Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi
bisnis. Dalam pabrik (manufacturing), persediaan dapat terdiri dari : Persediaan bahan baku,
Bahan pembantu, Barang dalam proses (WIP), barang jadi dan persediaan suku cadang.
Dalam sebuah organisasi, seperti perusahaan yang bergerak dibidang produksi pangan yang
mempunyai hasil produksi utama berupa cokelat dengan merk dagang Cokelat Monggo
kebanyakan memiliki persediaan agar mampu memberikan pelayanan dan kualitas yang
terbaik pada pelanggan. Dalam sebuah perusahaan yang baik harus dapat mempertahankan
persediaan bahan baku, agar dapat melakukan proses produksi dengan lancar, serta yang
terpenting adalah dapat memenuhi permintaan konsumen.
Dalam manajemen persediaan terdapat tahap-tahap pokok persediaan yang terdapat
dalam suatu sistem produksi-distribusi dari bahan-bahan mentah dan pemesanan suplai
melalui proses produktif, yang tercapai puncaknya sehingga tersedia untuk digunakan. Dalam
sistem ini, mula-mula sekali haruslah kita mempunyai bahan baku dan suplai agar dapat
melaksanakan proses produksi.
Bila kita ingin dapat menghasilkan sesuatu dengan biaya yang paling sedikit dan
menurut jadwal yang dikehedaki, maka barang-barang dan suplai ini harus tersedia. Karena
itu kita harus mengadakan kebijakan-kebijakan yang menentukan kapan melengkapi
persediaan ini dan berapa banyak yang harus dipesan pada suatu waktu. Persoalan-persoalan
ini ada hubungannya dengan potongan harga dan karena perlu adanya jaminan agar
kelambatan-kelambatan dalam waktu suplai dan kenaikan sementara dari kebutuhankebutuhan tidak akan mengganggu operasi yang akan dilaksanakan.
Sebagai bagian dari proses konversi dalam sistem produksi terdapat persediaan dalam
proses, yang diubah menjadi persediaan barang jadi. Tingkat-tingkat persediaan barang jadi
tergantung kepada kebijakan yang digunakan untuk menentukan lot (kumpulan) produksi dan
penjangkaan waktunya serta wajib pemakaian yang ditetapkan oleh pesanan para distributor.
Bagi barang-barang dengan volume tinggi akan lebih tepat kebijakan yang berbeda-beda
untuk produksi dan perlengkapan persediaan dibanding barang-barang volume menengah
atau rendah. Keputusan-keputusan ukuran lot produksi dan penjangkaan waktu penting sekali
hubungannya dengan penggunaan personalia dan peralatan secara ekonomis dan mungkin
1
untuk produksi barang dengan volume tinggi secara kontinu. Sebaliknya, barang-barang
volume rendah hanya akan dihasilkan secara berkala dalam lot ekonomis.
Seharusnya dengan adanya kebijakan persediaan bahan baku yang diterapkan dalam
perusahaan, biaya persediaan tersebut dapat ditekan sekecil mungkin. Untuk meminimumkan
biaya persediaan tersebut dapat digunakan analisis Economic Order Quantity (EOQ). EOQ
adalah volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilakukan pada setiap kali
pembelian (Prawirosentono,2001:49). Metode EOQ berusaha mencapai tingkat persediaan
yang seminimum mungkin, biaya rendah dan mutu yang lebih baik. Perencanaan metode
EOQ dalam suatu perusahaaan akan mampu meminimalisasi terjadinya out of stock sehingga
tidak mengganggu proses dalam perusahaan dan mampu menghemat biaya persediaan yang
dikeluarkan oleh perusahaan karena adanya efisisensi persediaan bahan baku di dalam
perusahaan yang bersangkutan. Selain itu dengan adanya penerapan metode EOQ perusahaan
akan mampu mengurangi biaya penyimpanan, penghematan ruang, baik untuk ruangan
gudang dan ruangan kerja, menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari banyaknya
persediaan yang menumpuk sehingga mengurangi resiko yang dapat timbul karena
persediaan yang ada digudang seperti rusaknya bahan baku cokelat yang terlalu lama
menumpuk di gudang. Analisis EOQ ini dapat digunakan dengan mudah dan praktis untuk
merencanakan berapa kali suatu bahan dibeli dan dalam kuantitas berapa kali pembelian.
CV. Anugerah Mulia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang produksi cokelat,
yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Cokelat Monggo. Bahan baku yang digunakan
dalam proses produksi Cokelat Monggo ini adalah Cokelat dan dalam pelaksanaan proses
produksinya bahan baku tersebut selalu tersedia untuk kelancaran proses produksi. Oleh
sebab itu perlu dilaksanakan perencanaan dan pengendalian bahan baku yang lebih efisien,
maka dilakukan analisis dengan Metode EOQ sebagai salah satu pilihan sebagai
perbandingan antara kebijakan yang telah dilaksanakan. Sehingga perusahaan dapat memilih
kebijakan mana yang lebih efisien dalam hal pengeluaran biaya persediaan atau total biaya
persediaan. Dari asumsi di atas penulis meneliti penerapan metode EOQ pada manajemen
penyediaan bahan baku yang ada di perusahaan CV. Anugerah Mulia. Dan penulis
mendiskripsikan melalui karya tulis ini dengan mengambil judul : ANALISIS
MANAJEMEN PERSEDIAAN DENGAN METODE EOQ PADA OPTIMALISASI
PEMESANAN BAHAN BAKU COKELAT PADA CV. ANUGERAH MULIA
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Berapa kali frekuensi dalam satu periode pembelian bahan baku dilakukan,
bila perusahaan CV. Anugerah Mulia menetapkan metode Economic Order
Quantity (EOQ)?
2. Berapa total biaya persediaan bahan baku bila perusahaan menetapkan
kebijakan Economic Order Quantity (EOQ)?
3. Berapakah Safety Stock dan Re Order Point CV. Anugerah Mulia pada
perhitungan Metode EOQ?
4. Bagaimanakah total biaya persediaan bahan baku menggunakan kebijakan
perusahaan dibandingkan dengan menggunakan metode EOQ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis :
1. Frekuensi pembelian bahan baku dan jumlah kebutuhan bahan baku yang
optimal pada CV. Anugerah Mulia.
2. Total biaya persediaan CV. Anugerah Mulia.
3. Safety Stock (Persediaan Pengaman) dan Re Order Point (Titik Pemesanan
Kembali) CV. Anugerah Mulia pada perhitungan Metode EOQ
4. Perbandingan antara total biaya persediaan menggunakan kebijakan
perusahaan dengan kebijakan menggunakan metode EOQ
D. Manfaat Penelitian
Dari pelaksanaan pengerjaan tugas akhir diharapkan dapat dirasakan dan
dimanfaatkan oleh semua pihak, antara lain :
1. Manfaat bagi Mahasiswa
a. Memperoleh ilmu pengetahuan baik teori maupun praktek khususnya
dibidang analisis manajemen persediaan bahan baku.
b. Memperoleh kesempatan untuk menganalisis permasalahan persediaan
bahan baku di suatau perusahaan.
2. Manfaat bagi perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, terutama dalam
hal pengendalian persediaan bahan baku di perusahaan.
E. Metode Penelitian
a. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode studi kasus dengan metode
EOQ yang merupakan penerapan persediaan dari Prinsip manajemen
persediaan, yaitu mengambil suatu masalah kemudian menganalisisnya,
penelitian dilakukan pada CV. Anugerah Mulia.
b. Objek dan Lokasi Penelitian
3
Perhitungan dengan
Kebijakan Perusahaan
1. Persediaan bahan baku (raw materials). Bahan mentah dapat diperoleh dari
sumber-sumber alam atau dibeli dari para supplier dan atau dibuat sendiri oleh
perusahaan untuk digunakan dalam produksi selanjutnya.
2. Persediaan suku cadang (purchased/ components parts), yaitu persediaan barangbarang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh perusahaan lain, di
mana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3. Bahan pembantu (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam
proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4. Barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barang-barang yang
merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah
menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
5. Barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai
diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada
pelanggan (Hasnan dan Suad, 1993).
C. Tujuan Persediaan
Pada prinsipnya semua perusahaan melaksanakan proses produksi akan
menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kelangsungan proses produksi dalam
perusahaan tersebut. Beberapa hal yang menyangkut tujuan menyelenggarakan
persediaan bahan baku adalah:
1. Bahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan proses produksi perusahaan
tersebut tidak dapat dibeli atau didatangkan secara satu persatu dalam jumlah unit
yang diperlukan perusahaan serta pada saat barang tersebut akan dipergunakan
untuk proses produksi perusahaan tersebut. Bahan baku tersebut pada umumnya
akan dibeli dalam jumlah tertentu, dimana jumlah tertentu ini akan dipergunakan
untuk menunjang pelaksanaan proses produksi perusahaan yang bersangkutan
dalam beberapa waktu tertentu pula. Dengan keadaan semacam ini maka bahan
baku yang sudah dibeli oleh perusahaan namun belum dipergunakan untuk proses
produksi akan masuk sebagai persediaan bahan baku dalam perusahaan tersebut.
2. Apabila perusahaan tidak mempunyai persediaan bahan baku, sedangkan bahan
baku yang dipesan belum datang maka pelaksanaan proses produksi dalam
perusahaan tersebut akan terganggu. Ketiadaan bahan baku tersebut akan
mengakibatkan terhentinya pelaksanaan proses produksi pengadaan bahan baku
dengan cara tersebut akan membawa konsekuensi bertambah tingginya harga beli
bahan baku yang dipergunakan oleh perusahaan. Keadaan tersebut tentunya akan
membawa kerugian bagi perusahaan.
optimum, diperlukan kebijakan atas penetapan waktu untuk melakukan pemesanan dan
jumalah barang yang akan dipesan kembali.
Menurut Yamit (1998 : 217), terdapat tiga pendekatan atas kebijakan persediaan,
yaitu :
1. Pendekatan titik pemesanan kembali (reorder point approach).
2. Pendekatan tinjauan periodik (periodic review approach).
3. Material requipment planning approach (MRP)
Menurut Yamit (1998 : 219) biaya dalam keputusan persediaan terdapat lima
kategori, sebagai berikut :
a. Biaya pemesanan (ordering cost)
Adalah biaya yang dikaitkan dengan usaha untuk mendapatkan bahan baku atau
barang dari luar.
b. Biaya penyimpanan (carrying cost atau holding cost)
Adalah biaya yang memiliki komponen utama yaitu biaya modal, biaya simpan, dan
biaya resiko.
c. Biaya kekurangan persediaan (stock-out cost)
Adalah biaya yang terjadi apabila persediaan tidak tersedia di gudang ketika
dibutuhkan untuk produksi atau ketika langganan memintanya.
d. Biaya yang dikaitkan dengan kapasitas
Adalah biaya yang terjadi karena perubahan dalam kapasitas produksi.
e. Biaya bahan atau barang itu sendiri
Adalah harga yang harus dibayar atas item yang dibeli. Biaya ini akan dipengaruhi
oleh besarnya diskon yang diberikan oleh supplier.
G. Bahan Baku
1. Pengertian Bahan Baku
Menurut Nasution (2003 : 103) bahan baku, yaitu yang merupakan input dari
proses transformasi menjadi produk jadi. Cara membedakan apakah bahan baku
termasuk bahan penolong dengan mengadakan penelusuran terhadap elemen-elemen
atau bahan-bahan ke dalam produk jadi. Cara pengadaan bahan baku bisa diperoleh
dari sumber-sumber alam, petani atau membeli.
2. Arti Penting Bahan Baku
Perusahaan perlu mengadakan persediaan bahan baku, hal ini dikarenakan
bahan baku tidak bisa tersedia setiap saat. Menurut Ahyari (1992 : 150) perusahaan
akan menyelenggarakan persediaan bahan baku, hal ini disebabkan oleh :
a. Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi dalam perusahaan tidak dapat
didatangkan secara satu persatu sebesar jumlah yang tidak diperlukan serta pada
saat bahan tersebut dipergunakan.
b. Apabila bahan baku belum atau tidak ada sedangkan bahan baku yang dipesan
belum datang maka kegiatan produksi akan berhenti karena tidak ada bahan baku
untuk kegiatan proses produksi.
8
Dimana :
D =Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu
S =Biaya pemesanan (persiapan pesanan dan mesin) per pesanan
C =Biaya penyimpanan per unit per tahun
Model EOQ di atas dapat diterapkan bila anggapan-anggapan
berikut terpenuhi :
1. Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui.
2. Harga per unit adalah konstan.
3. Biaya penyimpanan per unit per tahun (C) adalah konstan.
4. Biaya pemesanan per pesanan (S) adalah konstan.
9
perusahaan
akan
menentukan
seberapa
jauh
penyimpangan
penyimpangan yang terjadi tersebut agar dapat ditolerir. Jika persediaan pengaman
terlalu banyak akan mengakibatkan perusahaan menaggung biaya penyimpanan terlalu
mahal. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat menentukan besarnya safety stock
secara tepat.
10
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Profil CV Anugerah Mulia Jogjakarta
Gambar 3.1
Logo Cokelat Monggo
Nama Perusahaan
Alamat
Produk
: Cokelat Monggo
12
Gambar 3.2
Struktur Organisasi CV Anugerah Mulia
Dalam suatu perusahaan penting adanya organisasi. Organisasi bagi
suatu perusahaan berfungsi untuk memudahkan seorang pemimpin dalam
mengawasi jalannya suatu perusahaan. Dengan pengaturan yang jelas dalam
pembagian tugasnya, maka tiap-tiap anggota organisasi tersebut akan
13
berfungsi sebagaimana mestinya, dan sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Struktur organisasi merupakan perwujudan yang menunjukkan
hubungan di antara fungsi - fungsi dalam suatu organisasi, serta wewenang
dan tanggung jawab setiap anggota organisasi yang menjalankan tugasnya
masing - masing. Dengan penempatan pembagian kerja yang tepat akan
mempengaruhi prestasi organisasi melalui ketergantungan pada individuindividu, sehingga akan mempertegas dan memperjelas tugas dari masingmasing anggota organisasi yang telah ditetapkan perusahaan. Dalam hal
struktur organisasi CV Anugerah Mulia Jogjakarta menggunakan struktur
organisasi fungsional, dimana struktur organisasi ini mengalokasikan tugas
dan tanggung jawab yang berkaitan sesuai fungsi karyawan (seperti
pemasaran, produksi, keuangan, desain). Organisasi ini didasarkan atas
fungsifungsi yang ada dalam organisasi tersebut, seperti fungsi produksi,
keuangan, personalia, administrasi, dan lain-lain. Dalam organisasi fungsional,
seorang karyawan tidak bertanggung jawab kepada satu atasan saja. Pimpinan
berwenang pada satuan-satuan organisasi dibawahnya untuk bidang pekerjaan
tertentu. Pimpinan berhak memerintah semua karyawan disemua bagian,
selama masih berhubungan dengan bidang kerjanya. Pada organisasi ini,
terdapat sejumlah spesialis fungsional yang mengawasi kegiatan masingmasing karyawan, sehingga berbagai unit staf mempunyai wewenang garis
atas orang yang sama. Dalam
organisasi fungsional juga dijumpai adanya kebaikan dan keburukannya.
Kebaikan organisasi fungsional adalah :
Pembagian tugas jelas
a. Spesialisasi karyawan dapat dikembangkan dan digunakan semaksimal
mungkin
b. Masing-masing fungsi dipegang oleh orang yang ahli dalam bidangnya,
sehingga dapat keserasian antara tugas dan kewajibannya
Kelebihan stuktur ini adalah sangat cocok bagi lingkungan yang stabil,
adanya pengembangan keahlian dari anggota di setiap fungsi, diperoleh
pemecahan masalah teknis yang berkualitas tinggi, memerlukan koordinasi
yang minimal dan jenjang karier yang jelas dalam fungsi.
Sedangkan kekurangannya adalah :
a. Tidak ada kesatuan perintah karena karyawan dapat menerima perintah
dari beberapa atasan yang sama-sama memiliki kekuasaan
14
b. Karyawan yang telah merasa ahli dalam bidangnya sulit bekerja sama,
karena
masing-masing
merasa
bidang
spesialisasinyalah
yang
terpenting
Kelemahan dari struktur ini adalah dapat menimbulkan terjadinya
kemacetan karena tugas yang berurutan diantara fungsi, spesialisasi
yang berlebihan pada fungsi tidak mendorong inovasi, timbulnya
konflik
mengenai
prioritas
produk
dan
tidak
mendorong
15
Gambar 3.3
Produk Cokelat Monggo
Cokelat yang banyak dikenal umumnya cokelat batangan yang memiliki
berbagai rasa, seperti praline (krim kacang mete), caramel, dan jahe. selain itu juga
ada cokelat ukuran 100 gram berbentuk kotak yang bisa untuk oleh-oleh.
C. Proses Produksi
Cokelat bar yang diproduksi per piece nya 40 gram berisi aneka rasa
seperti orange
peel (manisan
kulit
jeruk), cashew
nuts (kacang
mete),
durian, caramello (krim caramel), praline, strawberry dan lainnya. Isian pada cokelat ini
diproduksi sendiri oleh para pekerja Cokelat Monggo. Mulai dari mengupas kulit jeruk
dan memisahkannya dari buah hingga menjadikannya manisan kulit jeruk yang segar.
Proses produksi pembuatan Cokelat Monggo dimulai dari biji kakao.
Proses produksi Cokelat Monggo dimulai dari :
1. Pohon dan Biji Kakao
Biji kakao berasal dari pohon kakao. Pohon kakao biasanya hidup pada
iklim tropis, berudara panas dan hujan. Oleh karena itu, pertanian kakao
sebaiknya berada di daerah yang tidak lebih dari 20 derajat di utara atau
selatan katulistiwa. Awalnya pohon tersebut hanya tumbuh di daerah Amerika
Tengah dan Selatan selanjutnya menyebar ke daerah Afrika dan Asia.
Pada tahun 1778 orang - orang Belanda membawa biji kakao dari
Filipina ke Jakarta. Mereka membangun sebuah fasilitas perkebunan yang
pada masa mendatang akan menjadi pusat produksi yang besar.Walaupun
buah kakao dapat di petik sepanjang tahun tetapi biasanya panen buah kakao
terbesar berada di musim tertentu.Terdapat tiga jenis pohon kakao yaitu,
Criollo, Forastero dan Trinitario.
Mengambil buah kakao yang akan dipanen bukanlah hal yang mudah.
Pohon kakao tidak begitu kuat dan akarnya lunak sehingga tidak mudah untuk
memanjat dan memanen buah kakao tersebut. Buah buah kakao tersebut
dipetik dan dimasukkan ke dalam keranjang dan dikumpulkan di pinggir
ladang lalu buah kakao tersebut dikupas. Antara 20 sampai 50 biji kakao
berwarna krem dapat dihasilkan dari satu buah kakao. Karena adanya tekanan
16
udara yang berbeda maka biji kakao berwarna krem dapat berubah warna
menjadi lavender atau ungu.
2. Fermentasi dan Pengeringan
Biji kakao basah diletakkan di dalam keranjang dan ditutup daun
pisang. Di sekeliling biji kakao terdapat lapisan yang mulai memanas dan
menfermentasi. Proses ini dilakukan untuk menghilangkan rasa pahit dan
memperkuat rasa cokelat itu sendiri. Hasilnya adalah biji kakao tersebut
menjadi padat dan berwarna cokelat serta siap untuk dikeringkan, biasanya
dijemur di luar.
Dengan cuaca yang sesuai, biasanya pengeringan biji kakao dapat
dilakukan dalam beberapa hari. Selama proses pengeringan, biji kakao akan
kehilangan kelembabannya yang berukuran lebih dari setengah berat biji
basah. Petani terus membalik balik biji kakao tersebut serta memisahkan
serpihan serpihan biji kakao. Biji kakao dari satu buah kakao standar yang
sudah dikeringkan apabila ditimbang beratnya tidak lebih dari 55 g, dan
biasanya dibutuhkan 400 buah kakao untuk membuat 450g cokelat. Biji kakao
kering yang sudah siap untuk dikirimkan dalam karung mempunyai berat 60
sampai 90 kg..
3. Pemanggangan dan Pengilinggan
Setelah kualitas biji kakao diteliti oleh pembeli maka tiba saatnya
untuk mengolah biji kakao tersebut. Langkah pertama dari pengolahan adalah
pembersihan. Hal ini dilakukan dengan memasukkan biji kakao tersebut
kedalam mesin pembersih yang akan memisahkan sisa daging dan kulit buah
kakao. Ketika biji tersebut sudah dibersihkan secara keseluruhan, maka biji
kakao tersebut ditimbang dan dihaluskan sesuai dengan ukuran dan standar
dari perusahaan.Untuk mendapatkan cita rasa yang kuat dari biji kakao
tersebut, maka buah cokelat tersebut di panggang di dalam sebuah tabung
silinder yang besar dan berputar. Proses ini dapat berlangsung selama 30 menit
sampai 2 jam tergantung dari keinginan pembeli. Setelah pemanggangan maka
biji kakao tersebut didinginkan dan dikupas kulit luarnya yang gosong akibat
proses pemanggangan tadi.
4. Cokelat Yang Dapat di Makan
Pada saat bubuk cokelat di buat maka lemak nabati dari biji kakao
bernama mentega kakao akan dihilangkan, sedangkan untuk membuat cokelat
yang dapat dimakan maka lemak nabati tadi justru ditambahkan dalam
pembuatannya. Cokelat batangan berkualitas tinggi memadarkan minimal 25%
17
mentega kakao dari berat cokelat. Dengan adanya mentega kakao tersebut,
cokelat akan lebih bercita rasa dan akan lebih lunak. Campuran kakao massa,
mentega kakao, gula dan perasa ini kemudian akan memasuki proses
conching, proses ini menciptakan pasta cokelat yang halus. Proses ini
berlangsung selama yang diinginkan, biasanya selama beberapa jam sampai
dengan 5 hari. Setelah proses penghalusan, campuran cokelat tersebut melalui
proses pengaturan suhu dengan proses dipanaskan, di dinginkan, dan
dipanaskan kembali (tempering process). Akhirnya campuran cokelat tersebut
dimasukan ke dalam cetakan dan dibentuk sesuai keinginan. Ketika cokelat
sudah di cetak, maka cokelat dimasukkan ke tempat pendinginan dengan suhu
yang stabil untuk menjaga cita rasa cokelat tersebut. Setelah itu, cokelat
dilepaskan dari cetakan dan dikemas yang kemudian dipasarkan pada
distributor dan konsumen.
Gambar 3.4
Proses Pembuatan Cokelat
Gambar 3.5
Sistem dan Mesin Pembuatan Cokelat
18
D. HASIL PENELITIAN
1. Pengadaan Bahan Baku
Produk Cokelat Monggo yang diproduksi CV Anugerah Mulia
menggunakan bahan baku cokelat bubuk, cocoa butter, gula, dan susu. Pada
penelitian ini penulis hanya akan menggunakan cokelat bubuk sebagai objek
penelitian. Data yang diperoleh dari perusahaan tersebut tentang kebutuhan
bahan baku tahun 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
No
Bulan Pembelian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah
Tabel 3.1
Kebuutuhan Bubuk Cokelat tahun 2013
Berdasarkan tabel 3.1 terlihat bahwa menjelang akhir tahun terjadi
peningkatan pembelian bahan baku. Hal ini disebabkan karena pada bulan
Oktober hingga Februari mendekati akhir tahun dan banyak terdapat hari raya
dan pada bulan Januari-Februari mendekati hari valentine. Dengan
meningkatnya banyak permintaan memberikan efek positif pada peningkatan
order perusahaan.
2100
2500
1500
2250
2500
2000 1850
1750 1800
12
10
11
10
11
12
19
Grafik 3.1
Kebuutuhan Bubuk Cokelat tahun 2013
2. Perhitungan Total Inventory Cost (TIC) Perusahaan dan EOQ
a. Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan (ordering cost) adalah biaya yang dikaitkan dengan
usaha untuk bahan baku atau barang dari luar.
No
Jenis Biaya
1
Biaya Telepon
2
Biaya Pengiriman
Jumlah
Jumlah
500.000
12.000.000
12.500.000
Tabel 3.2
Rincian Biaya Pemesanan CV Anugerah Mulia
b. Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan (carrying cost atau holding cost) adalah biaya
yang
memiliki
komponen
utama
yaitu
biaya
modal,
biaya
Jenis Biaya
Jumlah Biaya
Biaya Pemeliharaan Barang
3.600.000
Biaya Tenaga Kerja di Gudang 9.600.000
Biaya Kerusakan bahan baku
10.000.000
Jumlah
23.200.000
Tabel 3.3
Rincian Biaya Penyimpanan CV Anugerah Mulia
12.500 .000
6
= Rp 2.083.333
Biaya Penyimpanan persatuan bahan baku (H)
23.200 .000
24.300 kg
= Rp 955/ kilogram
d. Kebijakan Perusahaan
20
24.300
6
= 4.050 kilogram
Berdasarkan perhitungan di atas maka jumlah pembelian bahan baku
pada CV Anugerah Mulia dalam sekali pemesanan sebesar 4.050
kilogram.
Total Biaya Persediaan
Agar dapat menghitung biaya persediaan yang diperlukan oleh
perusahaan maka diketahui :
- Total kebutuhan bahan baku (D)
= 24.300 kilogram
- Pembelian rata-rata bahan baku (Q) = 4.050 kilogram
- Biaya pemesanan sekali pesan (S) = Rp 2.083.333
- Biaya penyimpanan per kilogram (H)
= Rp 955/
kilogram
Total Biaya Persediaan (TIC) adalah sebagai berikut :
TIC = [
=[
D
S
Q
Q
H]
2
24.300
4.050
Rp2.083 .333
[
Rp 955]
+
4.050
2
= Rp 12.500.000 + Rp 1.933.875
= Rp 14.433.875
Berdasarkan perhitungan di atas maka total biaya persediaan yang
harus ditanggung CV Anugerah Mulia adalah sebesar Rp 14.433.875
e. Metode EOQ
Hal-hal yang harus diperhitungkan dalam menggunakan metode EOQ
adalah sebagai berikut :
21
Q* =
2 DS
H
= 10.296 kilogram
Jumlah pembelian bahan baku yang ekonomis dengan menggunakan
metode EOQ adalah sebesar 10.296 kilogram.
F=
24300
10.296
22
TIC = [
=[
Q S
D
+
Q
H
2
24.300
10.296
x Rp 2.083.333
[
x Rp955 ]
+
10.296
2
= Rp 4.916.957 + Rp 4.916.340
= Rp 9.833.297,00
Total persediaan bahan baku CV Anugerah Mulia bila menggunakan
metode EOQ sebesar Rp Rp 9.833.297,00
3. Penentuan Persediaan Pengaman
Persediaan pengaman (safety stock), diperlukan di dalam suatu perusahaan
berguna untuk menunjang kelancaran proses produksi yang berlangsung,
untuk menhindari kekurangan bahan baku yang dapat mengakibatkan proses
terhenti dan karyawan tidak bekerja. Hal ini dapat meruggikan pihak
perusahaan. Perhitungan persediaan pengaman dapat menggunakan metode
statistik dengan membandingkan rata-rata bahan baku dengan pemakaian
bahan baku yang sesungguhnya kemudian dapat dicari penyimpangannya.
Perhitungan standar deviasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Bulan
Kebutuhan
bahan Baku (
X) dalam Kg
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
2.100
2.500
1.500
1.850
2.000
1.800
2.250
1.750
Septembe
r
Oktober
November
Desember
(X)
(X)2
2.025
2.025
2.025
2.025
2.025
2.025
2.025
2.025
75
475
-525
-175
-25
-225
225
-275
5.625
225.625
275.625
30.625
625
50.625
50.625
75.625
1.800
2.025
-225
50.625
2.000
2.250
2.025
2.025
-25
225
625
50.625
2.500
2.025
475
225.625
23
Jumlah
1.042.5
00
Tabel 3.4
Perhitungan Standar Deviasi
SD =
SD =
(X )2
n
1.042 .500
6
SD = 416,83
Dengan menggunakan perkiraan atau asumsi bahwa perusahaan memenuhi
permintaan sebanyak 95% dan persediaan cadangan 5% maka diperoleh Z
dengan tabel normal sebesar 1,65 deviasi standar dari rata-rata.
Safety Stock Z = Z x SD
= 1,65 x 416,83
= 687,77 kilogram
Jadi persediaan pengaman yang harus disediakan oleh perusahaan sebesar
687,77 kilogram.
4. Titik Pemesanan Kembali atau Reorder Point (ROP)
CV Anugerah Mulia memiliki waktu tunggu dalam menunggu bahan baku
selama 3 hari, atau bisa dikatakan lead time (L) 3 hari. Dan dengan rata-rata
jumlah hari kerja karyawan selama 300 hari dalam setahun. Perhitungan
tingkat penggunaan bahan baku per hari adalah :
D
D=
t
D=
24.300
300
= 81 kilogram
Maka titik pemesanan kembali (ROP) adalah sebagai berikut:
ROP = d x L
= 81 kilogram x 3
= 243 kilogram
Perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku pada tingkat jumlah
sebesar 243 kilogram.
E. Perbandingan Kebijakan Perusahaan dengan Metode EOQ
24
Dari hasil analisis di atas maka diperoleh perbandingan antara total biaya yang
dikeluarkan bila menggunakan kebijakan perusahaan dan kebijakan dengan
menggunakan metode EOQ.
No
1
2
3
4
5
Keterangan
Kebijakan
Perusahaan
Pembeliaan
rata-rata
4.050
bahan baku
Total biaya persediaan
Rp 14.433.875
Frekuensi pemesanan
6
Safety stock
Reorder Point
-
Metode EOQ
10.296 kg
Rp 9.833.297
2
687,77 kg
243 kg
Tabel 3.5
Perbandingan Kebijakan Perusahaan dengan Metode EOQ
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa biaya yang dikeluarkan perusahaan
sebesar Rp 14.433.875. Total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan bila
menggunakan metode EOQ adalah sebesar
bahan baku dengan memperhatikan biaya pemesanan dan penyimpanan. Selain itu
juga harus mempertimbangkan ROP (reorder point), yaitu tingkat dimana perusahaan
harus membeli kembali bahan baku. Dengan demikian biaya yang ditanggung
perusahaan dapat diminimalisasi.
26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Frekuensi pembelian bahan baku CV Anugerah Mulia bila menggunakan
metode EOQ adalah 2 kali pembeliam bahan baku dalam satu periode (1
tahun), sedangkan kebijakan perusahaan 6 kali dalam satu tahun.
2. Total biaya persediaan bahan baku perusahaan bila dihitung menurut EOQ
adalah sebesar Rp 9.833.297 , sedangkan kebijakan menurut perusahaan
sebesar Rp 14.433.875.
3. Penghematan biaya persediaan bila menggunakan metode EOQ adalah sebesar
Rp 4.600.578.
B. Saran
Berdasarkan simpulan diatas, saran yang dapat diberikan kepada perusahaan yang
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan adalah:
1. Perusahaan sebaiknya meninjau kembali kebijakan persediaan bahan baku
yang selama ini telah dilakukan perusahaan.
2. Perusahaan sebaiknya menggunakan metode EOQ yang telah terbukti
menghasilkan total biaya persediaan yang lebih efisien, menyediakan
persediaan pengaman yang jumlahnya sesuai dengan yang dihasilkan jika
menggunakan perhitungan metode EOQ, untuk mengantisipasi kekurangan
bahan baku cokelat agar proses produksi tidak terganggu, dan menerapkan
titik pemesanan kembali (re-order point) untuk menghindari keterlambatan
pemesanan bahan baku.
27