You are on page 1of 18

RINGKASAN MATERI ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

KONSEP DASAR KEBIDANAN KOMUNITAS

DISUSUN OLEH :
EMILIA PUTRI MIRANDA HARAHAP
NIM. P00340213012

DOSEN PEMBIMBING :
AFRINA MIZAWATI, SKM, MPH

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
PRODI KEBIDANAN CURUP
T.A. 2014/2015

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji serta syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan resume yang berjudul Konsep Dasar Kebidanan
Komunitas ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun. sehingga kami bisa jauh lebih baik lagi.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan semua pihak.
Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua
pihak. Semoga Allah SWT menerima segala amal kebaikan kepada semua pihak yang telah
membantu kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Curup, Februari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah ...
C. Tujuan .
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebidanan Komunitas .
B. Tujuan Pelayanan Kebidanan Komunitas
C. Sasaran Kebidanan Komunitas ...
D. Riwayat Kebidanan Komunitas di Indonesia .
E. Bekerja di Komunitas .
F. Jaringan Kerja Komunitas ..
G. Karakteristik Bidan di Komunitas ..
BAB III PENUTUP
A. Simpulan .
B. Saran ...
DAFTAR PUSTAKA ..

i
ii
iii
1
2
2
3
4
4
5
10
12
13
15
15
16

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia perkembangan kebidanan tidak begitu pesat. Hal ini dapat dilihat dari
sejak dimulainya pelayanan kebidanan pada tahun 1853 sampai saat ini perkembangan
pelayanan belum dapat mencapai tingkat yang professional. Pelayanan kebidanan yang
diberikan lebih banyak ditujukan pada kesehatan ibu dan anak, baik kesehatan fisik
maupun psikologisnya. Ibu dan anak ini berada di dalam suatu keluarga yang ada di dalam
suatu masyarakat.
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
bertujuan untuk mewujudkan kesehatan keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan
adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangannya untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan anak di keluarga maupun di masyarakat. Dalam rangka
pemberian pelayanan kebidanan pada ibu dan anak di komunitas diperlukan bidan
komunitas yaitu bidan yang bekerja melayani ibu dan anak di suatu wilayah tertentu.
2

Bidan sebagai pelaksana utama yang memberikan pelayanan kebidanan, diharapkan


mampu memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. Bidan juga
tinggal di dalam suatu masyarakat di komunitas tertentu. Oleh karena itu dalam
memberikan pelayanan tidak hanya memandang ibu dan anak sebagai individu, tetapi juga
mempertimbangkan factor lingkungan dimana ibu tinggal. Lingkungan ini dapat berupa
social, politik, dan keadaan ekonomi. Disini terlihat jelas bahwa kebidanan komunitas
sangat diperlukan, agar bidan dapat mengenal kehidupan social dari ibu dan anak yang
dapat mempengaruhi status kesehatannya.
Sementara itu, kebidanan komunitas adalah bagian dari kebidanan yang berupa
serangkaian ilmu dan keterampilan untuk memberikan pelayanan kebidanan pada ibu dan
anak yang berada dalam masyarakat di wilayah tertentu. Bidan memandang pasiennya
sebagai makhluk sosial yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lingkungan sekitarnya. Setiap petugas kesehatan yang
bekerja dimasyarakat perlu memahami masyarakat yang dilayaninya, baik keadaan budaya
maupun tradisi setempat sangat menentukan pendekatan yang ditempuh. Pendekatan yang
akan digunakan oleh bidan harus memperhatikan strategi pelayanan kebidanan, tugas dan
tanggung jawab bidan serta aspek perlindungan hukum bagi bidan di komunitas.
B. Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud dengan kebidanan komunitas?
- Apa tujuan dari kebidanan komunitas?
- Siapa saja yang menjadi sasaran bidan di komunitas?
- Bagaimanakah riwayat atau sejarah kebidanan komunitas di Indonesia dan di
-

beberapa negara lain?


Seperti apakah bekerja di komunitas?
Bagaimana dengan jaringan kerja komunitas?
Apa saja yang menjadi karakteristik bidan di komunitas?

C. Tujuan
- Untuk mengetahui pengertian kebidanan komunitas.
- Untuk mengetahui tujuan dari kebidanan komunitas.
- Untuk mengetahui sasaran bidan di komunitas.
- Untuk mengetahui riwayat atau sejarah kebidanan komunitas di Indonesia dan di
-

beberapa negara lain.


Untuk mengetahui seperti apa bekerja di komunitas.
Untuk mengetahui jaringan kerja komunitas.
Untuk mengetahui karakteristik bidan di komunitas.

BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Kebidanan Komunitas
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang
diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan
merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan yang
diberikannya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya
keluarga berkualitas, bahagia dan sejahtera.
A. Pengertian Kebidanan Komunitas
Konsep merupakan kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu.
Kebidanan berasal dari kata bidan. Menurut kesepakatan antara ICM, IFGO dan WHO
tahun 1993, mengatakan bahwa bidan (midwife) adalah seorang yang telah mengikuti
pendidikan kebidanan yang diakui oleh pemerintah setempat, telah menyelesaikan
pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat izin melakukan praktik
kebidanan.
Bidan menurut IBI adalah seorang wanita yang mendapat pendidikan kebidanan
formal dan lulus serta terdaftar di badan resmi pemerintah dan mendapat izin serta
kewenangan melakukan kegiatan praktek mandiri. Bidan lahir sebagai wanita terpercaya
dalam mendampingi dan menolong ibu-ibu melahirkan, tugas yang diberikan sangat mulia
dan juga selalu setia mendampingi dan menolong ibu dalam melahirkan sampai sang ibu
4

dapat

merawat

bayinya

dengan

baik. Bidan diakui

sebagai

profesional

yang

bertanggungjawab yang bekerja sebagai mitra perempuan dalam memberikan dukungan


yang diperlukan.
Kebidanan mencakup pengetahuan yang dimiliki dan kegiatan pelayanan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi. Komunitas berasal dari bahasa Latin yaitu Communitas yang
berarti kesamaan, dan juga communis yang berarti sama, publik ataupun banyak. Dapat
diterjemahkan sebagai kelompok orang yang berada di suatu lokasi/ daerah/ area tertentu.
Menurut Saunders (1991) komunitas adalah tempat/kumpulan orang atau sistem sosial.
Dari uraian di atas, dapat dirumuskan definisi Kebidanan Komunitas sebagai segala
aktifitas yang dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan pasiennya dari gangguan
kesehatan.

Pengertian

kebidanan komunitas yang

lain

menyebutkan

upaya

yang

dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan anak balita di
dalam keluarga dan masyarakat. Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko
tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan kebidanan.
Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas didasarkan pada empat konsep utama
dalam pelayanan kebidanan yaitu : manusia, masyarakat/lingkungan, kesehatan dan
pelayanan kebidanan yang mengacu pada konsep paradigma kebidanan dan paradigma
sehat, sehingga diharapkan tercapainya taraf kesejahteraan hidup masyarakat.
B. Tujuan Pelayanan Kebidanan Komunitas
Pelayanan kebidanan komunitas adalah bagian dari upaya kesehatan keluarga.
Kesehatan keluarga merupakan salah satu kegiatan dari upaya kesehatan di masyarakat
yang ditujukan kepada keluarga. Penyelenggaraan kesehatan keluarga bertujuan untuk
mewujudkan keluarga kecil, sehat, bahagia dan sejahtera. Kesehatan anak diselenggarakan
untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Jadi tujuan dari pelayanan kebidanan komunitas adalah meningkatkan kesehatan ibu
dan anak balita di dalam keluarga, sehingga terwujud keluarga sehat sejahtera dalam
komunitas tertentu.

C. Sasaran Kebidanan Komunitas


Menurut Syahlan, 1996, komuniti adalah sasaran pelayanan kebidanan komunitas. Di
dalam komuniti terdapat kumpulan individu yang membentuk keluarga atau kelompok
masyarakat. Dan sasaran utama pelayanan kebidanan komunitas adalah ibu dan anak.
Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, yang dimaksud dengan keluarga
adalah suami, istri, anak dan anggota keluarga lainnya. Sedangkan menurut Niken Meilani,
2009, sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah individu, keluarga dan masyarakat
baik yang sehat, sakit maupun yang mempunyai masalah kesehatan secara umum.
Ibu

Pra kehamilan, kehamilan, persalinan, nifas dan masa interval


Meningkatkan kesehatan anak dalam kandungan, bayi, balita, pra sekolah dan

Anak

sekolah
Pelayanan ibu dan anak termasuk kontrasepsi, pemeliharaan anak,

Keluarga

pemeliharaan ibu sesudah persalinan, perbaikan gizi, imunisasi dan kelompok


usila.

Masyarakat
(community)

Remaja, calon ibu dan kelompok ibu

D. Riwayat Kebidanan Komunitas di Indonesia

RIWAYAT KEBIDANAN KOMUNITAS DI INDONESIA

Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan di Indonesia dimana bidan sebagai


ujung tombak pemberi pelayanan kebidanan komunitas. Bidan yang bekerja melayani
keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu disebut bidan komunitas (community
midwife). Di Indonesia, istilah bidan komunitas tidak lazim digunakan sebagai panggilan
bagi bidan yang bekerja di luar Rumah Sakit. Secara umum, di Indonesia seorang bidan
yang bekerja di masyarakat termasuk bidan desa dikenal sebagai bidan komunitas.
Sampai saat ini belum ada pendidikan khusus untuk menghasilkan tenaga bidan yang
bekerja di komunitas. Pendidikan yang ada sekarang ini diarahkan untuk menghasilkan
bidan yang mampu bekerja di desa.
Pendidikan tersebut adalah program pendidikan bidan A (PPB A), B (PPB B), C
(PPB C) dan Diploma III Kebidanan. PPB-A,lama pendidikan 1 tahun, siswa berasal dari
lulusan SPK (Sekolah Perawat Kesehatan). PPB-B,lama pendidikan 1 tahun, siswa berasal
dari lulusan Akademi Perawat. PPB-C, lama pendidikan 3 tahun, siswa berasal dari lulusan
SMP (Sekolah Menengah Pertama). Diploma III Kebidanan : lama pendidikan 3 tahun,
6

berasal dari lulusan SMU, SPK maupun PPB-A mulai tahun 1996. Kurikulum pendidikan
bidan tersebut diatas disiapkan sedemikian rupa sehingga bidan yang dihasilkan mampu
memberikan pelayanan kepada ibu dan anak balita di masyarakat terutama di desa.
Disamping itu Departemen Kesehatan melatih para bidan yang telah dan akan bekerja
untuk memperkenalkan kondisi dan masalah kesehatan serta penanggulangannya di desa
terutama berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak balita. Mereka juga mendapat
kesempatan dalam berbagai kegiatan untuk mengembangkan kemampuan, seperti
pertemuan ilmiah baik dilakukan oleh pemerintah maupun oleh organisasi profesi seperti
IBI. Bidan yang bekerja di desa, puskesmas, puskesmas pembantu; dilihat dari tugasnya
berfungsi sebagai bidan komunitas.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda tahun 1807, pertolongan persalinan
dilakukan oleh dukun. Pada tahun 1951 didirikan sekolah bidan bagi wanita pribumi di
Batavia, kemudian tahun 1953 kursus tambahan bidan (KTB) di masyarakat jogyakarta dan
berkembang didaerah lain. Seiring dengan pelatihan ini, dibukalah BKIA, bidan sebagai
penanggung jawab memberikan pelayanan antenatal care, post natal care, pemeriksaan
bayi dan gizi, intra natal dirumah, kunjungan rumah pasca salin. Tahun 1952 diadakan
pelatihan secara formal untuk kualitas persalinan, tahun 1967 kursus tambahan bidan
(KTB) ditutup, kemudian BKIA terintegrasi dengan Puskesmas.
Puskesmas memberi pelayanan didalam dan diluar gedung dalam wilayah kerja.
Bidan di Puskesmas memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) termasuk keluarga
berencana (KB). Diluar gedung pelayanan kesehatan keluarga dan posyandu yang
mencakup pemeriksaan kehamilan, KB, Imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan. Tahun
1990 merata pada semua masyarakat.
Instruksi presiden secara lisan pada sidang kabinet tahun 1992 tentang perlunya
mendidik bidan untuk ditempatkan diseluruh desa sebagai pelaksana KIA. Tahun 1994
merupakan titik tolak dari konferensi kependudukan dunia di Kairo yang menekankan pada
reproduksi health memperluas garapan bidan antara lain Safe Motherhood, Keluarga
berencana, Penyakit Menular Seksual (PMS), kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan
reproduksi orang tua.

RIWAYAT KEBIDANAN KOMUNITAS DI BEBERAPA NEGARA

a. Yunani
Hipocrates yang hidup antara tahun 460-370 sebelum masehi. Beliau mendapat
sebutan Bapak Pengobatan karena selama hidupnya menaruh perhatian besar
terhadap perawatan dan pengobatan serta kebidanan. Beliau menganjurkan ibu
7

bersalin ditolong dengan perikemanusiaan dan mengurangi penderitaan ibu. Beliau


menganjurkan agar ibu bersalin dirawat dengan selayaknya. Sehubungan dengan
anjuran itu maka di negeri Yinani dan romawi terlebih dahulu merawat wanita nifas.

b. Roma
Soranus yang hidup pada tahun 98-138 sesudah masehi. Beliau disebut Bapak
Kebidanan karena dari beliaulah pertama kali menaruh perhatian terhadap kebidanan
setelah masa Hipocrates dan berpendapat bahwa seorang bidan hendaklah seorang
ibu yang telah mengalami kelahiran bayi, ibu yang tidak takut akan hantu, setan,
serta menjauhkan tahayul. Disamping itu, beliau pertama kali menemukan dan
menulis tentang Versi Podali, tapi sayang tidak disertai keterangan yang lengkap.
Setelah Soranus meninggal, usahanya diteruskan oleh muridnya Moscion. Ia menulis
buku yang merupakan pengajaran bagi bidan-bidan.
c. Italia
Zaman setelah Moscion meninggal sampai abad pertengahan merupakan
zaman yang galau bagi bidang perawatan, dimana perawatan pada umumnya menjadi
mundur. Pengobatan menjadi mundur sekali. Di Eropa, ilmu pengobatan kuno
menjadi satu dengan astrologi, sedangkan yang masih berusaha menpertahankan
perkembangan pengobatan kebanyakan hanya tabib-tabib bangsa Arab karena pada
waktu itu pengobatan dan perawatan diabaikan. Tidaklah heran jika kebidanan juga
dilalaikan. Umumnya orang menganggap bahwa kebidanan adalah satu hal yang
biasa.
Pada abad ke XV, waktu sekolah Italia sudah banyak dan besar, pengobatan
mulai maju lagi, terutama mengenai anatomi dan fisiologi tubuh manusia.
d. Selandia Baru
Selandia Baru telah mempunyai peraturan tentang cara kerja kebidanan sejak
tahun 1904. Tetapi lebih dari 100 tahun yang lalu, lingkup praktik bidan telah
berubah secara berarti sebagai hasil dari meningkatnya sistem rumah sakit dan
pengobatan atau pertolongan dalam kelahiran. Karena adanya otonomi bagi pekerja
yang bergerak dalam prakteknya dengan lingkup praktek yang penuh di awal tahun
1900, secara perlahan bidan menjadi asisten dokter.
Bidan bekerja di masyarakat dimulai dengan bekerja di rumah sakit dalam area
tertentu, seperti klinik antenatal, ruang bersalin dan ruang nifas, kehamilan dan

persalinan menjadi terpisah menjadi khusus dan tersendiri secara keseluruhan. Dalam
proses ini, bidan kehilangan pandangan bahwa persalinan adalah suatu peristiwa
yang normal dan dengan peran mereka sendiripun sebagai pendamping pada
peristiwa normal tersebut. Di samping itu, bidan menjadi berpengalaman
memberikan intervensi dan asuhan maternitas yang penuh dengan pengaruh medis,
dimana seharusnya para dokter dan rumah sakit secara langsung yang lebih tepat
untuk memberikannya.
Model di atas ditujukan untuk memberikan pelayanan pada maternal dan untuk
mengurangi angka kematian dan kesakitan ibu dan janin hal ini berlangsung pada
tahun 1920 sampai dengan tahun 1980 dimana yang memberlakukan model tersebut
adalah negara-negara barat seperti Selandia Baru, Australia, Inggris dan Amerika.
Tetapi strategi seperti itu tidak mencapai kesuksesan.
e. Belanda
Seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah Belanda terhadap kelahiran
dan kematian, pemerintah mengambil tindakan terhadap masalah tersebut. Wanita
berhak memilih apakah ia mau melahirkan di rumah atau di Rumah Sakit, hidup atau
mati. Belanda memiliki angka kelahiran yang sangat tinggi, sedangkan kematian
prenatal relatif rendah. Satu dari tiga persalinan lahir di rumah dan ditolong oleh
bidan dan perawat sedang yang lain di rumah sakit, tetapi juga ditolong oleh bidan.
Prof. Geerit Van Kloosterman pada konferensinya di Toronto tahun 1984
menyatakan bahwa setiap kehamilan adalah normal dan harus selalu dipantau dan
mereka bebas memilih untuk tinggal di rumah atau di rumah sakit dimana bidan yang
sama akan memantau kehamilannya. Yang utama dan penting, kebidanan di Belanda
melihat suatu perbedaan yang nyata antara kebidanan keperawatan. Astrid Limburg
mengatakan bahwa seorang perawat yang baik tidak akan menjadi seorang bidan
yang baik karena perawat dididik untuk merawat orang yang sakit, sedangkan bidan
untuk kesehatan wanita. Tidak berbeda dengan ucapan Maria De Broer yang
mengatakan bahwa kebidanan tidak memiliki hubungan dengan keperawatan,
kebidanan adalah profesi yang mandiri.
Pendidikan kebidanan di Amsterdam memiliki prinsip yakni sebagaimana
memberi anastesi dan sedatif pada pasien begitulah kita harus mengadakan
pendekatan dan memberi dorongan pada ibu saat persalinan. Jadi pada prakteknya
bidan harus memandang ibu secara keseluruhan dan mendorong ibu untuk menolong
dirinya sendiri.
9

Pada kasus resiko rendah dokter tidak ikut menangani, mulai dari prenatal,
natal, dan post natal, pada resiko menengah mereka selalu memberi job tersebut pada
bidan dan pada kasus resiko tinggi dokter dan bidan saling bekerjasama.
Bidan di Belanda 75% bekerja secara mandiri, karena kebidanan adalah profesi yang
mandiri dan aktif. Sehubungan dengan hal tersebut bidan harus menjadi role model
di masyarakat dan harus menganggap kehamilan adalah sesuatu yang normal
sehingga apabila seorang wanita merasa dirinya hamil dia dapat langsung
memeriksakan diri ke bidan atau dianjurkan oleh keluarga atau teman atau siapa saja.
Tahun 1969 pemerintah pemerintah Belanda menetapkan bahwa melahirkan di
rumah harus dipromosikan sebagai alternatif persalinan. Di Amsterdam, 43%
kelahiran (Catatan bidan dan Ahli Kebidanan) terjadi di rumah. Di Holland diakui
bahwa rumah adalah tempat yang aman untuk melahirkan selama semuanya normal.
Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh bidan,
hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan pada community
normal, bidan sudah mempunyai indefendensi yang jelas. Kondisi kesehatan ibu dan
anak pun semakin baik, bidan mempunyai tanggung jawab yakni melindungi dan
memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan wanitya perlu intervensi, dan
menghindari

teknologi

dan

pertolongan

dokter

yang

tidak

penting.

Pendidikan bidan digunakan sistem Direct Entry dengan lama pendidikan 3 tahun.
f. Amerika
Di Amerika, para bidan berperan seperti dokter, berpengalaman tanpa
pendidikan yang spesifik atau peraturan sampai pada awal abad ke-20. Kebidanan
sementara ini dianggap menjadi tidak diketahui dalam sebagian besar yuridis.
Dengan istilah nenek tua, kebidanan akhirnya padam, profesi bidan hampir mati.
Sekitar tahun 1700 para ahli sejarah memprediksikan bahwa angka kematian
Ibu di AS sebanyak 95%. Salah satu alasan kenapa dokter banyak terlibat dalam
persalinan adalah untuk menghilangkan praktek sihir yang masih ada pada saat itu.
Walaupun statistik terperinci tidak menunjukkan bahwa pasien-pasien bidan mungkin
tidak sebanyak dari pasien dokter untuk kematian demam nifas atau infeksi
puerperal, sebagian besar penting karena kesakitan maternal dan kematian saat itu.
Tahun 1765 pendidikan formal untuk bidan mulai dibuka pada akhir abad ke-18.
Banyak kalangan medis yang berpendapat bahwa secara emosi dan intelektual wanita
tidak dapat belajar dan menerapkan metode obstetrik. Pendapat ini digunakan untuk

10

menjatuhkan profesi bidan, sehingga bidan tidak mempunyai pendukung yang tidak
terorganisir dan tidak dianggap profesional.
Pada pertengahan abad antara tahun 1770 dan 1820 para wanita golongan atas
di kota-kota Amerika mulai meminta bantuan para bidan pria atau para dokter.
Bidan hanya menangani persalinan wanita dan tidak mampu menolong dokter. Tahun
1915 dokter Joseph De Lee mengatakan bahwa kelahiran bayi adalah proses
patologis dan bidan tidak mempunyai peran didalamnya dan diberlakukannya protap
(prosedur tetap) persalinan di AS yaitu: memberikan sedatif pada awal impartu,
membiarkan servik berdilatasi, memberikan ether pada kala 2, melakukan episitomi,
melahirkan bayi dengan vorcep ekstraksi, memberikan uteronika serta menjahit
episiotomi. Akibat protap tersebut kematian ibu mencapai angka 600-700 kematian
per seratus ribu kelahiran hidup pada tahun 1900-1930, dan sebanyak 30 50%
wanita melahirkan dirumah sakit. Dokter Grantly dieke meluncurkan buku tentang
persalinan alamiah. Hal ini membuat spesialis obstetrik, berusaha meningkatkan
peran tenaga diluar medis, masuk bidan.
Pendidikan kebidanan biasanya berbentuk praktik lapangan, sampai saat ini
mereka bisa menangani persalinan dengan pengalaman sebagai bidan. Saat ini AS
merupakan negara yang menyediakan perawatan maternitas termahal di dunia, tetapi
sekaligus merupakan negara industri yang paling buruk dalam hasil perawatan natal
dinegara-negara lainnya.
E. Bekerja di Komunitas
Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan di luar rumah sakit dan merupakan bagian
atau kelanjutan dari pelayanan kebidanan yang diberikan rumah sakit. Misalnya : ibu yang
melahirkan di rumah sakit dan setelah 3 hari kembali ke rumah. Pelayanan di rumah
oleh bidan merupakan kegiatan kebidanan komunitas.
Pelayanan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas, kunjungan rumah dan melayani
kesehatan ibu dan anak di lingkungan keluarga merupakan kegiatan kebidanan komunitas.
Sebagai bidan yang

bekerja

di komunitas, maka bidan harus

memahami

perannya

di komunitas, yaitu :

1. SEBAGAI PENDIDIK

Dalam hal ini, bidan berperan sebagai pendidik di masyarakat. Sebagai


pendidik, bidan berupaya merubah perilaku komunitas di wilayah kerjanya sesuai
11

dengan kaidah kesehatan. Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan di komunitas
dalam berperan sebagai pendidik masyarakat, antara lain dengan memberikan
penyuluhan di bidang kesehatan khususnya kesehatan ibu, anak dan keluarga.
Penyuluhan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti ceramah,
bimbingan, diskusi, demonstrasi dan sebagainya yang mana cara tersebut merupakan
penyuluhan secara langsung. Sedangkan penyuluhan yang tidak langsung misalnya
dengan poster, leaflet, spanduk dan sebagainya.
2. SEBAGAI PENGELOLA

Sesuai dengan kewenangannya, bidan dapat melaksanakan kegiatan praktek


mandiri. Bidan dapat mengelola sendiri pelayanan yang dilakukannya. Peran
bidan disini adalah sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit puskesmas,
polindes, posyandu dan praktek bidan. Sebagai pengelola, bidan memimpin dan
mendayagunakan bidan lain atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah.
Contoh : praktek mandiri/ BPS
3. SEBAGAI PELAKSANA (PROVIDER)

Sesuai dengan tugas pokok bidan adalah memberikan pelayanan kebidanan


kepada komunitas. Disini bidan bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan.
Sebagai pelaksana, bidan harus menguasai pengetahuan dan teknologi kebidanan
serta melakukan kegiatan sebagai berikut :
Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra perkawinan.
Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, menyusui dan masa interval

dalam keluarga.
Pertolongan persalinan di rumah.
Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan dengan resiko tinggi di

keluarga.
Pengobatan keluarga sesuai kewenangan.
Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi.
Pemeliharaan kesehatan anak balita.

4. SEBAGAI PENELITI

Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang dilayaninya,


perkembangan keluarga dan masyarakat. Secara sederhana bidan dapat memberikan
kesimpulan atau hipotersis dan hasil analisanya. Sehingga bila peran ini dilakukan
oleh bidan, maka ia dapat mengetahui secara cepat tentang permasalahan komuniti
yang dilayaninya dan dapat pula dengan segera melaksanakan tindakan.

12

5. SEBAGAI KOLABORATOR

Kolaborasi dengan disiplin ilmu lain baik lintas program maupun lintas sektoral.
6. SEBAGAI PERENCANA

Melakukan bentuk perencanaan pelayanan kebidanan individu dan keluarga


serta berpartisipasi dalam perencanaan program di masyarakat luas untuk suatu
kebutuhan tertentu yang ada kaitannya dengan kesehatan. Dalam memberikan
pelayanan kesehatan masyarakat, bidan sewaktu-waktu bekerja dalam tim, misalnya
kegiatan Puskesmas Keliling, dimana salah satu anggotanya adalah bidan.
7. SEBAGAI PEMBERDAYA

Bidan perlu melibatkan individu, keluarga dan masyarakat dalam memecahkan


permasalahan yang terjadi. Bidan perlu menggerakkan individu, keluarga dan
masyarakat untuk ikut berperan serta dalam upaya pemeliharaan kesehatan diri
sendiri, keluarga maupun masyarakat.
8. SEBAGAI PEMBELA KLIEN (ADVOKATOR)

Peran bidan sebagai penasehat didefinisikan sebagai kegiatan memberi


informasi dan dorongan kepada seseorang, sehingga mampu membuat keputusan
yang terbaik dan memungkinkan bagi dirinya.
F. Jaringan Kerja Komunitas
Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas yaitu Puskesmas atau Puskesmas
Pembantu, Polindes, Posyandu, BPS, rumah pasien, Dasa Wisma, dan PKK. Di
puskesmas, bidan sebagai anggota tim bidan diharapkan dapat mengenali kegiatan yang
akan dilakukan, mengenali dan menguasai fungsi dan tugas masing-masing, selalu
berkomunikasi dengan pimpinan dan anggota lainnya, memberi dan menerima saran serta
turut bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan tim dan hasilnya.
Di Polindes, Posyandu, BPS dan rumah pasien, bidan merupakan pimpinan tim/
leader dimana bidan diharapkan mampu berperan sebagai pengelola sekaligus pelaksana
kegiatan kebidanan di komunitas.
Dalam jaringan kerja bidan di komunitas, diperlukan kerjasama lintas program dan
lintas sektor. Kerjasama lintas program merupakan bentuk kerjasama yang dilaksanakan di
dalam satu instansi terkait, misalnya : imunisasi, pemberian tablet FE, Vitamin A, PMT dan
sebagainya. Sedangkan kerjasama lintas sektor merupakan kerjasama yang melibatkan

13

institusi/ departemen lain, misalnya : Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD), dan sebagainya.
G. Karakteristik Bidan di Komunitas
Ada beberapa karakteristik lain yang harus dimiliki oleh bidan di komunitas yaitu
memiliki wawasan dan pengetahuan, telah menyelesaikan pendidikan kebidanan, memiliki
sopan santun, tidak membeda-bedakan miskin maupun kaya, tidak membuka privasi
pasien, berbakti pada insani, mempunyai etika dan moral, cepat dan cekatan, mampu
melayani dengan ikhlas dan sabar, bersikap ramah dan terampil, tidak mudah putus asa,
serta dapat melakukan hak dan kewajibannya dengan baik.
Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan
lainnya. Secara rinci ciri-ciri jabatan profesional adalah sebagai berikut :
1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoritis. Profesional diasumsikan
mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang
berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktek.
2. Pendidikan yang ekstensif. Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan
yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
3. Ujian kompetensi. Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan
untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.
4. Pelatihan institutional. Selain ujian, biasanya juga dipersyaratkan untuk mengikuti
pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis
sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui
pengembangan profesional juga dipersyaratkan.
5. Asosiasi professional. Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para
anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya. Organisasi
profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.
6. Lisensi. Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya
mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
7. Otonomi kerja. Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoritis
mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
8. Kode etik. Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan
prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
9. Mengatur diri. Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa
campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi
yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.

14

10. Layanan publik dan altruism. Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat
dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter
berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.
11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih status yang
tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa
dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.
Adapun ciri-ciri atau karakteristik komunitas profesi (kebidanan komunitas), antara lain :
-

Bekerja purnawaktu dan sebagai sumber penghasilan irama.


Pekerjaan profesi merupakan kewajiban bukan uang.
Menggabungkan diri karena kesamaan cita-cita, bukan keuntungan.
Memiliki pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil pendidikan dan latihan yang

lama.
Melakukan profesi atas keputusan sendiri dan otonomi.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan
kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
kebidanan.
Tujuan dari pelayanan kebidanan komunitas adalah meningkatkan kesehatan ibu dan
anak balita di dalam keluarga, sehingga terwujud keluarga sehat sejahtera dalam
komunitas tertentu. Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah individu, keluarga dan

15

masyarakat baik yang sehat, sakit maupun yang mempunyai masalah kesehatan secara
umum.
Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan di Indonesia dimana bidan sebagai
ujung tombak pemberi pelayanan kebidanan komunitas. Bidan yang bekerja melayani
keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu disebut bidan komunitas (community
midwife). Saat bekerja di komunitas, bidan dapat bekerja sebagai pendidik, pengelola,
pelaksana, peneliti, kolaborator, perencana, pemberdaya, dan advocator.
Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas yaitu Puskesmas atau Puskesmas
Pembantu, Polindes, Posyandu, BPS, rumah pasien, Dasa Wisma, dan PKK.
Beberapa karakteristik lain

yang harus dimiliki oleh bidan di komunitas yaitu

memiliki wawasan dan pengetahuan, telah menyelesaikan pendidikan kebidanan, memiliki


sopan santun, tidak membeda-bedakan miskin maupun kaya, tidak membuka privasi
pasien, berbakti pada insani, mempunyai etika dan moral, cepat dan cekatan, mampu
melayani dengan ikhlas dan sabar, bersikap ramah dan terampil, tidak mudah putus asa,
serta dapat melakukan hak dan kewajibannya dengan baik.
B. Saran
Untuk menjadi seorang bidan yang bekerja dikomunitas, seorang bidan harus memiliki
beberapa karakteristik, sehingga mampu melaksanakan tugasnya sebaik mungkin. Bidan
komunitas langsung berhubungan dengan masyarakat, sehingga harus benar-benar bekerja
untuk masyarakat itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Handajani, Dwi Sutjiati. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha
Medika
Syahlan J.H. 1996. Kebidanan Komunitas. Jakarta : Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan
Syafrudin, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/06/konsep-dasar-kebidanan-komunitas.html,
diunduh 22 Februari 2015, 15.30 WIB

16

http://www.scribd.com/doc/22139822/KONSEP-KEBIDANAN-KOMUNITAS#scribd,
diunduh 22 Februari 2015, 15.46 WIB

17

You might also like