You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi
bisnis. Dalam pabrik (manufacturing), persediaan dapat terdiri dari : Persediaan bahan baku,
Bahan pembantu, Barang dalam proses (WIP), barang jadi dan persediaan suku cadang.
Dalam sebuah organisasi, seperti perusahaan yang bergerak dibidang produksi pangan yang
mempunyai hasil produksi utama berupa cokelat dengan merk dagang Cokelat Monggo
kebanyakan memiliki persediaan agar mampu memberikan pelayanan dan kualitas yang
terbaik pada pelanggan. Dalam sebuah perusahaan yang baik harus dapat mempertahankan
persediaan bahan baku, agar dapat melakukan proses produksi dengan lancar, serta yang
terpenting adalah dapat memenuhi permintaan konsumen.
Dalam manajemen persediaan terdapat tahap-tahap pokok persediaan yang terdapat
dalam suatu sistem produksi-distribusi dari bahan-bahan mentah dan pemesanan suplai
melalui proses produktif, yang tercapai puncaknya sehingga tersedia untuk digunakan. Dalam
sistem ini, mula-mula sekali haruslah kita mempunyai bahan baku dan suplai agar dapat
melaksanakan proses produksi.
Bila kita ingin dapat menghasilkan sesuatu dengan biaya yang paling sedikit dan
menurut jadwal yang dikehedaki, maka barang-barang dan suplai ini harus tersedia. Karena
itu kita harus mengadakan kebijakan-kebijakan yang menentukan kapan melengkapi
persediaan ini dan berapa banyak yang harus dipesan pada suatu waktu. Persoalan-persoalan
ini ada hubungannya dengan potongan harga dan karena perlu adanya jaminan agar
kelambatan-kelambatan dalam waktu suplai dan kenaikan sementara dari kebutuhankebutuhan tidak akan mengganggu operasi yang akan dilaksanakan.
Sebagai bagian dari proses konversi dalam sistem produksi terdapat persediaan dalam
proses, yang diubah menjadi persediaan barang jadi. Tingkat-tingkat persediaan barang jadi
tergantung kepada kebijakan yang digunakan untuk menentukan lot (kumpulan) produksi dan
penjangkaan waktunya serta wajib pemakaian yang ditetapkan oleh pesanan para distributor.
Bagi barang-barang dengan volume tinggi akan lebih tepat kebijakan yang berbeda-beda
untuk produksi dan perlengkapan persediaan dibanding barang-barang volume menengah
atau rendah. Keputusan-keputusan ukuran lot produksi dan penjangkaan waktu penting sekali
hubungannya dengan penggunaan personalia dan peralatan secara ekonomis dan mungkin
1

untuk produksi barang dengan volume tinggi secara kontinu. Sebaliknya, barang-barang
volume rendah hanya akan dihasilkan secara berkala dalam lot ekonomis.
Seharusnya dengan adanya kebijakan persediaan bahan baku yang diterapkan dalam
perusahaan, biaya persediaan tersebut dapat ditekan sekecil mungkin. Untuk meminimumkan
biaya persediaan tersebut dapat digunakan analisis Economic Order Quantity (EOQ). EOQ
adalah volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilakukan pada setiap kali
pembelian (Prawirosentono,2001:49). Metode EOQ berusaha mencapai tingkat persediaan
yang seminimum mungkin, biaya rendah dan mutu yang lebih baik. Perencanaan metode
EOQ dalam suatu perusahaaan akan mampu meminimalisasi terjadinya out of stock sehingga
tidak mengganggu proses dalam perusahaan dan mampu menghemat biaya persediaan yang
dikeluarkan oleh perusahaan karena adanya efisisensi persediaan bahan baku di dalam
perusahaan yang bersangkutan. Selain itu dengan adanya penerapan metode EOQ perusahaan
akan mampu mengurangi biaya penyimpanan, penghematan ruang, baik untuk ruangan
gudang dan ruangan kerja, menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari banyaknya
persediaan yang menumpuk sehingga mengurangi resiko yang dapat timbul karena
persediaan yang ada digudang seperti rusaknya bahan baku cokelat yang terlalu lama
menumpuk di gudang. Analisis EOQ ini dapat digunakan dengan mudah dan praktis untuk
merencanakan berapa kali suatu bahan dibeli dan dalam kuantitas berapa kali pembelian.
CV. Anugerah Mulia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang produksi cokelat,
yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Cokelat Monggo. Bahan baku yang digunakan
dalam proses produksi Cokelat Monggo ini adalah Cokelat dan dalam pelaksanaan proses
produksinya bahan baku tersebut selalu tersedia untuk kelancaran proses produksi. Oleh
sebab itu perlu dilaksanakan perencanaan dan pengendalian bahan baku yang lebih efisien,
maka dilakukan analisis dengan Metode EOQ sebagai salah satu pilihan sebagai
perbandingan antara kebijakan yang telah dilaksanakan. Sehingga perusahaan dapat memilih
kebijakan mana yang lebih efisien dalam hal pengeluaran biaya persediaan atau total biaya
persediaan. Dari asumsi di atas penulis meneliti penerapan metode EOQ pada manajemen
penyediaan bahan baku yang ada di perusahaan CV. Anugerah Mulia. Dan penulis
mendiskripsikan melalui karya tulis ini dengan mengambil judul : ANALISIS
MANAJEMEN PERSEDIAAN DENGAN METODE EOQ PADA OPTIMALISASI
PEMESANAN BAHAN BAKU COKELAT PADA CV. ANUGERAH MULIA

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Berapa kali frekuensi dalam satu periode pembelian bahan baku dilakukan,
bila perusahaan CV. Anugerah Mulia menetapkan metode Economic Order
Quantity (EOQ)?
2. Berapa total biaya persediaan bahan baku bila perusahaan menetapkan
kebijakan Economic Order Quantity (EOQ)?
3. Berapakah Safety Stock dan Re Order Point CV. Anugerah Mulia pada
perhitungan Metode EOQ?
4. Bagaimanakah total biaya persediaan bahan baku menggunakan kebijakan
perusahaan dibandingkan dengan menggunakan metode EOQ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis :
1. Frekuensi pembelian bahan baku dan jumlah kebutuhan bahan baku yang
optimal pada CV. Anugerah Mulia.
2. Total biaya persediaan CV. Anugerah Mulia.
3. Safety Stock (Persediaan Pengaman) dan Re Order Point (Titik Pemesanan
Kembali) CV. Anugerah Mulia pada perhitungan Metode EOQ
4. Perbandingan antara total biaya persediaan menggunakan kebijakan
perusahaan dengan kebijakan menggunakan metode EOQ
D. Manfaat Penelitian
Dari pelaksanaan pengerjaan tugas akhir diharapkan dapat dirasakan dan
dimanfaatkan oleh semua pihak, antara lain :
1. Manfaat bagi Mahasiswa
a. Memperoleh ilmu pengetahuan baik teori maupun praktek khususnya
dibidang analisis manajemen persediaan bahan baku.
b. Memperoleh kesempatan untuk menganalisis permasalahan persediaan
bahan baku di suatau perusahaan.
2. Manfaat bagi perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, terutama dalam
hal pengendalian persediaan bahan baku di perusahaan.
E. Metode Penelitian
a. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode studi kasus dengan metode
EOQ yang merupakan penerapan persediaan dari Prinsip manajemen
persediaan, yaitu mengambil suatu masalah kemudian menganalisisnya,
penelitian dilakukan pada CV. Anugerah Mulia.
b. Objek dan Lokasi Penelitian
3

Objek dan lokasi Penelitian dilakukan di CV. Anugerah Mulia yang


merupakan perusahaan yang memproduksi Cokelat Monggo. Perusahaan
berlokasi di Jl. Dalem KG III/978 RT 043, RW 10 Kelurahan Purbayan,
Kotagede Yogyakarta 55173.
c. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer bersumber dari hasil observasi dan wawancara dengan
tenaga kerja yang langsung terlibat dalam pelaksanaan pengendalian
persediaan, yaitu :
a) Persediaan bahan baku tahun 2013
b) Produksi barang tahun 2013
2. Data Sekunder
Data sekunder bersumber dari informasi perusahaan, yaitu :
a) Sejarah berdirinya CV. Anugerah Mulia.
b) Struktur Organisasi CV. Anugerah Mulia.
Penulis menggunakan metode pengumpulan data yaitu :
1) Interview atau wawancara yang merupakan bentuk komunikasi
verbal yang bertujuan untuk memperoleh informasi.
2) Metode Pembahasan Dokumentasi
Yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mencatat data yang diperoleh dari perusahaan.
3) Studi Pustaka
Yaitu dengan mempelajari buku, artikel lain yang membantu
memecahkan masalah yang mendasari penelitian.
F. Metode Analisis Data
Teknik analisis data ini berupa :
1. Analisis Deskriptif
Yaitu teknik dengan membuat deskripsi atau paparan secara sistematis dan akurat
yang berkaitan erat dengan persediaan bahan baku di CV. Anugerah Mulia.
2. Optimalisasi Keputusan
Yaitu teknik untuk melakukan sintesa suatu keputusan optimal dalam bidang
manajemen industri. Dengan beberapa alat pendukung yaitu penggunakan teknik
matematika dan operations research yang akan digunakan dalam pembuatan
keputusan optimal dalam suatu industri perusahaan.
G. Kerangka Pemikiran
Kebijakan Pembelian Bahan
Baku Perusahaan

Kebijakan Pembelian Bahan


Baku dengn metode EOQ

Biaya Pemesanan dan Biaya


Penyimpanan

Biaya Pemesanan dan Biaya


Penyimpanan

Perhitungan dengan
Kebijakan Perusahaan

Perhitungan dengan Metode 4


EOQ

Penentuan Safety Stock dan


Re Order point
Perbandingan Total Biaya Persediaan Antara
Kebijakan Perusahaan dengan EOQ
Pemilihan Kebijakan Persediaan Bahan Baku
Gambar 1.1
Kerangka Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi dan Fungsi Persediaan
Persediaan adalah sumber daya menganggur (idle resource) yang menunggu
proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah berupa
kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi
ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga (Nasution, 2003:103).
Adapun fungsi fungsi persediaan adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Decoupling
Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan
langganan tanpa tergantung supplier.
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan ini perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan atau potongan
pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya.
Dikarenakan perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar,
dibanding biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang,
investasi, resiko dan
sebagainya).
3. Fungsi Antisipasi
Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan
berdasarkan data masa lalu, yaitu permintaan musiman (seasional inventories)
(Rangkuti, 1989 : 89).
B. Jenis Persediaan
Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam
operasi bisnis. Dalam pabrik jenis-jenis persediaan dapat berupa :

1. Persediaan bahan baku (raw materials). Bahan mentah dapat diperoleh dari
sumber-sumber alam atau dibeli dari para supplier dan atau dibuat sendiri oleh
perusahaan untuk digunakan dalam produksi selanjutnya.
2. Persediaan suku cadang (purchased/ components parts), yaitu persediaan barangbarang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh perusahaan lain, di
mana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3. Bahan pembantu (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam
proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4. Barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barang-barang yang
merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah
menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
5. Barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai
diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada
pelanggan (Hasnan dan Suad, 1993).
C. Tujuan Persediaan
Pada prinsipnya semua perusahaan melaksanakan proses produksi akan
menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kelangsungan proses produksi dalam
perusahaan tersebut. Beberapa hal yang menyangkut tujuan menyelenggarakan
persediaan bahan baku adalah:
1. Bahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan proses produksi perusahaan
tersebut tidak dapat dibeli atau didatangkan secara satu persatu dalam jumlah unit
yang diperlukan perusahaan serta pada saat barang tersebut akan dipergunakan
untuk proses produksi perusahaan tersebut. Bahan baku tersebut pada umumnya
akan dibeli dalam jumlah tertentu, dimana jumlah tertentu ini akan dipergunakan
untuk menunjang pelaksanaan proses produksi perusahaan yang bersangkutan
dalam beberapa waktu tertentu pula. Dengan keadaan semacam ini maka bahan
baku yang sudah dibeli oleh perusahaan namun belum dipergunakan untuk proses
produksi akan masuk sebagai persediaan bahan baku dalam perusahaan tersebut.
2. Apabila perusahaan tidak mempunyai persediaan bahan baku, sedangkan bahan
baku yang dipesan belum datang maka pelaksanaan proses produksi dalam
perusahaan tersebut akan terganggu. Ketiadaan bahan baku tersebut akan
mengakibatkan terhentinya pelaksanaan proses produksi pengadaan bahan baku
dengan cara tersebut akan membawa konsekuensi bertambah tingginya harga beli
bahan baku yang dipergunakan oleh perusahaan. Keadaan tersebut tentunya akan
membawa kerugian bagi perusahaan.

3. Untuk menghindari kekurangan bahan baku tersebut, maka suatu perusahaan


dapat menyediakan bahan baku dalam jumlah yang banyak. Tetapi persediaan
bahan baku dalam jumlah besar tersebut akan mengakibatkan terjadinya biaya
persediaan bahan yang semakian besar pula. Besarnya biaya yang semakin besar
ini berarti akan mengurangi keuntungan perusahaan. Disamping itu, resiko
kerusakan bahan juga akan bertambah besar apabila persediaan bahan bakunya
besar (Ahyari, 2003 : 150).
D. Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan bahan baku merupakan suatu kegiatan untuk
menentukan tingkat dan komposisi daripada persediaan bahan baku dan barang hasil
produksi sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dengan efektif
dan efisien (Assauri, 1999 :176). Semakin tidak efisien pengendalian persediaan
semakin besar tingkat persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Oleh karena itu
perlu dipertimbangkan dua aspek yaitu keluwesan dan tingkat persediaan, dalam
pengendalian persediaan (Hasnan, 1993 : 159).
Pengendalian persediaan merupakan serangkaian kebijakan pengendalian untuk
menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pesanan untuk menambah
persediaan harus dilakukan dan berapa besar pesanan harus diadakan (Herjanto, 1999 :
219).
E. Tujuan Pengendalian Persediaan
Menurut Assauri (1999 : 177) pengawasan persediaan bahan baku bertujuan
untuk :
1. Menjaga agar jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan yang dapat
mengakibatkan terhentinya proses produksi.
2. Menjaga agar persediaan tidak berlebihan sehingga biaya yang ditimbulkan
tidak menjadi lebih besar pula.
3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena
mengakibatkan biaya pemesanan yang tinggi. Menurut Herjanto (1999 : 220)
pengendalian persediaan bertujuan untuk menentukan dan menjamin
tersedianya persediaan yang tepat dalam kuantitas dan waktu yang tepat.
F. Keputusan dalam Manajemen Persediaan
Sasaran akhir dari manajemen persediaan adalah untuk meminimumkan biaya
dalam perubahan tingkat persediaan. Untuk mempertahankan tingkat persediaan yang
7

optimum, diperlukan kebijakan atas penetapan waktu untuk melakukan pemesanan dan
jumalah barang yang akan dipesan kembali.
Menurut Yamit (1998 : 217), terdapat tiga pendekatan atas kebijakan persediaan,
yaitu :
1. Pendekatan titik pemesanan kembali (reorder point approach).
2. Pendekatan tinjauan periodik (periodic review approach).
3. Material requipment planning approach (MRP)
Menurut Yamit (1998 : 219) biaya dalam keputusan persediaan terdapat lima
kategori, sebagai berikut :
a. Biaya pemesanan (ordering cost)
Adalah biaya yang dikaitkan dengan usaha untuk mendapatkan bahan baku atau
barang dari luar.
b. Biaya penyimpanan (carrying cost atau holding cost)
Adalah biaya yang memiliki komponen utama yaitu biaya modal, biaya simpan, dan
biaya resiko.
c. Biaya kekurangan persediaan (stock-out cost)
Adalah biaya yang terjadi apabila persediaan tidak tersedia di gudang ketika
dibutuhkan untuk produksi atau ketika langganan memintanya.
d. Biaya yang dikaitkan dengan kapasitas
Adalah biaya yang terjadi karena perubahan dalam kapasitas produksi.
e. Biaya bahan atau barang itu sendiri
Adalah harga yang harus dibayar atas item yang dibeli. Biaya ini akan dipengaruhi
oleh besarnya diskon yang diberikan oleh supplier.
G. Bahan Baku
1. Pengertian Bahan Baku
Menurut Nasution (2003 : 103) bahan baku, yaitu yang merupakan input dari
proses transformasi menjadi produk jadi. Cara membedakan apakah bahan baku
termasuk bahan penolong dengan mengadakan penelusuran terhadap elemen-elemen
atau bahan-bahan ke dalam produk jadi. Cara pengadaan bahan baku bisa diperoleh
dari sumber-sumber alam, petani atau membeli.
2. Arti Penting Bahan Baku
Perusahaan perlu mengadakan persediaan bahan baku, hal ini dikarenakan
bahan baku tidak bisa tersedia setiap saat. Menurut Ahyari (1992 : 150) perusahaan
akan menyelenggarakan persediaan bahan baku, hal ini disebabkan oleh :
a. Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi dalam perusahaan tidak dapat
didatangkan secara satu persatu sebesar jumlah yang tidak diperlukan serta pada
saat bahan tersebut dipergunakan.
b. Apabila bahan baku belum atau tidak ada sedangkan bahan baku yang dipesan
belum datang maka kegiatan produksi akan berhenti karena tidak ada bahan baku
untuk kegiatan proses produksi.
8

c. Persediaan bahan baku yang terlalu besar kemungkinan tidak menguntungkan


perusahaan karena biaya penyimpanannya terlalu besar.
3. Faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku antara lain:
a. Perkiraan pemakaian bahan baku
b. Harga bahan baku
c. Biaya-biaya persediaan
d. Kebijaksanaan pembelanjaan
e. Pemakaian bahan baku
f. Waktu tunggu
g. Model pembelian bahan
H. Metode EOQ (Economic Order Quantity)
Metode Economic Order Quantity (EOQ), metode ini dapat digunakan baik untuk
barang-barang yang dibeli maupun yang diproduksi sendiri. Metode EOQ adalah nama
yang biasa digunakan untuk barang-barang yang dibeli, sedangkan ELS (economic lot
size) digunakan untuk barang-barang yang diproduksi secara internal. Perbedaan
pokoknya adalah bahwa, untuk ELS biaya pemesanan (ordering cost) meliputi biaya
penyiapan pesanan untuk dikirim ke pabrik dan biaya penyiapan mesin-mesin (setup
cost) yang diperlukan untuk mengerjakan pesanan. Metode EOQ digunakan untuk
menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung
penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan
(Handoko, 1999 : 113).
Asumsi dasar untuk menggunakan metode EOQ adalah :
1. Permintaan dapat ditentukan secara pasti dan konstan sehingga biaya stock out dan
yang berkaitan dengan kapasitasnya tidak ada.
2. Item yang dipesan independent dengan item yang lain.
3. Pemesan diterima dengan segera dan pasti.
4. Harga item yang konstan.

Rumus EOQ yang biasa digunakan adalah :


2 DS
EOQ =
C

Dimana :
D =Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu
S =Biaya pemesanan (persiapan pesanan dan mesin) per pesanan
C =Biaya penyimpanan per unit per tahun
Model EOQ di atas dapat diterapkan bila anggapan-anggapan
berikut terpenuhi :
1. Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui.
2. Harga per unit adalah konstan.
3. Biaya penyimpanan per unit per tahun (C) adalah konstan.
4. Biaya pemesanan per pesanan (S) adalah konstan.
9

5. Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima adalah konstan


6. Tidak terjadi kekurangan bahan atau back orders.
Total Annual Cost (TOC) atau biaya total adalah jumlah dari Total Carrying Cost
(TCC) atau biaya penyimpanan dan Total Ordering Cost (TOC) atau biaya pemesanan.
TCC di dapat dari asumsi bahwa separuh dari jumlah pemesanan yang akan disimpan
dan TOC adalah biaya pemesanan yang dikalikan dengan jumlah pemesanan tiap
tahunnya (T. Hani,1984 :126).
I. Titik Pemesanan Ulang (Re Order Point)
Apabila jangka waktu antara pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan ke
dalam perusahaan berubah-ubah, maka perlu ditentukan waktu tunggu yang optimal.
Pemilihan waktu tunggu yang optimal digunakan untuk menentukan pemesanan
kembali dari bahan baku perusahaan tersebut, agar resiko perusahaan dapat ditekan
seminimal mungkin.
Model persediaan sederhana menggunakan asumsi bahwa penerimaan sebuah
pesanan akan diterima dengan segera jika tingkat persediaan bahan di dalam
perusahaan dalam titik nol. Bagaimanapun waktu antara penempatan dan penerimaan
pesanan disebut dengan waktu tunggu (lead time).
Dalam penentuan waktu tunggu dikenal dengan dua macam biaya :
1. Biaya penyimpanan tambahan, biaya yang harus dibayar karena adanya surplus
bahan baku.
2. Biaya kekurangan bahan, biaya yang harus dibayar karena kekurangan bahan
untuk keperluan proses produksi biaya untuk bahan baku pengganti.
J. Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Persediaan pengaman sering juga disebut sebagai persediaan besi (iron stock)
adalah suatu persediaan yang dicadangkan sebagai pengaman dari kelangsungan proses
produksi perusahaan untuk menghindari terjadinya kekurangan barang. Persediaan
pengaman ini merupakan sejumlah unit tertentu dimana unit ini akan tetap ditahankan
walau bahan bakunya dapat berganti dengan yang baru. Untuk menentukan persediaan
pengaman ini dipergunakan analisis statistik dengan melihat dan memperhitungkan
penyimpangan penyimpangan yang sudah terjadi antara perkiraan bahan baku dengan
pemakaian sesungguhnya dapat diketahui besarnya standar dari penyimpangan tersebut.
Manajemen

perusahaan

akan

menentukan

seberapa

jauh

penyimpangan

penyimpangan yang terjadi tersebut agar dapat ditolerir. Jika persediaan pengaman
terlalu banyak akan mengakibatkan perusahaan menaggung biaya penyimpanan terlalu
mahal. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat menentukan besarnya safety stock
secara tepat.
10

BAB III
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Profil CV Anugerah Mulia Jogjakarta

Gambar 3.1
Logo Cokelat Monggo
Nama Perusahaan

: CV Anugerah Mulia Jogjakarta

Alamat

: CV. Anugerah Mulia Jalan Dalem KG III / 978 RT 43


RW 10 Kel. Purbayan Kotagede 55173
Yogyakarta, Indonesia

Produk

: Cokelat Monggo

2. Sejarah Pembuat cokelat Pertama di Yogyakarta


CV Anugerah Mulia Jogjakarta adalah sebuah perusahaan yang
bergerak dibidang produksi pangan yang mempunyai hasil produksi utama
berupa cokelat dengan merk dagang Cokelat Monggo. Awal dari pembuatan
cokelat tersebut berawal di Yogyakarta pada tahun 2001, seorang pria berumur
35 tahun asal Belgia datang ke Indonesia tanpa sebuah perencanaan. Kecewa
11

dengan kurangnya kualitas coklat yang tersedia di toko-toko di Indonesia


sebagai negara ketiga terbesar penghasil kakao, pria belgia tersebut
memutuskan untuk membuat beberapa produk cokelat cita rasa Belgia sendiri
dengan sumber daya yang terbatas.
Cokelat truffle yang dihasilkan pertama kali diberikan kepada
teman-teman Indonesianya dan secara langsung membuat teman-teman
Indonesia tersebut merasakan nikmatnya cokelat tersebut. Kemudian pria
tersebut membuat cokelat lebih banyak lagi dengan mengendarai Vespa tua
berwarna pink, yang disulap menjadi sebuah tempat berjualan. Setiap Minggu
pagi pria ini berjualan di daerah UGM dan di daerah luar Gereja Kota Baru.
Tujuannya hanya untuk mencari kesenangan serta mencari minat dan reaksi
dari masyarakat, bukan untuk mencari keuntungan. Hal tersebut sangat
menarik dan menjadikan pria itu sebagai Pembuat Cokelat pertama di
Yogyakarta.
Untuk mewujudkan tujuannya, maka pria tersebut menggabungkan
sumber daya yang terbatas dengan modal yang ada. Ide pertama muncul untuk
membuat sebuah toko, namun hal itu gagal dan tidak dilanjutkan. Pria tersebut
melanjutkan rencananya, dengan membuka sebuah perusahaan Anugerah
Mulia pada tahun 2005. Perusahaan tersebut memiliki tim kecil yang penuh
kreasi dan akhirnya meluncurkan produknya yang pertama dengan nama
Cacaomania yang berupa cokelat praline yang ditujukan bagi kawula muda.
Nama tersebut akhirnya ditinggalkan karena nama tersebut terlalu umum dan
mereka membutuhkan nama yang khusus untuk dapat diluncurkan di pasaran.
Sejarah dari pemilihan kata monggo berawal dari suatu sore yang
panas di Yogyakarta. Tim Anugerah Mulia berkumpul untuk mencari inspirasi
yaitu Edo sebagai Direktur, Burhan sebagai staf kreatif, dan Thierry sebagai
pembuat cokelat.
Mereka berusaha menemukan nama cokelat tersebut yang memiliki
tipikal khas Yogyakarta. Nama tersebut harus mudah didengar, mudah diingat
dan unik. Suatu kata dalam bahasa Jawa. Beberapa istilah muncul dalam
diskusinya dan tiba-tiba salah seorang dari mereka mengucapkan Monggo.
Monggo adalah sebuah kata dalam bahasa jawa yang berarti silahkan
yang selalu digunakan oleh orang-orang Yogyakarta sambil mengacungkan ibu
jari, ataupun ketika kita lewat di depan orang lain, serta pada saat

12

mempersilahkan orang lain masuk ke rumah atau ketika meninggalkan rumah


seseorang.
Namun demikian banyak orang menggunakan kata Monggo dan juga
orang yang bukan berasal dari Yogyakarta. Nama tersebut menggambarkan
budaya Jawa, Kota Yogyakarta.
Bisnis yang dirintis sejak tahun 2005 ini telah berkembang dengan
hampir 150 staf yang bekerja di kantor Cokelat Monggo yang terletak di
Yogyakarta, Jakarta dan Surabaya. Produksi utama Cokelat Monggo dilakukan
di pabrik yang berada di Kotagede, Yogyakarta, dimana ditangani oleh staf
yang benar-benar ahli dibidangnya.
Cokelat Monggo mendistribusikan hasil produksinya ke kota-kota di
seluruh Jawa dan Bali dan berencana untuk memperluas ke pulau-pulau lain di
seluruh Indonesia dalam waktu yang tidak lama. Perusahaan terus bekerja
untuk mengembangkan produk-produknya dengan sumberdaya yang ada di
Indonesia, selain itu perusahaan akan mengembangkan bisnis ini dengan
memperkenalkan hasil produksi cokelat khas Indonesia yang akan dipasarkan
di luar negeri.
3. Struktur Organisasi dan Kepegawaian

Gambar 3.2
Struktur Organisasi CV Anugerah Mulia
Dalam suatu perusahaan penting adanya organisasi. Organisasi bagi
suatu perusahaan berfungsi untuk memudahkan seorang pemimpin dalam
mengawasi jalannya suatu perusahaan. Dengan pengaturan yang jelas dalam
pembagian tugasnya, maka tiap-tiap anggota organisasi tersebut akan
13

berfungsi sebagaimana mestinya, dan sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Struktur organisasi merupakan perwujudan yang menunjukkan
hubungan di antara fungsi - fungsi dalam suatu organisasi, serta wewenang
dan tanggung jawab setiap anggota organisasi yang menjalankan tugasnya
masing - masing. Dengan penempatan pembagian kerja yang tepat akan
mempengaruhi prestasi organisasi melalui ketergantungan pada individuindividu, sehingga akan mempertegas dan memperjelas tugas dari masingmasing anggota organisasi yang telah ditetapkan perusahaan. Dalam hal
struktur organisasi CV Anugerah Mulia Jogjakarta menggunakan struktur
organisasi fungsional, dimana struktur organisasi ini mengalokasikan tugas
dan tanggung jawab yang berkaitan sesuai fungsi karyawan (seperti
pemasaran, produksi, keuangan, desain). Organisasi ini didasarkan atas
fungsifungsi yang ada dalam organisasi tersebut, seperti fungsi produksi,
keuangan, personalia, administrasi, dan lain-lain. Dalam organisasi fungsional,
seorang karyawan tidak bertanggung jawab kepada satu atasan saja. Pimpinan
berwenang pada satuan-satuan organisasi dibawahnya untuk bidang pekerjaan
tertentu. Pimpinan berhak memerintah semua karyawan disemua bagian,
selama masih berhubungan dengan bidang kerjanya. Pada organisasi ini,
terdapat sejumlah spesialis fungsional yang mengawasi kegiatan masingmasing karyawan, sehingga berbagai unit staf mempunyai wewenang garis
atas orang yang sama. Dalam
organisasi fungsional juga dijumpai adanya kebaikan dan keburukannya.
Kebaikan organisasi fungsional adalah :
Pembagian tugas jelas
a. Spesialisasi karyawan dapat dikembangkan dan digunakan semaksimal
mungkin
b. Masing-masing fungsi dipegang oleh orang yang ahli dalam bidangnya,
sehingga dapat keserasian antara tugas dan kewajibannya
Kelebihan stuktur ini adalah sangat cocok bagi lingkungan yang stabil,
adanya pengembangan keahlian dari anggota di setiap fungsi, diperoleh
pemecahan masalah teknis yang berkualitas tinggi, memerlukan koordinasi
yang minimal dan jenjang karier yang jelas dalam fungsi.
Sedangkan kekurangannya adalah :
a. Tidak ada kesatuan perintah karena karyawan dapat menerima perintah
dari beberapa atasan yang sama-sama memiliki kekuasaan
14

b. Karyawan yang telah merasa ahli dalam bidangnya sulit bekerja sama,
karena

masing-masing

merasa

bidang

spesialisasinyalah

yang

terpenting
Kelemahan dari struktur ini adalah dapat menimbulkan terjadinya
kemacetan karena tugas yang berurutan diantara fungsi, spesialisasi
yang berlebihan pada fungsi tidak mendorong inovasi, timbulnya
konflik

mengenai

prioritas

produk

dan

tidak

mendorong

pengembangan manajer umum karena kurangnya komunikasi dan


koordinasi antar fungsi.
B. Jenis Jenis Produk
Chocolate Monggo, cokelat khas Yogyakarta setiap harinya memproduksi
sebanyak 300 kilogram cokelat dengan beragam cita rasa.Produksi cokelat dimulai
pagi hari sejak pukul 07.00 WIB hingga sore hari sekitar pukul 15.30 WIB. Bahan
baku Cokelat Monggo adalah dark couverture (dark chocolate) dengan kadar 58
persen dan 69 persen.Inilah yang membedakan cokelat Monggo dengan produkproduk cokelat lainnya.
Banyak Varian Produk dari cokelat monggo yang telah dipasarkan ke berbagai
daerah di indonesia, seperti Jogja, Jakarta, dan bali. Produk tersebut terdiri banyak
varian bentuk dan rasa. Beberapa varian produk juga ada yang dibuat khusus untuk
even tertentu seperti valentine atau idul fitri.

15

Gambar 3.3
Produk Cokelat Monggo
Cokelat yang banyak dikenal umumnya cokelat batangan yang memiliki
berbagai rasa, seperti praline (krim kacang mete), caramel, dan jahe. selain itu juga
ada cokelat ukuran 100 gram berbentuk kotak yang bisa untuk oleh-oleh.
C. Proses Produksi
Cokelat bar yang diproduksi per piece nya 40 gram berisi aneka rasa
seperti orange

peel (manisan

kulit

jeruk), cashew

nuts (kacang

mete),

durian, caramello (krim caramel), praline, strawberry dan lainnya. Isian pada cokelat ini
diproduksi sendiri oleh para pekerja Cokelat Monggo. Mulai dari mengupas kulit jeruk
dan memisahkannya dari buah hingga menjadikannya manisan kulit jeruk yang segar.
Proses produksi pembuatan Cokelat Monggo dimulai dari biji kakao.
Proses produksi Cokelat Monggo dimulai dari :
1. Pohon dan Biji Kakao
Biji kakao berasal dari pohon kakao. Pohon kakao biasanya hidup pada
iklim tropis, berudara panas dan hujan. Oleh karena itu, pertanian kakao
sebaiknya berada di daerah yang tidak lebih dari 20 derajat di utara atau
selatan katulistiwa. Awalnya pohon tersebut hanya tumbuh di daerah Amerika
Tengah dan Selatan selanjutnya menyebar ke daerah Afrika dan Asia.
Pada tahun 1778 orang - orang Belanda membawa biji kakao dari
Filipina ke Jakarta. Mereka membangun sebuah fasilitas perkebunan yang
pada masa mendatang akan menjadi pusat produksi yang besar.Walaupun
buah kakao dapat di petik sepanjang tahun tetapi biasanya panen buah kakao
terbesar berada di musim tertentu.Terdapat tiga jenis pohon kakao yaitu,
Criollo, Forastero dan Trinitario.
Mengambil buah kakao yang akan dipanen bukanlah hal yang mudah.
Pohon kakao tidak begitu kuat dan akarnya lunak sehingga tidak mudah untuk
memanjat dan memanen buah kakao tersebut. Buah buah kakao tersebut
dipetik dan dimasukkan ke dalam keranjang dan dikumpulkan di pinggir
ladang lalu buah kakao tersebut dikupas. Antara 20 sampai 50 biji kakao
berwarna krem dapat dihasilkan dari satu buah kakao. Karena adanya tekanan
16

udara yang berbeda maka biji kakao berwarna krem dapat berubah warna
menjadi lavender atau ungu.
2. Fermentasi dan Pengeringan
Biji kakao basah diletakkan di dalam keranjang dan ditutup daun
pisang. Di sekeliling biji kakao terdapat lapisan yang mulai memanas dan
menfermentasi. Proses ini dilakukan untuk menghilangkan rasa pahit dan
memperkuat rasa cokelat itu sendiri. Hasilnya adalah biji kakao tersebut
menjadi padat dan berwarna cokelat serta siap untuk dikeringkan, biasanya
dijemur di luar.
Dengan cuaca yang sesuai, biasanya pengeringan biji kakao dapat
dilakukan dalam beberapa hari. Selama proses pengeringan, biji kakao akan
kehilangan kelembabannya yang berukuran lebih dari setengah berat biji
basah. Petani terus membalik balik biji kakao tersebut serta memisahkan
serpihan serpihan biji kakao. Biji kakao dari satu buah kakao standar yang
sudah dikeringkan apabila ditimbang beratnya tidak lebih dari 55 g, dan
biasanya dibutuhkan 400 buah kakao untuk membuat 450g cokelat. Biji kakao
kering yang sudah siap untuk dikirimkan dalam karung mempunyai berat 60
sampai 90 kg..
3. Pemanggangan dan Pengilinggan
Setelah kualitas biji kakao diteliti oleh pembeli maka tiba saatnya
untuk mengolah biji kakao tersebut. Langkah pertama dari pengolahan adalah
pembersihan. Hal ini dilakukan dengan memasukkan biji kakao tersebut
kedalam mesin pembersih yang akan memisahkan sisa daging dan kulit buah
kakao. Ketika biji tersebut sudah dibersihkan secara keseluruhan, maka biji
kakao tersebut ditimbang dan dihaluskan sesuai dengan ukuran dan standar
dari perusahaan.Untuk mendapatkan cita rasa yang kuat dari biji kakao
tersebut, maka buah cokelat tersebut di panggang di dalam sebuah tabung
silinder yang besar dan berputar. Proses ini dapat berlangsung selama 30 menit
sampai 2 jam tergantung dari keinginan pembeli. Setelah pemanggangan maka
biji kakao tersebut didinginkan dan dikupas kulit luarnya yang gosong akibat
proses pemanggangan tadi.
4. Cokelat Yang Dapat di Makan
Pada saat bubuk cokelat di buat maka lemak nabati dari biji kakao
bernama mentega kakao akan dihilangkan, sedangkan untuk membuat cokelat
yang dapat dimakan maka lemak nabati tadi justru ditambahkan dalam
pembuatannya. Cokelat batangan berkualitas tinggi memadarkan minimal 25%
17

mentega kakao dari berat cokelat. Dengan adanya mentega kakao tersebut,
cokelat akan lebih bercita rasa dan akan lebih lunak. Campuran kakao massa,
mentega kakao, gula dan perasa ini kemudian akan memasuki proses
conching, proses ini menciptakan pasta cokelat yang halus. Proses ini
berlangsung selama yang diinginkan, biasanya selama beberapa jam sampai
dengan 5 hari. Setelah proses penghalusan, campuran cokelat tersebut melalui
proses pengaturan suhu dengan proses dipanaskan, di dinginkan, dan
dipanaskan kembali (tempering process). Akhirnya campuran cokelat tersebut
dimasukan ke dalam cetakan dan dibentuk sesuai keinginan. Ketika cokelat
sudah di cetak, maka cokelat dimasukkan ke tempat pendinginan dengan suhu
yang stabil untuk menjaga cita rasa cokelat tersebut. Setelah itu, cokelat
dilepaskan dari cetakan dan dikemas yang kemudian dipasarkan pada
distributor dan konsumen.

Gambar 3.4
Proses Pembuatan Cokelat

Gambar 3.5
Sistem dan Mesin Pembuatan Cokelat
18

D. HASIL PENELITIAN
1. Pengadaan Bahan Baku
Produk Cokelat Monggo yang diproduksi CV Anugerah Mulia
menggunakan bahan baku cokelat bubuk, cocoa butter, gula, dan susu. Pada
penelitian ini penulis hanya akan menggunakan cokelat bubuk sebagai objek
penelitian. Data yang diperoleh dari perusahaan tersebut tentang kebutuhan
bahan baku tahun 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
No

Jumlah Bubuk Cokelat


(Kilogram)
2100
2500
1500
1850
2000
1800
2250
1750
1800
2000
2250
2500
24.300

Bulan Pembelian

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah

Tabel 3.1
Kebuutuhan Bubuk Cokelat tahun 2013
Berdasarkan tabel 3.1 terlihat bahwa menjelang akhir tahun terjadi
peningkatan pembelian bahan baku. Hal ini disebabkan karena pada bulan
Oktober hingga Februari mendekati akhir tahun dan banyak terdapat hari raya
dan pada bulan Januari-Februari mendekati hari valentine. Dengan
meningkatnya banyak permintaan memberikan efek positif pada peningkatan
order perusahaan.

Jumlah Kebutuhan (Kg)

2100

2500
1500

1850 2000 1800

2250

2500
2000 1850
1750 1800

12
10
11
10
11
12

19

Grafik 3.1
Kebuutuhan Bubuk Cokelat tahun 2013
2. Perhitungan Total Inventory Cost (TIC) Perusahaan dan EOQ
a. Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan (ordering cost) adalah biaya yang dikaitkan dengan
usaha untuk bahan baku atau barang dari luar.
No
Jenis Biaya
1
Biaya Telepon
2
Biaya Pengiriman
Jumlah

Jumlah
500.000
12.000.000
12.500.000

Tabel 3.2
Rincian Biaya Pemesanan CV Anugerah Mulia
b. Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan (carrying cost atau holding cost) adalah biaya
yang

memiliki

komponen

utama

yaitu

biaya

modal,

biaya

penyimpanan, dan biaya resiko.


No
1
2
3

Jenis Biaya
Jumlah Biaya
Biaya Pemeliharaan Barang
3.600.000
Biaya Tenaga Kerja di Gudang 9.600.000
Biaya Kerusakan bahan baku
10.000.000
Jumlah
23.200.000
Tabel 3.3
Rincian Biaya Penyimpanan CV Anugerah Mulia

Total Biaya Pemesanan


Frekuensi Pemesanan

c. Perhitungan Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan


Biaya Pemesanan setiap kali pesan (S)

Total Biaya Penyimpanan


Total Kebutuhan Bahan Baku

12.500 .000
6

= Rp 2.083.333
Biaya Penyimpanan persatuan bahan baku (H)

23.200 .000
24.300 kg

= Rp 955/ kilogram
d. Kebijakan Perusahaan

20

CV Anugerah Mulia melakukan pembelian bahan baku 6 kali dalam


setahun.
Pembelian bahan baku (Q) dapat diperhitungkan berdasarkan
kebijakan perusahaan yang melakukan pemesanan enam kali setiap
tahunnya, maka dapat diketahui sebagai berikut :

Total Kebutuhan Bahan Baku


Frekuensi Pemesanan

24.300
6

= 4.050 kilogram
Berdasarkan perhitungan di atas maka jumlah pembelian bahan baku
pada CV Anugerah Mulia dalam sekali pemesanan sebesar 4.050

kilogram.
Total Biaya Persediaan
Agar dapat menghitung biaya persediaan yang diperlukan oleh
perusahaan maka diketahui :
- Total kebutuhan bahan baku (D)
= 24.300 kilogram
- Pembelian rata-rata bahan baku (Q) = 4.050 kilogram
- Biaya pemesanan sekali pesan (S) = Rp 2.083.333
- Biaya penyimpanan per kilogram (H)
= Rp 955/
kilogram
Total Biaya Persediaan (TIC) adalah sebagai berikut :
TIC = [

=[

D
S
Q

Q
H]
2

24.300
4.050
Rp2.083 .333
[
Rp 955]
+
4.050
2

= Rp 12.500.000 + Rp 1.933.875
= Rp 14.433.875
Berdasarkan perhitungan di atas maka total biaya persediaan yang
harus ditanggung CV Anugerah Mulia adalah sebesar Rp 14.433.875
e. Metode EOQ
Hal-hal yang harus diperhitungkan dalam menggunakan metode EOQ
adalah sebagai berikut :
21

1) Pembelian bahan baku ekonomi


Pembelian bahan baku yang ekonomis ini didasarkan pada:
- Total kebutuhan bahan baku (D)
= 24.300 kilogram
- Biaya pemesanan sekali pesan (S) = Rp2.083.333
- Biaya Penyimpanan per meter (H) = Rp 955 /kilogram
Besarnya pembelian bahan baku yang ekonomis menggunakan
metode EOQ adalah sebagai berikut :

Q* =

2 DS
H

2 X 24.300 X Rp 2.083 .333


Rp 955

= 10.296 kilogram
Jumlah pembelian bahan baku yang ekonomis dengan menggunakan
metode EOQ adalah sebesar 10.296 kilogram.

2) Frekuensi pemesanan bahan baku


Dengan menggunakan metode EOQ dapat dihitung jumlah frekuensi
pemesanan dalam satu tahun atau sering disebut frekuensi
pembelian dapat dihitung sebagai berikut:
Q
D
F=

F=

24300
10.296

F = 2.36 kali ~ 2 kali


Frekuensi pemesanan bahan baku menurut metode EOQ adalah 2
kali dalam setahun.
3) Total biaya persediaan
Agar dapat menghitung biaya persediaan maka terlebih dahulu
diketahui :
- Total kebutuhan bahan baku (D)
= 24.300 kilogram
- Biaya pemesanan sekali pesan (S) = Rp 2.083.333
- Biaya penyimpanan per kilogram (H)
= Rp 955
- Pembelian bahan baku yang ekonomis (Q*) = 10.296 kilogram

22

TIC = [

=[

Q S
D
+

Q
H
2

24.300
10.296
x Rp 2.083.333
[
x Rp955 ]
+
10.296
2

= Rp 4.916.957 + Rp 4.916.340
= Rp 9.833.297,00
Total persediaan bahan baku CV Anugerah Mulia bila menggunakan
metode EOQ sebesar Rp Rp 9.833.297,00
3. Penentuan Persediaan Pengaman
Persediaan pengaman (safety stock), diperlukan di dalam suatu perusahaan
berguna untuk menunjang kelancaran proses produksi yang berlangsung,
untuk menhindari kekurangan bahan baku yang dapat mengakibatkan proses
terhenti dan karyawan tidak bekerja. Hal ini dapat meruggikan pihak
perusahaan. Perhitungan persediaan pengaman dapat menggunakan metode
statistik dengan membandingkan rata-rata bahan baku dengan pemakaian
bahan baku yang sesungguhnya kemudian dapat dicari penyimpangannya.
Perhitungan standar deviasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Bulan

Kebutuhan
bahan Baku (
X) dalam Kg

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus

2.100
2.500
1.500
1.850
2.000
1.800
2.250
1.750

Septembe
r
Oktober
November
Desember

(X)

(X)2

2.025
2.025
2.025
2.025
2.025
2.025
2.025
2.025

75
475
-525
-175
-25
-225
225
-275

5.625
225.625
275.625
30.625
625
50.625
50.625
75.625

1.800

2.025

-225

50.625

2.000
2.250

2.025
2.025

-25
225

625
50.625

2.500

2.025

475

225.625
23

Jumlah

1.042.5
00

Tabel 3.4
Perhitungan Standar Deviasi
SD =

SD =

(X )2
n
1.042 .500
6

SD = 416,83
Dengan menggunakan perkiraan atau asumsi bahwa perusahaan memenuhi
permintaan sebanyak 95% dan persediaan cadangan 5% maka diperoleh Z
dengan tabel normal sebesar 1,65 deviasi standar dari rata-rata.
Safety Stock Z = Z x SD
= 1,65 x 416,83
= 687,77 kilogram
Jadi persediaan pengaman yang harus disediakan oleh perusahaan sebesar
687,77 kilogram.
4. Titik Pemesanan Kembali atau Reorder Point (ROP)
CV Anugerah Mulia memiliki waktu tunggu dalam menunggu bahan baku
selama 3 hari, atau bisa dikatakan lead time (L) 3 hari. Dan dengan rata-rata
jumlah hari kerja karyawan selama 300 hari dalam setahun. Perhitungan
tingkat penggunaan bahan baku per hari adalah :
D
D=
t

D=

24.300
300

= 81 kilogram
Maka titik pemesanan kembali (ROP) adalah sebagai berikut:
ROP = d x L
= 81 kilogram x 3
= 243 kilogram
Perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku pada tingkat jumlah
sebesar 243 kilogram.
E. Perbandingan Kebijakan Perusahaan dengan Metode EOQ

24

Dari hasil analisis di atas maka diperoleh perbandingan antara total biaya yang
dikeluarkan bila menggunakan kebijakan perusahaan dan kebijakan dengan
menggunakan metode EOQ.
No
1
2
3
4
5

Keterangan

Kebijakan
Perusahaan

Pembeliaan
rata-rata
4.050
bahan baku
Total biaya persediaan
Rp 14.433.875
Frekuensi pemesanan
6
Safety stock
Reorder Point
-

Metode EOQ
10.296 kg
Rp 9.833.297
2
687,77 kg
243 kg

Tabel 3.5
Perbandingan Kebijakan Perusahaan dengan Metode EOQ
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa biaya yang dikeluarkan perusahaan
sebesar Rp 14.433.875. Total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan bila
menggunakan metode EOQ adalah sebesar

Rp 9.833.297 maka diperoleh

penghematan sebesar Rp 4.600.578 bila perusahaan menggunakan metode EOQ.

F. Manfaat yang diperoleh dari penerapan Metode EOQ


Manfaat dari penerapan metode EOQ dalam manajemen persediaan suatu
perusahaan adalah penentuan kuantitas pesanan persediaan sehingga dapat
meminimalkan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan persediaan. Penerapan
metode EOQ dapat mengoptimalkan jumlah kuantitas barang baku untuk persediaan
yang dibeli perusahaan sehingga diperoleh biaya yang minimal sehingga dapat
memaksimalkan return perusahaan.
G. Faktor-faktor yang Menghambat Penggunaan Metode EOQ
Pada perusahaan pada umumnya, persediaan bahan baku yang cukup adalah
sesuatu yang harus dimiliki. Permasalahan yang sering ditemukan adalah apabila
pemesanan bahan baku yang tidak tertata dan terukur dengan baik, maka akan
menjadi biaya bagi perusahaan. Apabila persediaan terlalu banyak, maka biaya
penyimpanan bahan baku akan membengkak. Namun apabila persediaan terlalu
sedikit, maka biaya pemesanan akan meningkat karena terjadi pemesanan dengan
frekuensi yang tinggi. Hal inilah yang menjadi masalah utama dalam proses
pemesanan bahan baku. Perusahaan harus menghitung nilai ekonomis pemesanan
25

bahan baku dengan memperhatikan biaya pemesanan dan penyimpanan. Selain itu
juga harus mempertimbangkan ROP (reorder point), yaitu tingkat dimana perusahaan
harus membeli kembali bahan baku. Dengan demikian biaya yang ditanggung
perusahaan dapat diminimalisasi.

26

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Frekuensi pembelian bahan baku CV Anugerah Mulia bila menggunakan
metode EOQ adalah 2 kali pembeliam bahan baku dalam satu periode (1
tahun), sedangkan kebijakan perusahaan 6 kali dalam satu tahun.
2. Total biaya persediaan bahan baku perusahaan bila dihitung menurut EOQ
adalah sebesar Rp 9.833.297 , sedangkan kebijakan menurut perusahaan
sebesar Rp 14.433.875.
3. Penghematan biaya persediaan bila menggunakan metode EOQ adalah sebesar
Rp 4.600.578.
B. Saran
Berdasarkan simpulan diatas, saran yang dapat diberikan kepada perusahaan yang
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan adalah:
1. Perusahaan sebaiknya meninjau kembali kebijakan persediaan bahan baku
yang selama ini telah dilakukan perusahaan.
2. Perusahaan sebaiknya menggunakan metode EOQ yang telah terbukti
menghasilkan total biaya persediaan yang lebih efisien, menyediakan
persediaan pengaman yang jumlahnya sesuai dengan yang dihasilkan jika
menggunakan perhitungan metode EOQ, untuk mengantisipasi kekurangan
bahan baku cokelat agar proses produksi tidak terganggu, dan menerapkan
titik pemesanan kembali (re-order point) untuk menghindari keterlambatan
pemesanan bahan baku.

27

You might also like