You are on page 1of 12

KERACUNAN METHANOL

Pendahuluan

Methanol (CH3OH;metyl alcohol;carbinol;alcohol kayu) diperoleh dari distilasi destruktif


kayu.merupakan merupakan alcohol yang paling sederhana, dengan rumus kimia CH3OH, berat
molekul 32,04, titik didih 64,5 C(147F), bersifat ringan, mudah menguap, tak berwarna, mudah
terbakar, beracun dan berbau khas. Methanol digunakan sebagai bahan penambah bensin, bahan
pemanas ruangan, pelarut industry, pada larutan fotokopi, serta sebagai bahan makanan untuk
bakteri yang memproduksi protein. Keracunan methanol sering terjadi di Negara kita dan dapat
menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas. Methanol paling banyak dijumpai dalam
rumah tangga dalam bentuk “canned heat” atau cairan pembersih kaca mobil.1,3

Methanol dapat diabsorbsi ke dalam kulit, saluran pernafasan atau pencernaan dan
didistribusikan ke dalam cairan tubuh. Mekanisme utama methanol di dalam tubuh manusia
adalah dengan oksidasi menjadi formaldehida, asam format dan CO2. Methanol juga dapat
disingkirkan dengan membuat muntah, dan dalam jumlah kecil diekskresikan melalui
pernafasan, keringat dan urin. Methanol tidak dapat diikat dengan karbon.2

Pada manusia kepekaan khusus terhadap keracunan methanol mungkin disebabkan oleh
produksi metabolit format dari methanol yang membutuhkan folat dan bukan oleh metanolnya
sendiri atau formaldehid, suatu metabolit antara.2

Manifestasi dari keracunan methanol adalah muntah, sakit kepala, nyeri ulu hati,
dyspneu, bradikardia dan hipotensi. Bisa terjadi delirium kemudian pasien akan segera menjadi
koma. Asidosis metabolic sangat khas terjadi pada keracunan methanol, yang disebabkan karena
terbentuknya asam format yang merupakan metabolit dari methanol yang telah mengalami
metabolism di dalam hati. Toksisitas yang spesifik yaitu kerusakan pada retina. Penglihatan
kabur, pelebaran pembuluh darah diskus optikus selalu mendahului kematian yang disebabkan
oleh gagal nafas.2

1
Tinjauan Pustaka

2.1 Metabolisme Methanol


Methanol dapat diabsorbsi kedalam tubuh melalui saluran pencernaan, kulit dan paru-paru.
Methanol didistibusikan secara luas dalam cairan tubuh dengan volume distribusi 0,6 L/kg.
Methanol secara perlahan dimetabolisme di hati. Sekitar 3% dari methanol diekskresikan
melalui paru atau diekskresi melalui urin.3

Methanol beracun melalui dua mekanisme. Pertama methanol yang telah masuk kedalam
tubuh baik melalui, menelan menghirup atau diserap melalui kulit dapat menekan saraf pusat
seperti yang terjadi pada keracunan etanol. Kedua methanol beracun setelah mengalami
pemecahan oleh enzim alcohol dehidrogenase di hati menjadi asam format dan formaldehida.
Dosis yang berbahaya dapat terjadi bila seseorang terekspos terus menerus terhadap uap
methanol atau cairan methanol tanpa menggunakan pelindung. Dosis yang mematikan adalah
100-125 ml (4fl oz).4

Cara kerja methanol sama dengan cara kerja etanol. Methanol lebih bersifat toksik
dibandingkan dengan etanol. Toksisitas methanol semakin meningkat disebabkan oleh
stukturnya yang tidak murni. metanol diekskresikan secara lambat di dalam tubuh dan kemudian
secara kumulatif methanol dapat bersifat toksik di dalam tubuh. Selama penelanan methanol
secara cepat diabsorbsi dalam traktus gastrointestinal dan dimetabolisme dihati. Pada langkah
pertama dari degradasi, methanol diubah menjadi formaldehid oleh ensim alcohol dehidrogenase.
Reaksi ini lebih lambat dari reaksi kedua, oksidasi dari formaldehid menjadi asam format oleh
ensim aldehid dehidrogenase. Oksidasi ini berlangsung cepat sehingga hanya sedikit formaldehid
yang terakumulasi dalam serum. Hal ini menjelaskan latensi dari gejala antara penelanan dan
timbulnya efek. Waktu paruh dari formaldehid adalah sekitar 1-2 menit.1,3

Asam format kemudian dioksidasi menjadi karbondioksida dan air oleh tetrahidrofolat.
Metabolism dari asam format sangat lambat sehingga dapat terakumulasi di dalam tubuh yang
menimbulkan asidosis metabolic. Asam format juga menghambat respirasi seluler sehingga
terjadi asidosis laktat.5
2
Kecepatan absorbsi dari methanol tergantung dari beberapa factor, dua factor yang paling
berperan adalah konsentrasi methanol dan ada tidaknya makanan dalan saluran cerna. Methanol
dalam bentuk larutan lebih lambat diserap dibanding dengan methanol yang murni dan adanya
makanan dalam saluran cerna terutama lemak dan protein akan memperlambat absorbsi
methanol dalam saluran cerna. Setelah diabsorbsi, methanol didistribusi ke seluruh jaringan dan
cairan tubuh kecuali jaringan lemak dan tulang, disini konsentrasi methanol paling rendah.
Konsentrasi methanol di dalam darah mencapai maksimum kira-kira setengah sampai satu jam
setelah methanol dikonsumsi. Konsentrasi methanol di dalam otak setelah tercapai keseimbangan
adalah lebih sedikit dibanding dengan konsentrasi di dalam darah.5

Methanol yang telah diabsorbsi, dimetabolisme di dalam tubuh didalam hepar melalui
proses oksidasi. Secara normal, tubuh dapat memetabolisme 10 gms methanol murni. jika
dikonsumsi berlebihan, konsentrasi methanol dalam darah akan meningkat dan orang tersebut
akan mulai menunjukkan keluhan dan gejala keracunan alcohol, kecuali orang tersebut telah
mengalami toleransi terhadap methanol. Methanol dalam jumlah yang maksimum yaitu 300 ml
methanol murni, dapat dimetabolisme dalam tubuh dalam 24 jam. Keracunan methanol dapat
menyebabkan gangguan pada hepar dan ginjal.1

Gambar 1. Metabolisme Metanol

3
2.2 Manifestasi Klinis
Gejala awal yang timbul setelah keracunan methanol adalah gejala yang terjadi karena depresi
system saraf pusat seperti sakit kepala, pusing, mual, koordinasi terganggu, kebingungan dan
pada dosis yang tinggi tidak sadarkan diri dan kematian. Gejala awal ini lebih ringan dari yang
terjadi pada keracunan etanol.4

Bila gejala awal telah dilalui rangkaian kedua dari gejala, terjadi 10-30 jam setelah
paparan awal terhadap methanol. Akumulasi asam format pada saraf optic dapat menyebabkan
penglihatan kabur. Hilangnya penglihatan secara total dapat disebabkan oleh berhentinya fungsi
mitokondria pada saraf optic dimana terjadi hiperemi, edema dan atropi saraf optic.
Demielinisasi saraf optic juga dapat terjadi karena penghancuran myelin oleh asam format.
Akumulasi asam format didalam darah dapat menyebabkan asidosis metabolic. Interval antara
masuknya racun sampai timbulnya gejala berhubungan dengan volume methanol yang tertelan.
Kadar methanol dalam darah mencapai puncaknya setelah 30-90 menit. Dosis letal minimal
adalah 1 mg/kg bb. Asidosis merupakan factor primer dari keracunan methanol dan depresi dari
system saraf pusat adalah factor yang minor.4,5,

Ketika metabolime methanol telah berlangsung asidosis metabolic dengan anion gap
yang berat akan terjadi. Asidosis metabolic yang berat yang berhubungan dengan gangguan
penglihatan adalah tanda dari keracunan methanol. Pasien biasanya mengalami penglihatan
kabur, penglihatan ganda, atau perubahan dari persepsi warna. Bisa juga terjadi pengecilan
lapangan pandang dan terkadang kehilangan penglihatan secara total. Tanda khas dari disfungsi
penglihatan termasuk dilatasi pupil dan hilangnya reflek pupil.3

Tanda dan gejala lebih lanjut dapat terjadi pernafasan dangkal, sianosis, takipneu, koma,
kejang, gangguan elektrolit dan perubahan hemodinamik yang bervariasi termasuk hipertensi dan
cardiac arrest. Dapat juga terjadi gangguan memori yang ringan sampai berat, agitasi yang dapat
berlanjut menjadi stupor dan koma sejalan dengan memberatnya asidosis. Pada kasus yang berat
dapat terjadi kematian. Pasien yang bertahan dapat menderita gejala sisa seperti kebutaan yang
permanen atau deficit neurologis yang lain.

4
2.3 Penatalaksanaan Keracunan Metanol

Keracunan methanol berat biasanya dijumpai pada pecandu alcohol kronis dan mungkin tidak
dapat dikenal kecuali dijumpai gejala-gejala yang khas pada sejumlah pasien. Karena methanol
dan metabolit formatnya merupakan toksin yang lebih kuat dari etanol, maka penting bahwa
pasien yang keracunan methanol dikenali dan diobati secepat mungkin.2

Gejala awal yang penting dari keracunan methanol ialah gangguan visual, sering kali
dijelaskan sebagai “berada dalam badai salju”. Gangguan visual merupakan keluhan umum
epidemis keracunan methanol. Keluhan penglihatan kabur dengan kesadaran relative baik
merupakan suatu petunjuk kuat untuk keracunan methanol untuk keracunan methanol. Dalam
kasus-kasus berat, bau formaldehid tercium melalui pernafasan dan urin. Timbul bradikardia,
koma yang lama, kejang, dan asidosis yang menetap.2

Hasil pemeriksaan fisik pada keracunan methanol biasanya tidak spesifik. Midriasis yang
menetap merupakan tanda keracunan berat. Atropi saraf optic merupakan tanda lanjut. Penyebab
kematian dalam kasus fatal ialah berhentinya pernafasan secara mendadak. Merupakan hal yang
sangat perlu untuk menentukan kadar methanol dalam darah secepat mungkin bila diduga suatu
keracunan methanol. Bila dugaan klinik keracunan methanol cukup kuat, pengobatan tidak boleh
terlambat.2

Kadar methanol lebih dari 50 mg/dL, merupakan indikasi mutlak untuk hemodialis dan
pengobatan dengan etanol meskipun kadar format dalam darah merupakan indikasi yang lebih
baik. Hasil laboratorium tambahan termasuk asidosis metabolic dengan peningkatan anion gap
dan osmolar gap. Etilen glikol, paraldehid, dan salisilat juga dapat menyebabkan anion gap.
Penurunan serum bilirubin merupakan gambaran yang seragam dari keracunan methanol berat.
Toksisitas etilen glikol biasanya menyebabkan eksitasi susunan saraf pusat, peningkatan enzim-
enzim otot, dan hipokalsemia tetapi tidak ada gejala visual. Keracunan salisilat dapat segera
ditentukan dari kadar salisilat dalam darah.2

Pengobatan pertama untuk keracunan methanol, seperti pada keadaan kritis keracunan,
ialah untuk menyelenggarakan pernafasan, dengan melakukan trakeotomi bila perlu. Muntah
dapat dibuat pada pasien yang tidak koma, tidak mengalami kejang, dan tidak kehilangan reflex

5
muntah. Bila salah satu dari kontraindikasi ini ada, maka harus dilakukan intubasi endotrakeal
dan bilasan lambung dengan selang berdiameter besar setelah saluran nafas terlindungi.2

Ada tiga cara yang spesifik untuk keracunan methanol berat; penekanan metabolism oleh
alcohol dehidrogenase untuk pembentukan produk-produk toksiknya, dialysis untuk
meningkatkan bersihan methanol dan produk toksiknya, serta alkalinasi untuk menetralkan
asidosis metabolic.2

Karena etanol berkompetisi untuk alcohol dehidrogenase, yang bertanggung jawab untuk
memetabolisme methanol menjadi asam format, perlu untuk menjenuhkan enzim ini dengan
etanol yang kurang toksik. Metabolism etanol yang dicirikan tergantung pada dosis dan
variabilitas yang disebabkan oleh asupan etanol kronis memerlukan pemantauan yang berulang-
ulang untuk meyakinkan konsentrasi yang alcohol yang tepat. Etanol diberikan secara intravena
sebagai larutan 10%. 4-Metilpirazol, suatu penghambat alcohol dehidrogenase yang kuat, dapat
berguna sebagai penunjang dalam keracunan methanol bila tersedia penuh untuk digunakan
manusia. Akhir-akhir ini, obat ini tergolong sebagai orphan drug.2

Dengan dimulainya prosedur dialysis, maka etanol akan hilang dalam dialisat. Dialysis
direkomendasikan untuk pasien yang mengalami gangguan penglihatan, kadar methanol dalam
darah 50 mg % atau lebih, menelan lebih dari 60 ml methanol dan asidosis berat yang tidak dapat
dikoreksi dengan bikarbonat.2,3

Alkalinisasi adalah terapi yang paling lama dipakai bertujuan untuk mengatasi asidosis
dan diperlukan dosis yang sangat besar dari sodium bikarbonat. Karena sistem-sistem yang
bergantung pada folat bertanggung jawab dalam oksidasi pembentukan asam format menjadi
CO2 pada manusia, maka mungkin berguna untuk memberikan asam folat kepada pasien-pasien
yang keracunan methanol, meskipun belum pernah diuji secara lengkap dalam uji klinik.2,6

6
2.4 Penampakan Postmortem

Pada keracunan methanol dapat terjadi perubahan akut sekunder akibat hipoksia/iskemia pada
substansia grisea berupa edema serebri dan injuri neuronal akut. Pada seseorang yang mengalami
keracunan metil alcohol selama beberapa hari atau beberapa minggu akan menunjukkan pole
kerusakan otak yang khas yaitu nekrosis putamen bilateral, terutama mengenai bagian lateral dari
nuclei. Pada beberapa kasus dapat juga ditemukan nekrosis hemoragik yang melibatkan centrum
semiovale, khususnya bagian subkortikal. Selain itu dapat juga terjadi kerusakan pada substansia
alba dan putamen.7

Penampakan klasik dari perdarahan dan nekrosis putamen akut adalah khas pada
keracunan methanol.perdarahan yang banyak sampai meluas ke system ventrikel berkorelasi
dengan heparinisasi sistemik selama dialysis. Jika pasien dapat bertahan selama fase akut dari
penyakit ini akan terjadi resorpsi jaringan putamen yang mengalami infark selama perdarahan
menjadi suatu rongga kistik di dalam nuclei dari putamen, beberapa dari pasien ini dapat
mengalami sindrom Parkinson.7

Kelainan lain yang mungkin terjadi pada keracunan methanol adalah nekrosis dan
perdarahan pada substansia alba. Lesi pada substansia alba ini kurang spesifik pada keracunan
methanol. Penampakan postmortem pada keracunan methanol yang kronis yaitu perubahan
morfologik otak yang menyeluruh yaitu atropi kortikal dan subkortikal. Lobus frontal adalah
bagian otak yang paling peka, disini akan terjadi kerusakan dan penyusutan bagian otak tersebut,
gejala yang timbul yaitu berupa gangguan eksekutif seperti kemampuan untuk merencanakan
dan menyelesaikan masalah.7

2.5 Penampakan Patologi

7
Pada keracunan methanol akan tampak hiperemi dan inflamasi dengan bercak-bercak perdarahan
pada lambung dan duodenum. Pada paru-paru akan tampak kongesti dan odema. Pada otak dan
meningen akan terjadi kongesti. Pada mukosa kantung kemih terjadi kongesti, dan pada ginjal
menunjukkan adanya degenerasi tubular. Pada jantung terjadi degenerasi vacuolar pada sel-sel
jantung.1

Temuan patologis yang mencirikan adanya suatu intoksikasi methanol adalah neuropati
optic dan nekrosis putamen bilateral dengan atau tanpa nekrosis. Lesi pada mata meliputi
destruksi dari sel-sel ganglion retina, edema . Nekrosis pada putamen dapat dilihat pada pasien
yang dapat bertahan lebih dari 24 jam. Daerah nekrosis juga dapat dilihat pada substansia alba
pada pasien yang bertahan lebih dari beberapa hari. Nekrosis putamen bilateral atau perdarahan
dapat diidentifikasi dengan CT atau MR.8

Gambar 2 CT scan pada hari ke lima menunjukkan adanya perdarahan pada putamen.9

8
Gambar 3 CT Scan Pre –(A) dan Post kontras (B) pada hari ke 24 menunjukkan
Hilangnya volume putamen secara bilateral dan adanya lesi putamen dan subkortikal.9

Gambar 4 fotografi fundus 2 bulan setelah


intoksikasi methanol memperlihatkan atropi optic
dengan cakram optic yang terlihat glaucomatous dan
penyempitan lingkaran neuroretina dengan 0,9 cup
pada (a) mata kanan, dan 0,7 cup pada (b) mata
kiri.10

2.6 Diagnosis

9
2.6.1 Pemeriksaan lab

Pemeriksaan lab pada ginjal didapatkan rendahnya kadar bikarbonat serum karena terjadi
asidosis metabolic. Peningkatan anion gap disebabkan karena peningkatan kadar laktat dan
keton, hal ini dapat terjadi kemungkinan karena akumulasi asam format. Dapat juga terjadi
peningkatan osmolar gap, hal ini bukan merupakan temuan yang spesifik karena menunjukkan
adanya suatu larutan dengan berat molekul rendah seperti etanol, alcohol lain, mannitol, glisin,
lemak atau protein. Diagnosis definitive dari keracunan methanol dapat dilihat dari peningkatan
kadar methanol serum yang dapat diukur dengan gas chromathography namun hal ini tidak
berkorelasi dengan tingkat keracunan dan merupakan indicator yang baik untuk prognosis.5

2.6.2 Imaging

CT scan dapat menunjukkan perubahan karakteristik dari nekrosis putamen bilateral dengan
derajat perdarahan yang bervariasi. Namun lebih sering hasil CT scan normal. MRI adalah
metode imaging yang lebih sensitive dalam mendiagnosa keracunan methanol. Pada keracunan
methanol yang baru berlangsung selama empat minggu, MRI telah dapat menunjukkan adanya
perubahan pada putamen dan juga lesi yang berwarna putih pada lobus frontal atau oksipital.
MRI dapat digunakan untuk membedakan keracunan methanol dengan kondisi lain seperti
hipoglikemik dan keracunan karbonmonoksida.5

Temuan patologis paling karakteristik setelah keracunan methanol adalah adanya daerah
nekrosis pada putamen, dimana juga terdapat perdarahan dengan derajat yang bervariasi.
Gambaran ini bisa terlihat pada pasien yang bertahan setelah 24 jam, nekrosis juga dapat terlihat
pada substansia alba pada pasien yang bertahan lebih dari beberapa hari.8

Kesimpulan

Keracunan methanol adalah suatu keracunan yang menimbulkan kegawatan medis yang akut,
dan sering terjadi di negara kita yang dapat menyebabkan morbiditas dan bahkan kematian.
Methanol mempengaruhi berbagai system organ di dalam tubuh. Methanol dapat diabsorpsi ke
dalam kulit, saluran pernafasan atau pencernaan dan didistribusikan ke dalam cairan tubuh.

10
Mekanisme utama methanol di dalam tubuh manusia adalah dengan oksidasi menjadi
formaldehid, asam format dan co2

Methanol mempengaruhi berbagai system organ di dalam tubuh. Gejala awal berupa
depresi system saraf pusat seperti sakit kepala, pusing, mual, koordinasi terganggu, kebingungan
dan pada dosis yang tinggi tidak sadarkan diri dan kematian. Gejala lebih lanjut berupa gangguan
penglihatan, asidosis sampai dapat terjadi pernafasan dangkal, sianosis, takipneu, koma, kejang,
gangguan elektrolit dan perubahan hemodinamik yang bervariasi termasuk hipertensi dan cardiac
arrest.

Ada tiga cara yang spesifik untuk keracunan methanol berat; penekanan metabolism oleh
alcohol dehidrogenase untuk pembentukan produk-produk toksiknya, dialysis untuk
meningkatkan bersihan methanol dan produk toksiknya, serta alkalinasi untuk menetralkan
asidosis metabolic

Pada keracunan methanol dapat terjadi perubahan akut sekunder akibat hipoksia/iskemia
pada substansia grisea berupa edema serebri dan injuri neuronal akut. Pada seseorang yang
mengalami keracunan metil alcohol selama beberapa hari atau beberapa minggu akan
menunjukkan pole kerusakan otak yang khas yaitu nekrosis putamen bilateral, terutama
mengenai bagian lateral dari nuclei. Pada beberapa kasus dapat juga ditemukan nekrosis
hemoragik yang melibatkan centrum semiovale, khususnya bagian subkortikal. Selain itu dapat
juga terjadi kerusakan pada substansia alba dan putamen

Daftar Pustaka

1. Modi’s.Medical Jurisprudence and Toxicology. In:Alcohol Intoxication 18th edition


2. Bertram G Katzung (1998), Alkohol. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi VI, EGC,
PP.369-379
3. “Methanol Poisoning Overview”.Available: http://www.antizol.com/mpoisono.htm
(accesed:2008, jan 18)
4. “Methanol”. Available : http//www.wikipedia.com/ (accesed:2008, jan 3)

11
5. “Methanol Intoxication” Available: http://www.emedicine.com/NEURO/topic217htm
(accesed: 2008, jan 3)
6. “Methyl Alcohol Poisoning”. Available : http://www.jpgmonline.com/article.asp?
issn=0022-
3859;year=1984;volume=30;issue=2;spage=69;epage=74;aulast=Ravichandran (accesed:
2008 jan 18)
7. “Final Diagnosis-Methanol Poisoning”
Available:http://path.upmc.edu/divisions/neuropath/bpath/cases/case53/dx.html
8. “Methanol Intoxication with Putaminal and White Matter Necrosis: MR and CT
findings”. Available: http://www.ajnr.org/cgi/reprint/16/7/1492.pdf (accesed:2008 jan 18)
9. “CT and MR Imaging Findings in Methanol Intoxication”. Available:
http://www.ajnr.org/cgi/reprint/27/2/452.pdf (accesed:2008jan 23)
10. “Ocular manifestasions and MRI findings in a case of methanol poisoning”. Available:
http://www.nature.com/eye/journal/v19/n7/fig_tab/6701641f2.html?
url=/eye/journal/v19/n7/full/6701641a.html#figure-title (accesed:2008jan 23)

12

You might also like