You are on page 1of 15

Preview

Detektif Izanagi Zei Uchiha dihadapkan dengan misteri kematian pensiunan Jenderal
bernama Yamatake Yamato di Himawari Street. Kasus tersebut cukup membuatnya memutar
otak sebab kendala selalu ada pada masalah pembuktian. Beruntung ingatannya yang luar
biasa dan kejelian terhadap hal kecil membuat Zei berhasil memecahkan kasus tersebut.
Tapi secara mengejutkan -karena baru saja selesai memecahkan kasus di Himawari Streetsehari kemudian kawan lamanya dari dunia maya di Mockingbird dikabarkan tewas. Sebagai
kawan, tentu ia ingin ikut mengambil andil dalam menyelesaikan kasus itu agar sang pelaku
bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dapatkah Detektif Izanagi Zei Uchiha memecahkannya?
Title: Mayat Dalam Taksi
Genre: Analysis - Profiling
Level : Easy

Prolog

Pada pagi hari Senin, 12 Mei 2014 pukul 7.45, sebuah taksi berhenti di depan Gedung
Komunitas Mockingbird, dijalan Mashyaf Street.
"Sudah sampai, pak!" seru sang supir. Namun tak ada jawaban. Bahkan sampai beberapa
menit berselang -dalam kaca spion tengah- nampaknya penumpang itu tetap diam.
"Pak!!" supir itu mengeraskan suaranya sembari menengok dan menggoyangkan tangan si
penumpang. 'Aneh. Tangannya dingin!' Pikir si supir yang segera memeriksa nadi di
pergelangan tangan kiri penumpangnya. Saat itulah si supir mulai gelagapan, tak tahu apa
yang harus dilakukannya selain berlari ke pos satpam di dalam gerbang perusahaan.
"Tolong!" katanya, pucat.
Seorang petugas satpam berusaha memahami penjelasan yang sedikit tak teratur dan
mencoba menenangkan. Kemudian setelah keterangan yang diperolehnya mencukupi, ia
mengikuti si supir yang sudah ketakutan itu ke taksinya.
Mata sang satpam terbelalak karena terkejut, "Pak Arata Shimizu!" ia terpekik.

Bab I
Arata Castle, 9 Mei 2014 (17.00)
"Papa pulang!" teriakan itu sudah menjadi kebiasaan Arata Shimizu ketika memasuki
rumahnya sepulang kerja, walaupun ia menyadari bahwa takkan ada penghuni rumah yang
menjawab -bahkan memerhatikan.
Bagaimana tidak? Makushima Makuto dan Makushima Zabuto, kedua anak lelakinya itu
selalu tenggelam oleh kedahsyatan PS4 dalam permainan Pro Evolution Soccer yang
digemari mereka sejak PlayStation masih mendominasi pasar sampai tidak laku lagi di
pasaran.
"Ah, curang! Wasitnya memihak! Benar-benar curang!" seru salah seseorang.
"Tak perlu banyak alasan! Kalau kalah ya kalah saja!" sahut seorang lainnya.
Kalimat-kalimat itu dan semacamnya sudah sering terdengar dari kamar Makuto, mahasiswa
fakultas sastra jepang yang selalu berhasil membuat adiknya -Zabuto- yang baru lulus SMA
itu jengkel karena tidak pernah menang.
Sementara di sudut lain, atmosfer dapur sudah seperti acara Master Chef.
"Ingat bawangnya... tempenya balikkan, nanti gosong... nah, begitu... minyaknya perlu
ditambah lagi tuh... itu sayur belum dikasih garam..." Nanami Aoyama-istri Arata - yang
sedang mencuci piring seolah menjadi komentator ketika anak perempuannya, Makushima
Futaba-yang masih SMA kelas 2-, dengan cekatan membolak-balikkan tempe dan
membubuhi garam pada sayur.
Keadaan selalu seperti ini -monoton-, pikir Arata yang kini telah melilitkan handuk ke
tubuhnya. Ia bergegas mandi sambil bersiul-siul dan sesekali terdengar suara emasnya
melantunkan lagu Let Me Hear dari FALILV seperti teriak-teriak kecil pada jum'at sore itu.
Mockingbird Zone, 9 Mei 2014
Mockingbird Zone tempat Arata Shimizu bekerja tengah sibuk-sibuknya memenuhi
kebutuhan konsumen. Makin hari, makin banyak saja para pengorder DVD Bluray Anime.
Dari yang paling judulnya asing, sampai yang judulnya paling sering dan sebagainya.
Didesak oleh semakin banyaknya orderan dari konsumen itu, mau tak mau Mockingbird
Zone perlu menambah personilnya. Untuk perlu diketahui Mockingbird ini memesan barang
berupa DVD Bluray berbagai tempat penjualan terpercaya di Jepang.
Kebanyakan dari para otaku kesulitan memesan ke Jepang untuk memesan langsung. Karena
kesulitan tersebut, maka Mockingbird ini berusaha mempermudah jalannya dengan menjadi
distributor.

Bab II
Arata Castle, 10 Mei 2014 (06.30)
Pagi hari sabtu, meja makan sudah ditata sesuai selera Nanami yang menurut pandangan
Arata terlalu kampungan. Ia tak pernah suka motif-motif bunga pada taplak meja itu, juga
sayur asem yang kuahnya terasa hambar seperti air mineral, serta onigiri yang selalu saja ada
salah satunya yang berwarna kusam -kali ini ada empat-.
Semua perasaan seperti itu seharusnya sudah biasa sebab tiap sarapan memang selalu begitu
keadaannya, namun tetap saja ia tak bisa menghilangkan perasaan jengkel. Dengan enggan, ia
memimpin do'a dan mereka mengambil makanan sendiri-sendiri.
"Sepertinya tak perlu menunggu lebih lama untuk memberi kabar buruk bagi kalian," Arata
membuka percakapan setelah semua anggota keluarga mulai melahap makanannya, "Papa
akan mengajukan cerai terhadap mama. Papa akan menikahi rekan kerja papa di
Mockingbird."
Semua mata menatap tajam penuh ketakutan ke arah Arata.
"Jangan bercanda, pa!" seru Megume.
"Papa serius! Kalian semua," ia menunjuk satu persatu orang yang ada di sana dengan
sendoknya, "Hanya menguras harta papa saja! Tak ada yang benar-benar peduli pada papa.
Ah, tentu saja. Anak-anak tiri memang selalu begitu. Dan mama kalian hanya memerhatikan
kalian -bukan papa-!"
"Tapi pa-" Ucapan Zabuto bertepatan dengan suara telepon sehingga Arata tak
menggubrisnya melainkan bangkit menuju telepon.
"Di sini Arata Shimizu - ya - bisa pak, bisa - untuk hari senin? - kurasa sekitar tiga puluh
pegawai, pak - baik, saya usahakan." gagang telepon dikembalikan ke tempatnya, kemudian
ia berlalu menuju ruang kerja untuk mengambil tas jinjingnya dan pergi bekerja tanpa pamit
ataupun menoleh ke meja makan lagi.
"Sial benar!" kata Makuto.
"Ya, padahal belum tentu rekan kerjanya itu lebih baik dari mama." sambung Futaba.
"Parahnya, bisa-bisa kita jadi gelandangan. Ini tak bisa dibiarkan! Kita harus bertindak!"
sahut Zabuto..
Nanami hanya duduk terpekur memandangi makanan Arata yang sama sekali belum
tersentuh.
"Dasar lelaki!" katanya.

Mockingbird Zone, 10 Mei 2014 (07.35)


"Percayalah, Megume , Dia terlalu tua untukmu!" Kakushima Mouri tiada henti membujuk
Megume Aoyama untuk tidak menerima pinangan Arata Shimizu.
"Umur ndak terlalu penting mas. Yang penting dia itu ikhlas sama saya apa adanya mas
nggak kayak kamu." sahut Megume.
"Tapi dia itu licik! Bisa-bisa kau malah ditelantarkannya."
"Licik? Jabatan kepala personalia diserahkan kepada mas Arata kan karena mas Mouri
kerjanya asal beres saja. Dari pekerjaan saja sudah tak becus! Bagaimana nanti kalau aku jadi
istrinya mas Mouri? Lagipula mas Arata itu baik, beda dengan kamu mas.
Kakushima Mouri menunduk, 'Dulu pekerjaannya direbut, sekarang kekasih hatinya
dirampas! Ini tak bisa dibiarkan!' Bisiknya dalam hati. Pikirannya melancong kemana-mana
sampai ia tak menyadari bahwa sebenarnya Arata Shimizu sudah datang dan mendengarkan
percakapan dari luar ruangan kantor.
'Mati aku!' pikirnya.

Bab III
Arata Castle, 10 Mei 2014 (14.25)
"Gooaaalll! Ulululu!" Zabuto menjerit girang karena berhasil membobol gawang Makuto
dalam permainan PS nya. Wajar saja ia terlihat senang, sebab terakhir kali ia berhasil
mencetak gol adalah 6 bulan lalu. Itu pun saat Makuto ke kamar kecil dan sengaja
permainannya tak dihentikan. Namun pada akhirnya Zabuto tetap kalah saat itu.
Rasanya kali ini Makuto tak punya semangat dan Zabuto memanfaatkan kesempatan dengan
membantainya. Inilah kemenangan pertama Zabuto sejak sepuluh tahun terakhir disambung
dengan 4 kemenangan lagi setelahnya.
"Aku mau istirahat." kata Makuto, mengusir Zabuto yang tengah kegirangan.
"Oke, banyak-banyak latihan. Supaya lebih menantang." ujar Zabuto dengan congkaknya.
Zabuto kembali ke kamarnya dengan sedikit memikirkan sesuatu tentang mengapa Makuto
begitu tak bersemangat? Ia pun ingat kejadian tadi pagi saat sarapan. Ia sering kali lupa
kejadian yang baru saja terjadi kalau sudah tertidur. Memang sudah menjadi kebiasaannya
dimana setelah sarapan ia akan nonton televisi beberapa menit, kemudian melanjutkan tidur
dan bangun pukul 2 siang. Setelah itu menyerbu kamar Makuto dan selanjutnya seperti yang
telah terjadi tadi.
Sambil memikirkan hal itu, perutnya memprotes karena sejak bangun belum juga diisi
sehingga ia pun beranjak menuju dapur, membuka kulkas dan baru hendak mengambil
brownis coklat, jeritan Futaba melengking tajam.

"Jangan!"
Zabuto menggantung tangannya di sana -tidak mengambil, tidak pula mengurungkan niat. Ia
hanya menoleh, "Memang kenapa? Ada racunnya?" sindirnya.
"Ada apa? Apa maksudmu racun?" Arata yang mendengar jeritan Futaba, datang dengan
tergesa.
"Tak ada apa-apa, kak Makuto. Aku hanya menyampaikan amanat mama." balas Futaba,
"Katanya brownis itu punya papa."
Kedua lelaki itu kini merenung.
"Benar," kata Makuto, "Sebaiknya hanya papa yang memakannya. Kau mau nanti papa makin
membenci kita?" lanjutnya dengan senyum licik.
"Kurasa kak Makuto benar." Zabuto berkata setelah beberapa detik berusaha mencerna
ucapan Makuto. Tiada lagi ia berpikir mengenai perutnya yang masih protes. Wajahnya kini
agak berseri, "Kita biarkan saja agar papa tak marah." ditutupnya kulkas itu dan kembali ke
kamar sambil bersiul.
"Yah, kupikir tadi ada pencuri atau apa lah." Arata pun ikut berlalu tanpa menghilangkan
senyumnya.
Sementara itu Futaba tertegun, "Ada apa dengan mereka berdua?"
Mockingbird Zone, 10 Mei 2014 (07.40)
Ekspresi wajah Arata sudah tidak bisa digambarkan lagi karena marahnya. Andai warna
kulitnya tidak gelap, tentu darah yang meninggi sampai kepalanya itu akan membuat
wajahnya terlihat merah padam. Sayang wajahnya coklat gelap, sehingga hanya dari matanya
yang hitam saja dapat terlihat bahwa emosi jiwa telah menyambanginya.
"Tak kusangka -sungguh lancang kau, Mouri!-" kemudian nyaris seperti lirik lagu J-Rock,
Arata menoleh kepada Megume, "Kau memang bidadari-ku, tapi kau mouri, bangsat!"
matanya melotot ganas kearah Mouri.
Arata tentu sudah mengobrak-abrik kantor staff personalia dan menantang Mouri berkelahi
andai saja saat itu General Manager tidak masuk.
"Nah, selamat pagi." Ujar Ir. H. Vitroch Kavechy, General Manager Mockingbird. Untuk
beberapa saat, Vitroch memerhatikan atmosfer yang aneh di kantor itu. Ia mengangguk pelan,
"Baiklah. Kalian boleh melakukan apa saja untuk mengurus masalah kalian. Silakan. Tapi
jangan di sini!" tegasnya tanpa ampun.
Baik Arata, Mouri maupun Megume sama-sama menunduk. Walaupun masih tampak aura
kebencian, takut dan penyesalan di mata mereka. Dengan bijak, Vitroch berusaha
mengalihkan perhatian kepada topik pekerjaan.

"Kurasa, kalian sudah mengerti bahwa di sini adalah tempat kerja. Karena itu, bekerjalah
pada tempatnya -yaitu di sini- dan selesaikan masalah pribadi pada tempatnya pula -yaitu
bukan di sini-." Vitroch menyapu ruangan dengan matanya untuk melihat mereka
mengangguk, "Nah, sekarang aku yakin kalian sudah mengerti itu." matanya terarah kepada
Kakushima Mouri, yang merupakan staff logistik, "Kau sudah melakukan apa yang ku
instruksikan?"
"Tentu, pak." Mouri membuka tas kerjanya dan memberikan sekotak materai 6000,
"Jumlahnya 35. Sesuai dengan instruksi pak Grayy (panggilan untuk Vitroch)." Mouri
menyerahkan kotak itu kepada Vitroch.
"Baiklah. Biaya pengeluaran dapat didiskusikan dengan Megume. Yang penting kau sertakan
struk belanja untuk pendataan." Mouri dan Megume Kato -staff accounting- mengangguk.
"Nah, sekarang kau, Arata" Arata adalah panggilan dari Vitroch kepada Arata Shimizu
-kepala personalia-. "Siapkan bahan interview. Ada 10 orang pencari kerja yang harus kau
wawancara hari sabtu ini -10 sisanya senin nanti-. Kau harus berusaha memilah yang terbaik.
Juga ini-" ia menyerahkan kotak berisi materai, "Senin nanti, surat perpanjangan kontrak
kerja yang tadi kuinstruksikan harus sudah siap!" ia mengingatkan.
"Siap, pak!" kata Arata.
Ir. H. Vitroch Kavechy memandang kembali para staffnya yang masih menyemburkan aura
tak bersahabat. Vitroch melontarkan kalimat terakhir.
"Ini tempat kerja!" kemudian ia pergi.

Bab IV
Arata Castle, 10 Mei 2014 (17.00)
"Papa pulang!" Makuto tak pernah bisa melepaskan kebiasaannya itu meski sudah ia
kabarkan bahwa ia akan mengajukan cerai terhadap Megume. Namun ada sesuatu yang luar
biasa karena kali ini semua penghuni menyambutnya.
"Oh, papa sudah pulang." sahut Nanami, "Bagaimana pekerjaan papa? Pasti lelah sekali. Mau
teh?" Nanami sudah membuka mulutnya untuk bersiap memanggil salah satu anaknya.
"Ah, tidak perlu." jawabnya sehingga Nanami menutup kembali mulutnya.
"Oh, ternyata papa sudah pulang." Zabuto menyambut dengan sukacita berlebihan, "Mau
kupijat? Bagian mana yang pegal?"
"Tidak, tidak. Tidak perlu." Arata menjawab dengan keheranan yang sama.
"Nah, itu dia papa sudah pulang." Kali ini Futaba yang datang, "Sudah kusiapkan air hangat
untuk papa mandi."

"Oh, seharusnya kau tak perlu repot-repot." Jawab Arata yang makin keheranan sebab
kemudian Arata datang dan menyambutnya juga.
"Biar kubawakan tas papa." kata Zabuto.
"Jangan! Sudah. Papa mau istirahat meregangkan otot sebentar. Bersikaplah seperti biasa."
Semua wajah yang mengelilingi Arata tersenyum memberi jalan. Sementara Arata melangkah
penuh rasa curiga.
"Aneh!" bisiknya setelah berada dalam kamar. Ia melilitkan handuk dan kemudian seperti
biasanya, mandi sambil bersiul-siul.

Bab V
Arata Castle, 11 Mei 2014 (09.00)
Ruang kerja Arata Shimizu adalah tempat pribadinya. Bagaimanapun caranya, tak ada yang
bisa masuk karena ruangan itu didesain khusus menggunakan sistem pengenalan sidik jari
dan password sehingga hanya bisa diakses oleh Arata sendiri.
Sejak bangun di minggu pagi ini, Arata sibuk merealisasikan tugas dari Vitroch untuk
membuat surat perpanjangan kontrak kerja di ruangan itu dan hanya keluar sekedar untuk
membuat kopi atau membeli rokok. Wajar bila ruangan itu sudah dipenuhi kabut tebal asap
rokok, karena ventilasinya pun hanya berukuran 30x30 centimeter yang letaknya di sudut
ruangan.
"Beres!" menjelang siang, Arata sudah menyelesaikan ketikan di komputernya. Sialnya, saat
hendak mencetak, ia lupa bahwa tinta printer sudah habis dan kertasnya tinggal 8 lembar.
"Seharusnya kemarin sekalian kuminta pada Mouri sialan itu." keluhnya.
Terpaksa ia membeli dulu di tempat fotokopi yang cukup jauh dari rumahnya dan setelah
mendapatkan semua yang ia perlukan, ia kembali ke rumah namun tidak untuk
menyelesaikan tugas tadi, melainkan berbaring sejenak karena kelelahan.
"Huft. Sebaiknya besok pagi saja kuselesaikan."
Kenyamanan kasur disertai kelelahan pikiran membuatnya terbuai ke alam bawah sadar. Ia
ketiduran..
Mockingbird Workers Zone, 11 Mei 2014 (14.00)
Kakushima Mouri merasa bimbang, bukan bambang. Apa ia harus menghubungi Arata untuk
menjelaskan kelakuannya? Tidak mungkin! Ia bersikukuh. Orang itu sudah menghancurkan
hidupnya. Biarkan saja. Namun ada juga rasa takut dalam benaknya.
"Apa aku sudah kelewatan?" gumamnya yang kemudian kembali kepada sikap keras
kepalanya, "Ah. Biarkan saja! Dia pantas menerimanya!"

Bab VI
Arata Castle, 11 Mei 2014 (19.10)
Dengan penuh sukacita, anggota keluarga Arata Shimizu menyambut kabar bahagia ini. Arata
tak jadi menceraikan istrinya.
"Maaf kalau papa terlalu gegabah." sesal Arata dengan bersungguh-sungguh. "Papa akan
berusaha mempertahankan keluarga ini sampai mati."
"Sudahlah pa jangan terbawa penyesalan. Mama mengerti kok." Nanami menenangkan.
"Iya pa. Kami akan berusaha menyenangkan papa." kata Zabuto.
"Betul, kami akan memerhatikan papa sebagai papa kami. Bukan sebagai sumber penghasilan
kami saja." Zabuto menambahkan.
"Yasudah, bagaimana kalau kita merayakan keutuhan keluarga ini secara kecil-kecilan." Arata
kemudian ingat, "Ah. Kebetulan papa masih punya brownis yang belum papa makan." ia
memberi isyarat kepada Futaba untuk mengambilkan brownis di kulkas.
Wajah Makuto dan Zabuto mendadak pucat. Mereka menatap penuh rasa khawatir kepada
ibunya. Nanami sendiri merasa risih dengan tatapan mereka. Namun Arata tak terlalu
memerhatikan semua itu.
Tanpa menunggu waktu lama, brownis itu tiba di hadapan mereka sehingga membuat
keringat Makuto dan Zabuto semakin mengucur.
'Gawat! Aku harus melakukan sesuatu!'

Bab VII
Arata Castle, 12 Mei 2014
Alarm berbunyi tepat pada pukul 3.30 pagi. Arata sengaja menyetel alarm pukul segitu bukan
untuk tahajjud atau istikharah, melainkan untuk menyelesaikan tugasnya yang sempat
terhambat kemarin.
Ia berjalan sempoyongan menuju kamar mandi. Kemudian ke dapur untuk membuat kopi dan
akhirnya membawa brownis coklat untuk cemilan. Brownis itu tidak jadi dimakan tadi malam
karena Arata tiba-tiba kejang dan kemudian dibawa ke dokter umum. Memang aneh, pikir
Arata. Padahal sejak dulu Arata tak pernah terserang kejang seperti itu. Beruntung dokter
menyatakan bahwa Arata tidak apa-apa.
Sambil menghisap rokoknya, Arata mencetak lembar demi lembar surat perjanjian dan
kemudian menempelkan materai di tempatnya. Ia menyelesaikan semua itu secepat kilat,
yaitu bertepatan dengan adzan shubuh yang berkumandang.
"Selesai! Tinggal ditandatangani pak Grayy dan karyawan yang bersangkutan." katanya, lega.

Ia membaringkan dirinya di sofa ruang keluarga sambil menonton televisi setelah sebelumnya
menunaikan shalat shubuh di mushola.
Pukul 6, Nanami Aoyama bangun dan terkejut karena suaminya tidak disampingnya. Padahal
biasanya ia yang membangunkan Arata. Ia keluar kamar dan kemudian bernafas lega.
"Rupanya papa disitu."
"Tenang saja, papa takkan kabur dari rumah. Ini kan rumah papa." jawab Arata dengan
senyum kecil meskipun mulutnya dipenuhi brownis coklat.
"Akan mama siapkan makanan untuk sarapan. Mama lihat, papa sudah siap untuk berangkat
kerja. Padahal masih sepagi ini."
Nanami beranjak menuju dapur setelah membangunkan Futaba untuk membantunya, seperti
biasa. Sementara Arata dan Zabuto dibangunkan setelah makanan siap, seperti biasa pula.
Menu pagi itu adalah Onigiri. Menu yang memang tak seperti biasa atau boleh dibilang
spesial untuk perayaan kecil-kecilan yang semalam sempat terhenti akibat kejangnya Arata.
Setelah selesai, Arata mengecup kening Nanami untuk terakhir kalinya, "Papa kerja dulu."
itulah kalimat terakhir Arata Shimizu kepada keluarganya.
"Papa kelihatan pucat." kata Zabuto sehingga membuat Arata heran. Arata melihat sekeliling
dan matanya terpaku menatap beberapa potong brownis.
"Kenapa kak?" Futaba bertanya melihat ekspresi Arata yang khawatir.
"Papa memakan brownis itu." jawab Arata secara dramatis dan memalingkan kepalanya ke
arah ibunya yang sedang mencuci piring.
Mockingbird Zone, 12 Mei 2014 (07.55)
Kantor Staff PT. Mockingbird masih aman-aman saja. Tak ada perdebatan atau perkelahian
meski Megume dan Mouri sudah datang. Tentu saja karena di situ hadir pula General
Manager Vitroch Kavechy yang harap-harap cemas menunggu kedatangan Arata Shimizu
karena 5 menit lagi sudah waktunya bel masuk. Tak pernah sekalipun Arata terlambat masuk
kerja.
"Kuharap dia menyelesaikan tugasnya dengan baik. Karena kalau tidak," Vitroch menatap
tajam ke arah Mouri, "Kalau tidak, kau akan kupecat!" tegasnya.
Rasa muak, benci dan takut bercampur menjadi satu dalam diri Kakushima Mouri. Sementara
senyum sinis hadir di wajah Megume seolah berkata, 'rasakan itu!'.
"Kalau kerjaannya tak baik, seharusnya Arata yang bapak pecat."
"Kurasa kau benar. Kalian berdua akan kupecat!"
Senyum Megume semakin melebar, 'puas!' bisiknya dalam suasana hati yang senang.

Dari jendela kantor, terlihat Surya Kencana sang satpam berlari tergesa dengan panik.
"Pak Arata! Pak Arata!"
"Arata belum datang. Ada apa?" jawab Vitroch.
"Tidak! Ia -Pak Arata!- meninggal!"
kejutan ini membuat semua mata mereka terbelalak. Namun ada sepasang mata yang berhasil
menenangkan diri lebih cepat. 'Dia memang pantas mati!' gumam Nanami la yang membuat
Mouri menoleh heran.

Bab VIII
Arata Castle, 12 Mei 2014 (08.15)
"Apa!?" Nanami menjerit mendengar kabar dari seseorang di seberang teleponnya, "Tak
mungkin! Baru saja ia pergi -dalam keadaan sehat!" histeria melingkupi dirinya. Air mata
sudah tidak bisa dibendung lagi. Ia menangis sejadi-jadinya.
Arata yang kebetulan mendengar kabar itu menjadi tak karuan. 'kasihan mama. Percuma
semalam aku bersandiwara. Kalau saja aku tidak ketiduran, sudah kubuang Brownis itu.'
pikirnya.
Tak berapa lama, polisi dan forensik menyambangi kediaman almarhum Arata Shimizu.
"Kami tengah melakukan uji Marsh. Dugaan kami, ia keracunan Arsenik dalam dosis letal."
jelas Komisaris gendut Maher DaVinci yang sudah tua itu sembari memperkenalkan petugas
forensik dan meminta keluarga menunjukkan apa saja yang dimakan atau diminum korban
sebelum berangkat kerja, "Untuk formalitas, kami harus meminta keterangan kalian semua."
lanjutnya seraya memerintahkan Sersan ganteng Edogawa Rampo yang dijuluki Shizuku
untuk meminta keterangan.
Kantor Detektif Izanagi Zei, 12 Mei 2014 (09.00)
Mentari tengah hangat-hangatnya menyapa tubuh Izanagi Zei Uchiha yang baru kembali dari
warung setelah membeli sebungkus rokok dan kopi Cappucino kesukaannya. Sesaat setelah
masuk ke rumah dan baru mau duduk di sofa empuknya, ponsel yang ia kantongi berdering
nyaring, membuat rencananya untuk duduk gagal total. Diambillah ponsel itu dan dilihatnya
nama pemanggil yaitu Megure .
"Ada apa, kasus yang itu sudah selesai kan?.. Iza menyahutnya
Kali ini ada kasus baru, menyangkut kawan lamaku, Arata."
Izanagi mengernyitkan dahinya. Namanya memang tidak biasa, namun ada sesuatu yang
familiar dengan nama itu.

"Arata? Biar kuingat." ia menatap langit-langit kantornya, " Arata itu suaminya Nanami
bukan?"
"Benar, kau mengenalnya?"
"Dulu kami satu grup detektif di dunia maya. Nanami menikahi Katana Zabushi dan
dikaruniai 3 anak yang biasa kusebut Trio Makushima karena semua nama anaknya lahir di
bulan September. Makushima Makuto , Makushima Zabuto dan Makushima Futaba. Unik
ya?" Izanagi tertawa geli, "Beberapa tahun lalu Katana meninggal karena gagal ginjal dan
kini Nanami menikah dengan Arata. Sebenarnya aku tak pernah tau nama asli si Arata itu."
"Namanya Arata Shimizu." jawab Megure . "Jadi bagaimana? Kau mau membantu?"
"Tentu. Ada apa dengannya?"
"Pagi tadi, ia ditemukan tewas di dalam taksi!"
Mockingbird Zone, 12 Mei 2014 (09.00)
Area gerbang sudah dipadati kerumunan orang dari mulai warga sekitar, karyawan
Mockingbird sampai pejalan kaki yang kebetulan melintasi gerbang perusahaan itu. Mereka
mengelilingi garis polisi yang dilingkarkan di kisaran mobil taksi.
"Jangan ada yang melewati batas ini!" petugas dibantu satpam berkali-kali memperingatkan
kerumunan yang saling dorong akibat rasa penasaran.
Masalah ini tentu akan membuat pekerjaan kacau. Karyawan akan sibuk membicarakan ini
daripada sibuk bekerja. Pikiran Vitroch yang terganggu karena kematian salah satu staffnya
membuat ia terpaksa mengumumkan bahwa hari itu perusahaan diliburkan. Beberapa pelamar
kerja pun dipulangkan walaupun mereka tidak benar-benar pulang, melainkan ikut menonton
pemeriksaan polisi yang tengah meminta keterangan supir taksi.
"Waktu itu kupikir dia sakit karena memang nampak pucat dan baru beberapa menit melaju,
ia muntah-muntah. Kiranya taksiku terlalu cepat atau udara terlalu dingin baginya. Maka dari
itu kukurangi kecepatan dan kumatikan AC agar udaranya normal." kata supir itu.
Seorang petugas pencatat mencatat keterangannya secara terperinci dan sesekali
membacakannya agar jika ada kesalahan dapat segera dibenarkan oleh sang supir taksi.

Bab IX
Arata Castle, 12 Mei 2014 (11.15)
"Jadi Sabtu pagi ia memberi kabar buruk, kemudian Minggu malam ia meralatnya?" kening
Shizuku berkerut. "Bukankah ini aneh?" katanya ketika berdiskusi berdua di sebuah ruangan
kediaman Arata Shimizu.

Maher DaVinci mengangguk, "Memang aneh. Jika kejadiannya kemarin, maka motif mereka
sangat kuat. Tapi hari ini, mereka tak punya motif sama sekali. Kecuali-" ia berhenti dan
segera dilanjutkan oleh rekannya.
"Kecuali, mereka -atau salah satu dari mereka- mempersiapkan racun sebelum kabar baik
diumumkan dan korban 'kena' hari ini karena kelalaian. Apakah ini bisa dijadikan
kecelakaan?"
"Tidak! Tetap saja pembunuhan! Walaupun sudah tak berniat membunuh, pelaku pernah
berniat membunuh dan sekarang seseorang terbunuh."
"Meskipun motifnya telah gugur?"
"Ya. Meskipun motifnya telah gugur!"
Mereka kembali terdiam.
"Pembunuhan tak bermotif. Bisakah?" gumam Shizuku.
Pukul 11.30
Kepala Polisi Jouuzo Megure tiba bersama Detektif Izanagi Zei sedikit lebih siang. Mereka
menyalami Komisaris Polisi Maher DaVinci dan Sersan ganteng Edogawa Rampo sang
Shizuku.
"Apa saja yang sudah kalian dapat?" tanya Megure .
Maher melirik ke arah Shi mengisyaratkan sesuatu dengan matanya. Shi mengangguk
kemudian menceritakan deskripsi kejadian yang diterima dari masing-masing anggota
keluarga.
"Brownis coklat." gumam Izanagi .
"Apa katamu?" Shi bertanya.
"Tidak apa-apa. Aneh saja mengapa Makuto bersikap khawatir."
"Apa maksudmu khawatir?"
"Kau belum mengerti? Lihatlah matanya! Sebenarnya Makuto itu menghindari agar tak ada
yang memakan brownis itu."
"Konyol sekali teorimu!" geram Shi, "Kau pikir brownis itu beracun?"
"Aku tak mengatakan seperti itu. Tapi kupikir, Makuto berpikir bahwa brownis itu beracun."
"Kau mengatakan hal-hal aneh. Brownis itu sedang diperiksa forensik, juga kopi dan air
minum serta lainnya. Hasilnya mungkin takkan lam-" ucapannya terpotong oleh dering
ponsel Maher.

Maher menjawab panggilan dengan loudspeaker agar terdengar seluruh pendengar. Seseorang
di seberang telepon berbicara seolah membaca naskah laporan.
"Tak ada jejak racun pada sisa makanan maupun minuman yang dikonsumsi korban. Aneh
memang. Tapi dari uji Marsh yang kami lakukan khususnya dari rambut dan sampel darah,
korban memang keracunan Arsenik." Shi menatap Izanagi dengan penuh kemenangan.
Matanya seakan mengatakan, 'apa kubilang!'
"Hasil otopsi menyebutkan tak ada suntikan atau sesuatu yang ganjil di tubuh korban.
Jelasnya adalah korban mengonsumsi racun secara oral. Tapi darimana racun itu berasal,
tentunya tugas kalian mencari tahu. Bisa jadi ini hanya kecelakaan atau kelalaian korban."
tim forensi mengakhiri informasi dengan beberapa detail lagi mengenai muntahan yang
menjurus kepada apa yang dikonsumsi korban sebelumnya.
"Banyak cairan yang mungkin namanya tak kalian mengerti. Jadi biar kupersingkat saja,
kandungan yang kemungkinan dikonsumsi korban yaitu coklat, kafein, mie instant, telur dan
serat daging ayam. Itu didapat dari hasil pemeriksaan muntahan bercampur darah yang
dimuntahkan korban di taksi. Juga di kelamin korban ada sedikit bercak darah. Memang
gejala keracunan arsenik biasanya begitu. Baru itu yang kami dapat."
Mereka berusaha mencerna informasi dengan seksama selama beberapa menit.
Mockingbird Zone, 12 Mei 2014 (12.00)
Mayat korban sudah berpindah ke rumah sakit, namun kerumunan masih saja berkumpul
dengan rasa penasaran yang belum memudar.
Polisi masih terus memeriksa dengan seksama tiap hal kecil yang bahkan tak berarti. Mereka
kini mewawancarai Vitroch Kavechy dan staff kantor untuk meminta keterangan mengenai
korban.
"Entahlah." jawaban itu sering terlontar dari mulut Vitroch. Ia memang tak ingin nama
perusahaan tercoreng sehingga berusaha menyembunyikan permasalahan Arata, Mouri dan
Nanami la dengan pura-pura tidak tahu. Lagipula memang ia tak memiliki urusan dengan
masalah staffnya.
Lain sekali dengan Megume yang begitu bersemangat membela arata, namun dia tidak tahu
kenapa dia harus mati dengan cara seperti ini..
Di lain pihak, Mouri nampak sedikit senang walaupun memang bicaranya bercampur rasa
gugup karena dihadapkan dengan polisi,
"Umm- Yah- Bagaimana ya? Memang benar kata Megume . Aku memang tak suka pada
Arata. Tapi bagaimanapun, dia atasanku. Aku harus bersikap manis di depannya." ia
menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan singkat.
Tak ada keterangan yang dirasa penting dari mereka. Mereka lebih banyak menceritakan
masalah tugas-tugas yang diberikan Vitroch dan hubungan kerja yang menjemukan mereka.
Bagi petugas polisi, hal itu tak begitu menarik dan tak banyak membantu.

Lagipula ini hanya formalitas karena mereka semua memiliki alibi kuat dan dapat dibuktikan
oleh banyak saksi yang membenarkannya.

Bab X
Arata Castle, 12 Mei 2014 (13.30)
Wartawan sudah berpindah menuju kediaman Arata untuk mewawancarai Maher DaVinci,
Edogawa Rampo, Jouuzo Megure maupun Izanagi Zei Uchiha karena pemeriksaan polisi di
TKP sudah tak ada lagi kemajuan.
Beberapa petugas berusaha menahan pemburu berita itu sebelum kabar kematian Arata
Shimizu menyebar luas dengan sudut pandang dengan teori spekulasi yang berlebihan khas
media.
"Di tas kerja korban hanya ada air mineral, alat tulis dan berkas-berkas laporan perusahaan."
Laporan yang diterima Shi diumumkan kepada kedua rekannya dan seorang rekan dari
rekannya, yaitu detektif Izanagi Zei.
Sementara itu, ruang kerja korban tengah diretas oleh peretas handal dari Anonymous yang
dijuluki Butterflys, yaitu seorang wanita muda manis yang bernama Erica. Hanya
membutuhkan waktu setengah jam lamanya sampai pintu itu berhasil dibuka.
Ruangan kerja tersebut cukup luas. Bau khas asap rokok mengalun lembut ke dalam hidung
para petugas. Sebuah lemari kayu berisi kertas-kertas laporan mengenai tenaga kerja terpatri
di sudut ruangan. Tak ada jendela untuk membiaskan cahaya mentari selain ventilasi di sudut
seberang lemari kayu tadi yang -ventilasi tersebut- berukuran 30x30 centimeter.
Data komputer korban disortir dan hanya menampakkan data mengenai pekerjaannya.
Riwayat akses terakhir adalah Microsoft Word berjudul 'Kontrak Kerja 2014' yang dalam
keterangannya diedit pukul 3.38am. Di meja kerjanya terdapat alat tulis seadanya, yaitu
hanya pulpen, tipe-x dan stabilo.
Laci meja terdapat dokumen-dokumen terjilid dan kotak kecil berisi 5 buah materai. Di sudut
sebelah kiri meja tergeletak sebuah asbak dipenuhi puntung rokok. Tak ada yang janggal di
ruangan itu sehingga tidak ada pula keterangan yang bisa diambil mengenai ruang kerjanya.
Tim inafis bekerja memeriksa sidik jari dan jejak kaki di sekitar. Semua jejak dan sidik jari
hanya dipenuhi jejak Arata Shimizu dan beberapa bekas sidik jari tak dikenal yang nampak
bahwa jejak tersebut sudah sangat lama. Mereka menganggap itu mungkin merupakan jejak
arsitek yang mengatur tata letak ruangan.
Mereka membaca laporan-laporan petugas dengan begitu khidmat sampai-sampai tak ada
suara yang terdengar.
"Membingungkan sekali semua ini." Kepala Polisi Jouuzo Megure menggosok dagunya.
"Sebenarnya sederhana saja." Detektif Izanagi Zei mengeluarkan senyum yang lagi-lagi
disadari Megure sebagai senyum seseorang yang telah membuat teori yang ruarbiasa pak!

"Kau berbicara seolah sudah mengerti. Songong lu!" Shi yang memang dikenal berbicara asal
nyeplos, memandangi Izanagi dengan penuh rasa tak bersahabat.
Sementara itu, Komisaris Maher DaVinci berpikir sejenak dan sebelum Izanagi membalas
sindiran Shi, Maher menyanggah dengan tegas, "Jaga lidahmu, Sersan!" kemudian ia
tersenyum ramah kepada Izanagi , "Benar kan, Detektif?"
To be continue..

You might also like