Professional Documents
Culture Documents
1.
2.
Jatuh
3.
4.
Kecelakaan kerja
5.
6.
Kecelakaan olahraga
7.
C. Manifestasi Klinis
1.
2.
3.
Fraktur dasar tengkorak: hemorasi dari hidung, faring atau telinga dan darah
terlihat di bawah konjungtiva, memar diatas mastoid (tanda battle), otoreaserebro
spiral ( cairan cerebros piral keluar dari
4.
5.
6.
Penurunan kesadaran.
7.
Pusing / berkunang-kunang.Absorbsi
intravaskuler
cepat
les
8.
Peningkatan TIK
9.
dan
penurunan
volume
E.
1.
Berdasarkan
mekanismenya
a.
Cedera tembus
Cedera tembus disebabkan oleh luka tembak atau tusukan.
(IKABI, 2004)
2.
a.
b.
1)
Fraktur linier
Fraktur linier merupakan fraktur dengan bentuk garis tunggal atau stellata pada
tulang tengkorak yang mengenai seluruh ketebalan tulang kepala. Fraktur lenier
dapat terjadi jika gaya langsung yang bekerja pada tulang kepala cukup besar
tetapi tidak menyebabkan tulang kepala bending dan tidak terdapat fragmen
fraktur yang masuk kedalam rongga intrakranial.
2)
Fraktur diastasis
Fraktur diastasis adalah jenis fraktur yang terjadi pada sutura tulamg tengkorak
yang mengababkan pelebaran sutura-sutura tulang 8 kepala. Jenis fraktur ini sering
terjadi pada bayi dan balita karena sutura-sutura belum menyatu dengan erat.
Fraktur diastasis pada usia dewasa sering terjadi pada sutura lambdoid dan dapat
mengakibatkan terjadinya hematum epidural.
3)
Fraktur kominutif
Fraktur kominutif adalah jenis fraktur tulang kepala yang meiliki lebih dari satu
fragmen dalam satu area fraktur.
4)
Fraktur impresi
Fraktur impresi tulang kepala terjadi akibat benturan dengan tenaga besar yang
langsung mengenai tulang kepala dan pada area yang kecal. Fraktur impresi pada
tulang kepala dapat menyebabkan penekanan atau laserasi pada duremater dan
jaringan otak, fraktur impresi dianggap bermakna terjadi, jika tabula eksterna
segmen yang impresi masuk dibawah tabula interna segmen tulang yang sehat.
5)
c.
1)
2)
3)
4)
kesadarannya
3.
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
2)
Muntah
3)
4)
Kejang
c.
Cedera kepala berat dengan nilai GCS sama atau kurang dari 8.
1)
2)
3)
(mansjoer, 2000)
F.
1.
Koma
Penderita tidak sadar dan tidak memberikan respon disebut koma. Pada situasi ini
secara khas berlangsung hanya beberapa hari atau minggu, setelah 16 masa ini
penderita akan terbangun, sedangkan beberapa kasus lainnya memasuki vegetatife
state. Walaupun demikian penderita masih tidak sadar dan tidak menyadari
lingkungan sekitarnya. Penderita pada vegetatife state lebih dari satu tahun jarang
sembuh.
2.
Kejang/Seizure
Penderita yang mengalami cedera kepala akan mengalami sekurang-kurangnya
sekali kejang pada masa minggu pertama setelah cedera. Meskipun demikian,
keadaan ini berkembang menjadi epilepsy
3.
Infeksi
Fraktur tulang tengkorak atau luka terbuka dapat merobekkan membran
(meningen) sehingga kuman dapat masuk infeksi meningen ini biasanya berbahaya
karena keadaan ini memiliki potensial untuk menyebar ke system saraf yang lain.
4.
5.
Pada cedera kulit kepala, suntikan prokain melalui sub kutan membuatluka mudah
dibersihkan dan diobati. Daerah luka diirigasi untuk mengeluarkan benda asing dan
miminimalkan masuknya infeksi sebelumlaserasi ditutup.
1.
.Menilai jalan nafas : bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan;lepaskan gigi
palsu,pertahankan tulang servikal segaris dgn badan dgnmemasang collar
cervikal,pasang guedel/mayo bila dpt ditolerir. Jikacedera orofasial mengganggu
jalan nafas,maka pasien harus diintubasi.
2.
3.
4.
Obati kejang : Kejang konvulsif dpt terjadi setelah cedera kepala dan harusdiobati
mula-mula diberikan diazepam 10mg intravena perlahan-lahan dandpt diulangi 2x
jika masih kejang. Bila tidak berhasil diberikan fenitoin15mg/kgBB.
5.
a.
b.
Hemiparese
c.
d.
e.
cedera/trauma ortopedi
f.
2.
Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal, Perubahan frekuensi jantung
(bradikardia, takikardia yg diselingi bradikardia disritmiac.
3.
Integritas ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresid.
4.
Eliminasi
Gejala : Inkontensia kandung kemih/usus mengalami gangguanfungsie.
5.
Makanan/cairan
Gejala : mual, muntah dan mengalami perubahan selera.
Tanda : muntah, gangguan menelanf.
6.
Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo,
sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, Perubahan dalam penglihatan seperti
sebagain
lapang pandang,
gangguan
Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yg berbeda biasanya lama
Tanda : Wajah menyeringai,respon menarik pada ransangan nyeri yg hebat,
merintihh.
8.
Pernafasan
Tanda : Perubahan pola nafas, nafas berbunyi, stridor, tersedak,ronkhi,mengii.
9.
Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Tanda : Fraktur/dislokasi,gangguan penglihatan
10. Kulit : laserasi,abrasi,perubahan warna, tanda batledi sekitar telinga, adanya aliran
cairan dari telinga atau hidung, Gangguan kognitif, Gangguan rentang gerak,
Demam
I.
Rasionalisasi
Mandiri
Kaji
faktor
penyebab
dari
situasi/keadaan
individu/penyebab
koma/penurunan perfusi jaringan dan
kemungkinan penyebab peningkatan
TIK.
Memonitor tanda-tanda vital tiap 4 jam
Evaluasi
pupil,
ketajaman,
dan
cahaya.
amati
reaksi
ukuran,
terhadap
Panas
merupakan
hipotalamus.
refleks
dari
Berikan
periode
istirahat
tindakan
perawatan
dan
lamanya prosedur.
antara
batasi
Cegah/hindarkan
maneuver.
terjadinya
Aktivitas
ini
dapat
meningkatkan
intrathorakal/tekanan dalam thoraks
dan tekanan dalam abdomen dimana
aktivitas
ini
dapat
meningkatkan
tekanan TIK.
Meningkatkan
kerja
sama
dalam
meningakatkan perawatan klien dan
mengurangi kecemasan.
Kolaborasi :
Pemberian O2 sesuai indikasi.
Berikan
indikasi.
sesuai
Berikan
obat
osmosis
diuretic
contohnya : manitol, furoscide.
Berikan
steroid
contohnya
dexamethason, methyl prenidsolon.
Mungkin
di
indikasikan
untuk
mengurangi nyeri dan obat ini berefek
negatif
pada
TIK
tetapi
dapat
digunakan
dengan
tujuan
untuk
mencegah dan menurunkan sensasi
nyeri.
cairan
intravena
Berikan
antipiretik
asetaminofen.
contohnya
diinginkan.
Monitor hasil laboratorium sesuai
dengan indikasi seperti prothrombin,
LED.
Membantu
memberikan
informasi
tentang efektifitas pemberian obat.
Rasionalisasi
Jelaskan pada klien bahwa tindakan Pengetahuan apa yang diharapkan dapat
tersebut dilakukan untuk menjamin mengembangkan
kepatuhan
klien
keamanan.
terhadap rencana terapeutik.
Jelaskan
pada
klien
tentang Pengetahuan apa yang diharapkan dapat
etiologi/factor pencetus adanya sesak mengurangi
ansietas
dan
atau kolaps paru-paru.
mengembangkan
kepatuhan
klien
terhadap rencana terapeutik.
Pertahankan perilaku tenang, bantu klien
untuk control diri dengan menggunakan
pernapasan lebih lambat dan dalam.
Periksalah
alarm
pada
ventilator
sebelum difungsikan. Jangan mematikan
alarm.
Kantung
resusitasi/manual
ventilasi
sangat berguna untuk mempertahankan
fungsi pernapasan jika terjadi gangguan
pada alat ventilator secara mendadak.
Bantulah
klien
pernapasan jika
berhenti.
untuk
mengontrol
ventilator tiba-tiba
Perhatikan letak dan fungsi ventilator Memerhatikan letak dan fungsi ventilator
secara rutin.
sebagai
kesiapan
perawat
dalam
memberikan tindakan pada penyakit
Pengecekan
konsentrasi
oksigen, primer setelah menilai hasil diagnostik
memeriksa tekanan oksigen dalam dan menyediakan sebagai cadangan.
tabung, monitor manometer untuk
menganalisis batas/kadar oksigen.
Mengkaji tidal volume (10-15 ml/kg).
periksa fungsi spirometer.
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi, dan fisioterapi.
Pemberian antibiotik.
Pemberian analgesic.
Fisioterapi dada.
Konsul foto thoraks.
DX 3 : Tidak efektif bersihan jalan napas yang berhubungan dengan adanya jalan
napas buatan pada trakea, peningkatan sekresi sekret, dan ketidakmampuan
batuk/batuk efektif sekunder akibat nyeri dan keletihan.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam terdapat perilaku peningkatan keefektifan jalan
napas.
Kriteria hasil : Bunyi napas terdengar bersih, ronkhi tidak terdengar, tracheal tube
bebas sumbatan, menunjukkan batuk yang efektif, tidak ada lagi penumpukan
sekret di saluran pernapasan.
Intervensi
Rasionalisasi
adanya
batuk,
bertambahnya
Lakukan
penghisapan
lender
jika
diperlukan, batasi durasi pengisapan
dengan 15 detik atau lebih. Gunakan
kateter pengisap yang sesuai, cairan
fisiologis steril.
Mengatur
pengeluaran
sekret
dan
ventilasi segmen paru-paru, mengurangi
risiko atelektasis.
Membantu
pengenceran
sekret,
mempermudah pengeluaran sekret.
setegak mungkin.
Lakukan pernapasan diafragma.
Pernapasan
diafragma
menurunkan
frekuensi napas dan meningkatkan
ventilasi alveolar.
Tahap napas selama 3-5 detik kemudian Meningkatkan volume udara dalam paru,
secara
perlahan-lahan,
dikeluarkan mempermudah
pengeluaran
sekresi
sebanyak mungkin melalui mulut.
sekret.
Lakukan napas kedua, tahan, dan
batukkan dari dada dengan melakukan 2
batuk pendek dan kuat.
Ajarkan
klien
tindakan
untuk Untuk menghindari pengentalan dari
menurunkan
viskositas
sekresi.
: sekret atau mosa pada saluran napas
mempertahankan hidrasi yang adekuat; pada bagian atas.
meningkatkan masukan cairan 10001500
cc/hari
bila
tidak
ada
kontraindikasi.
Dorong atau berikan perawatan mulut
yang baik setelah batuk.
Ekspektoran
untuk
memudahkan
mengeluarkan lendir dan mengevaluasi
perbaikan
kondisi
klien
atas
pengembangan parunya.
Pemberian ekspektoran.
Pemberian antibiotic.
Fisioterapi dada.
Konsul foto thoraks.
Lakukan fisioterapi dada sesuai indikasi
seperti
postural
drainage,
perkusi/penepukan.
Mengatur
sekret
ventilasi dan
karena
melepaskan
relaksasi
hydrochloride (bronkosol).
muscle/bronchospasme.
DX 4 : Nyeri akut yang berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme
otot sekunder.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam nyeri berkurang/hilang.
Kriteria hasil : Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi,
dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, klien
tidak gelisah.
Intervensi
Rasional
Pendekatan
dengan
menggunakan
relaksasi dan nonfarmakologi lainnya
telah menunujukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
Ajarkan relaksasi :
Teknik-teknik
untuk
menurunkan
ketegangan otot rangka, yang dapat
menurunkan intensitas nyeri dan juga
tingkatkan relaksasi masase.
Tingkatkan
pengetahuan
tentang
penyebab nyeri dan respons motorik
klien, 30 menit setelah pemberian obat
analgesic untuk mengkaji efektivitasnya
serta setiap 1-2 jam setelah tindakan
perawatan selama 1-2 hari.
Pengkajian
yang
optimal
akan
memberikan perawat data yang objektif
untuk
mencegah
kemungkinan
komplikasi dan melakukan intervensi
yang tepat.
Analgetik
memblok
lintasan
sehingga nyeri akan berkurang.
nyeri,
Rasional
menyempit
dan kedalaman persepsi.
pada otak,
merupakan konsekuensi terhadap
keamanan dan juga akan mempngaruhi
pilihan intervensi
meningkat TIK.
indikasi
Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi :
Untuk mengendalikan
kegelisahan agitas
- Diuretik
- Steroid
- Analgetik sedang
- Sedatif
Rasional
Mandiri
Kolaborasi
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan ed-3. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif.2008.Buku Ajar asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C.2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 3 ed-8. Jakarta :
EGC
http://www.scribd.com/doc/20357839/Cedera-Kepala
http://asuhan-keperawatan-yuli.blogspot.com/2009/11/laporan-pendahuluan-cederakepala.html
lovely moca
SELASA, 15 JUNI 2010
anatomi kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin atau kulit, connective
tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau galea aponeurotika, loose conective
tissue atau jaringan penunjang longgar dan pericranium (3,5).
Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii (2,7). Tulang tengkorak terdiri
dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan oksipital (5,8). Kalvaria khususnya
diregio temporal adalah tipis, namun disini dilapisi oleh otot temporalis. Basis cranii
berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses
akselerasi dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu : fosa anterior
tempat lobus frontalis, fosa media tempat temporalis dan fosa posterior ruang bagi bagian
bawah batang otak dan serebelum (3).
C. Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan yaitu :
1. Dura mater
Dura mater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan endosteal dan lapisan
meningeal (5). Dura mater merupakan selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrisa
yang melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. Karena tidak melekat pada selaput
arachnoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (ruang subdura) yang terletak
antara dura mater dan arachnoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural. Pada
cedera otak, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak menuju sinus
sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat mengalami robekan
dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior mengalirkan darah vena
ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari sinus-sinus ini dapat
mengakibatkan perdarahan hebat (3).
Arteri-arteri meningea terletak antara dura mater dan permukaan dalam dari kranium (ruang
epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada arteri-arteri
ini dan menyebabkan perdarahan epidural. Yang paling sering mengalami cedera adalah
arteri meningea media yang terletak pada fosa temporalis (fosa media) (3).
2. Selaput Arakhnoid
Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang (3). Selaput
arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan dura mater sebelah luar yang
meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari dura mater oleh ruang potensial, disebut spatium
subdural dan dari pia mater oleh spatium subarakhnoid yang terisi oleh liquor
serebrospinalis (5). Perdarahan sub arakhnoid umumnya disebabkan akibat cedera kepala
(3).
3. Pia mater
Pia mater melekat erat pada permukaan korteks serebri (3). Pia mater adarah membrana
vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyri dan masuk kedalam sulci yang
paling dalam. Membrana ini membungkus saraf otak dan menyatu dengan epineuriumnya.
Arteri-arteri yang masuk kedalam substansi otak juga diliputi oleh pia mater (5).
D. Otak
Otak merupakan suatu struktur gelatin yang mana berat pada orang dewasa sekitar 14 kg
(8). Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu; Proensefalon (otak depan) terdiri dari serebrum
dan diensefalon, mesensefalon (otak tengah) dan rhombensefalon (otak belakang) terdiri
dari pons, medula oblongata dan serebellum (5).
Fisura membagi otak menjadi beberapa lobus (8). Lobus frontal berkaitan dengan fungsi
emosi, fungsi motorik dan pusat ekspresi bicara. Lobus parietal berhubungan dengan fungsi
sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal mengatur fungsi memori tertentu. Lobus
oksipital bertanggungjawab dalam proses penglihatan. Mesensefalon dan pons bagian atas
berisi sistem aktivasi retikular yang berfungsi dalam kesadaran dan kewapadaan. Pada
medula oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik. Serebellum bertanggungjawab dalam
fungsi koordinasi dan keseimbangan (3,9).
E. Cairan serebrospinalis
Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh plexus khoroideus dengan kecepatan produksi
sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari dari ventrikel lateral melalui foramen monro menuju
ventrikel III, akuaduktus dari sylvius menuju ventrikel IV. CSS akan direabsorbsi ke dalam
sirkulasi vena melalui granulasio arakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis superior.
Adanya darah dalam CSS dapat menyumbat granulasio arakhnoid sehingga mengganggu
penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan takanan intrakranial (3). Angka rata-rata
pada kelompok populasi dewasa volume CSS sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml
CSS per hari (11).
F. Tentorium
Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi ruang supratentorial (terdiri dari
fosa kranii anterior dan fosa kranii media) dan ruang infratentorial (berisi fosa kranii
posterior) (3).
G. Perdarahan Otak
Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri vertebralis. Keempat arteri ini
beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk circulus Willisi. Vena-vena
otak tidak mempunyai jaringan otot didalam dindingnya yang sangat tipis dan tidak
mempunyai katup. Vena tersebut keluar dari otak dan bermuara ke dalam sinus venosus
cranialis (5).
Fisiologi Kepala
Tekanan intrakranial (TIK) dipengaruhi oleh volume darah intrakranial, cairan secebrospinal
dan parenkim otak. Dalam keadaan normal TIK orang dewasa dalam posisi terlentang
sama dengan tekanan CSS yang diperoleh dari lumbal pungsi yaitu 4 10 mmHg (8).
Kenaikan TIK dapat menurunkan perfusi otak dan menyebabkan atau memperberat
iskemia. Prognosis yang buruk terjadi pada penderita dengan TIK lebih dari 20 mmHg,
terutama bila menetap (3).
Pada saat cedera, segera terjadi massa seperti gumpalan darah dapat terus bertambah
sementara TIK masih dalam keadaan normal. Saat pengaliran CSS dan darah intravaskuler
mencapai titik dekompensasi maka TIK secara cepat akan meningkat. Sebuah konsep
sederhana dapat menerangkan tentang dinamika TIK. Konsep utamanya adalah bahwa
volume intrakranial harus selalu konstan, konsep ini dikenal dengan Doktrin Monro-Kellie
(3).
Otak memperoleh suplai darah yang besar yaitu sekitar 800ml/min atau 16% dari cardiac
output, untuk menyuplai oksigen dan glukosa yang cukup (8). Aliran darah otak (ADO)
normal ke dalam otak pada orang dewasa antara 50-55 ml per 100 gram jaringan otak per
menit. Pada anak, ADO bisa lebih besar tergantung pada usainya (3,12). ADO dapat
menurun 50% dalam 6-12 jam pertama sejak cedera pada keadaan cedera otak berat dan
koma. ADO akan meningkat dalam 2-3 hari berikutnya, tetapi pada penderita yang tetap
koma ADO tetap di bawah normal sampai beberapa hari atau minggu setelah cedera.
Mempertahankan tekanan perfusi otak/TPO (MAP-TIK) pada level 60-70 mmHg sangat
rirekomendasikan untuk meningkatkan ADO (3).
http://mocacandy.blogspot.com/2010/06/anatomi-kepala.html