Professional Documents
Culture Documents
Status Penderita
Nama
: Sdr. H
Umur
: 20 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Swasta
Pendidikan
: SMA
Agama
: Islam
Alamat
: Desa Ngebrek, Sumberpucung, Malang
Status perkawinan : Belum Menikah
Suku
: Jawa
Tanggal Periksa
: 27 Oktober 2014
Tanggal MRS
: 26 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan Utama :
Nyeri dan bengkak pada pipi kiri setelah
kecelakaan lalu lintas
Riwayat Penyakit
Sekarang
datang
ke IGD RSUD Kanjuruhan Kepanjen
Pasien
dengan keluhan nyeri dan bengkak pada pipi kiri setelah
kecelakaan menabrak sepeda motor saat mengendarai
sepeda motor pada Minggu tanggal 26 Oktober 2014
sekitar pukul 18.00 WIB. Menurut pasien, saat pasien
sedang mengendarai motor dengan tidak menggunakan
helm, tiba-tiba ada pengendara motor lain yang akan
memutar arah, sehingga tabrakan tidak dapat dihindari.
Sesaat setelah jatuh, pasien langsung pingsan, keluarga
mengaku pasien pingsan selama perjalanan menuju
RSUD Kanjuruhan Kepanjen. Terdapat bengkak di pipi
sebelah kiri dengan diameter kurang lebih 10 cm, keluar
darah dari hidung, pasien muntah berwarna hitam,
mengeluh pusing, bisa diajak berkomunikasi, dan masih
ingat kejadian sampai akhirnya pingsan. Pasien dibawa
RSUD Kanjuruhan Kepanjen, sampai di RSUD Kepanjen
pukul 19.00.
Riwayat Kebiasaan :
Riwayat merokok 1-2 batang sehari,
minum kopi 1-3 gelas kecil / hari, dan
minum alkohol disangkal.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
GCS: 456
Tanda Vital
Tensi
: 100/60 mmHg
Nadi
: 72x/menit
Pernafasan : 18x/menit
Suhu
: 36,5C
Head to Toe:
Kepala : edema 10 cm pada maksila
sinistra, Hidung : epistaksis (+), brill
hematom (-/+)
PEMERIKSAANPENUNJANG
PENUNJANG
PEMERIKSAAN
Resume
Sdr. H, Laki-laki 20 tahun, datang dengan
keluhan nyeri dan bengkak pada pipi kiri setelah
jatuh dari sepeda motor saat menabrak sepeda
motor. Sesaat setelah kejadian pasien pingsan,
keluar darah dari hidung, muntah, pusing(+), bisa
diajak berkomunikasi, dan ingat saat kejadian.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD: 100/60
mmHg, Suhu: 36,50 C, nadi: 72x/menit, RR:
18x/menit, GCS 4-5-6. Pemeriksaan penunjang
CT scan memberikan kesan: fraktur maksilaris
sinistra
Planning Diagnosis
Pemeriksaan darah lengkap Hb,
leukosit, LED, diff count, CRP, CT/BT
Pemeriksaan radiologi CT Scan
Working Diagnosis
Cedera Otak Ringan dengan Fraktur
Maksilaris Sinistra
Planning Therapy
Non-operatif
Medikamentosa
NS 1000cc/ 24 jam
Ranitidin 2 x 50mg
Ketorolac 2 x 30mg
Non Medikamentosa
MRS
Diet TKTP
PEMBAHASAN
Anatomi Kepala
S
A. Kulit Kepala
(SCALP)
Tulang Tengkorak
Meningen
CRANIUM
DURAMATER
Ruang epidural
terdapat arteri
meningea media
EDH
Ruang subdura
Bridging vein SDH
Otak
Serebrum
Cairan Serebrospinalis
Dihasilkan pleksus
koroideus (terletak di
atap ventrikel)
20ml/jam.
Mengalir dari ventrikel
lateral foramen
monro ventrikel III
akuaduktus sylvius
ventrikel IV ruang
subarakhnoid.
CSS direabsorbsi ke
dalam sirkulasi vena
melalui granulasio
arakhnoid pada Sinus
Sagitalis Superior
Tentorium
Tentorium serebeli membagi
rongga tengkorak menjadi
2:
supratentorial : fosa kranii
anterior dan media
infratentorial : fosa kranii
posterior
Nervus okulomotorius (N.III)
berjalan di sepanjang tepi
tentorium dapat tertekan jika
trjd herniasi lobus temporal e.c
massa supratentorial/edem otak.
Serabut2 parasimpatis yg
mengatur konstriksi pupil
berjalan di sepanjang N.III jk
paralisis dilatasi pupil
CEDERA KEPALA
Keadaan
pasien
yang
mengalami
riwayat
benturan di kepala atau
adanya luka di kulit
kepala atau menunjukkan
perubahan
kesadaran
setelah cedera tertentu
Etiologi
Penyebab cedera kepala antara
lain :
Kecelakaan sepeda motor
Jatuh
Pukulan keras
Luka tembakan.
Klasifikasi
1.
Mekanisme
Static loading
Dynamic loading: (a) Lesi impact dan (b) Lesi
akselerasi-deselerasi
2.
Morfologi
Fraktur kranium
Lesi Intrakranial
3. Tingkat
keparahan
Ringan
Sedang
Berat
Klasifikasi
1. Mekanisme
Static loading
Gaya langsung bekerja pada kepala,
lamanya gaya yang bekerja lambat, lebih dari
200 milidetik, mekanisme static loading ini
jarang terjadi, tetapi kerusakan yang
dihasilkan sangat berat mulai dari cidera pada
kulit kepala sampai kerusakan tulang kepala,
jaringan otak dan pembuluh darah otak.
Klasifikasi
1. Mekanisme
Dynamic loading
Gaya mengenai kepala terjadi secara
cepat (kurang dari 50 milidetik), gaya yang
bekerja pada kepala dapat secara langsung
(Impact injury) ataupun gaya tersebut bekerja
tidak
langsung
(Accelerated-decelerated
injury), mekanisme cidera kepala dynamic
loading ini paling sering terjadi.
Klasifikasi
2.
Morfologi
EDH
Terkumpulnya darah/bekuan darah dalam
ruang antara tulang kepala dan duramater
Kausa : trauma
Klinis :
Lusid
interval
Lateralisasi
Rontgen
Fraktur
linear
Gambaran hematom (+)
Perdarahan Epidural
(EDH)
Terkumpulnya darah/bekuan
darah dalam ruang antara
tulang kepala dan duramater
Relatif jarang, 0,5% dr
semua cedera otak.
Disebabkan krn robeknya
a.meningea media akibat
fr.tl.tengkorak
Sering terletak di area
temporal atau
temporoparietal
Klinis :
Lusid interval
Lateralisasi
Klasifikasi
2.
Morfologi
SDH
Definisi
Hematoma yang terletak di antara duramater dgn
arachnoid
Sumber perdarahan
Bridging vein
Vassa kortikal
Robekan dlm sinus duralis
Perdarahan Subdural
Terkumpulnya darah / bekuan darah dalam ruang
antara duramater dan arakhnoid
Lebih sering terjadi, 30% dr cedera otak berat
Akibat robeknya vena2 kecil di permukaan korteks
serebri
Biasanya menutupi seluruh permukaaan hemisfer otak
Biasanya kerusakakn otak dibawahnya >> berat dan
prognosis >> buruk dibanding EDH
Klinis :
Penurunan
Lateralisasi
kesadaran
Klasifikasi
2.
Morfologi
ICH
Definisi
Hematoma yg terjadi di dalam parenkim otak, biasanya
akibat pecahnya pembuluh darah otak/kortikal dalam
Klinis
Gangguan kesadaran
Lateralisasi
Tanda2 TIK
Radiologis
Perdarahan
Perdarahan Intraserebral
Intraserebral
Kontusio dan
Perdarahan
intraserebral
20-30% cedera otak berat
Dapat terjadi di semua
bagian otak, sebagian besar
Pre
Pre operasi
operasi
terjadi di lobus frontal dan
temporal
Kontusio dalam bbrp jam
atau hari dpt berubah mjd
perdarahan intraserebral
butuh tidakan operatif (hal
ini trjd pd 20% penderita)
deteksi dgn mengulang CT
Scan 12-24 jam stlh CT
Scan pertama
Pasca
Pasca Operasi
Operasi
GCS
GCS score
Ringan
13-15
Sedang
9-12
Berat
8 atau kurang
Patogenesis
Patogenesis
Cedera
Gambaran Klinis
Diagnosa
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terapi untuk pasien yang tidak sadar (Standar Pelayanan
Medik, 2009):
1. Suportif ABC
. circulation (sirkulasi/peredaran darah)
Mengatasi syok hipovolemik
Infus dengan cairan kristaloid :
2.`Pengendalian peningkatan tekanan intrakranial
1. Manitol 0,5-1 gr/kgBB, diberikan dalam waktu 20 menit diulangi tiap 4-6
jam
2. Furosemid 1-2 mg/kgBB
3. Hiperventilasi dengan mempertahankan PaCO2 25-30 mmHg
3 Koreksi gangguan elektrolit asam basa
4 Antikonvulsan bila perlu
5 Antibiotik profilaksis
6 Nutrisi
7 Operasi Cedera Kepala
Penatalaksanaan
lndikasi
operasi
pada
cedera
mempertimbangkan hal dibawah ini :
Status neurologis
Status radiologis
Pengukuran tekanan intrakranial
kepala
harus
Komplikasi
Kejang pasca trauma
Infeksi
Hematom intrakranial
TERAPI
MEDIKAMENTOSA
Tujuan utama: cegah cedera otak sekunder
Prinsip: sel saraf diberikan suasana yg optimal utk
pemulihan agar dpt berfungsi normal kembali, jk
suasana tdk optimal sel mati
a. Cairan IV
-. diberikan secukupnya utk resusitasi
normovolemia
-. Jangan berikan cairan hipotonik!
-. Cairan yg mengandung glukosa hiperglikemia,
berakibat fatal!
-. cairan yang dianjurkan larutan garam fisiologis
atau Ringer's Lactate.
-. Kadar Natrium atau serum juga harus
dipertahankan dalam batas normal
hiponatremia sangat berkaitan dgn timbulnya
edema otak
B. Hiperventilasi
C. Manitol
Hiperventilasi
dilakukan dgn
menurunkan PC02
vasokonstriksi
pembuluh darah otak,
mengurangi
vasodilatasi
Hiperventilasi yg
berlangsung lama dan
agresif iskemia otak
akibat vasokonstriksi
serebri berat
gangguan perfusi otak
*Terutama bila PC02
turun sampai di
bawah 30 mm Hg.
Hiperventilasi
sebaiknya dilakukan
secara seleksif dan
D. Furosemid
diberikan bersama manitol me TIK
Dosis: 0,3-0,5 mg/kg BB iv
Jgn diberikan kpd pasien hipovolemik
E. Steroid
Steroid tidak bermanfaat, baik dalam
mengendalikan kenaikan TIK maupun
memperbaiki hasil terapi penderita CKB TIDAK
DIANJURKAN
F. Barbiturat
untuk menurunkan TIK yang refrakter terhadap
obat2 atau prosedur yang biasa
tidak boleh diberikan pd hipotensi/hipovolemi, krn
barbiturat sendiri menyebabkan hipotensi (tidak
boleh diberikan pada fase akut resusitasi).
G. Antikonvulsan
Fenitoin bermanfaat
mengurangi kejang dlm
minggu pertama cedera
namun tidak setelah itu.
Dosis awal dewasa 1g iv
dgn kec pemberian
50mg/menit. Dosis
pemeliharaan 100mg/8
jam dgn titrasi utk
mencapai kadar terapetik.
Pada pasien dgn kejang
lama, diazepam atau
lorazepam digunakan sbg
tambahan fenitoin smp
kejang berhenti
Kejang harus dihentikan
segera karena kejang lama
(30-60 menit) potensial
pd CKB
3 fakor yg berkaitan
dengan epilepsi:
(1) kejang awal yg trjd dlm
minggu pertama (2)
perdarahan intrakranial,
IX. Tatalaksana
Pembedahan
A. Luka Kulit Kepala
B. Fraktur Depresi
Tengkorak
Cont
C. Lesi masa intrakranial
Lesi harus dikeluarkan
/ dirawat oleh ahli
bedah saraf, maka
penderita hrs segera
dirujuk
Perkecualian:
perdarahan
intrakranial membesar
dgn cpt shg
mengancam jiwa &
tdk ckp wakt utk
merujuk tindakan
kraniotomi darurat dpt
dilakukan olh ahli
Pemeriksaan lanjutan:
- EEG: tdk ada aktivitas
pd high gain
- Pemeriksaan aliran
darah otak (CBF):
tidak ada CBF (px
isotop, px Doppler, px
CBF xenon)
- TIK: melebihi MAP
selama 1 jam/lebih
- Tidak ada perubahan
irama jantung dgn
pemberian atropin