You are on page 1of 6

A.

Pengertian Epidemiologi
Epidemiologi merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis
sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta
mempelajari sebab timbulnya masalah dan gangguan kesehatan tersebut untuk
pencegahan maupun penanggulangannya (Narsy, 2008)
B. Pengertian Epidemiologi kesehatan Reproduksi
Epidemiologi kesehatan reproduksi adalah ilmu yang mempelajari tentang
distribusi, frekuensi, dan determinan penyakit atau masalah kesehatan reproduksi
pada polupasi atau kelompok (Rajab, 2009).
Distribusi dalam kesehatan reproduksi adalah memahami kejadian yang
berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi, epidemiologi menggambarkan
kejadian menurut karakter orang, tempat, dan waktu. Karakter orang meliputi umur
saat hamil dan bersalin, status perkawinan, paritas, pekerjaan, ras, kelas sosial, dsb.
Karakter tempat meliputi kota, desa, provinsi, batas wilayah, letak geografis
(pegunungan/pantai) (Rajab, 2009).
Frekuensi dalam kesehatan reproduksi adalah upaya menguantifikasi kejadian
atau mengukur besarnya masalah. Sedangkan determinan dalam kesehatan reproduksi
adalah mencari faktor penyebab atau yang memengaruhi suatu kejadian atau faktor
yang memberi resiko (Rajab, 2009).
C. Peran Epidemiologi
Penelitian Epidemiologis memiliki peranan dalam kemajuan ilmu kedokteran
karena studi epidemiologi dapat digunakan untuk hal-hal berikut:
1. Mengungkapkan penyebab penyakit
2. Meneliti hubungan sebab akibat antara timbulnya penyakit dengan determinan
3.
4.
5.
6.

yang mempengaruhinya
Meneliti perjalanan penyakit alamiah
Mengembangkan indeks deskriptif untuk menyatakan tinggi rendahnya insidensi
Penemuan berbagai penyakit, seperti : scorbut, pelagra, dan kolera
Menentukan hubungan antara rokok dengan penyakit jantung koroner, karsinoma

paru-paru dan hipertensi


7. Hubungan antara air dan makanan dengan penyakit kolera
8. Hubungan antara pil KB dan tromboflebitis
9. Hubungan antara penyakit herediter, seperti hemofilia dan sickle cell anemia
dengan ras atau etnik tertentu (Murthi, Bhisma)
D. Trias Epidemiologi
Segitiga epidemiologi (trias epidemiologi) merupakan konsep dasar epidemiologi
yang memberikan gambaran tentang hubungan antara tiga faktor utama yang berperan
dalam terjadi penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Segitiga ini merupakan
gambaran interaksi antara tiga faktor yakni host (tuan rumah = pejamu), agent (agen =
penyebab), environment (lingkungan) (Bustan, 2006)

1. Faktor Pejamu
Pejamu adalah manusia atau makhluk hidup lainnya, termasuk burung dan
artropoda, yang menjadi tempat terjadi alamiah perkembangan penyakit. Yang
termasuk dalam faktor pejamu adalah :
a. Genetik, misalnya sickle cell disease
b. Umur, ada kecenderungan penyakit menyerang umur tertentu
c. Jenis kelamin (gender), ditemukan penyakit yang terjadi lebih banyak atau
hanya mungkin pada wanita
d. Suku/ras/warna kulit, dapat ditemukan perbedaan antara ras kulit putih (white)
dengan orang kulit hitam (black) di Amerika
e. Keadaan fisiologi tubuh, kelelahan, kehamilan, pubertas, stres, atau keadaan
gizi.
f. Keadaan imunologis, kekebalan diperoleh karena adanya infeksi sebelumnya,
memperoleh antibodi dari ibu, atau pemberian kekebalan buatan (vaksinasi)
g. Tingkah laku (behavior) gaya hidup (life style), personal hygiene, hubungan
antar pribadi, dan rekreasi.
Manusia mempunyai karakteristik tersendiri dalam menghadapi ancaman
penyakit, berupa:
a. Resistensi : kemampuan dari pejamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi.
b. Imunitas : kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon imunologis,
dapat secara alamiah maupun perolehan (non-alamiah) sehingga tubuh kebal
terhadap suatu penyakit tertentu.
c. Infektifnes (infectiousness) : potensi pejamu yang terinfeksi untuk menularkan
penyakit kepada orang lain.
2. Faktor Agen
Agen (faktor penyebab) adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman
infektif yang dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit.
a. Faktor nutrisi (gizi) : bisa dalam bentuk kelebihan gizi misalnya tinggi kadar
kolesterol, atau kekurangan gizi baik lemak, protein, dan vitamin.
b. Penyebab kimiawi : misalnya zat-zat beracun (karbon monoksida), asbes,
kobalt, atau zat allergen
c. Penyebab fisik : misalnya radiasi dan trauma mekanik (pukulan, tabrakan)
d. Penyebab biologis :
- Metazoa : cacing tambang, cacing gelang, Schistosomiasis
- Protozoa : Ameba, malaria
- Bakteri : sfilis, thypoid, pneumonia, tuberkulosis
- Fungi (jamur) : histoplasmosis, Tanenia pedis
- Rickettsia : Rocky mountain spotted fever
- Virus : Campak, Cacar (Smallpox) poliomyelitis.
Karakteristik Agen :

a. Infektivitas : kesanggupan dari organisma untuk beradaptasi sendiri terhadap


terhadap lingkungan dari pejamu untuk mampu tinggal dan berkembang biak
(multiply) dalam jaringan pejamu.
b. Patogenesitas : kesanggupan organisma untuk menimbulkan suatu reaksi klinik
khususnya yang patologis setelah terjadinya infeksi pada pejamu yang
diserang.
c. Virulensi : kesanggupan orgaisma tertentu untuk menghasilkan reaksi patologis
yang berat yang selanjutnya mungkin menyebabkan kematian.
d. Toksisitas : kesanggupan organisma untuk memproduksi reaksi kimia yang
toksis dari substansi kimia yang dibuatnya.
e. Invasitas : kemampuan organisme untuk melakukan penetrasi dan menyebar
setelah memasuki jaringan.
f. Antigenisitas : kesanggupan organisma untuk merangsang reaksi imunologis
dalam pejamu.
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah semua faktor luar dari suatu individu yang dapat berupa :
a. Lingkungan fisik : geologi, iklim, geografik
b. Lingkungan biologis : misalnya kepadatan penduduk, flora (sebagai sumber
bahan makanan) dan fauna ( sebagai sumber protein)
c. Lingkungan sosial : berupa migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, keadaan
perumahan, keadaan sosial masyarakat (kekacauan, bencana alam, perang, dan
banjir)
Karakteristik Lingkuangan :
a. Topografi : situasi lokasi tertentu, baik yang natural maupun buatan manusia
yang mungkin mempengaruhi terjadinya dan penyebaran suatu penyakit
tertentu.
b. Geografis : keadaan yang berhubungan dengan struktur geologi dari bumi
yang berhubungan dengan kejadian penyakit (Bustan, 2006)
E. Riwayat alamiah penyakit
Kejadian penyakit, tidak terkecuali penyakit akut (mendadak) mempunyai
masa perlangsungan tersendiri. Bagaimanapun mendadaknya, perlu waktu, yang
memang mungkin singkat, untuk tercetusnya suatu penyakit.
Tahap riwayat alamiah penyakit adalah sebagai berikut :
a. Tahap prepatogenesis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal tetapi pada dasarnya
mereka peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit.
Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara
pejamu dengan bibit penyakit.

b. Tahap Patogenesis
Tahap patogenesis meliputi 4 sub-tahap, yaitu :
- Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang waktu antara masuknya bibit
penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai
-

timbulnya gejala penyakit.


Tahap Dini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya
ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah
ada gangguan patologis (pathologic changes), walaupun penyakit masih
dalam masa subklinik (stage of suclinical disease). Seandainya
memungkinkan, pada tahap ini sudah diharapkan diagnosis dapat

ditegakkan secara dini.


Tahap Lanjut
Merupakan tahap dimana penyakit bertambah jelas dan mungkin
tambah berat dengan segala kelainan patologis dan gejalanya (stage of
clinical disease). Pada tahap ini penyakit sudah menunjukkan gejala dan
kelainan klinik yang jelas sehingga diagnosis sudah relatif mudah
ditegakkan. Satatnya pula, setelah diagnosis ditegakkan, diperlukan

pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik.
Tahap Akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan

keadaan, yaitu :
1. Sembuh sempurna
2. Sembuh dengan cacat
3. Karier
4. Penyakit tetap langsung dan kronik
5. Berakhir dengan kematian (Bustan, 2006)
F. Pencegahan Penyakit
Dalam epidemiologi, pencegahan dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai
dengan perjalanan penyakit, yaitu :
a. Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan
orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.
b. Pencegahan sekunder
Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk mencegah
orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit,
menghindarkan komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan.
Pencegahan sekunder ini dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit
secara dini dan pengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Deteksi penyakit
secara dini dapar dilakukan dengan cara:

1.
2.
3.
4.

Penyaringan
Pengamatan epidemiologis
Survei epidemiologis
Memberi pelayanan kesehatan sebaik-baiknya pada sarana pelayanan umum

atau praktek dokter


c. Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan
mengadakan rehabilitasi. Upaya pencegahan tingkat ketiga ini dapat dilakukan
dengan :
1. Memaksimalkan fungsi organ yang cacat
2. Membuat protesa ekstremitas akibat amputasi
3. Mendirikan pusat-pusat rehabilitasi medik (Budiarti dan Anggraeni, 2001)
G. Mekanisme Transmisi
Setelah mikroorganisme masuk ke dalam tubuh manusia, terjadi berbagai
rangkaian interaksi sampai menimbulkan gejala klinis. Rangkaian interaksi tersebut
adalah :
1. Kolonisasi, tempat mikroorganisme berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi
pada pejamu.
2. Infeksi subklinis, tempat mikroorganisme selain berkembang biak juga
menimbulkan reaksi, tetapi belum menimbulkan gejala hingga secara klinis belum
tampak.
3. Infeksi klinis, hal ini terjadi bila mikroorganisme berkembang biak, menimbulkan
reaksi dan menimbulkan gejala (Budiarti dan Anggraeni, 2001)
H. Terjadi Infeksi
Infeksi pada manusia dapat terjadi dengan berbagai cara yang secara garis besar
dapat ditinjau dari sumbernya, perjalanannya, dan cara mencapai manusia.
a. Sumber infeksi dapat berupa : penderita, karier, geografi, vektor, zoonosis
b. Berdasarkan perjalanannya, mikroorganisme dapat menimbulkan infeksi pada
manusia melalui : udara, makanan, luka, konjungtiva, plasenta.
c. Berdasarkan cara masuknya,
- Secara langsung : bersin, batuk, kontak seksual, pemaparan jaringan oleh
-

jamur, parasit atau bakteri.


Secara tidak langsung : melalui udara, benda-benda, vektor

Transmisi melalui vektor dapat terjadi secara :


1. Mekanis : mikroorganisme tidak berkembang biak dalam tubuh vektor.
2. Biologis : mikroorganisme berkembang biak dan mempunyai siklus
kehidupan dalam tubuh vektor (Budiarti dan Anggraeni, 2001).
I. Manfaat Epidemiologi dalam kesehatan reproduksi :
1. Sebagai tool (alat), selalu menanyakan siapa yang terkena, dimana, dan
bagaimana

2. Sebagai metode/pendekatan dalam penyelesaian masalah kesehatan khususnya


kesehatan reproduksi
3. Diagnosis komunitas untuk menentukan penyebab mortalitas dan morbiditas
4. Melihat resiko individu dan pengaruhnya pada populasi atau kelompok kejadian
J. Tujuan digunakan metode epidemiologi dalam kesehatan reproduksi :
1. Menentukan besarnya masalah kesehatan reproduksi
2. Mengenal faktor penyebab dan transmisi kesehatan reproduksi
3. Menjadi dasar untuk perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian masalah kesehatan
reproduksi
4. Uji intervensi masalah kesehatan reproduksi (Rajab, 2009)

You might also like