesangiolitik pada bayi
dengan imunodefisiensi
5) Sindrom hemolitik-uremik

6) Gagal ginjal akut


7) Piuria
8) Hematuria
9) Proteinuria
10) Sistitis hemoragis
11) Lesi ulseratif vagina
l. Miositis dan arthritis
m. Manifestasi Kulit
1) Eksatem
2) Ruam pada kulit
3) Lesi intraoral
4) Lesi pada bokong, tangan dan kaki
n. Manifestasi Neurologis
1) Meningitis aseptic
2) Kekauan atau spasme otot menyeluruh
3) Tanda kernig dan brudzinski positif

2.1.7Penularan
Masa inkubasi polio terjadi pada 7-14 hari dengan rentang 3-35
hari. Manusia merupakan satu-satunya recervoir dan media penularan.
Virus ditularkan melalui rute oro/fecal. Penularan melalui secret faring
terjadi apabila keadaan agent sanitasinya baik sehingga dapat
memutuskan rantai penularan.
Pada akhir masa inkubasi dan awal gejala, penderita polio
berpotensial menularkan penyakit. Setelah terpapar dari penderita, virus
polio dapat ditemukan pada secret tenggorkan 36 jam kemudian.
Bahkan bias bertahan sampai 1 minggu, serta pada tinja dalam waktu
72 jam atau lebih.
2.1.8 Komplikasi
Beberapa pasien pengidap poliomyelitis, selama 10-40 tahun
kemudian akan menampakkan puncak dari gejala seperti kelemahan
otot, penurunan kemampuan beraktifitas sehari-hari, dan/ atrofi otot.
Gejala ini didefinisikan sebagai atrofi otot post-polio yang berlanjut.
Manifestasi lain dari post-polio sindrom termasuk nyeri otot, deformitas
tulang, kelelahan dankram. Perkembangan kemunduran otot pada postpolio sindrom umumnya lambat dan pada beberapa kasus tidak bisa
dilihat hanya dalam 1-2 tahun. Beberapa komplikasi lain yang mungkin
terjadi, diantaranya:

1. Deformitas Tulang disebabkan oleh kelemahan otot, deformitas


tulang mungkin akan terjadi disebabkan oleh positioning yang
salah.
2. Abnormalitas NeurologisSaraf yang terjepit mungkin terjadi pada
pasien pengidap polio dan menyebabkan eksaserbasi atropi otot
dan kelemahan.
3. Komplikasi respiratorySkoliosis

dan

atropi

otot

dapat

menyebabkan penyakit paru. Penyakit paru tersebutakan berakibat


pada insufisiensi pernafasan dan core pulmonale. (Springer, 2012)
2.1.9

Penatalaksanaan
Mendukung untuk menurunkan nyeri dan khawatir dengan
menggunakan analgetik. Untuk meningkatkan status pernafasan
artifisial ventilasi mungkin dibutuhkan dan untuk mendukung status
nutrisi digunakan NGT atau TPN. Latihan ROM aktif dan pasif

mungkin dibutuhkan untuk mencegah kontraktur dan deformitas.


2.1.10 Pemeriksaan
1. Diambil dari daerah faring atau tinja pada orang yang dicurigai
terkena poliomyelitis selama rentan waktu 2 minggu setelah gejala
kelumpuhan. Isolasi virus dari cairan cerebrospinal sangat
diagnostic, tetpi hal itu jarang dikerjakan.
2. Bila virus polio dapat diisolasi dari tinja seseorang dengan paralisis
flaksit akut harus dilanjutkan dengan pemeriksaan menggunakan
cara oligonukleotide mapping (finger printing) atau genomic
sequencing untuk menetukan apakah virus tersebut termasuk virus
liar atau virus vaksin serta serotipenya, yang penting untuk respon
epidemiologi.
3. Pengukuran neutralizing antibody jarang dilakukan kecuali pada
kasus yang sulit.
2.1.11 Pencegahan
Beberapa cara pencegahan penyakit polio yang harus dilakukan
adalah:
1.Peningkatan hygiene
Karena penyakit polio ditularkan per oral melalui makanan dan
minuman yang tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung
virus, maka hygiene makanan atau minuman sangat penting.

2. Imunisasi polio
Imunisasi polio yaitu proses pembentukan kekebalan terhadap
penyakit polio dengan mempergunakan vaksin polio oral (opv)
maupun injeksi (ivp). Ovp sangat bermanfaat pada saat klb, karena
selain menimbulkan kekebelan humoral dan local pada usus
resipien juga mempunyai community effect yaitu virus vaksin
yang berbiak di usus akan ikut menyebar ke anak sekitarnya,
sehingga jangkauan imunisasi makin meluas. Selain itu virus
vaksin yang berbiak akan menutup PVR(polio virus reseptor)
diusus selama 100 hari, sehingga virus polio liar tidak dapat
menempel dan menimbulkan infeksi.
Imunisasi dasar vaksin polio diberikan 4 kali (polio I, II, III, dan
IV) dengan interval tidak kurang 4 minggu. Imunisasi polio
ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio IV, kemudian
saat masuk sekolah (5-6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah
dasar (12 tahun). Ada 2 jenis vaksin polio, yaitu vaksin Salk (berisi
virus polio yang telah dimatikan dan diberikan secara suntik) dan
vaksin Sabin (berisi vaksin hidup yang telah dilemahkan dan
diberikan dalam bentuk pil atau cairan, di Indonesia umumnya
diberikan vaksin Sabon. Vaksin ini diteteskan 2 tetes (0,1 ml)
langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang
berisi air gula.
Kemasannya yang dibuat oleh Pasteur-Merriux Serums & Vaccins,
Perancis untuk Biofarma Bandung berupa flakon 10 dosis dan 1
pipet. Kandungan vaksin ini terdiri dari virus polio tipe 1, 2, dan 3
hidup yang dilemahkan, asam amino, antibiotik dan calf serum
yang distabilkan dengan magnesium chlorida dan fenol merah
sebagai indikator. Secara fisik beruapa cairan kemerahan jernih
yang cepat sekali rusak biala terkena panas (cahaya matahari).
Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-8 0C (masa kadaluarsa 1
tahun) atau dalam freezer suhu -20 sampai -25 0C (masa
kadaluarsa 2 tahun).

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


2.2.1 Pengkajian
1. Keluhan Utama
Keluhan tersebut dipandang sebagai topik dari penyakit saat ini
sebagai deskripsi masalah, keluhan utama didapat dengan
menanyakan pertanyaan terbuka yang netral kepada klien.
Keluarga klien membawa anaknya kepelayanan kesehatan
terdcekat dengan keluhan kelemahan ekstremitas bawah.
2. Riwayat Penyakit sekarang
Merupakan narasi dari keluhan utama mulai gejala paling awal
sampai perkembangan saat ini , meliputi komponen :
a.Rincian awitan :
Awal mulai keluarga menemukan anaknya demam
b. Riwayat interval yang lengkap
Perjalanan penyakit dari demam sampai terjadi kelumpuhan
ekstremitas
c. Status saat ini
Klien mengalami kelumpuhan/ paralisis kaki
d. Alasan untuk mencari bantuan saat ini
Keluarga cemas, takut, khawatir dan ingin anaknya sehat
seperti sebelum sakit.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Berisi infromasi yang berhubungan dengan aspek status
kesehatan anak yang telah ada sebelumnya. Memfokuskan pada
beberapa area yang umumnya dihilangkan dalam pengkajian
riwayat orang dewasa.
4. Riwayat kelahiran
Meliputi :
a. Kesehatan ibu selama kehamilan
b. Proses persalinan dan kelahiran
c. Kondisi bayi segera setelah lahir
d. Faktor emosional mempengaruhi hasil akhir kelahiran dan
hubungan orang tua dan anak lebih lanjut, selidiki :
a) krisis yang terjadi selama masa kehamilan
b) sikap terhadap fetus selama pranatal
5. Riwayat diet
Bagaimana asupan nutrisi : jumlah asupan makanan , pola
makan ,jenis makanan yang sulit diterima oleh klien, faktorfaktor finansial dan budaya yang mempengaruhi pemilhan dan
persiapan makanan.
6. Penyakit, cedera dan pembedahan sebelumnya

Tanyakan secara spesifik tentang demam, sakit telinga dan


penyakit masa kanak-kanak seperti campak, rubella , cacar air ,
gondongan, pertusis, difteri , demem scarlet, radang tergorokan
, tonsilitis atau manifestasi alergi. Selain penyakit tersebut,
tanyakan juga tentang riwayat cidera (terjatuh, keracunan ,
tersedak , atau terbakar ) yang memerlukan intevensi medis,
pembedahan dan alasan lain untuk hospitalisasi.
7. Alergi
Adakah gangguan hay fever , asma dan reaksi yang tidak biasa
tehadap obat-obatan , makanan , atau produk-produk latek
(karet), ataupun kontak dengan agen yang lain seperti
tumbuhan beracun , hewan, produk-produk rumah atau pabrik.
Dokumentasi tentang pedoman riwayat alergi, pertanyaan
yang bisa diajukan pada keluarga :
a. obat-obat an apa yang menyebabkan alergi, apakah anda
dapat mengingat nama obat tersebut ?
b. bagaimana reaksinya ?
c. apakah digunakan per oral atau disuntikan ?
d. berapa lama setelah menggunakan obat itu reaksi
berlangsung ?
e. pernahkah mengunakan obat yang sama , dan bagaimana
reaksi nya , apakah sama ?
f. apakah ada yang mengatakan tentang reaksi alergi, apa
yang anda lakukan ?
8. Riwayat pengobatan
Catat semua pengobatan, nama, dosis, jadwal, durasi dan
alasan pemberian. Pengkajian yang teliti harus memasukan
semua obat atau pengobatan alternatif.
9. Riwayat imunisasi
Catatan tentang semua imunisasi meliputi : nama imunisasi ,
jadwal pemberian imunisasi , tempat akses pemberian
imunisasi , reaksi setelah imunisasi.
10. Pertumbuhan dan perkembangan
Pola pertumbuhan dan perkambangan meliputi :
a. Perkiraan BB pada usia 6 bulan , 1 tahun , 2 tahun , 5
tahun.
b. Perkiraan Tinggi badan pada usia 1 dan 4 tahun.

c. Pertumbuhan gigi : usia mulai tumbuh gigi , jumlah gigi


dan gejala selama tumbuh gigi
d. Perkembangan menahan kepala secara stabil
e. Usia duduk tampa bantuan
f. Bisa berjalan tanpa bantuan
g. Mulai dapat berkata yang bermakna
h. Kelas di sekolah saat ini
i. Peringkat di kelas
j. Interaksi dengan anak lain
11. Kebiasaan
Pengkajian tentang kebiasaan anak, meliputi :
12. Pola perilaku anak (misalnya menggigit kuku, mengisap
jempol, dan pergerakan tidak lazim, masturbasi secara terangterangan dan berjalan jinjit)
13. Aktivitas kehidupan sehari-hari

(seperti : jam tidur dan

bangun, lamanya waktu tidur malam dan tidur siang, jenis dan
lamanya olahraga, keteraturan buang air besar dan urinasi,
urinasi untuk pelatihan toilet trainning,dan mengompol pada
tidur siang atau tidur malam.
14. Respons terhadap frustasi
15. Penggunaan atau penyalahgunaan alkohol, obat-obatan, kopi
atau tembakau.
16. Pemeriksaan Fisik
a. Kondisi umum
b. Integumen
Perubahan pigmen/ kemerahan, kecenderungan memar,
petekie, kekeringan kulit yang berlebihan
c. Kepala
d. Mata
e. Hidung
f. Telinga
g. Mulut
h. Tenggorokan
i. Dada meliputi : respirasi dan kardiovaskuler
j. Gastrointestinal
k. Genitourinaria
l. Ginekologi
m. Muskuloskeletal
n. Neurologi
o. Endokrin
17. Riwayat Pengobatan Keluarga

a. Digunakan untuk mengungkapakan kemungkinan adanya


penyakit keturunan
b. Informasi yang dapat digali, seperti : usia, status
pernikahan, kondisi kesehatan jika masih hidup, penyebab
kematian jika sudah meninggal.
c. Konfirmasi

keakuratan

gangguan

gangguan

yang

dilaporkan dengan menanyakan gejala, rangkaian kejadian,


terapi dan urutan setiap diagnosis
d. lokasi geografis menentukan indikasi kemungkinan terpajan
penyakit endemis.
18. Riwayat Psikososial
Meliputi pengkajian pada konsep diri, meliputi : Citra diri,
Identitas diri, Peran diri, Ideal Diri, dan Harga Diri. riwayat
pengobatan tradisional, meliputi bagian personal dan sosial
anak, seperti penyesuaian di sekolah, atau kebiasaan lain yang
tidak biasa. observasi hubungan orangtua dan anak, perlakuan
orangtua pada anak juga dikaji dalam riwayat ini.
19. Riwayat Seksual
Merupakan

riwayat

penting

pada

kejadian

remaja,

mengungkapkan area persoalan yang berhubungan dengan


aktifitas seksual , kondisi yang dapat digunakan sebagai
skrining untuk penyakit menular seksual atau pemeriksaan
kehamilan, informasi konseling seksual.
20. Pengkajian Keluarga
a. Pengkajian struktur keluarga
Struktur keluarga merujuk pada komposisi keluarga
yang tinggal dalam rumah, dan memiliki karekterisktik
sosial, budaya , agama dan ekonomi yang mempengaruhi
kesehatan

psikobiologis

anak

dan

keluarga.

Area

perhatiannya pada komposisi keluarga, lingkungan rumah


dan komunitas , pekerjaan dan pendidikan anggota keluarga
, tradisi budaya dan agama.

b. pengkajian fungsi keluarga


Berkaitan dengan cara keluarga berprilaku satu sama
lain dan dengan kualitas hubungan. Bisa dilakukan dengan
tekhnik skrining (family APGAR. FAPGAR)
21. Pemerikasaan klinis diagnostic
a. Pemeriksaan antropometri
b. Pemeriksaan

penunjang

seperti

tes

biokimia,

darah

lengkap , faal darah dan pemeriksaan penunjang lainnya

2.2.2

Rumusan masalah dan Diagnosa Keperawatan


1. Kurang pengetahuan tentang penyakit polio berhubungan
dengan infomasi yang tidak adekuat.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sulit
menelan
3. Hypertermi berhubungan dengan proses infeksi
4. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi yang menyerang
syaraf
5. Gangguan kecemasan pada anak dan keluarga berhubungan
dengan kondisi penyakit
6. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan paralisis otot.

2.2.3 Intervensi Keperawatan


NO
DIAGNOSA
1.
Hipertermi berhubungan
dengan proses infeksi

TUJUAN
NOC:

INTERVENSI
Monitor suhu sesering mungkin

RASIONAL
Peningkatan suhu indikator adanya reaksi

Thermoregulasi Setelah
dilakukan tindakan

inflamasi, mencegah dan mengantisipasi

terjadinya hipertermi malignan

Monitor warna dan suhu kulit

keperawatan

Peningkatan suhu tubuh bermanifestasi

selama.. pasien
menunjukkan :

pada perubahan warna kulit menjadi


Monitor tekanan darah, nadi dan RR

kemerahan (flushing) dan peningkatan

Suhu tubuh dalam batas


normal

suhu kulit (akral)

Monitor penurunan tingkat kesadaran

dengan kreiteria hasil:

Suhu 36 37C
Nadi dan RR dalam
rentang normal

Tanda-tanda vital untuk menentukan


tindakan lebih lanjut untuk mencegah

Monitor WBC, Hb, dan Hct

komplikasi
Peningkatan suhu yang ekstrem dapat

Tidak ada perubahan

Monitor intake dan output

seseorang

warna kulit dan tidak

WBC menentukan reaksi melawan

ada pusing, merasa


nyaman

mempengaruhi tingkat kesadaran

Kolaborasi dengan tim Dokter dalam

infeksi dalam tubuh, hematokrit dan Hb

pemberian antipiretik
Kolaborasi dengan tim Dokter dalam

menunjukkan tingkat metabolisme

pemberian antibiotik
Selimuti pasien

seseorang
Peningkatan suhu tubuh meningkatkan
metabolisme, diperlukan rehidrasi sesuai
dengan kebutuhan yang disesuaikan

Berikan cairan intravena

dengan input-output klien


Antipiretik diperlukan untuk menangani

Kompres hangat pasien pada lipat paha


dan aksila

Tingkatkan sirkulasi udara

peningkatan suhu tubuh


Antibiotik diperlukan untuk mengurangi
proses infeksi.
Peningkatan suhu yang ekstrem membuat
klien merasa menggigil, selimut

Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

memberikan rasa nyaman saat klien


menggigil

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

Pemberian cairan enteral/ parenteral


membantu mencukupi kebutuhan cairan

Catat adanya fluktuasi tekanan darah

Monitor hidrasi seperti turgor kulit,


kelembaban membran mukosa)

sistemik yang hilang dengan terjadinya


evaporasi

Kompres hangat menstimulasi


vasodilatasi, memberikan rasa nyaman
pada klien

Sirkulasi udara yang baik membuat klien


lebih rileks dan memfasilitasi terjadinya
evaporasi
Peningkatan suhu tubuh, meningkatkan
metabolisme tubuh, diperlukan preparat
caitan/ nutrisi tambahan untuk
menggantinya
Sebagai bahan evalusi atas pencapaian
dalam tindakan keperawatan yang telah
kita lakukan
Adanya fluktuasi tekanan darah

mengindikasikan resiko adanya syok


Sebagai monitor tanda keberhasilan
rehidrasi

2.

Nutrisi kurang dari

Setelah dilakukan tindakan

kebutuhan tubuh

keperawatan

berhubungan dengan

selama.nutrisi

sulit menelan

teratasi dengan indikator:

Albumin serum
Pre albumin serum
Hematokrit
Hemoglobin
Total iron binding
Jumlah limfosit

Kaji adanya alergi makanan

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk


menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien

Menentukan asupan yang adekuat dan


tepat sesuai dengan harapan
Jumlah kalori yang pas sesuai dengan
kebutuhan, menghindari terjadinya
jumlah asupan kalori sehingga mencegah
adanya hiperglikemia. Kebutuhan kalori
yang kurang dari kebutuhan

Yakinkan diet yang dimakan

memperpanjang proses infeksi, sehingga

mengandung tinggi serat untuk

memperlambat proses penyembuhan

mencegah konstipasi

Proporsi diet sesuai takaran dari


dietician, diet rendah serat ditambah

Ajarkan pasien bagaimana membuat

dengan mobilisasi yang inadekuat

catatan makanan harian.

meningkatkan resiko terjadinya

konstipasi

Monitor adanya penurunan BB dan gula


darah

Sebagai koreksi silang ketepatan program


dari dietician dan asupan nutrisi yang

Monitor lingkungan selama makan

Jadwalkan pengobatan dan tindakan

tidak selama jam makan


Monitor turgor kulit

Monitor kekeringan, rambut kusam,

total protein, Hb dan kadar Ht


Monitor mual dan muntah Monitor
pucat, kemerahan, dan kekeringan

jaringan konjungtiva
Monitor intake nuntrisi

disukai klien
Penurunan BB mengindikasikan jumlah
kalori yang diterima klien , inadekuat,
peningkatan gula darah untuk mengontrol
adanya kelebihan kalori
Lingkungan yang terapis meningkatkan
nafsu makan klien

Memberi kesempatan klien untuk


memenuhi kebutuhan nutrisinya

Turgor merupakan indikator dari


pemberian nutrisi dan cairan

Informasikan pada klien dan keluarga


tentang manfaat nutrisi

Sebagai indikator tingkat kecukupan


nutrisi klien

Memantau tanda-tanda terjadinya


kekurangan cairan

Kolaborasi dengan dokter tentang


kebutuhan suplemen makanan seperti

Memastikan intake nutrisi yang adekuat,

NGT/ TPN sehingga intake cairan yang

adakah faktor-faktor yang menjadikan

adekuat dapat dipertahankan.


Atur posisi semi fowler atau fowler

asupan nutrisi yang diberikan kepada

tinggi selama makan

klien menjadi inadekuat


Informasi tentang nutrisi memberikan
pemahaman pada klien tentang

Kolaborasi dengan tim Dokter dalam

pentingnya pemenuhan nutrisi yang

pemberian anti emetik


Anjurkan banyak minum

adekuat, meningkatkan nafsu makan

Pertahankan terapi IV line

klien
Pemberian nutrisi enteral membantu
mencukupi kebutuhan nutrisi klien

Catat adanya edema, hiperemik,


hipertonik papila lidah dan cavitas oral
Posisi fowler/ semifowler mengurangi
sensasi lambung cepat penuh, sehingga
asupan nutrisi yang masuk dapat menjadi
lebih banyak

Anti emetik membantu klien mengurangi


rasa mual/muntah

Banyak minum mencukupi kebutuhan


cairan, menurunkan terjadinya dehidrasi
Untuk mencukupi kebutuhan cairan
sistemik, menjaga balance cairan,
mencegah terjadinya syok hipovolemik
Adanya edema mengindikasikan adanya
kelebihan cairan, perlu adanya koreksi
3.

hidrasi lebih lanjut

Penentuan karakteristik nyeri untuk

Nyeri akut berhubungan

Setelah dilakukan tinfakan

dengan proses infeksi

keperawatan selama .

komprehensif termasuk lokasi,

menentukan manajemen nyeri yang pas

menyerang syaraf

Pasien tidak mengalami

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas

kepada klien

nyeri, dengan kriteria hasil:

Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu

dan faktor presipitasi


Observasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan

menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk

Lakukan pengkajian nyeri secara

Reaksi nonverbal mengindikasikan


nyeri yang dirasakan klien

Support sistem membantu


menurunkan stres dan meningkatkan

Kontrol lingkungan yang dapat

ambang nyeri klien

mengurangi nyeri,

mempengaruhi nyeri seperti suhu

mencari bantuan)
Melaporkan bahwa

ruangan, pencahayaan dan kebisingan


Kurangi faktor presipitasi nyeri

Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

nyeri berkurang dengan


menggunakan

manajemen nyeri
Mampu mengenali

menentukan intervensi

Ajarkan tentang teknik non

nyeri (skala, intensitas,

farmakologi: napas dalam, relaksasi,

frekuensi dan tanda

distraksi, kompres hangat/ dingin

nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri

berkurang
Tanda vital dalam

rentang normal
Tidak mengalami

Lingkungan yang terapis membuat


klien rileks dan meningkatkan ambang
nyeri

Posisi yang nyaman menjadikan


klien lebih nyaman

Intervensi yang tepat mampu


mengurangi sensasi nyeri yang dirasakan
klien

Kolaborasi dengan tim Dokter


dalam pemberian analgetik
Tingkatkan istirahat

Berikan informasi tentang nyeri


seperti penyebab nyeri, berapa lama

gangguan tidur

nyeri akan berkurang dan antisipasi

ketidaknyamanan dari prosedur


Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik pertama

Mengurangi ketergantungan klien


terhadap obat pereda nyeri, sehingga
mampu meningkatkan ambang nyeri
klien

Pemberian analgetik untuk


mengurangi nyeri

Adanya nyeri memungkinkan


terjadinya kekurangnya pemenuhan
istirahat tidur klien

kali

Pengetahuan yang adekuat tentang


penyakit menurunkan kecemasan klien,
menurunkan respon stres klien sehingga
klien lebih rileks

4.

Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan

Monitoring vital sign sebelum/ sesudah

Mengetahui perbedaan tanda-tanda

vital, mengoreksi keberhasilan terapi


Menentukan tingkat berat/ tidaknya

berhubungan dengan

keperawatan

latihan dan lihat respon pasien saat

latihan. Latihan yang baik dilakukan

paralisis otot

selama.gangguan

latihan
Konsultasikan dengan terapi fisik

bertahap

mobilitas fisik teratasi

dengan kriteria hasil:

tentang rencana ambulasi sesuai dengan

Klien meningkat dalam

aktivitas fisik
Mengerti tujuan dari

kebutuhan
Bantu klien untuk menggunakan

peningkatan mobilitas
Memverbalisasikan
perasaan dalam
meningkatkan kekuatan
dan kemampuan

tongkat/ gips sepatu saat berjalan untuk


mengoreksi kaki melengkung dan

Rencana ambulasi dilakukan dengan


bertahap sesuai dengan hasil dari
fisioterapis
Alat bantu jalan diperlukan untuk
membantu klien dalam latihan ambulasi

cegah terhadap cedera


Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
lain tentang teknik ambulasi

Pengetahuan tentang ambulasi oleh


semua tenaga kesehatan, meningkatkan
respon tenaga kesehatan dalam

berpindah
Memperagakan

Kaji kemampuan pasien dalam

membantu klien dengan keterbatasan


gerak

penggunaan alat Bantu

mobilisasi
Latih pasien dalam pemenuhan

untuk mobilisasi

kebutuhan ADL secara mandiri sesuai

(walker)

kemampuan

ambulasi
Mempersiapkan klien untuk kegiatan

Dampingi dan bantu pasien saat

sehari hari di rumah sesuai dengan

mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan

kemampuan dan keadaan fisik yang

ADL pasien.
Berikan alat bantu jika klien

dimiliki saat ini

memerlukan.

Mengetahui efektivitas dari keberhasilan

Mengkaji sejauh mana klien mampu


memenuhi kebutuhan sehari-hari

Ajarkan pasien bagaimana merubah


posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan

Alat bantu memudahkan klien dalam


mobilisasi untuk pemenuhan kegiatan
sehari-harinya
Posisi yang nyaman membuat klien lebih

5.

Ansietas berhubungan

Setelah dilakukan asuhan

dengan kondisi penyakit

selama
klien

Gunakan pendekatan yang

menenangkan
Nyatakan dengan jelas harapan

rileks dan melatih untuk mandiri


Untuk membina hubungan saling percaya
terhadap klien.
Informasi yang jelas tentang tindakan

kecemasan teratasi

terhadap pelaku pasien

dgn kriteria hasil:

Klien mampu

perasaan tenang pada klien, sehingga

mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala

cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan

normal
Postur tubuh, ekspresi

Temani pasien untuk memberikan

keamanan dan mengurangi takut


Berikan informasi faktual mengenai
diagnosis, tindakan prognosis

Libatkan keluarga untuk mendampingi


klien

wajah, bahasa tubuh dan


tingkat aktivitas

Jelaskan semua prosedur dan apa yang


dirasakan selama prosedur

menunjukkan tehnik
untuk mengontol cemas
Vital sign dalam batas

Instruksikan pada pasien untuk

kecemasan

menurunkan kecemasan
Pemberian informasi mengenai prosedur
tindakan dapat mengurangi kecemasan
pasien dan pasien lebih kooperatif.
Support sistem mampu menurunkan
stresor, mendukung sikap positif klien
Pengetahuan pasien terhadap kondisinya
dapat mengurangi kecemasan yang
dirasakan.
Support system yang baik dapat

menggunakan tehnik relaksasi

membantu mengurangi kecemasan yang

Dengarkan dengan penuh perhatian

dirasakan.
Teknik relaksasi dapat membantu

menunjukkan
berkurangnya

yang akan kita lakukan memberikan

Identifikasi tingkat kecemasan

mengurangi kecemasan dan


meningkatkan kenyamanan pasien.
Perhatian yang cukup membuat pasien

Bantu pasien mengenal situasi yang

menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan

merasa lebih nyaman


Mengetahui tindakan yang tepat untuk

perasaan, ketakutan, persepsi

membantu pasien mengatasi rasa

Kelola pemberian obat anti cemas:........

cemasnya

Mengetahui penyebab dan cara yang


tepat untuk mengurangi rasa cemas klien
Eksplorasi perasaan membuat klien
menjadi lega, mempererat hubungan
saling percaya dengan klien
Penanganan medik dengan pemberian
obat anti cemas mampu menurunkan
6.

Kurang pengetahuan

Setelah dilakukan tindakan

tentang penyakit polio

keperawatan selama .

berhubungan dengan

pasien

informasi yang tidak

menunjukkan pengetahuan

adekuat.

tentang proses penyakit

Kaji tingkat pengetahuan pasien dan


keluarga

Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan


bagaimana hal ini berhubungan dengan

tingkat kecemasan klien


Mengetahui tingkat pengetahuan pasien
dan keluarga untuk menentukan
intervensi selanjutnya.
Meningkatkan pengetahuan pasien dan

dengan kriteria hasil:

anatomi dan fisiologi, dengan cara yang

keluarga dapat membantu dalam proses

tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa

penyembuhan pasien sehingga pasien dan

Pasien dan keluarga


menyatakan pemahaman

muncul pada penyakit, dengan cara

tentang penyakit,

yang tepat

kondisi, prognosis dan

program pengobatan
Pasien dan keluarga

secara benar
Pasien dan keluarga

cara yang tepat

keluarga dapat lebih cooperatif.


Meningkatkan pengetahuan pasien dan

Identifikasi kemungkinan penyebab,

keluarga dapat membantu dalam proses

dengan cara yang tepat

penyembuhan pasien sehingga pasien dan


keluarga dpaat lebih cooperatif.

Sediakan informasi pada pasien tentang


kondisi, dengan cara yang tepat

dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya

keluarga dapat membantu dalam proses


penyembuhan pasien sehingga pasien dan

mampu menjelaskan
kembali apa yang

Meningkatkan pengetahuan pasien dan

Gambarkan proses penyakit, dengan

mampu melaksanakan
prosedur yang dijelaskan

keluarga dapat lebih cooperatif.

Sediakan bagi keluarga informasi


tentang kemajuan pasien dengan cara

yang tepat
Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan

Meningkatkan pengetahuan pasien dan


keluarga dapat membantu dalam proses
penyembuhan pasien sehingga pasien dan
keluarga dpaat lebih cooperatif.
Penyediaan sumber informasi yang tepat
dapat menambah pengetahuan pasien
tentang kondisi kesehatannya.

Dukung pasien untuk mengeksplorasi

Penyediaan sumber informasi yang tepat

atau mendapatkan second opinion

dapat menambah pengetahuan keluarga

dengan cara yang tepat atau

tentang perkembangan kesehatan pasien.

diindikasikan

Pemberian
membantu

pilihan
klien

untuk

penanganan
menentukan

pilihan sesuai dengan keyakinan klien


Eksplorasi perasaan yang diberikan klien,
mengkaji sejauh mana respon klien
dalam menanggapi masalahnya.

BAB III

Contoh Kasus Poliomielitis :


An.S berumur 4 tahun dibawa oleh ibunya ke RS. Ibu pasien menyatakan bahwa
anaknya tiba-tiba merasa lemas dan tungkai kanan susah digerakkan. Gejala awal
panas selama dua hari, kemudian mual-mual dan muntah disertai pusing sejak
semalam.
A. Asuhan Keperawatan pada Pasien Poliomyelitis Berdasarkan Pola Fungsional
Gordon:
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama

: An. S

Usia

: 4 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Suku / bangsa

: Jawa/ Indonesia

Alamat

: Surabaya

Agama

: Islam

Tgl MRS

: 16/9/2014

Jam MRS

: 09.00 WIB

Diagnosa

: Poliomyelitis

2) Identitas Penanggung Jawab :


Nama

: Ny. D

Umur

: 36 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Pendidikan/ pekerjaan : SLTP/ wiraswasta


Hubungan dg klien

: Ibu Pasien

b. Riwayat Kes ehatan K eperaw aatn


Keluhan Utama
: ibu pasien mengatakan pasien merasa lemas di
tubuhnya dan tungkai kanan susah untuk digerakan. Ibu pasien mengatakan
bahwa anak nya panas selama 2 hari, mual, muntah-muntah, serta pusing.
Pasien rewel dan menangis
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien menyatakan bahwa anaknya tiba-tiba merasa lemas di
sekujur tubuhnya, dengan gejala awal panas sejak 2 hari (Suhu 38,9
C), kemudian disertai pusing, hingga sekarang tidak mampu berdiri
dan berjalan. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya belum pernah
mendapatkan imunisasi polio
b. Riwayat Penyakit sebelumnya
Riwayat Tumbuh Kembang anak :
a) Imunisasi: Hepatitis B-1 diberikan waktu 12 jam setelah lahir,
BCG diberikan saat lahir, Polio oral belum pernah diberikan.
b) Status Gizi: Baik Tahap perkembangan anak menurut teori
psikososial : Klien An. S mencari kebutuhan dasarnya seperti
kehangatan, makanan dan minuman serta kenyamanan dari orang
tua sendiri.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak
mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti, HT, DM, Asma, dan
Penyakit jantung.
c. Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Gordon (11
Pola)
1) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Ibu pasien mengatakan bahwa keluarga khawatir dengan kondisi
adiknya karena adiknya belum pernah mendapatkan vaksin polio sejak
kecil, Persepsi keluarga tentang penyakit anaknya itu karena cobaan
Tuhan.
2) Pola Nutrisi

Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mempunyai


kebiasaan makan dengan baik. Dengan porsi makan 3x1. Menu yang
biasanya di berikan kepada pasien adalah dengan porsi nasi, sayur, dan
lauk. Kebiasaan minum pasien juga baik. Pasien biasanya minum
dengan susu, air putih, dan jus buah.
Selama sakit:
Ibu pasien mengatakan bahwa selama sakit, pasien kurang nafsu
makan. Dengan porsi 2x1dengan menu nasi dan sayur. Makan hanya
setengah porsi. Pasien sering mual dan muntah-muntah.
3) Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
BAB : normal 1X sehari, warna kulit kecoklatan, tekstur lunak, aroma
terapik.
BAK : normal, warna kunimg, aromatik.
Selama sakit

BAB : konstipasi
BAK : normal, warna kuning, aromatik.
4) Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri
Kemampuan melakukan ROM
Kemampuan Mobilitas di tempat tidur
Kemampuan makan/minum
Kemampuan toileting
Kemampuan Mandi
Kemampuan berpindah
Kemampuan berpakaian
Keterangan:
1 = Tergantung Penuh
2 = dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat
4 = Dibantu alat
5 = Mandiri

5) Tidur dan Istirahat


Sebelum sakit:
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidur dengan nyenyak. Pasien
tidur 10 jam sehari, 2 jam tidur siang dan 8 jam tidur malam.
Selama sakit:
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien saat tidur sering terbangun.
Pasien tidak bisa tidur nyenyak
6) Sensori, Persepsi dan Kognitif
7) Konsep diri
Pasien belum mampu memaparkan konsep dirinya karena klien
masih berusia 4tahun.
8) Sexual dan Reproduksi
Pasien seorang laki-laki, berusia 3 tahun.
9) Pola Peran Hubungan
Sebelum sakit: ibu klien mengatakan bahwa pasien interaksi dengan
keluarga, teman sekitar, dan lingkungan secara baik.
Selama sakit: pasien mengalami perubahan pada interaksi keluarga,
teman, dan lingkungan. Pasien sering menangis.
10) Manajemen Koping Stress
Sebelum Sakit : Baik.
Selama sakit : pasien belum mampu memaparkan secara tepat
keadaan jiwanya karena klien masih balita, klien dibantu dengan
orang tua (ibu) untuk menyelesaikan masalahnya.
11) Sistem Nilai dan Keyakinan
Sebelum sakit : pasien beragama Islam.
Selama sakit : pasien tidak pernah melaksanakan sholat karena
keterbatasan aktivitas akibat nyeri sendi.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda- tanda vital

RR

: RR normal, Tidak ada penggunaan otot bantu

pernafasan.
tekanan darah

: normal

Suhu

: 38,9C panas selama hari

Nadi

: 110 x/menit

2) Mata

: palpebra kehitaman

3) Rambut

: bersih

4) Dada
Inspeksi

: warna kulit putih, tak ada lesi

Palpasi

: pergerakan pernapasan dada sama

Perkusi

: sonor

Auskultasi

: suara paru vaskuler

5) Abdomen
Inspeksi

: warna kulit putih, tak ada lesi

Auskultasi

: suara peristaltik usus 12 x/menit

Palpasi

: tak ada nyeri tekan

Perkusi

: suara tympani

6) Ekstremitas
Kekuatan otot
Tangan kanan

:4

Tangan kiri

:4

Kaki kiri

:4

Kaki kanan

:2

7) Genetalia

: bersih

e. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan sampel feses: ditemukan adanya Poliovirus. Pada
pemeriksaan serum ditemukan adanya peningkatan antibody.
Pada pemeriksaan sampel darah: ditemukan adanya leukosit
meningkat dari nilai normalnya.

f. Analisa Data
Nama kilen

: An. S

Ruang Rawat

: Rumah Sakit

Diagnosa medik

: Poliomyelitis

DATA
DS : ibu pasien

ETIOLOGI

MASALAH

-proses infeksi

- hipertermi

mual muntah

Nutrisi kurang dari

mengatakan bahwa
pasien
- panas selama 2 hari
- lemas
DO : pasien tampak
- lemas
- rewel menangis
- suhu 38,9C
DS : ibu pasien
mengatakan bahwa

kebutuhan tubuh

pasien
- mual
- muntah
- makan hanya setengah
porsi
DO : pasien tampak
- lemas
- porsi makan hanya
setengah porsi
DS : ibu pasien
mengatakan bahwa
pasien
- badan pasien lemas
disekujur tubuhnya
- tungkai kanan sulit
digerakkan
DO : : pasien tampak
- lemas
- tungkai kanan sulit
digerakkan

Paralysis

gangguan mobilitas fisik

g.

Diagnosa keperawatan sesuai perioritas


1) Hipertermi yang berhubungan dengan proses infeksi
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dari yang berhubungan
3)

dengan mual dan muntah


Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan paralysis

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


NO.
1.

DIAGNOSA

TUJUAN

INTERVENSI

KEPERAWATAN
Hipertermi
yang Pasien mampu menunjukkan Suhu
berhubungan
proses infeksi

dengan tubuh dalam batas normal selama3

x 24 jam

Kriteria hasil :

- Suhu normal 36,5C- 37,5C

- Nadi dan pernapasan dalam rentan

normal (N= < 160x/ menit , RR=

Monitor suhu sesering mungkin


Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tekanan darah, nadi dan RR
Monitor penurunan tingkat kesadaran
Monitor WBC, Hb, dan Hct
Monitor intake dan output
Kolaborasi dengan tim Dokter dalam pemberian antipiretik
Kolaborasi dengan tim Dokter dalam pemberian antibiotik
Selimuti pasien

30-40 x/menit)

2.

Nutrisi

kurang

dari Pasien mampu menunjukan nutrisi

kebutuhan

tubuh

yang

berhubungan Kriteria Hasil :

dengan

mual

muntah

dari yang baik selama 3x 24 jam


dan -

Pasien

peningkatan

memperlihatkan
berat

badan

progresif
-

Nilai

(albumin,

laboratorium
protein,

yang

Kaji adanya alergi makanan


Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah

kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien


Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat

untuk mencegah konstipasi


Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan

pasien
elektrolit)

harian.
Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
Monitor lingkungan selama makan

menunjukkan nilai normal

Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam

makan
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan

kadar Ht
Monitor mual dan muntah Monitor pucat, kemerahan, dan

- Mual muntah berkurang dan nafsu


makan bertambah.

kekeringan jaringan konjungtiva


3.

Gangguan mobilitas fisik Pasien


yang

berhubungan aktivitas

dengan paralysis

mampu
fisik

Monitor intake nuntrisi


melaksanakan Monitoring vital sign sebelum/ sesudah latihan dan lihat
sesuai

dengan

kemampuannya selama waktu 3 x


24 jam,. Kriteria hasil :
- Klien dapat ikut serta dalam

- Bertambahnya kekuatan otot.

- Klien menunjukan tindakan untuk

meningkatkan mobilitas
- Klien meningkat dalam aktivitas
fisik
- Mengerti tujuan dari peningkatan
mobilitas
-

Memverbalisasikan

perasaan

ambulasi sesuai dengan kebutuhan


Bantu klien untuk menggunakan tongkat/ gips sepatu saat
berjalan untuk mengoreksi kaki melengkung dan cegah

program latihan.
- Tidak terjadi kontraktur sendi.

respon pasien saat latihan


Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana

terhadap cedera
Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik
ambulasi
Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara
mandiri sesuai kemampuan
Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADL pasien.
Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan

dalam meningkatkan kekuatan dan


kemampuan berpindah
- Memperagakan penggunaan alat
bantu untuk mobilisasi (walker)

CATATAN PERKEMBANGAN DAN EVALUASI


Nama Pasien :

An. S

No. RM

Umur

4 tahun

Dx Medis :

Poliomyelitis

Hari/Tgl Dx. Keperawatan

Jam

Selasa,

Hipertermi

yang 08.00

16/9/14

berhubungan dengan WIB


proses infeksi
DS : ibu pasien
mengatakan

Implementasi
-

suhu

tubuh Kamis

pasien

18/9/14

Jam
08.00

Evaluasi

TTD/

S : ibu pasien mengatakan:

Nama
Husna

WIB

- tidak demam lagi

melakukan kompres hangat

O : S: 37c

memantau

bahwa

pasien
- panas selama 2

mengukur

Hari/Tgl

suhu

tubuh

pasien
-

pasien

menunjukan

menganjurkan

untuk

mampu

suhu

tubuh

secara normal

minum air putih yang

Lanjutkan

banyak

keperawatan

asuhan

hari
- lemas
DO : pasien tampak
- lemas
- rewel menangis
- suhu 38,9C

Selasa,

Nutrisi kurang dari 09.00

Mengkaji pola makan Kamis

09.00

S : ibu pasien mengatakan Mute

16/9/14

kebutuhan

anak
Berkolaborasi

WIB

bahwa

dari

ahli

berhubungan dengan
mual dan muntah
DS : ibu pasien
mengatakan
pasien
- mual
- muntah

bahwa

memberikan

minum obat

tubuh WIB
yang

membantu

gizi

18/9/14
dengan
dalam

pemberian nutrisi
Memberikan makanan
Menimbang berat badan
Memberikan
makanan

kesukaan anak
Memberikan

makanan

porsi sedikit tapi sering

Pasien tidak mual

Pasien tidak muntah

makan

dengan

porsi

yang cukup
-

nafsu makan meningkat

O:
-

porsi makan meningkat

- nafsu

makan

berkurang
- makan

hanya

pasien

menunjukan

Selasa,

setengah porsi
Gangguan mobilitas 10.00

16/9/14

fisik

yang WIB

pasien

mengatakan

bahwa

menentukan aktivitas
Kamis
mencatat dan terima
18/9/14
keadaan
kelemahan
(kelelahan yang ada).
mengindetifikasi factorfaktor

yang

mempengaruhi

pasien
- badan

pasien

lemas

disekujur

kemampuan untuk aktif


seperti
makanan

kanan

sulit digerakkan
DO : pasien tampak
- lemas
- tungkai
kanan

yang

lanjutkan

asuhan

keperawatan

berhubungan dengan
paralysis
DS : ibu

nutrisi

mampu

baik

setengah porsi
DO : pasien tampak
- lemas
- porsi makan hanya

tubuhnya
- tungkai

yang

tidak

adekuat.
mengevaluasi
untuk melakukan

mobilisasi secara aman


Kolaborasi
dengan
fisioterapis

S : ibu pasien mengatakan Laily

WIB

pasien
- Masih lemas
- Tungkai

kanan

sulit

digerakkan
O : pasien tampak
- Badan lemas
- tungkai
kanan

sulit

digerakkan

pemasukan

kemampuan

sulit digerakkan

10.00

A : pasien belum mampu


melaksanakan aktivitas fisik
P

lanjutkan

keperawatan

asuhan

BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Poliomielitis adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan virus
polio. Poliomyelitis disebabkan oleh Enterovirus. Enterovirus adalah virus
RNA yang termasuk family pikornaviridae. Virus ditularkan melalui rute
oro/fecal. Penularan melalui secret faring terjadi apabila keadaan agent
sanitasinya baik sehingga dapat memutuskan rantai penularan.
Poliomielitis dibagi atas empat macam, yaitu
Asimtomatis,

Poliomielitis Abortif,

Poliomielitis

Non

Poliomielitis
Paralitik,

dan

Poliomielitis Paralitik.
Beberapa pasien pengidap poliomyelitis, selama 10-40 tahun kemudian
akan menampakkan puncak dari gejala seperti kelemahan otot, penurunan
kemampuan beraktifitas sehari-hari, dan/ atrofi otot. Gejala ini didefinisikan
sebagai atrofi otot post-polio yang berlanjut. Manifestasi lain dari post-polio
sindrom termasuk nyeri otot, deformitas tulang, kelelahan dankram.
Perkembangan kemunduran otot pada post-polio sindrom umumnya lambat
dan pada beberapa kasus tidak bisa dilihat hanya dalam 1-2 tahun. Beberapa
komplikasi lain yang mungkin terjadi, diantaranya deformitas tulang,
abnormalitas neurologis saraf, komplikasi respiratory skoliosis dan atropi otot.
Beberapa cara pencegahan penyakit polio yang harus dilakukan
adalah: peningkatan hygiene, dan imunisasi polio. Sedangkan penatalaksanaan
polio untuk menurunkan nyeri dan khawatir dengan menggunakan analgetik.
Untuk meningkatkan status pernafasan artifisial ventilasi mungkin dibutuhkan
dan untuk mendukung status nutrisi digunakan NGT atau TPN. Latihan ROM
aktif dan pasif mungkin dibutuhkan untuk mencegah kontraktur dan
deformitas.
Diagnosa yang mungkin muncul diantaranya kurang pengetahuan
tentang penyakit polio berhubungan dengan infomasi yang tidak adekuat,
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sulit menelan,

hypertermi berhubungan dengan proses infeksi, nyeri akut berhubungan


dengan proses infeksi yang menyerang syaraf, gangguan kecemasan pada anak
dan keluarga berhubungan dengan kondisi penyakit, dan gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan paralisis otot.
3.2 Saran
Pada dasarnya tindakan yang penting dalam mensukseskan program
pemerintah dalam pemberantasan polio adalah melalui upaya preventif
dengan cara melaksanakan 5 imunisasi dasar salah satunya imunisasi polio.
Tindakan preventif tentang pencegahan polio dapat dimaksimalkan
dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya para ibu muda
tentang pentingnya imunisasi dan penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi.
Dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnose medis polio perlu diperhatikan penularan virus polio agar
penatalaksanaan dan pencegahan virus polio dapat maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Behrman, RE, dkk. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Cetakan 2010. Jakarta: EGC
Carpenito & Juall, L. 2007, Handbook of Nursing Diagnosis Ed.10, Alih
Bahasa, Yasmin Asih, EGC, Jakarta.

Disease

Conditions

Polio

Basic

Definition.

Diakses

dari

http://www.mayoclinic.org tanggal Accessed 15Sepetember 2014.


Elzouki, Abdelaziz Y. 2012. Text book of Clinical Pediatric second edition.
Lipincott Williams & Wilkins.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2000. Kapita Selekta Kedokteran
Cetakan 2008. FKUI: Media Aesculapius
Ikatan Dokter anak Indonesia. 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Badan
Penerbit Ikatan Dokter anak Indonesia
Infeksi Polio Manifestasi Klinis dan Penegakkan Diagnosis Terkini. 2012. Diakses
dari http://growupclinic.com tanggal 15 September 2014
Nurarif, Amin Hudan & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
MediAction Publishing
Penyakit Polio. Diakses dari http://medicastore.com tanggal 15 September 2014
Polio. Diakses dari http://kidshealth.org tanggal 15 September 2014
Poliomielitis.

Diakses

dari

http://www.id.wikipedia.org/wiki

tanggal

15

September 2014
Springer, Berlin. 2012. Textbook of Clinical Pediatrics, Volume 1. New York:
Springer

You might also like