Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.4.
Beberapa studi telah melaporkan bahwa perkawinan di usia muda (<20 tahun)
yang disusul dengan kehamilan akan berdampak negative terhadap kesehatan ibu dan
janin yang sedang dikandungnya. Salah satunya adalah meningkatkan resiko
kelahiran BBLR.
Pada umumnya bayi dengan BBLR dari wanita yang berusia muda biasanya
disertai dengan kelainan bawaan dan cacat fisik, epilepsy, retardasi mental, kebutaan
dan ketulian. Bila bayi bertahan hidup akan menimbulkan masalah yang besar dan
mengalami gangguan pertumbuhan.
2.
BBLR. Hal ini mungkin disebabkan ibu dengan berat badan (BB) rendah memiliki
usia kehamilan yang lebih muda dibandingkan ibu dengan BB cukup. Ibu dengan BB
rendah sebelum masa kehamilannya ternyata mempunyai kemungkinan yang lebih
besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan ibu yang mempunyai BB
cukup pada masa sebelum kehamilannya. Ibu dengan BB kurang (<45 kg) atau turun
sampai 10 kg atau lebih selama kehamilan, mempunyai resiko terjadinya BBLR
(Sulaiman, 1998)
6. Jarak Kelahiran
Jarak kelahiran dapat menyebabkan hasil kehamilan yang kurang baik. Jarak
dua kehamilan yang terlalu pendek akan mempengaruhi daya tahan dan gizi ibu
selanjutnya akan mempengaruhi reproduksi (Wibowo, 1992).
Dari hasil penelitian Prayoga (1994) di Surabaya didapatkan angka kejadian
BBLR pada ibu dengan jarak kehamilan 12-23 bulan sebesar 2,2%, pada jarak
kehamilan 24-59 bulan sebesar 1,5% dan pada jarak 60-98 bulan sebesar 2,3%. Dari
angka tersebut dapat dikatakan bahwa kejadian BBLR pada ibu dengan jarak
kehamilan <2 tahun dan >4 tahun adalah 1,5 kali lebih kecil dibandingkan ibu dengan
jarak kehamilan 2-4 tahun.
7. Kadar Hb Ibu Menjelang Persalinan
Kadar Hb menjelang persalinan digunakan sebagai indikator untuk
menentukan adanya anemia seorang ibu hamil. Anemia saat ibu hamil dapat berakibat
buruk pada ibu dan janin. Apabila ibu hamil menderita anemia akan menyebabkan
resiko kelahiran bayi premature, BBLR dan perdarahan sebelum dan saat melahirkan.
Hasil pemeriksaan Hb dapat digolongkan dalam (Soetjoenoes, 1999):
-
Hb 11 gr/dl
: tidak anemia
Hb 9-10 gr/dl
: anemia ringan
Hb 7-8 gr/dl
: anemia sedang
Hb <7 gr/dl
: anemia berat
8. Umur Kehamilan
Umur kehamilan adalah jumlah minggu lengkap dari haid pertama mensturasi
terakhir sampai anak lahir. WHO (1997) membagi umur kehamilan dalam tiga
kelompok, yaitu :
1. Pre-term : < 37 minggu (< 259 hari)
2. Term : 37 minggu sampai dengan < 42 minggu (259-293 hari)
3. Post-term : 42 minggu
Menurut Manuaba (1998), menyatakan bahwa berat badan bayi bertambah
sesuai dengan usia kehamilannya. Faktor umur kehamilan mempengaruhi kejadian
BBLR, karena semakin pendek umur kelahiran semakin kurang sempurna
pertumbuhan alat-alat tubuhnya, sehingga turut mempengaruhi berat badan waktu
lahir.
2.4.3. Pencegahan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Untuk menurunkan angka kejadian BBLR pemerintah telah melakukan
berbagai upaya pencegahan. Upaya untuk menurunkan angka kejadian BBLR ini
akan lebih efisien apabila bumil yang mempunyai resiko melahirkan bayi dengan
BBLR dapat dideteksi sedini mungkin. Pemantauan ibu hamil adalah salah satu upaya
untuk mendeteksi 12remat resiko terjadinya BBLR. Pemantauan ini merupakan
tindakan mengikuti perkembangan ibu dan janin, meningkatkan kesehatan optimim
dan diakhiri dengan kelahiran bayi yang sehat (Wiknjosastro, 1997).
2.5.
Intra uterine fetal Death (IUFD) sering dijumpai, baik pada kehamilan di bawah 20
minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu.
Sebelum kehamilan 20 minggu ; kematian janin dapat terjadi dan biasanya
berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan
tetap tinggal dalam rahim disebut dengan missed abortion.
Sesudah 20 minggu ; biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak
kehamilan 20 minggu dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin
dapat disangka terjadi kematian janin dalam rahim (Anonim, 2010).
2.5.2. Tanda-Tanda Kematian Janin dalam Kandungan
Tanda-tanda kematian janin dalam kandungan adalah sebagai berikut
(Anonim, 2010) :
a) Bunyi /denyut jantung tidak terdengar lagi
Dalam keadaan normal, frekuensi denyut jantung janin berkisar antara 120 /menit
s/d 160 /menit. Apabila terjadi kematian janin maka tidak terdengar adanya
denyut jantung melalui pemeriksaan.
b) Rahim tidak membesar, fundus uteri menurun
Apabila janin telah lama mati (dalam beberapa minggu), dengan pemeriksaan
yang teliti biasanya dapat ditunjukkan bahwa besar uterus tidak sesuai dengan
perkiraan umur kehamilannya, bahkan uterus menjadi lebih kecil dibandingkan
dengan pemeriksaan sebelumnya.
c) Pergerakan janin tidak teraba lagi oleh pemeriksa
d) Palpasi janin menjadi tidak jelas
Janin yang sehat dan hidup dapat dirasakan melalui palpasi. Apabila janin mati
maka palpasi menjadi tidak jelas.
e) Reaksi kehamilan menjadi negative setelah anak mati
f) Pada foto rontgen dapat dilihat :
1. Tulang-tulang tengkorak saling menutupi (tanda spalding)
Terjadinya perimpitan (overlap) yang jelas antara tulang-tulang tengkorak
akibat perlunakan otak, yang memerlukan waktu beberapa hari.
2. Tulang punggung janin sangat melengkung (tanda naujokes)
Timbulnya lengkungan ini sangat tergantung pada tingkat maserasi ligament
pada tulang belakang.
3. Ada gelembung-gelembung gas pada badan janin
Timbulnya gas dalam tubuh janin merupakan sesuatu yang tidak biasa, dan
merupakan tanda yang dapat dipercaya adanya kematian janin.
2.5.3. Faktor Resiko Kematian Janin dalam Kandungan
1. Umur
Umur seseorang sangat berpengaruh terhadap kehamilan. Ibu yang berumur
<20 tahun, rahim dan bagian tubuh lainnya belum siap untuk menerima kehamilan
dan cenderung kurang perhatian terhadap kehamilannya. Ibu yang berumur 20-35
tahun, rahim dan bagian tubuh lainnya sudah siap untuk menerima kehamilan dan
diharapkan mampu untuk lebih memperhatikan kehamilan karena lebih banyak
pengetahuan dan pengalaman terhadap kehamilan.
Ibu yang berumur >35 tahun, rahim dan bagian tubuh lainnya fungsinya
sudah mulai menurun dan kesehatan tubuh ibu tidak sebaik dan seoptimal pada usia
20-35 tahun (Winkjosastro, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian Umar (2001) di RS dr. Pirngadi Medan tahun
2001 diperoleh bahwa ibu yang berumut >35 tahun mempunyai resiko sebesar 17,716
kali lebih besar terhadap kematian perinatal dibanding ibu hamil dengan umur 20-34
tahun.
2. Paritas
Menurut Chapman (1999) paritas adalah jumlah kelahiran yang pernah
dialami ibu dengan mencapai viabilitas. Ditinjau dari tingkatannya paritas
dikelompokkan menjadi tiga antara lain:
1) Paritas rendah atau primipara
Paritas rendah meliputi nullipara (jumlah anak 0) dan primipara (jumlah anak 2)
2) Paritas sedang atau multipara
Paritas sedang atau multipara digolongkan pada hamil dan bersalin dua sampai
empat kali. Pada paritas sedang ini, sudah masuk kategori rawan terutama pada
kasus-kasus obstetric yang jelek, serta interval kehamilan yang terlalu dekat
kurang dari 2 tahun
3) Paritas tinggi
Kehamilan dan persalinan pada paritas tinggi atau grandemulti, adalah ibu hamil
dan melahirkan di atas 5 kali. Paritas tinggi merupakan paritas rawan oleh karena
paritas tinggi banyak kejadian-kejadian obstetri patologi yang bersumber pada
paritas tinggi, antara lain : plasenta praevia, perdarahan postpartum, dan lebih
memungkinkan lagi terjadinya atonia uteri. Pada paritas tinggi bisa terjadi pre
eklamsi ringan oleh karena paritas tinggi banyak terjadi pada ibu usia lebih 35
tahun
Sedangkan menurut Manuaba (1999) paritas adalah wanita yang pernah
melahirkan dan di bagi menjadi beberapa istilah :
1) Primipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak satu kali
2) Multipara yaitu wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup beberapa kali, di
mana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali
3) Grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari lima
kali.
Adapula sumber yang didapat dari wikipedia terdapat beberapa istilah tentang
paritas yaitu :
1) Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan satu kali atau
melahirkan untuk pertama kali
2) Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari satu kali
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian
maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal
(Winkjosastro, 2002).
Primipara dan gravida pada usia di atas 35 tahun merupakan kelompok risiko
tinggi untuk toksemia gravidarum. Kematian maternal akan meningkat tinggi jika
sudah menjadi eklamsi (Winkjosastro, 2002).
3. Riwayat Penyakit
Penyakit yang diderita ibu semasa kehamilannya sangat mempengaruhi
hasil akhir kehamilan, dimana dapat mengakibatkan kematian janin, keguguran
ataupun persalinan prematur (Behrman, 1994). Penyakit yang sering muncul selama
masa kehamilan antara lain :
a. Penyakit infeksi pada kehamilan
Hampir setiap infeksi yang dialami oleh ibu yang disertai oleh manifestasi
sistemik yang parah dapat mengakibatkan terjadinya keguguran, kematian janin
dalam kandungan atau persalinan prematur. Infeksi pada kehamilan dapat berupa ;
Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih dapat berupa sistitis dan lebih berat berbentuk
pielonefritis yang dapat menimbulkan keguguran atau lahir prematur. Pada
kondisi akut dapat menimbulkan keluhan-keluhan yang sangat mengganggu
ibu berupa demam, nyeri pinggang, menggigil, sakit di daerah supra simfisis,
disuria, dan sebagainya.
TORCH (Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simpleks)
TORCH merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Pada ibu hamil
dapat menyebabkan abortus, kematian janin dalam kandungan, lahir prematur,
dan cacat bawaan.
Toksoplasmosis disebabkan oleh parasit disebut Toxiplasma gondi, yang
hidup dan berkembang biak pada kucing. Tetapi parasit ini juga dapat hidup
pada manusia, burung, kambing dan hewan ternak lainnya. Bila seseorang
menual, persalinan dengan pendarahan post partum serta semua persalinan tidak
normal yang pernah dialami ibu juga merupakan resiko tinggi untuk terjadinya
kematian intrauterine (Manuaba,1999).
6. Pemerikasaan Kehamilan
Penurunan komplikasi kehamilan ke tingkat resiko yang rendah memiliki arti
yang sangat besar dalam upaya menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin
yang dikandungnya. Salah satu upaya untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas
ibu dan janin yaitu dengan melakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care).
Pemeriksaan kehamilan berupaya menetapkan kehamilan dengan resiko tinggi, yang
bertujuan untuk menurunkan komplikasi kehamilan, menentukan dan menetapakan
keadaan patologis sedini mungkin sehingga kondisi ibu dapat diperbaiki atau segera
dirujuk untuk mendapatkan pengawasan dan penanganan yang lebih intensif
(Manuaba,1999).
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksa kehamilan minimal 4 kali oleh
tenaga kesehatan. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1991
diperoleh 55% kelahiran (lahir hidup dan lahir mati) pernah diperiksa 4 kali atau lebih
selama dalam kandungan. Dari hasil SKDI 1997 diperoleh 89% kelahiran hidup tidak
pernah diperikasa kesehatannya ketika dalam kandungan (Budiarso,1999).
2.5.4. Pencegahan Kematian Janin dalam Kandungan
Kematian janin dalam kandungan dapat dicegah dengan berbagai upaya :
a. Memerikasakan kehamilan minimal 4 kali selama masa kehamilan yang
meliputi 5T yaitu : timbang badan, periksa tekanan darah, periksa tinggi
3. Amnioskopi
Pada kehamilan lanjut dapat dilakukan amnioskopi untuk dapat
melihat kutub bawah janin. Selain itu dapat dilihat juga cairan amnion.
Bila cairan amnion mengandung mekonium pada bayi dengan letak
kepala, hal ini merupakan suatu tanda gawat janin dan harus segera
diselamatkan.
4. Registrasi jantung bayi
Pencatatan jantung bayi secara terus menerus dapat memberikan
penilaian yang lebih tepat tentang keadaan janin daripada control
bunyi jantung dengan auskultasi.
d. Melakukan program KB
e. Pendayagunaan tenaga paramedis yang bukan bidan, pemanfaatan tenaga
kader dan dukun bayi terlatih dalam mobilisasi sasaran dan pelaksanaan
deteksi dini resiko tinggi oleh masyarakat beserta rujukannya (Anonim,
2010).
2.6.
Sosio Demografi
- Umur
- Tingkat pendidikan
- Jenis Pekerjaan ibu
Biomedis
-
Paritas
Umur kehamilan
Jarak kehamilan
Tekanan darah
Kadar Hb
Pola Makan
KJDK
BBLR
Antropometri
- LILA
: yang diteliti
: tidak diteliti
Keterangan :
BBLR dan KJDK dapat disebabkan oleh faktor sosio demografi (umur,
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan), faktor biomedis (paritas, umur kehamilan, jarak
kehamilan, tekanan darah, kadar Hb), dan faktor Antropometri (LILA) serta pola
makan ibu selama hamil, tetapi pada penelitian tidak melihat hubungan antara faktor
sosiodemografi, biomedis, antropometri terhadap BBLR dan KJDK, melainkan hanya
melihat secara univariat yang mengalami BBLR dan KJDK.