Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Fatonah Perdananingrum
P 27220012 112
A. Definisi
Hipertensi merupakan penyakit yang banyak dialami atau
diderita oleh masyarakat pada sekarang ini, berikut ada beberapa
definisi mengenai hipertensi. Menurut (Mansjoer, 2000), hipertensi
adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHgdan tekanan darah diastolik
>90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi. Sedangkan
menurut (Tambayong, 2000), hipertensi adalah peningkatan tekanan
sistole, yang tingginya tergantung umur individu yang terkena. Dan
(Smeltzer dan Brenda, 2002) menambahkan bahwa, pada populasi
lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. Selanjutnya dari (Baradero, 2008)
juga menambahkan bahwa, hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik dan diastolik dengan konsisten di atas 140/90 mmHg.
Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada peningkatan tekanan
darah yang hanya sekali. Tekanan darah harus diukur dalam posisi
duduk dan berbaring.
Sehingga dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik dan diastolik yang tingginya tergantung umur individu yang
terkena. Biasanya peningkatan tersebut diatas 140/90 mmHg, tetapi
pada populasi lansia biasanya tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg serta tekanan tersebut selalu konsisten baik diukur
dalam posisi duduk dan berbaring selanjutnya bila pasien memakai
obat antihipertensi.
B. Klasifikasi
Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII 2003
Klasifikasi
Sistolik
(mmHg)
Normal
Prehipertensi
Hipertensi Stage 1
Hipertensi Stage 2
< 120
120 139
140 159
>160
Distolik
(mmHg)
Dan
Atau
Atau
Atau
< 80
80 89
90 99
>100
Sistol (mmHg)
< 120
< 130
Diastol (mmHg)
< 80
< 85
140-159
90-99
140-149
90-94
160-179
100-109
180
110
140
<90
140-149
<90
C. Etiologi
Menurut (Tambayong, 2000) penyebab hipertensi dibagi menjadi 2,
yaitu :
a.
Hipertensi primer, idiopatik, atau esensial berhubungan dengan
obesitas, hiperkolesterolemia, arteriosklerosis, diet tinggi garam,
raga.
Hipertensi sekunder :
1)
Renovaskuler (penyakit parenkim mis glumerulonefritis
akut dan menahun, penyempitan (stenosis) arteri renalis
2)
sekresi
glukokortikoid
akibat
penyakit
3)
4)
5)
peningkatan
sekresi
E. Pathway
Sumber :
-
Doengoes (2000)
Smeltzer S.C & Bare (2002)
Norepineprin dilepaskan
Kurang
pengetahuan
Ketidakefektifan
pelaksanaan
program
terapuetik
Resiko terjadinya
komplikasi (jatung,
fungsi ginjal,
penglihatan dan
otak)
Ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan
Retensi Na + H2O
Resiko
kerusakan
integritas kulit
Peningkatan TD
Nyeri kepala
Respon GI tract
Nausea, vomitus
Gangguan penglihatan
Anoreksia
Intoleransi aktivitas
Kelemahan fisik
F. Manifestasi Klinis
Menurut (Mansjoer, 2000) pada beberapa penderita sering
ditemukan gejala seperti sakit kepala, epistaksis, marah, telinga
berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunangkunang dan pusing akan tetapi tidak semua penderita megalami gejala
tersebut. Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satusatunya gejala. Dan bila demikian gejala baru muncul setelah
komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung.
Selanjutnya ada tambahan dari (Smeltzer dan Brenda, 2002)
bahwa pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan
apapun selain tekanan darah tinggi, tetapi dapat pula ditemukan
perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),
penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil
(edema pada didkus optikus ).
G. Komplikasi
Tekanan daraha tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi,
maka dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri
didalam tubuh sampai organ yang mendapatkan suplai darah gdari
arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ
sebagai berikut :
a.
Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal
b.
c.
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Mansjoer, 2000), pemeriksaaan laboratorium rutin
yang dilakukan sebelum menulai terapi bertujuan menentukan adanya
kerusakan organ dan faktor resiko lain atau mencari penyebab
hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia
darah (kalium,natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total,
kolesterol HDL) dan EKG. Sebagai tambahan dapat dilakukan
pemeriksaan lain, seperti klirens kreatinin., protein urin 24 jam, asam
urat, kolesterol LDL, TSH, dan ekokardografi.
I.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan perlu untuk penderita hipertensi menurut
(Mansjoer, 2000) tujuan deteksi dan panatalaksanaan hipertensi adalah
menurunkan resiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta
morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mancapai dan
mempertahanakan takanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan
diastolik di bawah 90 mmHg dengan mengontrol faktor resiko. Faktor
resiko hipertansi : usia lebih dari 60 tahun, merokok, dislipidemia,
DM, jenis kelamin (pria dan wanita menopouse), riwayat penyakit
kardiovarkular dalam keluarga. Dan
b.
c.
obat antihipertensi.
Kelompok C adalah pasien dengan gejala klinis penyakit
kardiovaskular atau kerusakan organ yang jelas.
Dari
klasifikasi
kelompok
risiko
diatas
maka
untuk
Kelompok
Resiko A
Modifikasi gaya
hidup
Modifikasi gaya
hidup
Dengan obat
Kelompok
Resiko B
Modifikasi gaya
hidup
Modifikasi gaya
hidup
Dengan obat
Kelompok
Resiko C
Dengan obat
Dengan obat
Dengan obat
e.
f.
NaCl/hari).
Mempertahakan asupan kalium yang adekuat (90 mmol/hari).
Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang
g.
adekuat.
Berhenti merokok dan mengurangi
optimal harus efektif selama 24 jam, dan lebih disukai dalam dosis
tunggal karena kepatuhan lebih baik, lebih murah, dapat mengkontrol
hipertensi terus-menerus dan lancar dan melindungi pasien terhadap
berbagai resiko dari kematian mendadak, serangan jantung, atau strok
akibat peningkatan tekanan darah mendadak saat bangun tidur.
Sekarang terdapat pula obat yang berisi kombinasi dosis rendah dua
obat dari golongan yang berbeda. Kombinasi ini terbukti memberikan
efektifitas tambahan dan mengurangi efek samping.
Setelah diputuskan untuk memakai obat antihipertensi dan
bilatidak terdapat indikasi untuk memilih golongan obat tertentu,
diberikan diuretik atau beta-bloker. Jika respon tidak baik dengan
dosis penuh, dilanjutkan sesuai algoritma. Deuretik biasanya menjadi
tambahan karena dapat meningkatkan efek obat lain. Jika tambahan
obat kedua dapat mngkontrol tekanan darah denag baik minimal
setelah 1 tahun, dapat dicoba menghentikan obat petama melalui
penurunan dosis secara perlahan dan progresif.
Pada beberapa pasien mungkin dapat dimulai terapi dengan
lebih dari satu obat secara langsung. Pasien dengan tekanan darah >
200/> 120 mmHg harus diberikan terapi dengan segera dan jika
terdapat gejala kerusakan organ harus dirawat di rumah sakit.
J.
Tanda
b.
Sirkulasi
Gejala
Tanda
c.
Integritas ego
Gejala
multiple
(hubungan,
keuangan,
yang
d.
Eliminasi
Gejala
Makanan / cairan
Gejala
Tanda
Neurosensori
Gejala
dalam.
Perubahan-perubahan
retinal
h.
Pernapasan
Gejala
Batuk
dengan
atau
tanpa
aksesori pernapasan.
Keamanan
Gejala
tinggi
terhadap
penurunan
curah
jantung
nyaman
seperti
pijatan
darah.
Intoleransi aktivitas
KH
metode
yang
memberikan
pengurangan.
3) Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Intervensi :
1) Mempertahanakn tirah baring selama fase akut.
2) Berikan
tindakan
non
farmakologi
untuk
telah
dilakukan
untuk
menghentikan
perdarahan.
6) Kolaborasi dalam pemberian analgetik, anti ancietas,
misal : lorazepam, diazepam.
d.
pasien
untuk
mempertahankan
masukan
makanan harian.
7) Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat,
hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi.
8) Kolaborasi dengan ahli gizi.
e.
f.
apakah
anggota
kelurga
yang
tidak
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marylin E., ( 2000 ). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Alih
Bahasa : I Made Kariasa. Jakarta : EGC
Mansjoer,Arif, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, ed 3, cet 1. Jakarta :
Media Aesculapius
Smeltzer,S.C dan Brenda G.B.. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart. Jakarta : EGC
Tambayong,Jan. (2000). Patofisiologis untuk Keperawatan. Jakarta : EGC