You are on page 1of 34

Fuel management

By Edy Januari Utama

EMS-Fuel Management
30 mins

Overview Modul Fuel Oil Management

30 mins

Indonesia Energy Outlook 2014

30 mins

Fuel Management RUs

30 mins

Typical Fuel System: Fuel Oil, Fuel Gas

Fuel management: Overview


Definition of fuel management

1 Fuel

2 Management

Coordinates the efforts of

Fuels are any materials that store


potential energy in forms that can be
practicably released and used for
work or as heat energy.
The concept originally applied solely
to those materials storing energy in
the form of chemical energy that
could be released through
combustion,[1]
Nuclear energy (via nuclear fission
or nuclear fusion).

people to accomplish goals and


objectives using available
resources efficiently and
effectively.

Management comprises
planning, organizing, staffing,
leading or directing, and
controlling an organization to
accomplish the goal.

Description

Suatu kegiatan yang mencakup Proses Perencanaan, Operasional dan


evaluasi penggunaan bahan bakar untuk mendapatkan hasil yang
optimal berupa efisiensi dan biaya terbaik dalam pengoperasian kilang
Refinery menggunakan kombinasi beberapa bahan bakar yaitu: fuel oil,
fuel gas dan natural gas. Bahan bakar yang bersifat marjinal adalah
refinery fuel gas dan natural gas, dan jika penggunaannya dioptimalkan
berupa peningkatan atau penurunan, dapat mengurangi biaya fuel.

SOURCE: EMS team

Fuel management: Tata kelola penggunaan fuel di refinery meliputi Proses Perencanaan, Operasional
dan Evaluasi penggunaan fuel untuk mendapatkan hasil yang optimal berupa efisiensi dan biaya
terbaik dalam pengoperasian kilang

Punish & Reward


system
Role model
Delegation
Capability

Sustain Capability
Mindset &
Knowledge
Growth

Monitoring Board
Improvement
Initiative
Design Review

Leadership

Technical

Mindset &
Capability

Management
Infrastructure
Strong KPI
Dedicated
Organization

EMS-Fuel Management
30 mins
30 mins

Overview Modul Fuel Oil Management


Indonesia Energy Outlook 2014

30 mins

Fuel Management RUs

30 mins

Typical Fuel System: Fuel Oil, Fuel Gas

Kebijakan Energi Nasional Bertujuan Untuk Mewujudkan Keamanan Pasokan Energi Dalam
Negeri.
Sasaran Kebijakan Energi Nasional adalah :
1. Tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari 1 (satu) pada tahun 2025.
2. Terwujudnya energi (primer) mix yang optimal pada tahun 2025, yaitu peranan
masing-masing jenis energy terhadap konsumsi energi nasional:
a. Minyak bumi menjadi kurang dari 20% (dua puluh
persen).
b. Gas bumi menjadi lebih dari 30% (tiga puluh persen).
c. Batubara menjadi lebih dari 33% (tiga puluh tiga persen).
d. Biofuel menjadi lebih dari 5% (lima persen).
e. Panas bumi menjadi lebih dari 5% (lima persen).
f. Energi baru dan terbarukan lainnya, khususnya Biomasa,
Nuklir, Tenaga Air Skala Kecil, Tenaga Surya, dan
Tenaga Angin menjadi lebih dari 5% (lima persen).
g. Bahan Bakar Lain yang berasal dari pencairan batubara
menjadi lebih dari 2% (dua persen).

Sumber:
Perpres No. 5 Th 2006 Kebijakan Energy Nasional
WWW.eia.gov, Energy Information Administration 2014

TUJUAN DAN SASARAN KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL

Elastisitas Energy adalah perbandingan antara laju pertumbuhan ekonomi dengan


pertumbuhan konsumsi energi disebuah negara. Semakin kecil angka elastisitas energi,
maka semakin efisien penggunaan energi disuatu negara. Angka elastisitas energi
dibawah 1,0 dicapai apabila energi yang tersedia telah dimanfaatkan secara optimal.

Intensitas Energi
Parameter lain untuk menilai efisiensi energi di sebuah negara adalah intensitas energi
yaitu jumlah konsumsi energi per Produksi Domestik Bruto (PDB). Semakin rendah
angka intensitas energi, semakin efisien penggunaan energi disebuah negara.
Angka elastisitas energi (2,6) dan intensitas energi (565 TOE (ton-oil-equivalent)) yang
relatif tinggi ini menunjukkan bahwa pemakain energi di indonesia masih boros. Ini juga
mengindikasikan rendahnya daya saing industri karena terjadi inefisiensi energi yang
berdampak pada tingginya biaya produksi. atau kata lain masih banyak energi di
indonesia yang digunakan untuk kegiatan yang kurang produktif.

Sudah cukup effisienkah kita menggunakan energy? Apakah


penggunaan energy sudah terfokus untuk kegiatan produktif ?

Sudah cukup effisienkah kita menggunakan energy? Apakah


penggunaan energy sudah terfokus untuk kegiatan produktif ?

Energy intensity is a measure of the energy efficiency of a nation's economy. It is calculated as units
of energy per unit of GDP.
High energy intensities indicate a high price or cost of converting energy into GDP.
Low energy intensity indicates a lower price or cost of converting energy into GDP.
8

Trend Konsumsi Energi Dunia

Konsumsi energi dunia semakin meningkat per


tahun
Konsumsi energi terbesar berasal dari penggunaan
Minyak Bumi (Oil), Gas Alam (Natural Gas), dan
Batu Bara (Coal)

Untuk wilayah Asia Pasifik, konsumsi energi


sebagian besar berasal dari penggunaan Batu
Bara (> 52%)

Penggunaan energi terbarukan wilayah Asia dan


Afrika masih jauh dibandingkan wilayah Amerika
dan Eropa

Energi dari sumber terbarukan (renewable sources)


mengalami peningkatan, namun masih sangat
rendah dibandingkan unrenewable sources

Source : UOP Engineering Design Seminar, 2012 (Refining Business Economics)


9

Indonesia Energy Outlook, Brief Overview 2014


Indonesia is reorienting energy production from serving primarily
export markets to serve its growing domestic consumption.
Indonesia's energy industry has faced challenges in recent years
from regulatory uncertainty and inadequate investment.
Indonesia's exit from OPEC in 2009.
International oil companies, particularly Chevron and Total,
dominate Indonesia's upstream oil sector.
Oil production continued to decline in 2013. Aging infrastructure
and fields suggest the country will struggle to meet production
targets.
Indonesia's refinery output primarily serves the growing domestic
market, - insufficient to meet demand growth.
A strong economy, population growth, and state subsidies for
fuels have worked together to push domestic oil demand beyond
supply.
Fuel subsidies have cost the government at least 7% of its annual
budget since 2005.
10
Sumber: www.eia.gov Energy Information Adminstration, 2014

Indonesia Energy Outlook, Brief Overview 2014


Natural gas production has increased by almost 25% between
2002 and 2012. While Indonesia still exports about half of its
natural gas.
Indonesia was the fourth-largest LNG exporter in 2013, following
Qatar, Malaysia, and Australia.
Indonesia remains the world's largest exporter of coal by weight
and exports about 75% of its production.
Indonesia's coal production, mostly bituminous and sub
bituminous, has climbed sharply over the past decade.
Indonesia's government encourages the use of coal in the
power sector because of the relatively abundant domestic
supply. Coal use also reduces the use of expensive diesel and
fuel oil.
Generation capacity growth in Indonesia has been lower than
growth in electricity demand, leading to power shortages and a
low electrification ratio.
Indonesia is the world's third-largest geothermal generator,
although much of this resource potential is still undeveloped.
11

Profil Produksi & Konsumsi Petroleum Indonesia


(Thousand Barrels per Day)

Note

Previous Year
Asia &
World
Oceania

History

Indonesia

Total Oil
Production

Production of crude oil (including lease


condensate), natural gas plant liquids, and
other liquids, and refinery processing gain
(loss). Negative value indicates refinery
processing loss.

(1980-2013)

989.26

9,077

Crude Oil
Production

Includes lease condensate.

(1980-2013)

874.79

Consumption of petroleum products and direct


combustion of crude oil.

(1980-2013)

Net Exports = Total Oil Production


Consumption. Negative numbers are Net
Imports.

Latest Year
Rank

Indonesia

89,750

22

942.29

7,731

75,951

24

827.83

1,610.00

28,976

89,128

14

1,660.00

(1980-2013)

-620.74

-19,898

--

203

-717.71

Refinery Capacity

Crude oil distillation capacity as of January 1.


Sources: U.S. data from EIA; Other countries
from Oil & Gas Journal.

(1980-2012)

1,012

24,875

88,097

21

1,012

Proved
Reserves(Billion
Barrels)

As of January 1. Sources: U.S. data from EIA;


Other countries from Oil & Gas Journal.

(1980-2014)

4.03

45

1,646

27

3.59

Consumption
Estimated
Petroleum Net
Exports

12

Profil Produksi & Konsumsi Petroleum Indonesia


(Thousand Barrels per Day)

13

Profil Produksi & Konsumsi Natural Gas Indonesia 2014

14

Profil Produksi & Konsumsi Batubara Indonesia 2014

15

Profil Produksi & Konsumsi Electricity Indonesia 2014

16

Potensi Batu Bara Indonesia


Indonesia merupakan negara penghasil batubara terbesar ke-5 di dunia, dengan

5% total produksi batubara dunia berasal dari Indonesia. (IEA Key Energy Statistics 2012)

Di tahun 2013, diperkirakan 81.4% konsumsi batubara nasional digunakan untuk

kebutuhan PLTU.

(Data Kementerian ESDM tahun 2012)

Tantangan :

Sebagian besar PLTU Indonesia masih menggunakan teknologi konvensional


many pollutant content produced
Teknologi gasifikasi batubara less pollutant produced and also readily processed

to become petrochemicals such as ammonia or methanol

17

Pengenalan Teknologi Gasifikasi Batu Bara


Gasifikasi batu bara merupakan teknologi pengubahan batu bara berfasa solid
menjadi gas (synthetic gas, syngas)

Reaksi Pembakaran Syngas jauh


lebih ramah lingkungan (Low SO2,
NOx, partikulat, dan Hg)

Selain
dapat
digunakan
dalam
proses
pembangkitan
listrik,
syngas
juga
dapat
dikembangkan menjadi beragam produk seperti:
- Hidrogen
- Methanol
- Ethanol
- Ammonia, dll
18

EMS-Fuel Management
30 mins
30 mins

Overview Modul Fuel Oil Management


Indonesia Energy Outlook 2014

30 mins

Fuel Management RUs

30 mins

Typical Fuel System: Fuel Oil, Fuel Gas

19

Key Question To Improve Rigorous Fuel Management


5W1H??
What

Why

When
Who

Apakah Target Refinery Fuel bisa dicapai?


Seberapa besar deviasi yg terjadi?
Seberapa besar cost yang ditimbulkan?
Inisiatif apa saja yang akan dilaksanakan gap closure?

Apa penyebab utama / kendala pencapaian target?


Apakah diagnostik permasalahan dilaksanakan dengan baik?
Bagaimana RCPS terhadap problem utama dijalankan?

Adakah Kondisi tertentu yang menyebabkan under target?


Turn Around?
Overhaul peralatan utama?

Kontribusi apa yg diperlukan dari masing-masing fungsi


/bagian?
Apakah ownership inisiatif improvement cukup effektif?

Where

How

Unit apa yang paling signifikan mempengaruhi realisasi


Refinery Fuel?
Apakah prioritas inisiatif sudah sesuai dengan kontribusi thd
target?
Upaya apa yang perlu dilakukan?
Apakah prioritas inisiatif sudah mempertimbangkan impact,
cost, kemudahan implementasi?
20

Apakah Inisiatif Direncanakan, Bisa Menjawab Tantangan Gap


Closure Di Tahun 2015 dan Di Tahun Tahun Mendatang?

Measure

Source : Solomon Associates

Manage

Monetize
21

EMS-Fuel Management
30 mins
30 mins

Overview Modul Fuel Oil Management


Indonesia Energy Outlook 2014

30 mins

Fuel Management RUs

30 mins

Typical Fuel System: Fuel Oil, Fuel Gas

22

Typical Fuel Oil System, Blending Facility, Conditioning Temperature,


System Distribusi, Burner, Line Sirkulasi

23

Perencanaan Target Fuel, Upaya Operasional dan Evaluasi


memerlukan pemahaman menyeluruh terhadap system FO.
Untuk menentukan perencanaan, operasional dan evaluasi
penggunaan fuel diperlukan pemahaman mengenai fuel oil
system:
Process deskripsi
Kemampuan design
Critical equipment / constraint
Komposisi fuel, Prosentase flux oil
Formulasi penentuan harga fuel
Kondisi saat ini
Peralatan
Jumlah SDM
Capabilities' SDM

24

Typical Fasilitas Nat Gas, Refinery Gas & Fuel Gas System: NG Receiving Facility, LPG
Vaporizer, Maximum LPG Supply from Process, FG KO Drum, Line Distribusi.

25

Perencanaan Target Fuel, Upaya Operasional dan Evaluasi


memerlukan pemahaman menyeluruh terhadap system FG.
Untuk menentukan perencanaan, operasional dan evaluasi penggunaan
fuel diperlukan pemahaman mengenai Nat Gas, Ref Gas dan Fuel Gas
system:
Process deskripsi: Meter Receiving NG, Heating Value sampling &
calculation.
Kemampuan design, flow max, Minimum Pressure NG Supply
Covering Days/Time LPG Storage.
Critical equipment / constraint
Formulasi penentuan harga fuel: Verifikasi pembayaran, discount,
pinalty.
Ketentuan-ketentuan dalam GSA PJBG
Gas price formula
DDQ
Spesifikasi /properties: HV, CO2, S content
Minimum supply
Batasan discount
Kondisi saat ini
Supply Interrupt, failure, intelligent pigging, dsb
Peralatan
Jumlah SDM
26
Capabilities' SDM

Peningkatan Cost Effisiensi Dengan Optimasi Komposisi


Fuel Consumption
Harga RFO sama dengan Harga HSFO Publikasi MOPS
Harga RFG sama dengan harga RFO
Harga RFO ke Kilang ditentukan dengan Harga HSFO plus
prosentase Flux Oil (ADO)
Harga Natural Gas ditentukan dalam PJBG GSA

Fuel

BSRF

BSRF/day MBSRF/day US$/BSRF

Fuel Oil

1,231,206.50

3,363.95

3.36

111.40

Natural Gas

2,131,441.33

5,823.61

5.82

68.76

Ref Gas

1,081,543.04

2,955.04

2.96

111.40

Total

4,444,190.87

12,142.60

12.14

Harga Fuel RU V 2012

27

Fokus Inisiatif Pada Area Utilities dan Unit Proses Berdasarkan


Besaran Konsumsi Fuel.
Konsumsi Fuel
Area Utilities
typical 40% dari
total konsumsi
Fuel.

Konsumsi FO
Area UTL 80%
dari total
konsumsi FO.

28
Source : RU V Ref Fuel 2012

Optimasi Viscosity Fuel Oil Dengan Mengurangi Flux Oil dan


Optimasi Fungsi Heater

Dengan Net Heating Value yang sama


penggunaan RFO 76 cSt dapat
menurunkan biaya operasi HHP Boiler
hingga 3$/bbl

29

PERENCANAAN RKAP REFINERY FUEL


Penentuan Target Fuel memperhatikan beberapa hal diantaranya
kapasitas design dan kondisi saat ini, serta prediksi impact dari
inisiatif yang direncanakan pada tahun tsb
Rencana Pengolahan Perunit Process
Target Operasional Heater/Boiler:
CIT/COT
Temperature Flue Gas
Effisiensi Burner
Excess Air
Ketentuan-ketentuan PJBG GSA
Minimum Supply
Total Volume yg diperjanjikan
DDQ Delivery Daily Quantity
Price Discount
Price Formula
Kemampuan System FG, FO dan Natural Gas
Kapasitas Maksimum line FO, FG
Kapasitas maksimum supply Natural Gas
Prediksi produksi RFG
30

* Quotes by Benjamin Franklin 1706 - 1790

31

Pemanfaatan Tenaga Panas Bumi di Area


Lahendong
Diagram Alir Pembangkitan Listrik Panas Bumi

Fasilitas Produksi PLTP Lahendong

PLTP area Lahendong pertama kali


beroperasi
tahun 2001 dengan
kemampuan 20 MW (PLTP Unit 1)

Hingga tahun 2012, PLTP area


Lahendong mampu beroperasi hingga
80 MW (PLTP Unit 1 4 )

Rencana pengembangan hingga 2014,


menambah 2 unit baru yaitu Unit 5 dan
6 (2 x 20 MW)
32

Waste to Energy Project

33

You might also like