You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Teknik analisis spektrokopi termasuk salah satu teknik analisis instrumental. Teknik tersebut
memanfaatkan fenomena interaksi materi dengan gelombang elektromagnetik seperti sinar-X,
ultraviolet, cahaya tampak dan inframerah. Fenomena interaksi bersifat spesifik baik adsorpsi
maupun emisi. Interaksi tersebut menghasilkan signal-signal yang disadap sebagai alat analisis
kualitatif. Contoh teknik spektrokopi adsorbsi adalah UV/ VIS, infraerah (FT-IR) dan adsorbsi atom
(AAS). Sedang contoh spektrokopi emisi adalah spektrokopi nyala dan inductively coupled plasma
(ICP), yang merupakan alat ampuh dalam analisis logam.
Spektrokopi inframerah merupakan salah satu alat yang banyak dipakai untuk
mengidentifikasi senyawa, baik alam maupun buatan. Dalam bidang fisika bahan, seperti bahanbahan polimer, inframerah juga dipakai untuk mengkarakterisasi sampel. Suatu kendala yang
menyulitkan dalam mengidenifikasi senyawa dengan inframerah adalah tidak adanya aturan yang
baku untuk melakukan interpretasi spektrum. Karena kompleksnya interaksi dalam vibrasi molekul
dalam suatu senyawa dan efek-efek eksternal yang sulit dikontrol seringkali prediksi teoritik tidak
lagi sesuai. Pengetahuan dalam hal ini sebagian besar diperoleh secara empiris.
Spektrokopi inframerah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul dengan
radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0.75-1.000 m atau pada
bilangan gelombang 13.000-10 cm-1.
Metode spektrokopi inframerah merupakan suatu metode yang meliputi teknik serapan
(adsorption), teknik emisi (emission), teknik flouresensi (fluorescence). Komponen medan listrik
yang banyak berperan dalam spektrokopi umumnya hanya komponen medan listrik seperti dalam
fenomena transmisi, pemantulan, pembiasan dan penyerapan. Penemuan inframerah ditemukan
pertama kali oleh William Herschel pada tahun 1800. Penelitian selanjutnya diteruskan oleh Young,
Beer, Lambert dan Julius melakukan berbagai penelitian dengan menggunakan spektrokopi
inframerah. Pada tahun 1892, Julius menemukan dan membuktikan adanya hubungan antara
struktur molekul dengan inframerah dengan ditemukannya gugus metil dalam suatu molekulnya.
Penyerapan gelombang elektromagnetik dapat menyebabkan terjadinya eksitasi tingkat-tingkat
energi dalam molekul. Dapat berupa eksitasi elektronik, vibrasi atau rotasi.
Fourier Tansform Infrared Spectroscopy (FTIR) adalah sebuah teknik yang digunakan untuk
mendapatkan spektrum inframerah dari absorbansi, emisi, fotokonduktifitas atau Raman Scattering
dari sampel padat, cair dan gas. FTIR digunakan untuk mengamati interaksi molekul dengan
menggunakan radiasi elektromagnetik yang berada pada panjang gelombang 0,7-1000 m atau pada
bilangan gelombang 13.000-10 cm-1. FTIR dapat digunakan untuk menganalisa senyawa organik
dan anorganik. Selain itu, FTIR juga dapat digunakan untuk analisa kualitatif meliputi analisa gugus
1

fungsi (adanya peak dan gugus fungsi spesifik) beserta polanya dan analisa kuantitatif dengan
melihat kekuatan adsorbsi senyawa pada panjang gelombang tertentu.
Minyak dari biji buah-buahan adalah salah satu bahan yang banyak dimanfaatkan sebagai
bahan dasar pembuatan suatu produk industri. Pohon kelengkeng adalah salah satu jenis tanaman
buah berbiji yang banyak terdapat di Indonesia. Meskipun begitu pemanfaatan biji buah kelengkeng
masih sangat terbatas. Padahal dimungkinkan didalam minyak ada senyawa yang bersifat
antibakteri yang diperoleh dari hasil isolasi minyak dari biji buah kelengkeng. Hal tersebut
mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan tujuan mengisolasi, mengkarakterisasi, dan
mengidentifikasi, serta menguji aktivitas minyak biji buah kelengkeng sebagai antibakteri terhadap
Escherichia coli. Sehingga untuk mengetahui potensi yang ada dalam biji lengkeng ini, maka kita
melakukan indentifikasi senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Memahami prinsip kerja spektrofotometer inframerah.
2. Mengetahui tujuan kalibrasi alat spektrofotometer inframerah sebagai dasar untuk menjamin
keakuratan pembacaan frekuensi/ panjang gelombang yang diukur atau dihasilkan.
3. Memahami pinsip identifikasi senyawa organik melalui teknik analisa spektrofotometer
inframerah.
4. Mampu mengidentifikasi

gugus fungsional senyawa

organik dari hasil analisa

spektrofotometer inframerah dalam biji aktivasi lengkeng.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Spektrofotometri Infra Merah (IR)
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai
fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda
yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. (Basset,1994).
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi
yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai

panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang
khas untuk komponen yang berbeda . (Khopkar, 2003)
Salah satu jenis spektroskopi adalah spektroskopi infra merah (IR). spektroskopi ini
didasarkan pada vibrasi suatu molekul. Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang
mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang
gelombang 0.75 - 1.000 m atau pada bilangan gelombang 13.000 - 10 cm-1.
Prinsip kerja spektrofotometer infra merah adalah sama dengan spektrofotometer yang
lainnya yakni interaksi energi dengan suatu materi. Spektroskopi inframerah berfokus pada radiasi
elektromagnetik pada rentang frekuensi 400-4000cm-1, di mana cm-1 yang dikenal sebagai
wavenumber (1/wavelength), yang merupakan ukuran unit untuk frekuensi. Untuk menghasilkan
spektrum inframerah, radiasi yang mengandung semua frekuensi di wilayah IR dilewatkan melalui
sampel. Mereka frekuensi yang diserap muncul sebagai penurunan sinyal yang terdeteksi. Informasi
ini ditampilkan sebagai spektrum radiasi dari% ditransmisikan bersekongkol melawan wavenumber.
Spektroskopi inframerah sangat berguna untuk analisis kualitatif (identifikasi) dari senyawa
organik karena spektrum yang unik yang dihasilkan oleh setiap organik zat dengan puncak
struktural yang sesuai dengan fitur yang berbeda. Selain itu, masing-masing kelompok fungsional
menyerap sinar inframerah pada frekuensi yang unik. Sebagai contoh, sebuah gugus karbonil, C =
O, selalu menyerap sinar inframerah pada 1670 -1780 cm-1, yang menyebabkan ikatan karbonil untuk
meregangkan. (Silverstein, 2002)
Teknik spektroskopi IR digunakan untuk mengetahui gugus fungsional mengidentifikasi
senyawa , menentukan struktur molekul, mengetahui kemurnian dan mempelajari reaksi yang
sedang berjalan. Senyawa yang dianalisa berupa senyawa organik maupun anorganik. Hampir
semua senyawa dapat menyerap radiasi inframerah.( Mudzakir, 2008 )
Metode ini banyak digunakan pada laboratorium analisis industri dan laboratorium riset
karena dapat memberikan informasi yang berguna untuk analisis kualitatif dan kuantitatif, serta
membantu penerapan rumus bangun suatu senyawa.
Radiasi infra merah digolongkan atas empat daerah, yaitu :
Bilangan gelombang

NO

Daerah Infra merah

dalam m

Dekat

0,78-2,5

13.000-4000

3,8-1,2(1014)

Pertengahan

2,5-50

4000-200

1,2-0,006(1014)

(cm-1-)

Frekuensi (Hz)

Jauh

50-1000

200-10

6,0-0,3(1014)

Untuk instrumen

2.5-15

4000-670

1,2-0,2(1014)

Teori ini diajukan oleh Sir William Herschel (1800) melalui percobaannya mendispersikan
radiasi matahari dengan prisma. Hasil percobaannya menunjukkan pada daerah sesudah sinar merah
terlihat adanya kenaikan temperatur yang tinggi yang berarti pada daerah panjang gelombang
radiasi tersebut banyak energi tinggi. Daerah spektrum tersebut yang dikenal sebagai infrared
(diseberang atau di luar merah).
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam adsorbsi radiasi infrared :
1. Adsorbsi infrared dapat menyebabkan eksitasi molekul ke tingkat energi vibrasi yang lebih
tinggi dan besarnya adsorpsi adalah terkuantitasi.
2. Vibrasi yang normal mempunyai frekuensi sama dengan frekuensi radiasi elektromagnetik
yang diserap.
3. Proses adsorpsi spekta IR hanya dapat terjadi apabila terdapat perubahan baik nilai maupun
arah dari momen dua kutub ikatan.
2.2 Instrumentasi FT-IR
Bagian pokok dari spektrofotometer inframerah adalah sumber cahaya inframerah
monokromator dan detector. Cahaya dari sumber dilewatkan melalui cuplikan, dipecah menjadi
frekuensi-frekuensi individunya dalam monokromator dan intensitas relative dan frekuensi individu
diukur oleh detector.
Instrumentasi spektrofotometer IR susunannya hampir sama dengan spektrofotometer UVVIS. Perbedaannya adalah sampel berhadapan langsung dengan sumber radiasi.

Ket :
SR

= Sumber radiasi

SK

= Sampel kopartemen

= Monokromator

= Detektor

= Amplifier/penguat

VD

= Visual display /meter


4

Maksud susunan instrumen tersebut adalah :


1. Melindungi detector dari radiasi luar rentang yang terpilih
2. Mencegah radiasi sesatan
3. Meminimalkan kemungkinan radiasi latar belakang
Sedangkan sistem optik semua spektrofotometer IR adalah sistem berkas ganda atau double
beam yang dipakai sebagai pembanding intensitas keluaran dari sampel adalah udara.
Sistem grafik berkas ganda ini dimaksudkan untuk :
a. Meminimalkan absorbans CO2 dan H2O diudara terhadap radiasi IR yang dipancarkan sumber
radiasi
b. Meminimalkan radiasi percikan dan partikel-partikel debu pengotor didalam spektrofotometer
IR
c. Mencegah pengaruh tidak stabilnya pancaran intensitas radiasi IR,dan juga berdampak pada
detector
d. Memungkinkan pembacaan dan perekaman langsung

2.2.1 SUMBER RADIASI.


Prinsip sumber radiasi IR dipancarkan oleh padatan lembam yang dipanaskan sampai pijar dengan
aliran listrik.
3 macam sumber radiasi IR :
1. Kawat nikhrom yang dipijar dengan aliran listrik sampai temperature 1100 oC akan
memancarkan radiasi IR akan tetapi pancaran radiasi IR dari pijaran kawat nikhrom ini
memberikan bilangan gelombang lebih dari 5000 cm-1 dengan intensitas yang lemah.
2. Nernst Glower, juga sebagai hasil pijaran Zirkonium oksida yang dijepit kedua ujungnya
dengan keramik pada temperature 1200 K 2200 K
3. Global, senyawa silicon karbida yang mempunyai kehandalan dapat dipijarkan langsung
sampai temperature 1300 1500 K,sumber radiasi sangat banyak dipakai
2.2.2 SAMPEL.
Cuplikan atau sampel yang dianalisis dapat berupa cairan,padatan,atau gas. Karna energy
vibrasi radiasi IR tidak terlalu besar, sampel dapat diletakkan langsung berhadapan dengan sumber
radiasi IR karna gelas kuarsa atau mortar dari batu porselen memberikan kontaminasi yang

menyerap radiasi IR,hendaklah pemakaiannya dihindari preparasi cuplikan harus memakai mortar
dari batu agate dan pengempaan dipakai logam monel.
2.2.3 MONOKROMATOR.
Fungsinya sama seperti pada spektrofotometer UV-Vis. Hanya saja monokromator dalam
spektrofotometer IR tidak terbuat dari kwarsa (leburan silica ) tetapi terbuat dari garam NaCl, KBr,
CsBr, LiF. Oleh sebab itu, spektrofotometer IR harus diletakkan disuatu tempat dengan
kelembapan yang rendah untuk mencegah rusaknya peralatan optiknya.
Ada 2 macam monokromator dengan fungsi yang berbeda yang keduanya sama fungsinya
dengan monokromator spektrofotometer UV-Vis. Monokromator celah berfungsi untuk lebih
memurnikan radiasi IR yang dari cuplikan sehingga masuk dalam rentang bilangan gelombang yang
dikehendaki.
Monokromator prisma yang terbuat dari garam anorganik berfungsi sebagai pengurai dan
pengarah radiasi IR menuju detector. Monokromator prisma yang terbuat dari hablur NaCl yang
paling banyak dipakai sebab memberikan resolusi radiasi IR yang terbaik disbanding lainnya.
Prisma leburan garam2 bromida pada umumnya dipakai sebagai resolusi radiasi IR jauh, sedangkan
garam flourida untuk radiasi IR dekat.
Monokromator yang umum dipakai untuk spektrofotometer IR saat ini adalah kisi difraksi
(grating).
Kisi difraksi terbuat dari kaca atau bahan plastic yang tertoreh dengan halus permukaannya
dan terlapisi oleh kondensasi uap aluminium keunggulannya memberikan resolusi yang jauh lebih
bagus dengan dispersi yang sinambung lurus , disamping itu tetap menjaga keutuhan radiasi IR
menuju detector.
2.2.4 DETEKTOR.
Berfungsi mengubah sinyal radiasi IR menjadi sinyal listrik. Detektor spektrofotometer
yang bersifat menggandakan electron tidak dapat dipakai pada spektrofotometer IR sebab radiasi IR
lemah dan tidak dapat melepaskan electron dikatoda yang ada pada sistem detector.
Ada 2 macam tipe detektor yaitu :
1. Detector tipe fotokonduktor
Bersifat semikonduktor yang umum dibuat adalah campuran PbS atau PbSe dengan logam
Germanium kurang memberikan informasi pada daerah vibrasi gugus fungsi dan sidik jari.
6

2. Detector tipe hantar bahang (bahang : hawa panas yang terjadi karena nyala api /dari panas
tubuh)
Bekerjanya detector tipe ini atas dasar efek bahang dari radiasi IR.Dikenal 3 jenis, yaitu
thermokopel, balometer dan Golay pneumatic. Detektor golay bekerja atas dasar perubahan
bahan radiasi IR yang akan menaikkan tekanan gas didalamnya.Alat2 yang modern
kebanyakan memakai detector Thermopile. Dasar kerjanya adalah jika 2 kawat logam
berbeda dihubungkan antara ujung kepala dan ekor menyebabkan adanya arus yang
mengalir dalam kawat. Dalam spektrofotometer infrared arus ini akan sebanding dengan
intensitas radiasi yang jatuh pada thermopile.
2.2.5 PENGUAT dan PENCATAT.
Penguat dalam sistem optic spektrofotometer IR sangat diperlukan mengingat sinyal IR
yang sangat kecil (lemah). Penguat berhubungan erat dengan derau instrument serta celah
monokromator,jadi keduanya harus diselaraskan denagn tujuan mendapatkan resolusi puncak
spectrum yang baik dengan derau yang minimal. Sedangkan pencatat harus mampu mengamati
spectrum IR secara keseluruhan pada setiap frekuensi yang sinambung.
Rentang bilangan gelombang 4000 cm-1 sampai 650 cm-1 dalam keadaan normal harus dapat
teramati dalam selang waktu 10-15 menit.
( Sitons, M. 2004).
2.3 Perubahan Energi Vibrasi
Atom-atom di dalam molekul tidak dalam keadaan diam, tetapi biasanya terjadi peristiwa
vibrasi. Hal ini bergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan yang menghubungkannya. Vibrasi
molekul sangat khas untuk suatu molekul tertentu dan biasanya disebut vibrasi finger print. Vibrasi
molekul dapat digolongkan atas dua golongan besar, yaitu :
1. Vibrasi Regangan (streching)
Dalam vibrasi ini atom bergerak terus sepanjang ikatan yang menghubungkan sehingga
akan terjadi perubahan jarak antara keduanya, walaupun sudut ikatan tidak berubah. Vibrasi
regangan ada dua macam, yaitu :
1. Regangan Simetri, unit struktur bergerak bersamaan dan searah dalam satu bidang datar.
2. Regangan asimetri, unit struktur bergerak bersamaan dan tidak searah tetapi masih dalam
satu bidang datar.

Bagan 1 Vibrasi Regangan (streching)


2. Vibrasi Bengkokan (Bending)
Jika sistim tiga atom merupakan bagian dari sebuah molekul yang lebih besar, maka dapat
menimbulkan vibrasi bengkokan atau vibrasi deformasi yang mempengaruhi osilasi atom atau
molekul secara keseluruhan. Vibrasi bengkokan ini terbagi menjadi empat jenis, yaitu :
1. Vibrasi Goyangan (Rocking), unit struktur bergerak mengayun asimetri tetapi masih dalam
bidang datar.
2. Vibrasi Guntingan (Scissoring), unit struktur bergerak mengayun simetri dan masih dalam
bidang datar.
3. Vibrasi Kibasan (Wagging), unit struktur bergerak mengibas keluar dari bidang datar.
4. Vibrasi pelintiran (Twisting), unit struktur berputar mengelilingi ikatan menghubungkan
dengan molekul induk dan berada dalam bidang datar.

Bagan 2 Vibrasi Bengkokan

2.4 Cara Penanganan Sampel


Tergantung pada jenis cuplikan yaitu apakah berbentuk gas, cairan, atau padatan.
A. Gas
Untuk menangani sampel berbentuk gas,maka sampel harus dimasukkan dalam sel gas yang
dapat mengatur masuk dan keluarnya sampel gas melalui 2 buah katup dalam ruang gas
sampel ini akan dapat diatur terjadinya pengamatan bentuk gas atau cair melalui proses
penguapan dan penyublinan.
Dalam bentuk yang dimodifikasi, cermin internal yang digunakan dapat memantulkan
berkas sinar berulang kali melalui sampel untuk menaikkan sensitifitas sejumlah kecil
senyawa-senyawa organik dapat ditentukan dalam bentuk gas, bahkan dalam sel-sel yang
dipanaskan.
B. Cairan
Cara paling mudah dalam penanganan sampel untuk cairan yang tidak mengandung air
adalah menempatkan sampel tersebut sebagai film yang tipis diantara 2 lapis NaCl yang
transparan terhadap inframerah karena digunakan NaCl maka setelah selesai harus segera
dibersihkan dengan mencuci menggunakan pelarut toluena, kloroform, dsb. NaCl harus
dijaga tetap kering dan dipegang pada ujung2nya.Keburaman tablet ini dapat digosok
dengan alcohol absolute dan dijaga kelembapannya pada 40-50 % untuk spectra dibawah
250 cm-1 maka digunakan CsI untuk sampel yang mengandung air hendaklah disiapkan
denagn tablet sel AgCl yang dijaga tak boleh terkena radiasi matahari atau dapat juga
digunakan CaF2.
C. Padatan
Wujud sampel padat dapat bermacam-macam diantaranya Kristal, amorf, serbuk, gel, dll.
Ada 3 cara umum untuk mencatat spectra untuk padatan. Pelet KBr, mull dan bentuk lapisan
tipis padatan juga dapat

ditentukan dalam larutan tetapi spectra larutan mungkin

memberikan kenampakan yang berbeda dari spectra bentuk padat karena gaya-gaya
intermolekul akan berubah.
a) Dibuat tablet kempa dengan KBr
KBr untuk keperluan tersebut harus kering dengan memanaskan sampai 110 0C
selama 1 2 jam campur zat padat yang akan dianalisis (0,1 2 % b/b) dengan KBr
dalam mortar agate,selanjutnya buat tablet tipis dengan penempaan memakai hampa
udara dengan tekanan tinggi.

Pengempaan lebih baik dilakukan dibawah lampu inframerah untuk mencegah


terjadinya kondensasi uap dari atmosfer yang akan memberikan serapan lebar pada
3500 cm-1.
b) Mull atau pasta
Dibuat dengan mencampur cuplikan dengan setetes minyak,pasta kemudian
dilapiskan

antara 2 keping tablet NaCl yang transparan bahkan pasta harus

transparan terhadap IR, tetapi hal ini tidak pernah ada dan struktur yang dihasilkan
selalu menunjukkan serapan yang berasal dari bahan pasta dengan sampel yang
sering digunakan sebagai bahan pasta adalah parafin cair.
c) Larutan
Melarutkan terlebih dahulu dengan pelarut-pelarut organik yang mutlak bebas air
seperti karbon disulfide (CS2) untuk penentuan 1330 625 cm -1 karbon tetraklorida
(CCl4) untuk penentuan 4000 1330 cm-1. Pelarut polar juga dapat dipakai spt
kloroform, dioksan, dan formamida.
Larutan (biasanya 1 5 %) ditempatkan dalam sel yang terdiri dari bahan transparan.
Sel yang kedua berisi pelarut murni ditempatkan pada berkas sinar referensi
sehingga serapan dari pelarut dapat dihilangkan dan spectrum yang dicatat
merupakan senyawanya sendiri.
Larutan tadi juga dapat diteteskan pada kepingan NaCl untuk membuat lapisan tipis
padatan. Caranya dengan meneteskan larutan dalam pelarut yang mudah menguap
tersebut pada permukaan kepingan NaCl dan dibiarkan sehingga pelarut menguap.
Untuk mengidentifikasi senyawa yang tidak dikenal , seorang hanya perlu
membandingkan spectrum IR dengan sederet spectrum standar.

10

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Percobaan
Hari/ tanggal
:
Jumat/ 17 Oktober 2014
Pukul
:
09.40-12.20
Tempat
:
Laboratorium Insrumen, Kimia UNP
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
1. Spektrofotometer FTIR

1 buah

2. Spatula

1 buah

Bahan yang digunakan :


1. Sampel

serbuk biji aktivasi lengkeng

2. Etanol
3. Aquades
3.3 Cara Kerja
A. Menghidupkan Alat
1. Menyambungkan semua peralatan ke arus listrik.
2. Menekan tombol power pada UPS.
3. Menekan tombol power pada CPU dan Monitor komputer.
4. Mengklik administrator.
5. Menghidupkan alat FT-IR.
6. Mengklik spektrum.
B. Kalibrasi Alat
1. Menghadapkan oplel ke sampel.
2. Mengklik background.
3. Apabila spektrum terdapat kecocokan yang tinggi antara spektrum yang diperoleh dengan
pembanding, menandakan alat telah siap dipakai untuk pengujian sampel karena telah
memenuhi standar kalibrasi.
C. Preparasi Sampel
1. Memasukkan sampel ke dalam lumping agate.
2. Mengklik scan, menunggu sampai proses berjalan 70 %.
3. Kemudian mengklik scan kembali, sampai proses berjalan 100%.
4. Mengklik data turn up, kemudian akan muncul peak yang diinginkan.
5. Mengklik remove, jika ingin menghapus peak yang tidak diinginkan.
6. Mengklik label, untuk menamai/ memberi label pada masing-masing peak yang muncul.
11

7. Mengklik search, untuk mencari gugus fungsi yang mewakili tiap-tiap peak.
8. Mengklik print, jika ingin mencetak data.
9. Mengeluarkan sampel dari lumping agate.
10. Kemudian dibersihkan lumping agate dengan menggunakan etanol dan akuades.
D. Identifikasi Gugus Fungsi
1. Dari spektrum IR yang dihasilkan, temukan gugus fungsi yang terdapat di dalam sampel
dengan melihat pola serapan yang dihasilkan dan membandingkan harga frekuensi dengan
data yang ada di tabel.
2. Menginterpretasikan data tersebut.
3. Menarik kesimpulan dari data yang diperoleh.
3.4 Gambar Alat

Figure 1 Alat FTIR

12

Figure 2 Monitor

Figure 3 UPS

BAB IV
13

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1 Hasil Pembacaan dengan FTIR

Search Score
0,661783
0,644157
0,639556
0,549924
0,542707
0,532277
0,51367
0,51367
0,512733
0,487586

Searched References
Search Reference Spectrum Description
L(-)-GLYCERLDEHYDE UNNATURAL FORM
L(-)-GLUCOSE
D(+)-GLUCOSE ANHYDROUS
B-CYCLODEXTRIN
2,3,4,5,6-PENTAFLUOROPHENOL
FARNESOL MIXTURE OD STERIOISOMERS
3-AMINO PROPHYLTRIMETHOXYSILANE
3-(2-IMIDAZOLIN-1-YL)PROPYLTRIETHOXYSILANE
1,4-BENZENEDIMETHANOL
BIS(2-HYDROXYETHYL)AMINO-

4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini akan dilakukan identifikasi gugus fungsi atau senyawa dengan FTIR.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi gugus fungsi atau senyawa dalam biji
aktivasi lengkeng dengan FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy). Prinsip kerja dari
14

spektroskopi FTIR ini juga hampir sama dengan spektroskopi lainnya, yaitu memanfaatkan adanya
interaksi materi dengan energi. Dalam hal ini materi berupa molekul senyawa kompleks yang
ditembak dengan sejumlah energi berupa sinar inframerah yang akan menyebabkan molekul
tersebut bervibrasi. Hal ini terjadi karena energi yang berasal dari sinar infrared tersebut tidak
cukup kuat untuk menyebabkan terjadinya atomisasi ataupun eksitasi electron pada molekul
senyawa yang ditembak, sehingga hanya menyebabkan vibrasi, yang mana besarnya energy vibrasi
tiap

atom/molekul

berbeda

bergantung

pada

atom-atom

dan

kekuatan

ikatan

yang

menghubungkannya, sehingga dihasilkan frekuensi yang berbeda pula.


Spektroskopi inframerah berfokus pada radiasi elektromagnetik pada rentang frekuensi 4004000cm-1, di mana cm-1 yang dikenal sebagai wavenumber (1/wavelength), yang merupakan ukuran
unit untuk frekuensi. FTIR digunakan untuk melakukan analisa kualitatif yaitu untuk mengetahui
ikatan kimia yang dapat ditentukan dari spectra vibrasi yang dihasilkan suatu senyawa tersebut pada
panjang gelombang tertentu. Selain bisa digunakan untuk analisa kualitatif, juga dapat digunakan
untuk analisa kuantitatif melakukan perhitungan tertentu dengan menggunakan intensitas.
Dari hasil pengujian sampel pada FTIR didapatkan hasil berupa spectra masing-masing
sampel. Pada sampel biji aktivasi lengkeng didapat spektra dengan analisa sebagai berikut :

Searched References
Search Reference Spectrum Description
L(-)-GLYCERLDEHYDE UNNATURAL FORM
L(-)-GLUCOSE
D(+)-GLUCOSE ANHYDROUS
B-CYCLODEXTRIN
2,3,4,5,6-PENTAFLUOROPHENOL
FARNESOL MIXTURE OD STERIOISOMERS
3-AMINO PROPHYLTRIMETHOXYSILANE
3-(2-IMIDAZOLIN-1-YL)PROPYLTRIETHOXYSILANE
1,4-BENZENEDIMETHANOL
BIS(2-HYDROXYETHYL)AMINO-

Search Score
0,661783
0,644157
0,639556
0,549924
0,542707
0,532277
0,51367
0,51367
0,512733
0,487586

Dari tabel hasil analisa di atas, dapat kita lihat bahwa gugus yang terbaca oleh alat untuk
sampel biji aktivasi lengkeng ini adalah gugus L(-)-Gliseraldehid unnatural form. Selain itu, sampel
juga mengandung L(-)-Glukosa, D(+)-Glukosa anhidrat, B-siklodekstrin, 2,3,4,5,6-pentaflorofenol,
dan sebagainya. Sehingga jumlah senyawa atau gugus yang terdapat di dalam sampel biji aktivasi
lengkeng adalah 10 buah.
Tabel 2 Daerah Terpenting Pengukuran dengan FTIR
( m )

Ikatan yang menyebabkan Absorpsi


15

2,7 3,3

2750 3000

Regang O H, N H

3,0 3,4

3300 2900

(Regang CH) - CCH, C = CH, Ar H

3,3 3,7

3000 2700

( Regang CH ) CH3, CH2, C H, H C = O

4,2 4,9

2400 2100

Regang C C , C N

7,3 6,1

1900 1650

Regang C = O ( asam, aldehida,keton, amida, ester, anhilida)

5,9 6,2

1675 1500

Regang C = C ( alifatik dan aromatic ) C = N

6,8 7,7

1475 1300

Lentur C H

10,0 15,4

1000 650

Lentur C = C H , Ar H ( luar bidang).

Sedangkan pada kurva didapat bilangan gelombang sebagai berikut :


NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Bilangan gelombang (cm-1)


3282,93
2923,43
2854,38
2026,18
1634,90
1442,30
1336,67
1240,11
1150,54
1076,36
1006,56
862,08
710,72
766,56

Ikatan yang menyebabkan absorbsi


(Regang CH) - CCH, C = CH, Ar H
(Regang CH) - CCH, C = CH, Ar H
( Regang CH ) CH3, CH2, C H, H C = O
Regang C = C ( alifatik dan aromatic ) C = N
Lentur C H
Lentur C H
Lentur C = C H , Ar H ( luar bidang).
Lentur C = C H , Ar H ( luar bidang).
Lentur C = C H , Ar H ( luar bidang).

Hasil analisa FTIR hanya dapat digunakan untuk mengetahui ikatan yang terdapat dalam
suatu senyawa sampel. Hasil ini tidak dapat digunakan untuk menentukan bentuk struktur dari
sampel tersebut. Jadi untuk analisa suatu senyawa perlu didukung dengan analisa lain seperti HNMR, C-NMR, dan MS.

16

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Prinsip kerja dari alat FTIR adalah interaksi antara materi (sampel senyawa) dengan energy
berupa sinar infrared yang menyebabkan molekul senyawa tersebut bervibrasi yang mana
besarnya energy vibrasi tiap atom/molekul berbeda bergantung pada atom-atom dan
kekuatan ikatan yang menghubungkannya, sehingga dihasilkan frekuaensi yang berbeda
pula.
2. Ada dua kondisi atau syarat bahan untuk dapat diserap radiasi inframerah, yaitu pertama
harus ada coindence (resonansi) antara frekuensi radiasi inframerah dan getaran molekul,
dan yang kedua getaran yang natural harus menyebabkan terjadinya perubahan dalam dipol
selama getaran terjadi.
3. Keuntungan dari FT-IR dibandingkan metode konvensional adalah dapat digunakan pada
semua frekuensi dari sumber cahaya secara simultan sehingga analisis dapat dilakukan lebih
cepat daripada menggunakan cara sekuensial atau pemindaian.
4. Gugus atau senyawa yang paling banyak dijumpai pada sampel biji aktivasi lengkeng adalah
gugus L(-)-Gliseraldehid unnatural form.
5.2 Saran
17

Penulis mengharapkan agar penelitian tentang biji aktivasi lengkeng ini bisa dikembangkan
ketahap yang lebih kompleks. Karena kandungan gugus atau senyawa yang dimilikinya cukup
banyak. Dan sangat berpotensi sekali untuk dimanfaatkan, baik itu dibidang kesehatan, sains dan
lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Basset ,J . 1994 . Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : EGC


Harjadi, W., 1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Penerbit Gramedia, Jakarta
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta
Mudzakir , A . 2008 . Praktikum Kimia Anorganik . Bandung ; Jurusan Pendidikan
Silverstein. 2002. Identification of Organic Compund, 3rd Edition. John Wiley & Sons Ltd. New
York.

18

You might also like