Professional Documents
Culture Documents
The aim of the study was to determine the relationship between the shape of the
head with dental arch form and shape of the first maxillary incisors. To commence
orthodontic precisely, there are initial ways to do, such as extra oral clinical
examination which includes the head shape examination. From the head shape
examination, operator easily can determine patient's dental arch form and first
maxillary incisor shape. It was a prospective cross-sectional study carried out on a
total of 30 individuals patients orthodontic irrespective of gender. The result of the
study showed that dominant shape of head was brachycephalic (73,3%), shape of
dental arch was parabolic (70%) and incisors shape was square (76,7%). For this
study, spearman correlation test was done. Statistically,The head form to dental
arch showed negative correlation (-0,106). Whereas Head form to incisors shape
found positive correlation (0, 330). In this research, we can conclude that there is
a relationship between head shape with the arch, whereas between head shape and
first maxillary incisor shape, we can also see a relationship.
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Ortodontik adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang berhubungan dengan
faktor variasi genetik, tumbuh kembang dan bentuk wajah serta cara faktor
tersebut mempengaruhi oklusi gigi dan fungsi organ di sekitarnya. Sebagian besar
perawatan ortodontik dilakukan selama periode pertumbuhan, yaitu antara usia 10
sampai dengan 15 tahun. Oklusi dan posisi dari gigi ditentukan selama periode
pertumbuhan itu dan perubahan sesudah pertumbuhan yang terjadi umumnya
relatif kecil (Murtia, 2011).
Tujuan
perawatan
ortodontik
adalah
untuk
memperoleh
dan
2.
Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara bentuk kepala dengan bentuk lengkung gigi
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1
2
atas
4.
Hipotesis
Tidak terdapat hubungan antara bentuk kepala dengan bentuk lengkung gigi .
Terdapat hubungan antara bentuk kepala dengan bentuk gigi insisivus pertama
rahang atas.
5.
Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat yaitu :
Diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi mengenai kondisi ekstra
oral khususnya bentuk kepala, bentuk lengkung gigi dan bentuk gigi insisivus
pertama rahang atas pada pasien ortodontik RSGMP FKG UH Kandea.
4
5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
total tubuh. Pada orang dewasa, kepala membentuk seperdelapan dari tinggi total
tubuh. Oleh karena itu, dari lahir sampai maturitas, tubuh tentunya bertumbuh
lebih pesat, baik pada proporsi maupun ukuran, dibandingkan kepala. Pada
kebanyakan individu, kecepatan umum dari pertumbuhan tubuh mengikuti suatu
pola, walaupun ada variasi pada saat tahapan pola yang berbeda. Pada bayi,
pertumbuhan berlangsung dengan kecepatan yang relatif tinggi, melambat secara
progresif selama masa kanak-kanak untuk mencapai kecepatan minimal pada
periode prapubertas. Laju pertumbuhan kemudian meningkat kembali selama
pusat-pusat pertumbuhan di kepala sudah bekerja aktif sehingga besar kepala pada
saat dilahirkan relatif besar, mendekati besar kepala orang dewasa. Baughan dan
Dermijan (1978 cit Hamilah, 1991) dalam penelitiannya menemukan bahwa pada
usia 6 tahun panjang kepala anak laki-laki sudah mencapai sekitar 92%,
sedangkan anak perempuan kira-kira 88% panjang kepala orang dewasa. Tetapi,
tinggi badan anak laki-laki pada usia yang sama baru mencapai lebih kurang 65%
dan anak perempuan sekitar 63% tinggi badan dewasa.
10
atau skeleton kranial yang berisi otak, dan visekranium atau skeleton fasial yaitu
tulang-tulang fasial. Dasar kepala tempat otak berada, disebut basis kranium dan
atapnya disebut kalvaria kranii. Sesudah bayi dilahirkan, pertumbuhan otak sangat
cepat pada tahun-tahun pertama dan kemudian menjadi lambat sesudah bayi
berusia 3 sampai 4 tahun, tetapi tulang fasial tumbuh terus dengan cepat. Karena
itu, proporsi skeleton fasial dan skeleton kranial berubah, yaitu kalau pada waktu
dilahirkan perbandingan skeleton kranial terhadap skeleton fasial 8 : 1, pada tahun
kedua 6 : 1, dan pada waktu dewasa menjadi 2 : 1 atau 2,5 : 1 (Graber, 1972).
11
kalvaria dipisahkan oleh jaringan ikat fibrosa yang disebut sutura dan fontanella
Teori
klasik
dikaitkan
dengan
pengendalian
pertumbuhan
tengkorak
yang sebagian besar dikontrol oleh faktor genetik intrinsik.Dalam pandangan
Sicher (1952 cit Fuller dan West, 1986), semua elemen yang membentuk tulang
(kartilago, sutura, dan periosteum), pertumbuhannya terletak di pusat (informasi
genetiknya). Misalnya, sutura yang menghubungkan kompleks maksila dan
kranium, dua-duanya dapat mengatur pertumbuhan bagian tengah wajah (midface)
ke bawah dengan proliferasi seluler dan juga menentukan tingkat aktivitas ini
melalui komposisi genetiknya. Secara skematik, teori klasik ini dapat ditampilkan
dalam tabel berikut ini:
20
21
22 2
3
4
5
Faktor pengontrol
Genetic
intrinsic
Genetic
intrinsic
23
10
24
25
26
sinkronisasi
untuk
mencapai
keseimbangan.
Faktor
yang
11
Meskipun
awal
dari
hipotesis
matriks
fungsional
ini
12
karakteristik herediter. Gen yang berpengaruh di dalam sel disebut faktor genetik
intrinsik, sedangkan gen yang berpengaruh di luar sel disebut faktor epigenetik
atau faktor ekstrinsik (Ranly, 1985 cit Sony, 2003).
35
13
memberikan
gambaran
tentang
bagaimana
14
mempunyai tipe wajah euryprosop dan bentuk gigi insisivus yang lebar
(Sony, 2003).
38
Indeks
kepala
ditentukan
berdasarkan
deskriptif
anatomi
internasional. Nilai indeks kepala didapatkan dari pengukuran panjang dan lebar
kepala dengan rumus = lebar kepala maksimum : panjang kepala maksimum x
100. Dapat pula digambarkan secara sistematis sebagai berikut :
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49 Gambar 1.
50 Pengukuran indeks kepala (Sony, 2003)
51
52
1
Keterangan gambar :
Panjang kepala maksimum, yaitu jarak lurusantara titik yang paling menonjol
pada tulang frontal di atashidung (glabella)dan bagian paling menonjol dari tulang
oksipital. Inidiukur dengan menempatkan mistar pada ujung anteriorglabella
15
sementara ujung yang lain digeser hingga memungkinkan sampai pada ujung
posteriordari tulang oksipital sampaipanjang maksimum kepala tercapai.
2
Lebar
kepala
maksimum,
yaitu
jarak
maksimum
antara
titik
paling
54
56
55
Gambar 2.
Tipe-tipe kepala : brakhisefalik, dolikosefalik,
mesosefalik (Gallois, 2006)
57
1
lebar dan persegi, dengan nilai indeks kepala yang lebih besar dari rata-rata yaitu
> 81%. Bentuk kepala ini cenderung dimiliki oleh ras Mongoloid dengan ciri-ciri
aperturanasalyang membulat, sudut bidang mandibula yang lebih rendah, bentuk
muka segiempat (square), profil wajah prognasi sedang, rongga orbita membulat,
dan puncak kepala tinggi seperti kubah (Gallois, 2006).
16
59
60
61
62
63
64 Gambar 3.
65 Profil wajah ras Mongoloid : A.
Wanita B. Pria(Farida, 2002)
66
67
68
2
69
70
71
72
73
74
Gambar 4.
17
75
Profil wajah ras Negroid : A.
Wanita B. Pria(Farida, 2002)
76
kepala ini memiliki karakteristik fisik kepala lonjong dan bentuk muka terlihat
oval dengan zigomatik yang sedikit mengecil, profil wajah ortognasi, apertura
nasal yang sempit, spina nasalis menonjol dan meatus auditory external
membulat. Bentuk kepala seperti ini kebanyakan dimiliki oleh orang Kaukasoid
(Farida, 2002).
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87 Gambar 5.
88 Profil wajah ras Kaukasoid : A.wanita
B. pria(Farida, 2002)
89
metabolisme tubuh adalah gigi. Gigi yang tersusun pada tulang rahang
18
membentuk struktur lengkung yang berbeda secara alamiah, dari segi ukuran
maupun bentuk yang dipengaruhi oleh bentuk tulang penyokong lengkung gigi,
erupsi dan kerusakan pada gigi. Banyak permasalahan yang dapat terjadi pada
struktur gigi baik secara fungsional maupun estetis. Semua permasalahan tersebut
dapat diatasi dengan menjalani perawatan ortodontik. Perawatan ini dilakukan
oleh seorang ortodontis. Langkah-langkah perawatan untuk merapikan susunan
gigi dilakukan berdasarkan diagnosis bentuk lengkung susunan gigi. Bentuk
lengkung gigi pasien ditentukan secara manual berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman ortodontis dengan cara melihat bentuk model cetakan gigi pasien
(Widyanto, 2008).
91
dan
50
pasang
kembar
dizigot(repository.usu.ac.id/bitstream/chapter%, 2011.pdf).
92
93
94
19
95
96
97
98 Gambar 6.
99 Lengkung
gigi
normal
(repository.usu.ac.id/chapter%pdf)
100
101
cukup lebar untuk ruangan gigi desidui. Pada waktu berlangsungnya peralihan
antar gigi sulung ke gigi permanen terjadi perubahan ukuran lengkung gigi dan
perubahanoklusi. Penelitian menunjukkan bahwa lengkung gigi selama periode
gigi geligi bercampur menjadi bertambah lebar tetapi panjang lengkung
bertambah pendek.
103
setelah gigi erupsi bentuk lengkung gigi berubah karena dipengaruhi oleh jaringan
otot rongga mulut. Banyak
inklinasi gigi, pengaruh eksternal, fungsi, dan latar belakang ras/etnis dapat
mempengaruhi ukuran dan bentuk lengkung gigi. Trauma fisik, kebiasaan,
20
Bentuk dan ukuran lengkung gigi baik dalam arah transversal dan
sagital pada suatu individu berbeda dengan individu lainnya. Nilai normal ukuran
lengkung gigi pada rahang bawah ras Kaukasoid belum tentu merupakan ukuran
lengkung gigi normal bagi ras yang lain. Secara umum orang Kaukasoid
mempunyai lengkung gigi yang sempit dan berbentuk v sedangkan orang
Mongoloid mempunyai lengkung gigi yang parabolik dengan insisivus, kaninus
dan molar yang besar. Orang Australoid mempunyai lengkung gigi yang besar
dengan ukuran gigi yang besar (Farida, 2002).
105
dalam perawatan ortodontik. Asimetri lengkung gigi dapat terlihat dalam berbagai
variasi pada pasien maloklusi. Dikatakan bahwa asimetri lengkung gigi dapat
dikoreksi secara ortodontik (Hayati, 2003).
106
stabilitas hasil perawatan. Salah satu hal yang mempengaruhi stabilitas adalah
keberhasilan mempertahankan bentuk lengkung gigi (Burstone dan Marcotte,
2000). Banyak ahli telah meneliti mengenai pengeruh stabilitas lengkung gigi
terhadap stabilitas perawatan ortodontik. Selain itu banyak laporan kasus yang
stabilitasnya dinilai dari perubahan lengkung gigi (Nojima dkk, 2001).
107
kembang dan perubahan yang mungkin yang terjadi selama perawatan ortodontik.
21
Dinyatakan bahwa perubahan lebar dan panjang lengkung gigi pada maksila
sangat besar dibanding pada mandibula yang dinyatakan tetap (Vanda Dwi A,
2008).
108
dihasilkan dari dorongan gaya ke bukal oleh lidah saat rahang beraktivitas dan
gaya ke arah berlawanan dari pipi dan bibir. Lengkung gigi terbentuk pada posisi
tersebut dan merupakan lengkung yang paling normal bagi seorang individu.
Karena itu dapat dipahami bahwa salah satu cara mencapai stabilitas hasil
perawatan ortodontik adalah mempertahankan bentuk lengkung gigi awal pasien,
yang merupakan lengkung paling normal hingga akhir perawatan (Oktavia, 2008).
109
korelasi antara bentuk kepala, jenis wajah dan bentuk lengkung gigi. Dikatakan
bahwa seseorang dengan bentuk kepala brakhisefalik biasanya memiliki wajah
yang pendek (euryprosopic) dengan bentuk lengkung gigi yang berbentuk square.
Sedangkan bentuk kepala dolikosefalik biasanya memiliki wajah yang lonjong
(leptoprosopic) dan memiliki lengkung gigi berbentuk tapered atau meruncing.
22
Pada tipe mesosefalik berada diantaranya atau biasa disebut dengan tipe normal
atau rata-rata.
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
Gambar 7.
122
Hubungan antara bentuk kepala dengan bentuk
lengkung gigi (Wayan Ardhana, 2009)
123
sangat tinggi sehingga sulit dibedakan. Kemiripan bentuk ini sering kali
menimbulkan perbedaan pendapat antar ortodontis saat menetapkan bentuk
lengkung gigi seorang pasien. Kesalahan dalam menentukan bentuk lengkung gigi
akan berpengaruh pada keberhasilan dan kestabilan hasi perawatan (Widyanto,
2008).
124
125
126
127
128
129
130
23
131
132
133 Gambar 8.
134 Representasi ketiga bentuk
lengkung gigi (Widyanto, 2008)
135
136
sebagai template dalam praktek ortodontik, pertama kali dipopulerkan oleh Chuck
pada tahun 1932. Klasifikasinya terdiri dari tapered, square dan ovoid atau disebut
juga narrow, normal dan broad(Vanda Dwi A, 2008).
137
membuat perbandingan dengan gigi geligi pada binatang yang lebih rendah
tingkatannya. Arti fisiologis dari tanda-tanda yang penting pada gigi geligi akan
diperoleh hanya setelah mempelajari perkembangan dan relasi gigi terhadap
fungsinya. Uraian yang teliti dari bentuk gigi individu akan memberi banyak arti.
24
Para ahli fosil yang telah meneliti dari zaman lampau, menemukan bahwa bentuk
primordial dari suatu gigi adalah konus (Hendra Chanda, 2007).
139
149
146
Gambar 9.
Bentuk gigi : A. pria B.wanita (Tufail, 2011)
148
ukuran gigi geligi pria sebagian besar lebih lebar dari ukuran gigi geligi wanita.
Menurut Frush dan Fisher (2000 cit Atashi, 2007), garis luar insisivus atas pada
pria bersudut lebih tajam (giginya berbentuk kuboidal), sedangkan pada wanita
lebih tumpul (giginya berbentuk sferoidal).
150
25
153
154
155
Gambar 10.
156
Hubungan bentuk kepala dan wajah dengan bentuk gigi
insisivus pertama rahang atas, menurut William (https://www viewer?
a=v&q/download/prostodonsia-11-gtsl/pt_slide)
157
158
Banyak penulis dan peneliti yang setuju dengan teori ini, akan
tetapi beberapa peneliti mengarah pada hasil yang sebaliknya. Bell, Broadbelt dan
Mavroskoufis (1987 cit Shah, 2011) misalnya, pernah melakukan penelitian
tentang korelasi bentuk wajah terhadapbentuk gigi dan menemukan korelasi yang
tidak signifikan antara kedua hasil tersebut. Hal ini tidak mendukung teori
geometrik William dan menyimpulkan bahwa teori geometris William tidak valid.
26
159
METODE PENELITIAN
160
161
3.1
162
BAB III
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
164
3.2
Rancangan Penelitian
165
dikarenakan penelitian dilakukan pada satu saat tertentu. Tiap subyek hanya
diobservasi satu kali dan pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat
pemeriksaan tersebut.
166
167
3.3
168
Mulut Pendidikan Hj. Halimah Dg. Sikati Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin Makassar. Penelitian dilakukan pada bulan Maret Mei 2011.
169
170
1
3.4
27
172
1
Usia 20 35 tahun.
173
3.5
174
175
176
Spidol
Alat tulis
Plastik bening
177
178
3.6
1
Data
Jenis data
2 Pengolahan data
3 Analisis data
180
28
181
29
182
Variabel
183
3.7.1
Variabel dependen :
184
Bentuk kepala
Variabel independen :
1
1
3.7
Gambar model rahang dari sampel yang diteliti pada plastik bening.
6
Menentukan jenis bentuk lengkung gigi dari hasil model rahang yang
telah digambar.
186
30
187
3.9
Alur Penelitian
188
189
190
191
Penentuan lokasi penelitian Pengambilan Gambar model rahang sampel
192
sampel
Analisis
data
193
194
195
31
196
197
198
BAB IV
HASIL PENELITIAN
200
201
204
207
210
213
216
219
222
225
228
231
234
237
240
243
246
Karakteristik Sampel
Kelompok Umur (tahun)
- Dewasa Muda (18-25)
- Dewasa Penuh (26 - 60)
Jenis Kelamin
- Laki-Laki
- Perempuan
Bentuk Kepala
- Brakhisefalik
- Mesosefalik
- Dolikosefalik
Bentuk Lengkung Gigi
- Parabola
- Narrow
- Omega
Bentuk Gigi Insisivus Pertama Rahang
249
atas
- Square
252
- Oval
202
205
208
211
214
217
220
223
226
229
232
235
238
241
244
N
27
3
14
16
22
6
2
21
7
2
247
203
206
209
212
215
218
221
224
227
230
233
236
239
242
245
%
90,0
10,0
46,7
53,3
73,3
20,0
6,7
70,0
23,3
6,7
248
250
23
251
76,7
253
254
23,3
255
32
Bentuk
Kepala
7
28
13
2
N0
29
30
1
6831 32
Brakhisefalik
39
-
,2
41
23
11
% 26
N
35
9 36
%27
25
% 24
N
233 34
22
5
2,7
2
,1
6642 43
344 45
22
00,0
46
,
47
40
Mesosefalik
49
-
,7
51
50
60
61
2
Dolikosefalik
59
21
19
Jumla10
0,0
3,3
00,0
1052 53
54
, 55
56
,
57
0
0
7062 63
0
0
264 65
66
6 67
1
0
37
,577
1
38
00,0
1
0,106
Jumlah
1
,0
3,3
,7
30
00,0
33
258
didapatkan nilai r=(-0,106). Nilai ini menunjukkan bahwa diantara bentuk kepala
brakhisefalik, mesosefalik dan dolikosefalik terhadap lengkung gigi parabola,
narrow dan omega terjadi hubungan korelasi negatif atau hubungan terbalik.
Maka berdasarkan uji tersebut, didapatkan bahwa bentuk kepala brakhisefalik
cenderung memiliki lengkung gigi berbentuk omega. Sedangkan bentuk kepala
dolikosefalik cenderung memiliki bentuk lengkung gigi parabola.
260
261
262
34
263
Tabel 4. Hubungan
Bentuk
Kepala
-
87
75
81
%
82
88
89
96
- Mesosefalik97
104
105
Dolikosefalik
112
Jumlah
113
71
80
Brakhisefalik
70
69
6,4
3,3
106
00,0
114
3
6,7
pertama rahang atas
3,6
100
99
0108
116
22
6101
6,7
107
115
192
91
90
98
84
N
83
3,3
6
109
,0
Jumlah
72
73
85
% 86
93
10
0,0
102
075
0,0
110
0,
1094
1095
0,
2
0,0
330
2117 118
10
30
0,0
264
265
(66,7%), dan square (33,3%). Adapun hasil yang didapat pada sampel dengan
bentuk kepala dolikosefalik semuanya mempunyai gigi insisivus pertama rahang
atas berbentuk square(100,0%).
266
Nilai ini menunjukkan bahwa antara bentuk kepala dengan bentuk gigi isisivus
pertama rahang atas berlaku hubungan korelasi positif atau hubungan berbanding
35
lurus. Maka dapat dikatakan bahwa bentuk kepala brakhisefalik dan dolikosefalik
cenderung memiliki gigi insisivus berbentuk square.
267
268
269
270
BAB V
PEMBAHASAN
terdiri dari 16 orang perempuan (53,3%) dan 14 orang laki-laki (46,7%) yang
berasal dari pasien RSGMP FKG UH Kandea bagian ortodonsia (tabel 2). Dapat
pula dilihat bahwa pasien mayoritas termasuk dalam kelompok umur dewasa
muda dengan persentase tertinggi (90%). Dalam kelompok umur tersebut, bentuk
kepala yang paling banyak ditemui yaitu brakhisefalik dengan persentase paling
tinggi (73,3%). Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Isurani (2011) pada populasi mahasiswa di Sri Lanka, yang menyatakan bahwa
bentuk kepala yang paling dominan ditemukan berbentuk brakhisefalik (66,15%).
Hasil yang sama juga ditemukan oleh Golalipour dkk (2006) pada orang Turkman,
dimana bentuk kepala brakhisefalik merupakan bentuk kepala yang paling banyak
ditemukan (42,4%). Lain halnya dengan Rexhepi dan Meka (2008). Bentuk
kepala dolikosefalik lebih banyak ditemukan pada masyarakat Bulgaria dan
Serbia. Penelitian mengenai bentuk kepala juga pernah dilakukan oleh Vojdani
dkk (2009). Hasilnya memperlihatkan bahwa bentuk kepala yang paling dominan
ditemukan yaitu brakhisefalik dan hiperbrakhisefalik.
36
271
Pada tabel 2 dapat pula dilihat bahwa dari 30 sampel yang diteliti,
37
dalam penelitian ini paling banyak ditemukan berbentuk square dengan persentase
tertinggi (76,7%). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Ibrahimagic dkk (2001)
di Bosnia. Diperoleh insisivus berbentuk tapered-square dengan persentase
tertinggi (53%), diikuti oval (30%), dan tapered (16%).Perbedaan ras pada
populasi sampel kemungkinan menjadi faktor penyebab terjadinya perbedaan
hasil ini.
274
dengan bentuk lengkung gigi. Dapat dilihat bahwa pada sampel dengan bentuk
kepala brakhisefalik cenderung memiliki lengkung gigi berbentuk parabola
(68,2%), namun hasil ini tidak bermakna secara statistik. Berdasarkan uji korelasi
dari Spearman, bentuk kepala brakhisefalik lebih kuat hubungannya dengan
lengkung gigi omega dibandingkan dengan lengkung gigi parabola. Sedangkan
pada sampel dengan jenis kepala dolikosefalik yang hanya ditemukan sebanyak 2
orang (6,7%) dalam penelitian ini, keduanya memiliki lengkung gigi berbentuk
parabola (100%). Hasil ini bermakna secara statistik.
275
38
gigi insisivus pertama rahang atasberbentuk square (tabel 5). Hasil ini berbanding
terbalik pada sampel yang memiliki bentuk kepala mesosefalik, yang justru lebih
banyak
memiliki
gigi
insisivus
pertama
rahang
atas
berbentuk
oval
BAB VI
6.1
Kesimpulan
280
39
281
282
6.2
Saran
285
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada populasi nonortodontik di masyarakat luas.
286
40
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
DAFTAR PUSTAKA
309
41
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
Golalipour MJ. 2006. The Variation of Head Shapes in 17-20 Year Old
Native Fars Male in Gorgan-North of Iran. Int J Morphol. 25(3): 1.
Golalipour MJ, Mehrdad J, Kamran H. 2007. Morphological Evaluation
of Head in Turkman Males in Gorgan-North of Iran. Int J Morphol.
25(1): 100.
Graber TM, Swain BF. 1985. Orthodonti Curre Principle and The
Techniques. The C.V.Mosby Co: St. Louis. pp. 78-79.
Graber TM. 1972. Orthodontics Principles and Practice. 3rd ed. WB
Saunders Company: Philadelphia. p.156.
Hamilah D.Koesoemahardja. 1991. Pola Pertumbuhan Jaringan Lunak
Kraniofasial serta Kaitannya dengan Pola Pertumbuhan Jaringan
Keras Kraniofasial dan Pertumbuhan Umum. FKG Universitas
Trisakti. p.11.
Hayati R. 2003. Kajian Tumbuh Kembang Dentokraniofasial Untuk
Kedokteran Gigi. JKGUI. (10): 455.
Hendra Chanda. 2005. Analisis Hubungan Bentuk dan Ukuran Gigi
Geligi, Bentuk dan Ukuran Lengkung Gigi Geligi Terhadap Terjadinya
Impaksi Gigi Molar Tiga Rahang Bawah (Studi Epidemiologi pada Suku
Bugis. Disertasi. Universitas Hasanuddin: Makassar. p.66.
Ibrahimagic L, Jerolimov V, Celebic A, Carek V, Baucic I, Zlataric DK.
2001. Relationship Between the Face and the Tooth Form. Collegium
Antropologicum. 25(2): 622.
Isurani I. 2011. Evaluation of Cephalic Indices: A Clue for Racial and Sex
Diversity. Int J Morphol. 29(1): 113-4.
326
327
328
329
330
331
332
42
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
43
354
355
356
357
358
359
360
361
362
363
364
365
366
367
368
369
370
371
372
373
374
44
377
378
45
379
DAFTAR ISI
380
381.................................................................................................................
HALAMAN JUDUL
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
i
.......................................................................................................................
382.................................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
ii
383.................................................................................................................
UCAPAN TERIMA KASIH
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
iii
384.................................................................................................................
DAFTAR ISI
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
v
385.................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
vii
46
386
DAFTAR TABEL..
viii
387
LAMPIRAN.
x
388.................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
1
1
Latar Belakang
.................................................................................................
.................................................................................................
1
Rumusan Masalah
.................................................................................................
.................................................................................................
4
Tujuan Penelitian
.................................................................................................
.................................................................................................
4
Hipotesis
4
Manfaat Penelitian
4
47
389.................................................................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
6
1
48
.................................................................................................
.................................................................................................
17
4
Pertama
Rahang
Atas
.....................................................................................................
.....................................................................................................
22
393.................................................................................................................
BAB III. METODE PENELITIAN
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
25
394.....................................................................................................
3.1 Jenis Penelitian
...........................................................................................................
...........................................................................................................
25
395.....................................................................................................
3.2 Rancangan Penelitian
...........................................................................................................
...........................................................................................................
25
396.....................................................................................................
v
49
397.....................................................................................................
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
...........................................................................................................
...........................................................................................................
25
398.....................................................................................................
3.5 Alat dan Bahan
...........................................................................................................
...........................................................................................................
26
399.....................................................................................................
3.6 Data
...........................................................................................................
...........................................................................................................
26
400.....................................................................................................
3.7 Variabel
...........................................................................................................
...........................................................................................................
27
...........................................................................................................
401.....................................................................................................
3.8 Prosedur Penelitian
...........................................................................................................
...........................................................................................................
27
402.....................................................................................................
3.9 Alur Penelitian
50
...........................................................................................................
...........................................................................................................
28
403.................................................................................................................
BAB IV. HASIL PENELITIAN
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
29
404.................................................................................................................
BAB V. PEMBAHASAN
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
33
405.................................................................................................................
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
37
406.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
38
407.................................................................................................................
LAMPIRAN
408
DAFTAR GAMBAR
409
51
vi
410
Gambar 1
.........................................................................................
Pengukuran indeks kepala
.........................................................................................
.........................................................................................
14
411
Gambar 2
dolikosefalik, mesosefalik)
15
412
Gambar 3
dan pria
15
413
Gambar 4
pria
16
414
Gambar 5
dan pria
17
415
Gambar 6
416
Gambar 7
52
417
Gambar 8
418
Gambar 9
419
23
vii
53
427
429
DAFTAR TABEL
428
Tabel
1
.....................................................................................................
Faktor pengontrol utama dari pertumbuhan dan kekuatan
pengaruhnya terhadap dua divisi embriologik kepala, menurut
Sicher
.....................................................................................................
.....................................................................................................
9
430
Tabel
2
.....................................................................................................
Distribusi sampel menurut umur, jenis kelamin, bentuk kepala,
bentuk lengkung gigi dan bentuk gigi insisivus pertama
rahang
atas
.....................................................................................................
.....................................................................................................
29
431
Tabel
3
.....................................................................................................
Hubungan bentuk kepala dengan bentuk lengkung gigi
.....................................................................................................
.....................................................................................................
30
432
434
54
viii
435
LAMPIRAN
436
437
1 Data Hasil Penelitian
2 Hasil Analisa Data SPSS
3 Surat Izin Penelitian
4 Surat Penugasan Penelitian
438
439
440
441
442
443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
455
456
55
457
458
459
460
SKRIPSI
461
462
NURFITRIAH AMIKARAMATA
463
J 111 08 139
464
465
466
467
468
469
470
471
472
473
474
475
476
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
477
MAKASSAR
478
2011
56