You are on page 1of 6

Rista Nurmalinda

240210120053
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Minuman instan adalah minuman berbentuk serbuk yang memiliki
kemampuan untuk larut tanpa melibatkan pengadukan secara manual, dengan
syarat semua komponen mudah larut dalam air. Minuman instan berbahan dasar
rempah disebut biofarmaka.
Biofarmaka merupakan komoditas potensial untuk dikembangkan sebagai
minuman instan. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh produk minuman instan
berbahan baku biofarmaka antara lain : terbuat dari bahan-bahan alami, memiliki
aspek fungsional, bagi kesehatan dan rasa yang enak, praktis dalam penggunaan,
dan dapat dikonsumsi dalam setiap aspek mayarakat. Aspek kemudahan dalam
penyajian, penyimpanan, dan transportasi merupakan nilai tambah yang dimiliki
produk minuman instan dibandingkan minuman ringan biasa yang berbentuk cair.
Keunggulan bentuk serbuk minuman instan adalah kemampuan untuk larut tanpa
melibatkan pengadukan secara manual, dengan syarat semua komponen mudah
larut dalam air.
Pembuatan minuman rempah instan pada praktikum dibuat dengan cara
membersihkan rempah dan mengupas kulitnya. Rempah dicuci hingga bersih
untuk menghilangkan kotoran berupa tanah yaang masih melekat. Rempah
sebanyak 250 gram kemudian digrinder dengan dicampur 250 air dingin. Hasil
rempah halus ini kemudan diambil fitratnya. Filtrat rempah dipanaskan bersama
gula pasir 500 gram. Filtrat rempah dan gula dipanaskan hingga berbusa. Setelah
berbusa, matikan kompor dan haluskan busa yang mengeras tersebut dengan
menggunakan grinder. Serbuk instan ini kebudian disaaring dengan ukuran 80
mesh. Minuman instan umumnyaa menggunakan saringan 40 mesh, namun dapat
juga menggunakan saringan 80 mesh. Hasil serbuk minuman instan ini kemudian
diamati sifat organoleptiknya sebelum dan sesudah penyeduhan. Hasil
pengamatan sifat organoleptik dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Rista Nurmalinda
240210120053
Tabel 1. Sifat Organoleptik Serbuk Minuman Instan
Sampel
Kunyit

W1
Warna
250 gr Kuning
cerah +
+
250 gr Kuning
cerah

Aroma
Khas
kunyit

Rasa
Khas
kunyit
manis
Temulawak
Khas
Khas
temulawak temulawa
k manis
Jahe
250 gr Putih
Khas jahe Khas jahe
pucat
manis
Kencur
250 gr Putih
Khas
Khas
kencur
kencur
manis
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014)

Higroskopisitas
31,7o

W2
320

27,2o

250

41,42o

425

33,69o

500

Tabel 2. Sifat Organoleptik Serbuk Minuman Instan Setelah Diseduh


Sampel
Kunyit

Warna
Oranye

Aroma
Khas
kunyit

Temulawak Kuning
keruh

Khas
temulawak

Jahe

Khas jahe

Putih
keruh
Putih
pekat

Kencur

Khas
kencur

Rasa
Khas
kunyit
manis
Khas
temulawa
k manis
Khas jahe
manis
Khas
kencur
manis

Daya Larut
Sangat larut

Ada endapan

Sangat larut
Sangat larut

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014)


Warna serbuk minuman instan sebelum diseduh pada kunyit yaitu kuning
cerah. Warna kuning cerah ini sangat penting bagi kunyit karena zat warna pada
kunit memiliki peranan yang penting pada tubuh. Kandungan pada kunyit yang
memberikan warna dan sifat fungsional adalah kurkuminoid. Senyawaini
merupakan

salah

satu

jenis

antioksidan

dan

berkhasiat

antara

lain

sebagaihipokolesteromik, kolagogum, koleretik, bakteriostatik, spasmolitik,


anthihepatotoksik, dan antiinflamasi. Selain kurkumin, kandungan I-turmeron
juga berkhasiat mengobati berbagai penyakit (Winarti dan Nurdjanah, 2005).
Warna kunyit setelah diseduh yaitu oranye yang menunjukan bahwa warna terlihat
lebih terang dan pekat daripada warna kunyit dalam bentuk serbuk.

Rista Nurmalinda
240210120053
Warna pada temulawak yaitu kuning cerah, namun warna kuning ini tidak
seceraah warna kuning pada kunyit. Warna serbuk instan pada jahe dan kencur
yaitu berwarna putih. Warna ini menunjukan bahwa jahe dan kencur tidak
memiliki pigmen warna seperti pada kunyit maupun temulawak. Senyawa
fungsional pada jahe dan kencur umumnya berupa senyawa volatil yang sangat
tercium aromanya.
Hasil pengamatan menunjukan bahwa minuman rempah instan memiliki
aroma yang khas sesuai dengan bahan dasar rempah yang digunakan seperti
misalnya minuman jahe instan hasl prakikum masih memiliki aroma khas jahe.
Aroma yang khas rempah ini menunjukan bahwa pembuatan minuman instan
dianggap cukup baik karena mempertahankan senyawa volatil yang terdapat
dalam rempah.
Kunyit dan temulawak memiliki aroma yang khas namun tidak begitu
pekat. Sedangkan jahe dan kencur memiliki aroma yang pekat bahkan setelah
menjadi serbuk minuman instan.
Komposisi kimia jahe menentukan tinggi rendahnya nilai aroma dan rasa
pedasnya rimpang jahe. Beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi kimia
rimpang jahe adalah jenis jahe, tanah tempat tumbuh, umur panen, perlakuan pra
dan pasca panen, serta cara pengolahan rimpang jahe (Rismunandar, 1990).
Minyak atsiri jahe hanya terdapat pada rimpang jahe dan menyebabkan
bau harum khas jahe. Ekstrak minyak atsiri jahe berbentuk cairan kental berwarna
kehijauan sampai kuning, berbau harum, tetapi tidak memiliki komponen
pembentuk rasa pedas dan hangat (Purseglove,1995).
Aroma biasanya berhubungan dengan rasa yang dihasilkan. Rasa dari
Miuman instan rempah memiliki kemiripan dengan rasa dari rempah asli sebagai
bahan dasar, namun rasanya lebih halus dan samar. Selain itu, penambahan gula
menyebabkan adanya rasa manis pada produk.
Rasa pedas dan pahit jahe disebabkan oleh oleoresin. Sifat pedas ini
tergantung pada umur panen. Semakin tua umurnya semakin terasa pedas dan
pahit. Selain itu jenis jahe juga menentukan kandungan oleoresin. Jahe yang rasa
pedasnya tinggi, seperti jahe sunti kandungan oleoresinnya tinggi. Sedangkan

Rista Nurmalinda
240210120053
jenis badak yang rasanya kurang pedas, kandungan oleoresinnya pun sedikit
(Murhananto dan Paimin dalam Alim, 2001).
Sifat Higroskopis dari serbuk rempah yang paling tinggi yaitu jahe
kemudian

kencur, kunyit, dan temulawak. Higroskopisitas ini menunjukan

kemudahan serbuk minuman instan untuk menyerap air. Semakin higroskopis


suatu bahan, semakin baik sifat instan bahan tersebut. Minuman instan rempah
yang diinginkan yaitu yang memiliki nilai higroskopisitas yang tinggi.
Serbuk minuman instan hasil praktikum kemudian diuji daya larutnya.
Daya larut ini penting karena jika terdapat endaapan pada minuman, akan
berpengaruh terhadap rasa dari minuman tersebut. Hasil praktikum menunjukan
bahwa sampel jahe, kunyit, dan kencur memiliki daya larut yang tinggi dimana
terlihat dari hasil penyeduhan yang tidak terdapat endapan, sedangkan temulawak
yang telah diseduh memiliki endaapan. Temulawak yang masih memiliki endapan
setelah diseduh dapat diakibatkan karena proses instanisasi yang kurang berjalan
sempurna. Hal ini dapat dikarenakan perbandingan bahan yang kurang tepat
ataupun lama proses instanisasi yang kurang sesuai.
Rendemen dari setiap rempah yang diproses yang paling tinggi yaitu
kencur, kemudian jahe, kunyit, dan temulawak. Nilai rendemen yang rendah dapat
dikarenakan adanya bahan yang menempel pada wajan ketika proses pemanasan,
ataupun kehilangan berat bahan pada proses penyaringan. Rendemen yang rendah
ini dapat antisipasi dengan cara penggunaan wajan anti lengket ataupun
melakukan proses penyaringan degan lebih hati-hati.

Rista Nurmalinda
240210120053
V.

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka didapat kesimpulan

sebagai berikut:

Warna kunyit dalam bentuk serbuk instan yaitu kuning cerah dan setelah

diseduh yaitu oranye.


Warna temulawak serbuk yaitu kuning cerah dan setelah diseduh berwarna

kuning keruh.
Warna jahe dan kencur serbuk maupun setelah diseduh adalah caair.
Aroma dan rasa rempah serbuk dan setelah diseduh adalah sesuai/khas

rempah itu sendiri.


Jahe memiliki higroskopisitas paling tinggi dan temulawak memiliki

higroskopisitas paling rendah.


Kencur memiliki rendemen paling tinggi dan temulawak memiliki

rendemen palng redah.


Jahe, kunyit, dan kencur memiliki daya larut yang sangat larut, sedangkan
temulawak menghasilkan endapan

DAFTAR PUSTAKA

Rista Nurmalinda
240210120053
Winarti, C, dan N. Nurdjanah. 2005. Peluang Tanaman Rempah dan Obat sebagai
Sumber Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian 24(2): 47-55
Rismunandar. 1990. Budidaya dan Tataniaga Pala. Cetakan kedua. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Purseglove JW, Brown EG, Green SL, and Robbins SRJ. 1995. Spices. New York:
Longmans. p.175-228.
Farry, B, Paimin dan Murhananto. 1991. Budidaya Pengolahan, Perdagangan
Jahe. Yogyakarta: Penebar Swadaya.

You might also like