Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Gatra
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Satria
131311123047
Kristina Blandina W.
Maria Nining Kehi
Andrian Pujo P.
Hamdan Hariawan
Ikhwan Nursani
Enggar Ratna Kusuma
Happy Restu W.
Fitriani
131311123049
131311123060
131311123061
131311123062
131311123063
131311123072
131311123080
131311123081
Dispnea, Kesulitan
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
g. Gangguan pola eliminasi bowel berhubugan dengan efek imobilisasi dan disfungsi
saraf yang mensarafi bowel
h. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan gangguan fungsi spinkter
i. Risiko ketidaefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan paralisis
neuromuskular, kelemahan ekspansi dada
j. Risiko ketidakefektifan pola jalan nafas berhubugan dengan lokasi tumor,
pengaruh general anastesi
k. Kurang pengetahuan pasien dan keluarga tentag perawatan post operasi
berhubungan dengan kurangnya informasi
l. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, gangguan nyeri terus menerus.
C. Renacana Keperawatan
Pre tindakan tumor medulla spinalis
1. Diagnose keperawatan : Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan agen pencidera fisik,
kompresi saraf.
Kriteria hasil : Pasien melaporkan nyeri berkurang, menunjuKkan perilaku untuk
mengurangi kekambuhan atau nyeri
Intervensi :
a. Kaji Keluhan nyeri
(Untuk mengetahui skala nyeri yang dialami psaien dan melihat perkembangan
nya secara subjektif)
b. Observasi keadaan nyeri nonverbal (misal ; ekspresi wajah, gelisah, menangis,
menarik diri, diaforesis, perubaan frekuensi jantung, pernapasan dan tekanan
darah.
(Menetukan skala nyeri yang dialami pasien untuk menentukan intervensi yang
harus dilakukan pada pasien untuk mengatasi nyeri nya secara tepat)
c. Anjurkan untuk istirahat denn tenang
(Suasana dan kondisi lingkungan yang tenang membuat pasien merasa nyaman
dan mengurangi nyerinya)
d. Berikan kompres panas lembab pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan
(Kompres hangat akan membuat pembuluh darah berdilatasi sehingga aliran darah
semakin lancer dan kebutuhan oksigen tercukupi sehingga nyeri berkurang).
e. Lakukan pemijatan pada daerah kepala / leher / lengan jika pasien dapat toleransi
terhadap sentuhan
(Melancarkan peredaran darah dan penyebaran oksigen ke jaringan sehingga
metabolisme anaerob tidak terjadi yang dpt menyebabkan nyeri)
f. Sarankan pasien untuk menggunakan persyaratan positif saya sembuh atau
saya suka hidup ini
(Meningkatkan psikologis pasien sehingga terhindar dari stress dan mempercepat
penyembuhan)
g. Berikan analgetik / narkotik sesuai indikasi
(Sebagai pengurang nyeri)
rasa kontrol
dan
dapat
ketegangan
otot
jari.
a. Kaji fungsi sensoris dan motorik pasie, meliputi:kaji adanya paralisis, dan
kehilangan fungsi bowel dan bladder.
(Untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya edema ynag berkembang selama
postoperasi).
b. Amati adanya gangguan neurologis; meliputi kaji reflek, GCS, temperatur,
kekuatan otot, adanya paralisis
(Untuk memnitor kondisi pasien secara berkelanjutan)
c. Kaji adanya nyeri kepala hebat
(Untuk mengidentifikasi adanya intracranial subdural hematoma. Tekanan dari
dura terjadi dengan pembedahan spinal yang menyebabkan otak bergeser
kebawah, menyebabkan traksi, laserasi jaringan, dan terkumpulkan darah pada
daerah rongga subdural).
3. Diagnose keperawatan : Resiko Infeksi berhubungan dengan Insisi Luka Post Op
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi pada
luka pembedahan (post-op) yang ditandai dengan : tidak ada tanda infeksi primer,
rubor kolor,dolor; leukosit dalam batas normal; pasien tidak demam.
Intervensi :
a. Observasi luka jahitan post-op, kaji dan catat jika ada tada tanda infeksi primer
(rubor,kolor, dolor)
(Infeksi bisa diketahui secara dini dengan observasi luka post-op)
b. Lakukan perawatan Luka dengan teknik steril/aseptic
(teknik aseptik ini sangat membantu dalam pencegahan infeksi)
c. Anjurkan Klien untuk selalu mencuci tangan dan melakukan hygine dengan benar,
serta berikan edukasi tentang menjaga keberihan diri dan pentingnya mencuci
tangan.
(kebersihan hygine pasien berpengaruh terhadap angka kejadian infeksi)
d. Catat tanda tanda vital, lakukan cek leukosit jika memang ada tanda tanda infeksi
(tanda infeksi sekunder bisa diketahui dengan pemeriksaan leukosit, dan
peningkatan suhu)
e. Kolaborasi dengan dokter tentang obat obatan, seperti penggunaan antibiotik.
(antibiotik juga dapat sebagai terapi pertama dalam pencegahan infeksi)
f. Kolaborasikan dengan ahli gizi mengenai diit TKTP
(Diit TKTP dapat membantu mempercepat proses granulasi dan maturasi luka)
4. Diagnose keperawatan : Resiko tinggi terhadap komplikasi osteoporosis disuse,
kekauan sendi dan kontraktur berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik sekunder
terhadap post-op pembedahan tumor medula spinalis.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
masalah komplikasi terhadap osteoporosis disuse, kekauan sendi dan kontraktur tidak
terjadi dengan kriteria hasil : sendi dapat bergerak bebas; mampu bergerak sesaui
kemampuan ROM; Tidak jatuh ketika berjalan.
Intervensi :
a. Berikan latihan rentang gerak pasif setiap 2 jam, jika pasien tidak mampu maka
lakukan latihan rentang gerak aktif. anjurkan pasien untuk melatih ekstermitas
yang tidak dipakai untuk dapat digunakan secara optimal.
(Rentang gerak pasif memelihara fleksibilatas sendi, rentang gerak aktif
memelihara fleksibilatas sendi dan kesehatan otot).
b. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan sebanyak mungkin untuk dirinya.
(melakukan perawatan sendiri dapat melatih otot, sendi dan perasaaan tidak
bergantung pada orang lain).
c. Rujik pasien ke terapi fisik untuk latihan berjalan atau latihan sesuai pesanan.
(ahli terapi fisik adalah ahli muskuloskeletal dan dapat merencanakan program
latihan sesuai dengan potensi pasien sesaui kesembuhan)
d. Bila pasien dianjurkan untuk berjalan, berikan bantuan yang dibutuhkan. biila
pasien diperintahkan turun dari tempat tidur, yakin bahwa pasien dapat turun dari
tempat tidur.
(tulang membutuhkan tekanan dan tegangan untuk pembentukan kalsium.
demineralisasi tulang karena tulang tidak pernah digunakan, yang merupakan
predisposisi untuk fraktur. penambahan kalsium dalam diit atau suplemen kalsium
tidak dapat mengembalikan demineralisasi karena imobilitas).
5. Diagnose keperawatan : gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan
ketidaknyamanan, spasme otot, kerusakan neuromuskuler
Tujuan : menunjukkan tingkat aktivitas sesuai toleransi tubuh yang optimal dengan
kriteria hasil : Klien dapat beraktivitas sesuai kemampuan; Klien dapat
mempertahankan
kekuatan
dan
fungsi
bagian
tubuh
yang
sakit.
intervensi
a. Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi yang spesifik.
b. Berikan aktifitas yang disesuaikan dengan kemampuan klien.
c. Anjurkan klin untuk melatih kaki bagian bawah / lutut, nilai adanya edema,
eritema pada ekstremitas bawah.
d. Bantu klien dalam melakukan aktivitas ambulasi. 5. Berikan perawatan kulit
dengan baik, masase titik yang tertekan setelah perubahan posisi.
e. Berikan analgetik kira-kira 30 menit sebelum memindahkan atau melakukan
ambulasi klien selama periode akut.
6. Diagnose keperawatan : Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
aliran darah sekunder terhadap edema operasi.
Tujuan : menunjukkan sirkulasi yang adekuat pada seluruh tubuh dengan Kriteria
hasil : TTV klien terutama Nadi dan tekanan darah normal; Capilarry refill; tidak ada
tanda-tanda sianosis.
Intervensi
a. Kaji pergerakan atau sensasi dari ektremitas bawah/kaki (lumbal), dan
b.
c.
d.
e.
f.
g.
tangan/lengan (servik).
Pertahankan klien dalam posisi terlentang selama beberapa jam.
Pantau TTV, catat kehangatan dan pengisian kapiler.
Lakukan palpasi pada daerah operasi untuk mengetahui adanya edema.
Lakukan pengukuran terhadap drainase (jika menggunakannya).
kolaborasi pemberian terapi cairan atau darah sesuai indikasi.
kolaborasi pemeriksaan darah lengakp (seperti Hb, Ht, dan eritrosit).
mengatakan
ansitas
berkurang
pada
tingkat
yang
dapat
diatasi;
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku Untuk Brunner dan
Suddart alih bahasa oleh Yasmin Asih. EGC : Jakarta
Daniels, Rick et al. 2007. Contemporary medical surgical nursing. USA.
Doenges E. Marilynn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Engram, Barbara. 2011. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Ersi. 2011. Tumor medulla spinalis. http://ersi-blog.blogspot.com/2011/12/tumor-medulaspinalis.html. Diakses tanggal 25 Maret 2014 jam 10.00 wib
Lewis, Sharon. 2009. Medical surgical nursing: asessment and management of cinical
problem. USA: Elsevier Mosby.
Linda Juall Carpenito, Alih bahasa Yasmin Asih. 1997. Diagnosa Keperawatan , ed 6, EGC :
Jakarta
M.Tucker. 1998. Standart Perawatan Pasien: Proses Keperawatan, Diagnosa dan Evaluasi,
Edisi 5, Volume 3. Jakarta : EGC.
Manjoer, Arif M, dkk. 2000. Kapita selekta Kedokteran Edisi III. Jakarta : FKUI.
Monahan, et al. 2007. Manual medical surgical nursing a care planning resource. USA:
Elsevier Mosby.
Morton, PG. 1997. Panduan Pemeriksaan Kesehatan Dengan Dokumentasi SOAPIE, E/2.
EGC. Jakarta
Muttaqin, Aif. 2009. Pengantar asuhan keprawatan dengan ganguan sistem persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
Otto, S. 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. EGC : Jakarta
Padmosantjojo, R.M. 2000. Keperawatan bedah saraf. FKUI : Bagian bedah saraf.
Price, Sylvia A & Lorraine M Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit Edisi 4. Jakarta: EGC.
Rotro, Jane C. 2009. Care of the patient in surgery. USA: Willey Black.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2). EGC : Jakarta.
Wartonah, Tarwoto. 2007. Keperawatan medikal bedah gangguan sistem persarafan. Jakarta:
Sagung Seto.
Yarbro, Connie H. et al. 2004. Cancer symptom management third edition. Jones and Batlett
USA: Publisher.