Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK III
Asuhan Keperawatan Stenosis Mitral
Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
: 12032009
: 12031011
: 12031018
: 12031022
: 12031026
: 12031030
: 12031035
8. Rina Mitasari
9. Vivi Novita JP
10. Wella Herliyanti
11. Wulan Khairini
12. Lia Rachmitasari
13. M. Refki
14. Muhibbin
: 12031040
: 12031048
: 12031050
: 12031053
: 12031025
: 12031033
: 12031034
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun Laporan Makalah
yang berjudul
(Kelompok III)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Tujuan .....................................................................................................................5
1.3 Manfaat....................................................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Stenosis Mitral.......................................................................................6
2.2 Etiologi Stenosis Mitral...........................................................................................6
2.3 Manifestasi Klinis Stenosis Mitral..........................................................................6
2.4 Komplikasi Stenosis Mitral.....................................................................................8
2.5 Patofisiologi Stenosis Mitral...................................................................................8
2.6 Pemeriksaan Fisik dan Diagnostik Stenosis Mitral.................................................9
2.7 Penatalaksanaan Stenosis Mitral.............................................................................9
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Asuhan Keperawatan Stenosis Mitral......................................................................11
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .............................................................................................................18
4.2 Saran........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit katup jantung merupakan penyakit jantung yang masih cukup tinggi insidennya,
terutama di Negara yang sedang berkembang misalnya Indonesia. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di berbagai tempat di Indonesia, penyakit katup jantung urutan ke 2 atau ke 3 sesudah
penyakit jantung koroner dari seluruh penyebab penyakit jantung.
Stenosis mitral merupakan kelainan katup yang paling sering diakibatkan oleh penyakit
jantung rematik dan jarang disebabkan oleh defek congenital. Insufisiensi mitral mempunyai
bermacam-macam etiologi, termasuk prolaps katup mitral, rupture chordate spontan,
endokarditis bacterial dan penyakit jantung rematik.
Diagnosis penyakit katup mitral ditegakkan dengan pemeriksaan fisik, foto thorax dan
endokardiografi. Endokardiografi adalah pemeriksaan yang sensitive dan spesifi serta non
invasive untuk mendiagnosis stenosis dan insufisiensi mitral. Ekokardiografi merupakan
pemeriksaan ideal untuk melihat morfologi dan gerak katup mitral. Dari roentgenogram pada
stenosis mitral perubahan paling dini yang ditemukan adalah meluruskannya batas kiri bayangan
jantung, menonjolnya arteri pulmonalis, dilatasi vena pulmonalis pada pulmo lobus atas,
bergesernya esophagus kearah belakang oleh atrium kiri yang membesar dan pembesaran
ventrikel kanan. Sedangkan pada insufisensi mitral akan terdapat pembesaran atrium kiri dan
ventrikel kiri.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami konsep Stenosis Mitral
2. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan Stenosis Mitral
1.3 Manfaat
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Stenosis Mitral
Penyakit pada daun katup mitral. Insiden tertinggi penyakit katup adalah pada katup
mitralis, diikuti oleh katup aorta. (Arthur, 1997)
Stenosis mitral dapat diartikan sebagai blok aliran darah pada tingkat katup mitral, akibat
adanya perubahan struktur mitral leaflet, yang menyebabkan tidak membukanya katup mitral
secara sempurnanya pada saat diastolic.
Stenosis katup mitralis adalah penyempitan lubang anatara antrium kiri dan ventrikel kiri.
Stenosis katup mitralis biasanya disebabkan oleh pembentukkan jaringan parut setelah demam
rematik atau infeksi jantung lainnya. Stenosis ini juga disebabkan oleh defek congenital pada
struktur katup. ( Elizabeth, 2001).
2.2 Etiologi Stenosis Mitral
Secara etiologis stenosis metral dibagi atas rematik (> 90%) dan non rematik. Stenosis mitral
rematik berasal dari demam rematik, suatu peradangan non supratif pada berbagai jaringan tubuh
dengan berbagai manifestasinya, misalnya : jantung (Karditis) dan otak (Khorea). Dinegara
yangs edang berkembang (termasuk Indonesia) stenosis mitral sebagian terjadi pada usia
dibawah 20 tahun yang disebut sebagai juvenil mitral stenosis.
Stenosis ini juga disebabkan oleh defek congenital pada struktur katup. ( Elizabeth,
2001).
2.3 Manifestasi Klinis Stenosis Mitral
1. Sebagian besar pasien menyangkal riwayat demam reumatik sebelumnya. keluhan
berkaitan dengan tingkat aktivitas fisik dan tidak hanya ditentukan oleh luasnya lubang
mitral, misalnya wanita hamil. Keluhan dapat berupa takikardi, dispne, takipnea, atau
ortopnea, dan denyut jantung tidak teratur. tak janrang terjadi gagal jantung dan batuk
darah.
2. Jika kontraktilitas ventrikel kanan masih baik sehingga tekanan arteri pulmonalis belum
tinggi sekali, keluhan lebih mengarah pada akibat bendungan atrium kiri, vena pulmonal,
dan intertisial paru. Jika ventrikel kanan sudah tak mampu mengatasi tekanan tinggi pada
arteri pulmonalis, keluhan beralih ke arah bendungan vena sistemik, terutama jika sudah
terjadi insufisiensi trikuspid dengan atau tanpa fibrilasi atrium.
3. Pada pemeriksaan fisik didapatkan bising mid diastolik yang bersifat kasar, bising
menggerendang (rumble), aksentuasi presistolik, dan mengerasnya bunyi jantung satu.
Jika terdengar bunyi tambahan opening sanp berarti katup terbuka masih relatif lemas
(pliable) sehingga waktu terbuka mendadak saat diastolik menimbulkan bunyi menyentak
(seperti tali putus). Jarak bunyi jantung kedua dengan opening snap memebrikan
gambaran beratnya stenosis. Makin pendek jarak ini berarti makin berat derajat
penyempitan.
4. komponen pulmonal bunyi jantung kedua dapat mengeras disertai bising sistolik karena
adanya hipertensi pulmonal. Jika sedah terjadi insufisiensi pulmonal, dapat terdengar
bising diastolik katup pulmonal. Penyakit penyerta bisa terjadi pada katup-katup lain,
misalnya stenosis trikuspid atau insufisiensi trikuspid. Bila perlu, untuk konfirmasi hasil
auskultasi dapat dilakukan pemeriksaan fonokardiografi yang dapat merekam bising
tambahan yang sesuai. Pada fase lanjutan, ketika sudah terjadi bendungan intersitial dan
alveolar paru, akan terdengar ronki basah atau mengi pada fase ekspirasi. jika hal ini
berlanjut terus dan meyebabkan gagal jantung kanan, keluhan dan tanda-tanda edema
paru akan berkurang atau menghilang dan sebaliknya tanda-tanda berndungan sistemik
akan menonjol (peningkatan tekanan vena jugularis, hepatomegali, sites, dan edema
tungkai). Pada fase ini biasanya tanda-tanda gagal hati akanmencolok, seperti ikterus,
menurunnya protein plasma, hiperpigmentasi kulit (fasies mitral). (Arief Mansjoer, dkk.
2000 dan Elizabeth, 2001).
2.4 Komplikasi Stenosis Mitral
Stenosis mitral akan menyebabkan hipertensi arteri pulmonalis, hipertensi ventrikel kanan
sehingga dapat mengakibatkan gagal jantung kanan.
2.5 Patofisiologi Stenosis Mitral
Stenosis mitral terjadi karena adanya fibrosis dan fusi komisura katup mitral pada waktu fase
penyembuhan demam rematik. Terbentuk sekat jaringan ikat dengan pengapuran yang
mengakibatkan lubang katup mitral pada waktu diastole akan lebih kecil. Pada orang dewasa
normal orifisum katup mitral adalah 4-6 cm2. Dengan adanya obstruksi yang signifikan, misalnya
jika orifisum kurang dari 2 cm2, darah dapat mengalir dari atrium kiri kr ventrikel kiri hanya jika
didorong oleh gradient tekanan atrioventrikuler kiri yang meningkat secara abnormal, merupakan
tanda hemodinamik stenosis mitral. Jika lubang katup mitral kurang dari 1 cm2, tekanan atrium
kiri kurang lebih 25 mmHg diperlukan untuk mempertahankan curah jantung yang normal.
Peninggian tekanan atrium kiri akan diteruskan ke vena pulmonalis, sehingga tekanan
pada vena pulmonalis akan ikut meninggi. Jika peninggian tekanan vena pulmonalis melebihi
tekanan vonkotik plasma, maka akan timbul transudasi cairan kedalam alveoli dan jaringan
interstitial, yang disebut sebagai edema paru. Karena peninggian tekanan ini, lama kelamaan
akan menyebabkan terjadinya penebalan lapisan intima dan media dari arteriol. Hal ini dapat
berakibat peninggian tahanan paru yang menyebabkan beban pernafasan bertambah. Peninggian
tekanan pada vena pulmonalis dan kapiler secara pasif akan diteruskan ke sistem arteri pulmonal,
yang dapat menyebabkan hipertensi pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan, dilatasi ventrikel kanan
dan insufisiensi katup tricuspid. Pada akhirnya vena-vena sistemik akan mengalami bendungan
pula, seperti pada hati, kaki dan lain-lain. Bendungan hati yang berlangsung lama akan
menyebabkan gangguan pada fungsi hati.
Kompensasi pertama tubuh untuk menaikkan curah jantung adalah dengan takikardi.
Tetapi kompensasi ini tidak selamanya menambah curah jantung karena pada tingkat tertentu
akan mengurang masa pengisian diastolic. Regangan otot atrium dapat meyebabkan gangguan
elektris sehingga terjadi fibrilasi atrium. Hal ini akan mengganggu pengisian ventrikel dari
atrium dan memudahkan terjadinya thrombus di atrium kiri.
2.6 Pemeriksaan Fisik dan Diagnostik Stenosis Mitral
1. Pemeriksaan fisik
Stenosis metral yang murni (isolated) dapat didengar bising meddiastolikyang bersifat
kasar, bising menggenderang (Rumble), Aksentuasi presistolik dan bunyi jantung satu
yang mengeras. Jika terdengar bunyi tambahan opening snap berarti katup masih relatif
lemas (pliable) sehingga waktu terbuka mendadak saat distole menimbulkan bunyi yang
menyentak (seperti tali putus). Jarak bunyi jantung dua dengan opening snap memberikan
gambaran beratnya stenosis. Makin pendek jarak ini berarti makin berat derajat
penyempitannya. Komponen pulmunal bunyi jantung kedua dapat mengeras disertai
bising sistolik karena adanya hipertensi pulmunal. jika sudah terjadi insufisiensi
pulmunal maka dapat terdengar bising diastolik dini dari katup pulmunal.
2. Pemeriksaan Diagnostik
a.
Kateterisasi jantung : Gradien tekanan (pada distole) antara atrium kiri dan
ventrikel kiri melewati katup mitral, penurununan orivisium katup (1,2 cm),
peninggian tekanan atrium kiri, arteri pulmunal, dan ventrikel kanan ; penurunan
b.
curah jantung.
Ventrikulografi kiri : Digunakan untuk mendemontrasikan prolaps katup mitral.
c.
ECG : Pembesaran atrium kiri ( P mitral berupa takik), hipertropi ventrikel kanan,
Jika terapi obat tidak dapat mengurangi gejala secara memuaskan, mungkin perlu dilakukan
perbaikan atau penggantian katup. Pada prosedur valvuloplasti balon, lubang katup
diregangkan. Kateter yang pada ujungnya terpasang balon, dimasukkan melalui vena menuju
ke jantung. Ketika berada di dalam katup, balon digelembungkan dan akan memisahkan
daun katup yang menyatu. Pemisahan daun katup yang menyatu juga bisa dilakukan melalui
pembedahan.
BAB III
PEMBAHASAN
a. Asuahan Keperawatan Stenosis Mitral
1. Pengkajian
Data Subyektif
Riwayat penyakit sekarang
a.
Dyspnea atau orthopnea
b.
Kelemahan fisik (lelah)
Riwayat medis
Adakah riwayat penyakit demam rematik/infeksi saluran pernafasan atas.
Data Obyektif
1)
2)
3)
perubahan
Mengetahui
adanya
sirkulasi
perubahan
irama
jantung.
Kaji perubahan warna kulit terhadap Pucat
sianosis dan pucat.
menunjukkan
adanya
penurunan
Istirahat
memadai
diperlukan
untuk
komsumsi
O2
dan
kerja
berlebihan.
Berikan kondisi psikologis lingkungan Stres emosi menghasilkan vasokontriksi
yang tenang.
2) Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer; penghentian aliran
arteri-vena; penurunan aktifitas.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari perfusi jaringan adekuat.
Kriteria hasil: vital sign dalam batas yang dapat diterima, intake output seimbang, akral
teraba hangat, sianosis (-), nadi perifer kuat, pasien sadar/terorientasi, tidak ada oedem,
bebas nyeri/ketidaknyamanan.
Rencana intervensi dan rasional:
INTERVENSI
Monitor perubahan
gangguan
mental
tiba-tiba
kontinu
RASIONAL
atau Perfusi
serebral
(camas, berhubungan
dengan
secara
langsung
curah
jantung,
curah
jantung
mungkin
Kaji tanda Homan (nyeri pada betis Indikator adanya trombosis vena dalam.
dengan
posisi
dorsofleksi),
eritema,
edema.
Dorong latihan kaki aktif/pasif.
Pantau pernafasan.
menunjukkan
komplikasi
tromboemboli paru.
Kaji
fungsi
GI,
catat
disfungsi
GI,
contoh
kehilangan peristaltik.
Menghindari
terjadinya
takikardi
dan
mempengaruhi
yang
pasien,
panjang
sangat
naum
periode
kesiapan
aktifitas
untuk
contoh:
menunjukkan
tingkat
aktifitas
kelemahan/kelelahan,
nadi,
TD
peningaktan
stabil/frek individu.
perhatian
pada
berbagai
jumlah
oksigen
aktifitas
miokardia
oksigen
dapat
yang
selama
meningkatkan
ada.
Kemajuan
bantuan
sesuai
penggunaan
energi
keseimbangan
suplai
dan
membantu
dan
kebutuhan
oksigen.
Anjurkan
pasien
mengakibatkan
curah
bradikardia,
jantung,
menurunkan
takikardia
dengan
peningaktan TD.
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari Aktifitas yang maju memberikan kontrol
aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat jantung,
meningaktkan
regangan
dan
tidur bila tidak pusing dan tidak ada mencegah aktifitas berlebihan.
nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar
berdiri dst.
4) Resiko kelebihan volume cairan b/d adanya perpindahan tekanan pada kongestif vena
pulmonal, Penurunan perfusi organ (ginjal); peningaktan retensi natrium/air; peningakatn
tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma (menyerap cairan dalam area
interstitial/jaringan).
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari kelebihan volume cairan
tidak terjadi.
Kriteria hasil: balance cairan masuk dan keluar, vital sign dalam batas yang dapat
diterima, tanda-tanda edema tidak ada, suara nafas bersih.
Rencana intervensi dan rasional:
INTERVENSI
RASIONAL
Auskultasi bunyi nafas untuk adanya Mengindikaiskan edema paru skunder
krekels.
Catat
DVJ,
adanya
edema Dicurigai
dependen.
adanya
gagal
jantung
penurunan
keluaran
urine.
Pertahankan pemasukan total cairan 2000 Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang
cc/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler.
Mungkin
perlu
untuk
memperbaiki
kelebihan cairan.
5) Resiko kerusakan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-alveolus (perpindahan
cairan ke dalam area interstitial/alveoli).
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari pertukaran gas adekuat.
Kriteria hasil: sianosis tidak ada, edema tidak ada, vital sign dalam batas dapat
diterima, akral hangat, suara nafas bersih, oksimetri dalam rentang normal.
Rencana intervensi dan rasional:
INTERVENSI
RASIONAL
Auskultasi bunyi nafas, catat krekels, Menyatakan
mengii.
paru/pengumpulan
adanya
kongesti
sekret
menunjukkan
jalan
nafas
dan
atelektasis
dan
dalam.
Membantu
pneumonia.
mencegah
dan
meningkatkan
ekspansi
paru
maksimal.
Pantau GDA (kolaborasi tim medis), nadi Hipoksemia dapat menjadi berat selama
oksimetri.
edema paru.
Meningkatkan
alveolar,
konsentrasi
oksigen
yang
dapat
memperbaiki/menurunkan
hipoksemia
jaringan.
Delegatif pemberian diuretik.
Menurunkan
kongesti
alveolar,
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stenosis mitral dapat diartikan sebagai blok aliran darah pada tingkat katup mitral, akibat adanya
perubahan struktur mitral leaflet, yang menyebabkan tidak membukanya katup mitral secara
sempurnanya pada saat diastolic. Secara etiologis stenosis metral dibagi atas rematik (> 90%)
dan non rematik. Stenosis mitral rematik berasal dari demam rematik, suatu peradangan non
supratif pada berbagai jaringan tubuh dengan berbagai manifestasinya, misalnya : jantung
(Karditis) dan otak (Khorea). Dinegara yangs edang berkembang (termasuk Indonesia) stenosis
mitral sebagian terjadi pada usia dibawah 20 tahun yang disebut sebagai juvenil mitral stenosis.
Untuk penatalaksanaannya bisa dilakukan dengan a) diagnosa, b) medication : obat-obat
seperti beta-blocker, digoxin dan verapamil dapat memperlambat denyut jantung dan membantu
mengendalikan fibrilasi atrium. Jika terjadi gagal jantung, digoxin juga akan memperkuat denyut
jantung. Diuretik dapat mengurangi tekanan darah dalam paru-paru dengan cara mengurangi
volume sirkulasi darah, c) surgery : jika terapi obat tidak dapat mengurangi gejala secara
memuaskan, mungkin perlu dilakukan perbaikan atau penggantian katup. Pada prosedur
valvuloplasti balon, lubang katup diregangkan. Kateter yang pada ujungnya terpasang balon,
dimasukkan melalui vena menuju ke jantung. Ketika berada di dalam katup, balon
digelembungkan dan akan memisahkan daun katup yang menyatu. Pemisahan daun katup yang
menyatu juga bisa dilakukan melalui pembedahan.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini bisa menambah wawasan pembaca terutama perawat dan
orang tua untuk lebih mengerti cara merawat pasien dengan stenosis mitral.
DAFTAR PUSTAKA
Arthur C. Guyton and John E. Hall. 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit
Buku Kedokteran. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC.
http://www.google.com/url?q=https://yayanakhyar.files.wordpress.com/2010/03/doctorsfiles_mitral-stenosis.pdf. diakses kamis 5 maret 2015.