You are on page 1of 16

REFERAT

DISPEPSIA FUNGSIONAL

Dokter Pembimbing :
dr. Hotmen Sijabat, Sp.PD

Disusun Oleh :
Amanda Samurti Pertiwi
1018011038

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
2014

BAB I

PENDAHULUAN
Dispepsia diderita oleh lebih dari 40 % orang dewasa di setiap tahunnya dan
sering didiagnosis sebagai dispepsia fungsional (non ulkus). Gejala dari dispepsia
fungsional diantaranya rasa penuh setelah makan, kembung, cepat kenyang, nyeri
didaerah epigastrium seperti rasa terbakar tanpa ditemukan bukti adanya penyakit
struktural yang menyebabkan timbulnya gejala. Gejala-gejala ini dapat muncul
berdampingan dengan gejala gangguan pencernaan, seperti gastroesophageal reflux
disease (GERD), irritable bowel syndrome, anxietas dan depresi. Anamnesis dan
pemeriksaan fisik dapat membantu mengidentifikasi kemungkinan penyebab lain.
Tanda-tanda peringatan penyakit serius, seperti kanker adalah hilangnya berat badan
yang tidak diketahui sebabnya, disfagia progresif, muntah terus menerus, perdarahan
gastrointestinal, dan riwayat keluarga kanker perlu diperhatikan. Dalam kasus ini,
penyelidikan yang lebih ekstensif seperti laboratorium, pencitraan, dan endoskopi
harus dipertimbangkan untuk mendukung gejala klinis yang ada. Selama
pemeriksaan awal, strategi eradikasi Helicobacter pylori lebih efektif daripada
pengobatan empiris dan lebih hemat biaya dari pada endoskopi. Eradikasi H. pylori
membantu 1 dari 15 pasien dengan dispepsia fungsional yang didiagnosis dengan
endoskopi, tapi mungkin tidak efektif biaya. Pilihan pengobatan untuk dispepsia
fungsional adalah histamin H2 blocker, proton pump inhibitor dan agen prokinetic.
Meskipun obat psikotropik dan intervensi psikologis tidak terbukti memiliki manfaat
pada pasien dengan dispepsia fungsional, namum dapat

menurunkan dispepsia

karena psikiatri umum.

BAB II

A. DEFINISI
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys- (buruk) dan -peptein
(pencernaan).1 Berdasarkan konsensus International Panel of Clinical Investigators,
dispepsia didefinisikan sebagai rasa nyeri atau tidak nyaman yang terutama dirasakan
di daerah perut bagian atas,2 sedangkan menurut Kriteria Roma III terbaru, 3,4
dispepsia fungsional didefi nisikansebagai sindrom yang mencakup satu atau lebih
dari gejala-gejala berikut: perasaan perut penuh setelah makan, cepat kenyang, atau
rasa terbakar di ulu hati, yang berlangsung sedikitnya dalam 3 bulan terakhir, dengan
awal mula gejala sedikitnya timbul 6 bulan sebelum diagnosis.
Dispepsia diderita >40% orang dewasa di setiap tahunnya dan sekitar 10%
dari mereka berusaha mendapatkan pelayanan medis.1 Kebanyakan pada pasien yang
mencari pelayanan medis pada akhirnya diagnosis sebagai dispepsia fungsional. 2
Dispepsia fungsional (non ulkus) didefinisikan sebagai rasa penuh setelah makan,
kembung, cepat kenyang, nyeri didaerah epigastrium seperti rasa terbakar tanpa
ditemukan bukti adanya penyakit struktural yang menyebabkan timbulnya gejala.3,4
Pedoman

terbaru

membedakan

nyeri

ulu

hati

dan

gejala

refluks

gastroesophageal, yang sering terjadi bersamaan dengan dispepsia tetapi dianggap


terpisah.5 Studi sebelumnya telah menggunakan berbagai definisi untuk dispepsia.
Akibatnya, diperlukan penelitian lebih untuk membedakan dispepsia fungsional
dengan penyakit lain dari saluran gastrointestinal (GI). Untuk memudahkan
penelitian ini, kriteria diagnostik Roma III membagi dispepsia fungsional menjadi
dua subkategori: epigastic pain syndrome (yaitu nyeri epigastrium, rasa seperti
terbakar) dan postprandial distres syndrome (yaitu perasaan cepat kenyang, rasa
penuh setelah makan).3

B. PATOFISIOLOGI
Tidak ada mekanisme patofisiologis definitif untuk dispepsia fungsional, hal
ini menunjukkan bahwa dispepsia fungsional merupakan sekelompok gangguan yang
heterogen. Pasien dengan dispepsia fungsional biasanya bersamaan gejala irritable
bowel syndrome atau kelainan fungsional gastrointestinal (GI) lainnya. 6 Dalam satu
studi yang dilakukan selama 10 tahun, pasien dengan dispepsia dan irrittable bowel
syndrome, 40% pasien gejalanya beralih/berubah-ubah selama periode penelitian.7
Beberapa studi menghubungkan dismotilitas lambung dalam patofisiologi
dispepsia fungsional.8-12 Banyak pasien mengalami gejala motilitas, seperti kembung,
cepat kenyang, mual, dan muntah. Studi telah menyatakan bahwa motilitas lambung
(misalnya, gastroparesis, disritmia lambung, disfungsi sfingter piloric) terdapat pada
80% pasien dispepsia fungsional.8,

Namun, tingkat dismotilitas tidak berkorelasi

dengan gejala.8-12
Banyak pasien dispepsia fungsional mengeluh nyeri seperti terbakar yang bisa
dibedakan dengan dispepsia terkait ulkus, hubungan antara dispepsia fungsional dan
sekresi asam lambung tidak jelas. Sebuah studi membandingkan tingkat pH yang
rendah dalam duodenum pada pasien dispepsia fungsional dibandingkan dengan
kelompok kontrol, hasilnya tingkat pH tidak berkorelasi dengan gejala. Peran infeksi
Helicobacter pylori dalam dispepsia fungsional juga telah diselidiki. Studi populasi
yang besar telah menunjukkan peningkatan insiden infeksi Helicobacter pylori pada
pasien dengan dispepsia fungsional, namun, tingginya insiden pada kedua populasi
dan respon minimal terhadap pengobatan tidak jelas.1,14 Meskipun masih ada
ketidakpastian ini, pengujian dan mengobati infeksi H. pylori telah menjadi bagian
dari pengelolaan dispepsia fungsional.
C. PENDEKATAN DIAGNOSTIK
Dispepsia fungsional adalah diagnosis eksklusi, sehingga dokter harus fokus
pada penyakit, tanpa menghabiskan terlalu banyak waktu untuk menyelidiki gejala.

Dispepsia sangat luas dan memiliki beragam diagnosis banding, termasuk dispepsia
fungsional, penyakit ulkus peptikum, refluks esophagitis, dan keganasan lambung
atau esofagus. Dispepsia fungsional merupakan diagnosis yang paling umum dan
sering yang mencapai >70% dari kasus dispepsia.15
Dokter harus melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara rinci,
mencatat setiap temuan yang mengarah ke diagnosis selain dispepsia fungsional
(misalnya, nyeri pada kuadran kanan atas dengan cholelithiasis, hubungan latihan
dengan penyakit arteri koroner, radiasi dengan pankreatitis). Tabel 3 termasuk obat
dan agen lainnya yang umumnya berkaitan dengan dispepsia. 19 Karena diagnosis
banding yang luas, maka memerlukan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan
laboratorium dan pencitraan. Pada gambar 1 merupakan algoritma evaluasi dan
pengobatan pasien dengan dispepsia. 5,19
Tabel 1. Kriteria Diagnostik Roma III untuk Dispepsia Fungsional
1. Kreteria diagnostik terpenuhi bila 2 poin dibawah ini terpenuhi :
a. rasa penuh setelah makan yang mengganggu
b. perasaan cepat kenyang
c. nyeri epigastrium
d. rasa terbakar di daerah epigastrium
2. Tidak ditemukan bukti adanya kelainan penyakit struktural yang
menyebabkan timbulnya gejala (termasuk yang terdeteksi saat endoskopi
saluran cerna bagian atas)
CATATAN: Kriteria terpenuhi bila gejala-gejala diatas terjadi sedikitnya
dalam 3 (tiga) bulan terakhir, dengan awal mula gejala timbul setidaknya 6
(enam) bulan sebelum diagnosis.
a. Postprandial distress syndrome
Kriteria diagnostik* terpenuhi bila 2 poin di bawah ini seluruhnya terpenuhi:
1. Rasa penuh setelah makan yang mengganggu, terjadi setelah makan dengan
porsi biasa, sedikitnya terjadi beberapa kali seminggu
2. Perasaan cepat kenyang yang membuat tidak mampu menghabiskan porsi
makan biasa, sedikitnya terjadi beberapa kali seminggu
* Kriteria terpenuhi bila gejala-gejala di atas terjadi sedikitnya dalam 3 bulan
terakhir, dengan awal mula gejala timbul sedikitnya 6 bulan sebelum
diagnosis.

Kriteria penunjang
1. Adanya rasa kembung di daerah perut bagian atas atau mual setelah makan
atau bersendawa yang berlebihan
2. Dapat timbul bersamaan dengan sindrom nyeri epigastrium.
b. Epigastric pain syndrome
Kriteria diagnostik* terpenuhi bila 5 poin di bawah ini seluruhnya terpenuhi:
1. Nyeri atau rasa terbakar yang terlokalisasi di daerah epigastrium dengan
tingkat keparahan moderat/sedang, paling sedikit terjadi sekali dalam
seminggu
2. Nyeri timbul berulang
3. Tidak menjalar atau terlokalisasi di daerah perut atau dada selain daerah
perut bagian atas/epigastrium
4. Tidak berkurang dengan BAB atau buang angin
5. Gejala-gejala yang ada tidak memenuhi kriteria diagnosis kelainan kandung
empedu dan sfi ngter Oddi
* Kriteria terpenuhi bila gejala-gejala di atas terjadi sedikitnya dalam 3 bulan
terakhir, dengan awal mula gejala timbul sedikitnya 6 bulan sebelum
diagnosis.
Kriteria penunjang
1. Nyeri epigastrium dapat berupa rasa terbakar, namun tanpa menjalar ke
daerah retrosternal
2. Nyeri umumnya ditimbulkan atau berkurang dengan makan, namun mungkin
timbul saat puasa
3. Dapat timbul bersamaan dengan sindrom distres setelah makan.

Anamnesis penyakit dan pemeriksaan fisik saja memiliki sensitivitas dan


spesifitas rendah untuk memprediksi pasien dengan dispepsia yang memiliki penyakit
organik, sehingga kadang diperlukan pemeriksaan esophagogastroduodenoscopy.15,20
Karena hasil temuan tingginya endoskopi yang normal, sangat rendah insiden
keganasan, sehingga perlu mencoba pengobatan secara empiris sebelum melakukan
tes diagnostik yang invasif dan mahal.
Beberapa strategi telah diusulkan untuk pengelolaan awal pasien dengan
dispepsia, termasuk penekan asam lambung, pendekatan tes dan mengobati (untuk

infeksi H. pylori) dan endoskopi. Tinjauan Cochrane menemukan bahwa dalam


ketiadaan tanda-tanda peringatan untuk penyakit yang serius, strategi tes dan
pengobatan lebih efektif dan murah daripada endoskopi.21 Endoskopi telah terbukti
mengurangi

risiko

terjadinya

dispepsia

berulang.

Namun

dokter

harus

mempertimbangkan biaya endoskopi.21 Dokter dapat mendiagnosis infeksi H. pylori


dengan tes non-invasif, seperti uji serologi, antigen tinja dan tes napas urea. Uji
serologi merupakan uji yang paling umum karena ketersediaan luas dan biaya rendah,
meskipun pengujian napas urea lebih akurat.22
Pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun, American Gastroenterological
Association (AGA) merekomendasikan beberapa tanda-tanda peringatan yang harus
diperhatikan (misalnya, kehilangan berat badan yang tidak diketahui sebabnya,
disfagia progresif, muntah terus menerus, adanya bukti perdarahan gastrointestinal,
riwayat keluarga kanker).5 Pada pasien yang memiliki tanda-tanda peringatan
tersebut, AGA merekomendasikan untuk segera melakukan endoskopi, terutama bagi
mereka yang berusia >55 tahun.

Namun, masih ada perdebatan tentang batas usia

yang lebih rendah dari 35-45 tahun.23 Meskipun tidak dibahas dalam pedoman AGA,
pemeriksaan darah lengkap perlu dipertimbangkan untuk melihat adanya anemia.
Pedoman AGA tidak merekomendasikan pengujian laboratorium dan pencitraan,
namun wajar untuk mempertimbangkan pendekatan ini pada pasien dengan temuan
esophagogastroduodenoscopy negatif dan adanya tanda-tanda peringatan atau jika
program pengobatan tidak berhasil.
Tabel 2. Diangnosis Banding Dispepsia
KATEGORI DIAGNOSTIK
Dispepsia fungsional
Ulkus peptikum
Refluks esofagitis
Kanker lambung atau esofagus
Kanker perut, terutama kanker pankreas
Penyakit saluran bilier
Malabsorpsi karbohidrat (laktosa, sorbitol, fruktosa, manitol)
Gastroparesis
Hepatoma
Penyakit infiltratif perut (penyakit crohn, sarkoidosis)
Parasit usus (spesies giardia, spesies strongyloides)
Penyakit usus iskemik

PROSENTASE
>70%
15-25 %
5-15 %
<2%
Jarang
Jarang
Jarang
Jarang
Jarang
Jarang
Jarang
Jarang

Efek obat (tabel 3)


Gangguan metabolisme (hiperkalsemia, hiperkalemia)
Pankreatitis
Gangguan sistemik (diabetes mellitus, gangguan tiroid dan

Jarang
Jarang
Jarang
Jarang

paratiroid, penyakit jaringan ikat)

Tabel 3. Agen yang umumnya terkait dengan dispepsia


Acarbose (precose)

Metformin (glucophage)

Alkohol

Miglitol (glyset)

Antibiotik oral (misalnya, eritromisin)

Obat NSAID, termasuk

Bisphosphonates

cyclooxgenase-2 inhibitor

Kortikosteroid (misalnya prednisone)

Opiat

Herbal (misalnya, bawang putih)

Orlistat (xenical)

Iron

Potasium klorida
Theophyline

D. PENGOBATAN
Pengobatan dispepsia fungsional bisa membuat frustasi bagi dokter dan
pasien karena beberapa pilihan pengobatan telah terbukti efektif. Pasien akan
memerlukan lanjutan penanganan dan dukungan dari dokter mereka. Pengobatan
umumnya ditujukan pada salah satu yang dianggap mendasari menjadi etiologi dari
dispepsia fungsional.

Rekomendasi Klinis
Dokter harus langsung endoskopi pada pasien dengan

Peringkat

Refe

Ket.

Evidence
C

rensi
5

Konsensus,

dispepsia yang memiliki tanda-tanda peringatan

pendapat

(misalnya, kehilangan berat badan yang tidak

ahli, praktek

diinginkan, disfagia progresif, muntah terus menerus,


bukti perdarahan gastrointestinal, riwayat keluarga
kanker) pada usia > 55 tahun.
Pada pasien dengan dispepsia yang tidak menunjukkan

21

Metaanalisis

tanda-tanda peringatan, strategi tes dan mengobati

infeksi Helicobacter pylori efektif dan lebih murah


dibandingkan endoskopi.
Histamin H2 blocker dan proton pump inhibitor

24

Metaanalisis

24

Studi

mengurangi gejala dispepsia fungsional, meskipun


efeknya kecil.
Agen prokinetic metoclopramide (reglan) efektif dalam
mengobati dispepsia fungsional, meskipun data yang

metaanalisis

mendukungnya terbatas.

berkualitas

Eradikasi H. pylori efektif dalam mengurangi gejala,


pemeriksaan

endoskopi

dikonfirmasikan

27

rendah
Metaanalisis

dengan

dispepsia fungsional, meskipun mungkin tidak efektif


biaya.
A = bukti berorientasi pasien konsisten dan berkualitas baik.
B = bukti berorientasi pasien tidak konsisten atau berkualitas sedang
C = konsensus, bukti berorientasi penyakit, praktek, pendapat ahli, kasus.

Evaluasi dan Managemen Dispepsia

Pasien datang dengan dispepsia

Evaluasi pasien dengan faktor risiko:


usia> 55 th, penurunan berat badan,
disfagia progresif, muntah terus
menerus, bukti perdarahan
gastrointestinal, riwayat keluarga
kanker

Diagnosa dengan anamnesis


dan pemeriksaan fisik
(lihat tabel 2 untuk diagnosis
diferensial)

Faktor risiko

Tidak ada faktor risiko

Lakukan endoskopi

Hasil positif
Lakukan pengobatan

Hasil negatif

*Dokter dapat memilih uji coba


terapi antisecretory sebelum
pengujian untuk infeksi H. pylori,
terutama ketika terjadinya
dispepsia adalah relatif baru
(< 3-6 bulan)

Tes untuk infeksi Helicobacter


pylori, dan mengobati jika ada *

Percobaan terapi
antisecretory jika pasien
masih bergejala

Tidak ada perbaikan

Perbaikan

Lakukan endoskopi

Lanjutkan pengobatan
dengan reevaluasi
periodik

Mengevaluasi dan mengobati


kondisi komorbiditas
(misalnya, stres, kecemasan,
depresi)
Pertimbangkan tes laboratorium
dan pencitraan ketika
terindikasi secara klinis

1) Penekanan Asam Lambung


Penekan asam lambung telah dipelajari secara intensif dalam
pengobatan dispepsia fungsional. Meskipun bermanfaat pada pasien dengan
dispepsia ulkus atau refluks gastroesophagus cukup besar, namun manfaat pada
pasien dengan dispepsia fungsisional kurang jelas. Antasid, sucralfat
(carafate), dan misoprostol (cytotec) telah dievaluasi dalam studi terbatas tanpa
bukti manfaat.24 Garam Bismuth menunjukkan beberapa manfaat dibandingkan
dengan plasebo, namun studi menunjukkan manfaat yang tidak baik. Karena
manfaatnya yang masih dipertanyakan dan risiko jangka panjang dapat
menyebabkan neurotoksik, garam bismuth tidak direkomendasikan sebagai
agen lini pertama untuk pengobatan dispepsia fungsional.24
Histamin H2 blocker lebih menjanjikan untuk mengobati dispepsia
fungsional dan telah dievaluasi dalam beberapa uji. Sebuah studi metaanalisis
menyimpulkan bahwa H2 blocker secara signifikan meningkatkan perbaikan
gejala, namun ada beberapa bukti bias dalam publikasi dan efeknya telah
dibesar-besarkan, terutama dibandingkan dengan proton pump inhibitors.24
Studi proton pump inhibitor telah menunjukkan perbaikan yang signifikan
dalam gejala dispepsia fungsional dibandingkan dengan plasebo. Studi ini
dinilai kualitasnya lebih baik dari pada histamin H2 blocker, sehingga sulit
untuk membandingkan efektifitasnya. 24 Mengingat penggunaan penekan asam
lambung manfaatnya relatif kecil, dokter harus mempertimbangkan biaya dan
jangka panjang profil keamanan obat yang dipilih untuk pengobatan awal.
2) Prokinetik
Banyak pasien dengan dispepsia fungsional melaporkan gejala yang
dominan berupa keluhan kembung, mudah cepat kenyang, mual, dan muntah.
Akibatnya, dokter mencoba menargetkan pengobatan untuk meningkatkan
motilitas gastrointestinal (GI). Beberapa percobaan randomized control

10

menunjukkan bahwa agen prokinetik efektif dalam mengobati dispepsia


fungsional.24 Namun, kualitas dari studi ini masih dipertanyakan dan efektivitas
agen mungkin telah dibesar-besarkan. Uji coba menunjukkan efektivitas
cenderung hanya ditargetkan pada pasien dengan gejala sugestif dari gangguan
motilitas, sehingga menimbulkan pertanyaan keefektivitasannya dalam kasus
nyeri epigastrium. Juga, kebanyakan penelitian menggunakan cisapride, yang
sejak lama telah dihapus dari pasar USA karena dapat menyebabkan jantung
aritmia.24 Satu studi telah menunjukkan bahwa domperidone efektif untuk
pengobatan dispepsia fungsional.24 Domperidone relatif aman, namun belum
disetujui untuk digunakan di USA.
Agen prokinetik yang tersedia di USA adalah metoclopramide (reglan)
dan eritromisin, yang buktinya jarang. Metoclopramide dapat menyebabkan
tardive dyskinesia dan gejala parkinson pada orang tua, sehingga harus dibatasi
dalam penggunaannya.24 Eritromisin memiliki beberapa efek prokinetik dan
digunakan untuk mengobati gastroparesis. Namun, eritromisin belum diteliti
untuk pengobatan dispepsia fungsional, sehingga efektivitasnya tidak diketahui.
Ada beberapa bukti awal yang menunjukkan bahwa formulasi herbal yang
mengandung peppermint meningkatkan perbaikan gejala dispepsia fungsional,
kemungkinan melalui efek pada otot polos usus.25,26 Namun, formulasi
peppermint yang tersedia di USA belum diteliti dengan baik, penelitian lebih
lanjut diperlukan.
3) Eradikasi Helicobacter Pylori
Eradikasi H.pylori bermanfaat sebagai strategi awal untuk pengelolaan
dispepsia sebelum endoskopi. Beberapa studi metaanalisis telah meneliti terapi
eradikasi pada pasien dengan endoskopi pada dispepsia fungsional.19 Meskipun
ada beberapa perbedaan antara studi, studi metaanalisis terbaru menunjukkan
perbaikan yang kecil tapi signifikan secara statistik pada gejala dispepsia
fungsional dengan eradikasi H. pylori.27
4) Intervensi Psikotropika dan Psikologi

11

Karena tingginya risiko terjadinya depresi dan penyakit kejiwaan pada


pasien dengan dispepsia fungsional, banyak dokter meresepkan antidepresan.
Namun, penelitian yang mendukung strategi ini masih kurang. Sebuah studi
metaanalisis menunjukkan bahwa antidepresan tricyclic secara signifikan
memperbaiki gangguan gastrointestinal, tapi studi ini tidak mereview dispepsia
fungsional dari gangguan GI lainnya, seperti irritable bowel syndrome dan
nyeri ulu hati.28 Studi mini crossover menyatakan bahwa dosis rendah
amitripyline memperbaiki gejala dispepsia fungsional, namun, itu hanya 14
pasien dan hanya berlangsung 1 bulan.29 Sebuah studi yang lebih besar pada
anak-anak dengan irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional tidak
menunjukkan perbaikan dengan amitriptyline versus placebo. Ada 30 lebih
percobaan sedang berlangsung yang meneliti penggunaan antidepresan tricyclic
pada pasien dengan dispepsia fungsional.31
Empat percobaan randomised control meneliti penggunaan intervensi
psikologis pada pasien dispepsia.32 Setiap intervensi (psikoterapi, psikodrama,
terapi perilaku kognitif, terapi relaksasi, dan hipnosis), dievaluasi berbeda dan
tidak ada studi metaanalisis yang mendukung. Selain itu, karena rendahnya
kualitas uji coba. Namun, metode ini masih bisa digunakan untuk mengobati
penyakit yang bersamaan dengan psikiatri umum.

12

BAB III
KESIMPULAN
Dispepsia fungsional adalah sindrom yang mencakup salah satu atau lebih
gejala-gejala berikut ini: perasaan perut penuh setelah makan, cepat kenyang, atau
rasa terbakar di ulu hati, yang berlangsung sedikitnya dalam 3 bulan terakhir, dengan
awal mula gejala sedikitnya timbul 6 bulan sebelum diagnosis. Dispepsia secara
klasik terbagi atas dyspepsia organik dan dispepsia fungsional.
Dispepsia fungsional diklasifikasikan kembali menjadi postprandial distress
syndrome dan epigastric pain syndrome (Kriteria Roma III). Selain itu, juga dibagi
menjadi ulcer-like dyspepsia dan dysmotility-like dyspepsia. Hingga tahun 2012,
penelitian-penelitian mengenai patomekanisme dispepsia berfokus pada upaya
mengurai mekanisme patofi siologis yang disebabkan abnormalitas fungsi motorik
lambung, infeksi Helicobacter pylori, dan faktor-faktor psikososial, khususnya
terkait gangguan cemas dan depresi.
Diagnosis dispepsia hendaknya lebih ditekankan pada upaya mengeksklusi
penyakit-penyakit serius atau penyebab spesifi k organik yang mungkin, bukan
menggali karakteristik detail gejalagejala dispepsia yang dikemukakan pasien.
Diagnosis dispepsia fungsional dilakukan berdasarkan Kriteria Roma III. American
College of Gastroenterology Guidelines for the Management of Dyspepsia (2005)
mengemukakan pentingnya mendeteksi tanda-tanda bahaya (alarming features) pada
pasien dengan keluhan dispepsia, yang penting untuk menentukan pengelolaan
selanjutnya. Segera rujuk apabila didapatkan tanda-tanda bahaya tersebut atau
terdapat tanda-tanda yang mengarah pada gangguan jantung.

13

DAFTAR PUSTAKA

1. McNamara DA, Buckley M, OMorain CA. Nonulcer dyspepsia. Current concepts and
management. Gastroenterol Clin North Am. 2000;29(4):807-818.
2. McQuaid K. Dyspepsia. In: Feldman M, Friedman LS, Sleisenger MH. Sleisenger &
Fordtrans Gastrointestinal and Liver Disease: Pathophysiology, Diagnosis, Management.
7th ed. Philadelphia, Pa.: Saunders; 2002:102-103.
3. Tack J, Talley NJ, Camilleri M, et al. Functional gastroduodenal disorders [published
correction
appears
in
Gastroenterology.
2006;131(1):336].
Gastroenterology.
2006;130(5):1466-1479.
4. Drossman DA, Corazziari E, Delvaux M, et al. Rome III: The Functional Gastrointestinal
Disorders.
3rd
ed.
McLean,
Va.:
Degnon
Associates;
2006.
http://theromefoundation.org/assets/pdf/19_RomeIII_apA_885-898.pdf.
5. Talley NJ. American Gastroenterological Association medical position statement: evaluation
of dyspepsia. Gastroenterology. 2005;129(5): 1753-1755.
6. Kaji M, Fujiwara Y, Shiba M, et al. Prevalence of overlaps between GERD, FD and IBS and
impact on health-related quality of life. J Gastroenterol Hepatol. 2010;25(6):1151-1156.
7. Ford AC, Forman D, Bailey AG, Axon AT, Moayyedi P. Fluctuation of gastrointestinal
symptoms in the community: a 10-year longitudinal follow-up study. Aliment Pharmacol
Ther. 2008;28(8):1013-1020.
8. Sha W, Pasricha PJ, Chen JD. Correlations among electrogastrogram, gastric dysmotility, and
duodenal dysmotility in patients with functional dyspepsia. J Clin Gastroenterol.
2009;43(8):716-722.
9. Sha W, Pasricha PJ, Chen JD. Rhythmic and spatial abnormalities of gastric slow waves in
patients with functional dyspepsia. J Clin Gastroenterol. 2009;43(2):123-129.
10. Mizushima T, Sawa K, Ochi K, et al. Gastrobiliary motility is not coordinated in patients
with non-ulcer dyspepsia of normal gastric emptying time: simultaneous sonographic study.
J Gastroenterol Hepatol. 2005;20(6):910-914.
11. Lin X, Levanon D, Chen JD. Impaired postprandial gastric slow waves in patients with
functional dyspepsia. Dig Dis Sci. 1998;43(8):1678-1684.
12. Lin Z, Eaker EY, Sarosiek I, McCallum RW. Gastric myoelectrical activity and gastric
emptying in patients with functional dyspepsia. Am J Gastroenterol. 1999;94(9):2384-2389.
13. Bratten J, Jones MP. Prolonged recording of duodenal acid exposure in patients with
functional dyspepsia and controls using a radiotelemetry pH monitoring system. J Clin
Gastroenterol. 2009;43(6):527-533.
14. Armstrong D. Helicobacter pylori infection and dyspepsia. Scand J Gastroenterol Suppl.
1996;215:38-47.
15. Value of the unaided clinical diagnosis in dyspeptic patients in primary care. Am J
Gastroenterol. 2001;96(5):1417-1421.
16. Bazaldua OV, Schneider FD. Evaluation and management of dyspepsia. Am Fam Physician.
1999;60(6):1773-1784.
17. Talley NJ, Silverstein MD, Agrus L, Nyrn O, Sonnenberg A, Holtmann G. AGA technical
review: evaluation of dyspepsia. American Gastroenterological Association.
Gastroenterology. 1998;114(3):582-595.

14

18. Fisher RS, Parkman HP. Management of nonulcer dyspepsia. N Engl J Med.
1998;339(19):1376-1381.
19. Dickerson LM, King DE. Evaluation and management of nonulcer dyspepsia. Am Fam
Physician. 2004;70(1):107-114.
20. Moayyedi P, Talley NJ, Fennerty MB, Vakil N. Can the clinical history distinguish between
organic and functional dyspepsia? JAMA. 2006; 295(13):1566-1576.
21. Delaney B, Ford AC, Forman D, Moayyedi P, Qume M. Initial management strategies for
dyspepsia. Cochrane Database Syst Rev. 2005;(4): CD001961.
22. Ables AZ, Simon I, Melton ER. Update on Helicobacter pylori treatment. Am Fam
Physician. 2007;75(3):351-358.
23. Marmo R, Rotondano G, Piscopo R, et al. Combination of age and sex improves the ability
to predict upper gastrointestinal malignancy in patients with uncomplicated dyspepsia: a
prospective multicentre database study. Am J Gastroenterol. 2005;100(4):784-791.
24. Moayyedi P, Soo S, Deeks J, Delaney B, Innes M, Forman D. Pharmacological interventions
for non-ulcer dyspepsia. Cochrane Database Syst Rev. 2006;(4):CD001960.
25. Kligler B, Chaudhary S. Peppermint oil. Am Fam Physician. 2007;75(7): 1027-1030.
26. Melzer J, Rsch W, Reichling J, Brignoli R, Saller R. Meta-analysis: phytotherapy of
functional dyspepsia with the herbal drug preparation STW 5 (Iberogast). Aliment
Pharmacol Ther. 2004;20(11-12):1279-1287.
27. Moayyedi P, Soo S, Deeks J, et al. Eradication of Helicobacter pylori for non-ulcer
dyspepsia. Cochrane Database Syst Rev. 2006;(2):CD002096.
28. Jackson JL, OMalley PG, Tomkins G, Balden E, Santoro J, Kroenke K. Treatment of
functional gastrointestinal disorders with antidepressant medications: a meta-analysis. Am J
Med. 2000;108(1):65-72.
29. Mertz H, Fass R, Kodner A, Yan-Go F, Fullerton S, Mayer EA. Effect of amitriptyline on
symptoms, sleep, and visceral perception in patients with functional dyspepsia. Am J
Gastroenterol. 1998;93(2):160-165.
30. Saps M, Youssef N, Miranda A, et al. Multicenter, randomized, placebo-controlled trial of
amitriptyline in children with functional gastrointestinal disorders. Gastroenterology.
2009;137(4):1261-1269.
31. Talley NJ, Herrick L, Locke GR. Antidepressants in functional dyspepsia. Expert Rev
Gastroenterol Hepatol. 2010;4(1):5-8.
32. Soo S, Moayyedi P, Deeks J, Delaney B, Lewis M, Forman D. Psychologi cal interventions
for non-ulcer dyspepsia. Cochrane Database Syst Rev. 2005;(2):CD002301.

15

You might also like