You are on page 1of 37

A. Pengertian 1.

Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever) ialah suatu


penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. (Suriadi, 2001 : 57) 2. Demam Berdarah
Dengue ialah suatu penyakit demam berat yang sering mematikan, disebabkan oleh
virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan hemostasis dan pada kasus berat,
sindrom syok kehilangan protein. (Nelson, 2000 : 1134) B. Etiologi Virus dengue
serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes Aegypti. Infeksi
dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlndungan terhadap serotipe lain. Ciri-ciri nyamuk
Aedes Aegypti Badannya kecil, warnanya hitam dan berbelang-belang, menggigit
pada siang hari, badannya datar saat hinggap, hidup di tempat-tempat yang gelap
(terhindar dari sinar matahari, jarak terbangnya kurang dari 100 M dan senang
menggigit manusia). Aedes Aegypti betina mempunyai kebiasaan berulang (multi
diters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. C.
Patofisiologi Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus
antibodi, dalam sirkulasi akan mengakt,ivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3
dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu.
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat, teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia
dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit meningkat
bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan
dengan hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa
terjadi anoksia jangan asidosis dan kematian. D. Gambaran Klinis Infeksi virus
dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari asimtomatik,
penyakit paling ringan, demam dengue, demam berdarah dengue sampai syndrome
syok dengue. Timbulnya bervariasi berdasarkan derajat Demam berdarah dengue.
Fase pertama yang relatif ringan dengan demam mulai mendadak, malaise muntah,
nyeri kepala, anoreksia, dan batuk. Pada fase kedua ini penderita biasanya menderita
ekstremitas dingin, lembab, badan panas, maka merah, keringat banyak, gelisah,
iritabel, dan nyeri mid-epigastrik. Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan
tungkai, ekimosis spontan mungkin tampak, dan mudah memar serta berdarah pada
tempat fungsi vena adalah lazim. Ruam makular atau makulopopular mungkin muncul
dan mungkin ada sianosis sekeliling mulut dan perifer. Nadi lemah cepat dan kecil dan
suara jantung halus. Hati mungkin membesar sampai 4-6 cm dibawah tepi costa dan
biasanya keras agak nyeri. Kurang dari 10% penderita ekimosis atau perdarahan
saluran cerna yang nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak terkoreksi. Menurut
patokan dari WHO pada tahun 1975, diagnosa DBD (DHF) harus berdasarkan adanya
gejala klinik sebagai berikut : 1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama
2-7 hari (tanpa sebab jelas). 2. Manifestasi perdarahan: paling tidak terdapat uji
turnikel positif dari adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya positif,
ekimosis, epistaksis, perdarahan yang lain misalnya petekel, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, melena, atau hematomesis. 3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba
sifat permulaan sakit). 4. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi
yang menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan
sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba dingin dan
1

lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul
sianosis disekitar mulut. E. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue menurut WHO
(1975) Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji
turnikel positif, trombositopeni dan hemokonsentrasi. Derajat II : Derajat I disertai
perdarahan spontan dikulit dan atau perdarahan lain. Derajat III : Kegagalan
sirkulasi: nadi cepat dan lemah, hipotensi kulit dingin, lembab, gelisah. Derajat IV :
Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur. F. Pemeriksaan
Diagnostik Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih)
trombositopeni (100.00/mm3 atau kurang). Serotogi : uji HI (Hemaaglutination
Inhibition test). Rongten thorax : effusi pleura. G. Penatalaksanaan Terapeutik
Minum banyak 1,5-2 liter/24 jam dengan air teh, gula atau susu. Antipiretik jika
terdapat demam. Antikonvulsan jika terdapat kejang. Pemberian cairan melalui
infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dan nilai hematokrit
cenderung meningkat. H. Tanda-Tanda Perdarahan 1. Karena manipulasi Rumpel leed
test a. Teknik - Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan diastolnya. Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua. - Hasil digunakan untuk
patokan mempertahankan tekanan air raksa tensimeter. - Pompa lagi balon tensimeter
sampai patokan tadi lalu kunci dan pertahankan sampai 5 menit. - Setelah itu buka
kuncinya dan mansit dilepaskan. - Kemudian lihat apakah ada petekie / tidak didaerah
vola lengan bawah. b. Kriteria : bila jumlah petekie > 20 bila jumlah petekie 10 20 bila jumlah petekie 10 2. Perdarahan spontan a. Petekil/ ekimosis b. Perdarahan
gusi c. Epistakeis d. Hematomesis/ melena

BAB I
2

LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya
manifestasi perdarahan, yang berpotensial mengakibatkan syok yang dapat menyebabkan
kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419)
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue I, II, III, dan IV
yang ditularkan oleh nyamuk aides aegypti dan aides albopictus (Soegijanto, 2006: 61).
Klasifikasi DHF berdasarkan kriteria menurut WHO yaitu :
1. Derajat I ( ringan )
Demam mendadak dan sampai 7 hari di sertai dengan adanya gejala yang tidak khas dan uji
turniquet (+).
2. Derajat II ( sedang )
Lebih berat dari derajat I oleh karena di temukan pendarahan spontan pada kulit misal di
temukan adanya petekie, ekimosis, pendarahan
3. Derajat III ( berat )
Adanya gagal sirkulasi di tandai dengan laju cepat lembut kulit dngin gelisah tensi menurun
manifestasi pendarahan lebih berat( epistaksis, melena)
4. Derajat IV ( DIC )
Gagal sirkulasi yang berat pasien mengalami syok berat tensi nadi tak teraba.
B. ETIOLOGI
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes
aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan
vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe
jenis yang lainnya (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 420).
C. PATOFISIOLOGI (pathway)
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan virtemia.
Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu dihipotalamus sehingga
menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, Histamin) terjadinya: peningkatan
suhu.

Selain itu virtemia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan
perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang menyebabkan
hipovolemia.
Trombositopenia dapat terjadi akibat dari, penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari
antibody melawan virus.
Pada Pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti petekia
atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan kemampuan
tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat
menimbulkan perdarahan dan jka tidak tertangani maka akan menimbulkan syok . Masa virus
dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.
( Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002 ).
D. TANDA DAN GEJALA
1. Masa Inkubasi
Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus dengue ke dalam kulit, terdapat
masa laten yang berlangsung 4-5 hari diikuti oleh demam, sakit kepala dan malaise.
2. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2-7 hari kemudian turun menuju suhu
normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala-gejala klinik yang
tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung, nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala
dan rasa lemah dapat menyetainya
3. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan
dapat berupa uji tocniquet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena,
petekia dan purpura.
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga
menyebabkan haematemesis.
Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat.
4. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang
gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus
di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita
5. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan
tanda tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan,
4

jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya
menunjukan prognosis yang buruk.
6. Gejala klinik lain
Nyeri epigastrum, muntah-muntah, diare maupun obstipasi dan kejang-kejang. Keluhan
nyeri perut yang hebat seringkali menunjukkan akan terjadinya perdarahan gastrointestinal
dan syok.
( Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002 ).
E. PENGKAJIAN (Doenges, 2000)
Identitas
Umur, jenis kelamin, tempat tinggal bisa menjadi indicator terjadinya DHF
Riwayat kesehatan

Keluhan utama
Panas

Riwayat kesehatan sekarang

Panas tinggi, nyeri otot, dan pegal, ruam, malaise, muntah, mual, sakit kepala, sakit pada saat
menelan, lemah, nyeri pada efigastrik, penurunan nafsu makan,perdarahan spontan.

Riwayat kesehatan dahulu

Pernah menderita yang sama atau tidak

Riwayat kesehatan keluarga

Adanya anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dan adanya penyakit
herediter (keturunan).
Pemeriksaan fisik

System pernapasan

Sesak, epistaksia, napas dangkal, pergerakan dinding dada, perkusi, auskultasi

System cardivaskular

Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni.


Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat (tachycardia), penurunan tekanan
darah (hipotensi), cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari.
5

Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

System neurologi

Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada grade III pasien gelisah dan terjadi
penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS

System perkemihan

Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri saat
kencing, kencing berwarna merah

System pencernaan

Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesarn limpa, pembesaran pada hati (hepatomegali) disertai dengan nyeri tekan tanpa
diserta dengan ikterus, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat
menelan, dapat muntah darah (hematemesis), berak darah (melena).

System integument

Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, ruam makulopapular, pada grade I
terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi bintik merah seluruh tubuh/ perdarahan dibawah
kulit (petikie), pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai


1. Ig.G dengue positif
2. Trombositopenia
3. Hemoglobin meningkat
4. Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat)
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan
-

hipoproteinemia

hiponatremia dan

hipokalemia

Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia, aneosinophilia, peningkatan
limposit, monosit dan basofil
6

1. SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat


2. Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
3. Waktu pendarahan memanjang
4. Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik: PCO2 <
35 40 mm Hg, HCO3 rendah

Pemeriksaan serologi

Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran literantibodi pasien dengan cara


haemaglutination nibitron test (HIT test) atau dengan uji peningkatan komplemen pada
pemeriksaan serologi di butuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut atau demam
dan masa penyembuhan
( 104 minggu setelah awal gejala penyakit ) untuk pemeriksaan serologi ini di ambil darah
vena 2 5 ml.
1. Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak mungkin di jumpai
pleural effusion, pemeriksaan USG hepatomegali dan splenomegali.
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler keekstravaskuler.
3. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler keekstravaskuler.
4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual muntah dan
nafsu makan yang menurun
5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor
pembekuan darah (trombositopeni ).
6. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan hepatomegali.
1. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan

Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria hasil

Intervensi

1.

Hipertermia b/d proses Setelah dilakukan


infeksi virus dengue
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam, klien
menujukan temperatur dalan
batas normal
dengan kriteria:

1. engobservasi ku dan keluhan


klien.
2. Observasi suhu klien (derajat dan
pola)perhatikan menggigil /
diaforsis.
3. Pantau suhu lingkungan, batasi /
tambahkan linen tempat tidur
sesuai indikasi.

1. Bebas dari
kedinginan

4. Berikan kompres hangat hindri


penggunaan akohol.

2. Suhu tubuh dalam

5. Kolaborasi untuk pemberian


antipiretik dan cairan parenteral.

rentan normal 36,537,5C


3. Mukosa bibir lembab
4. Kulit tidak teraba panas

2.

Resiko defisit volume Setelah dilakukan


cairan b/d pindahnya
cairan intravaskuler
tindakan keperawatan
keekstravaskuler.
selama 3 x 24 jam.
Kebutuhan cairan klien
dapat terpenuhi dengan
Kriteria hasil :
1. Input dan output
seimbang,

1. Observas vital sign tiap 3 jam /


lebih.
2. Observasi capillary.
3. Observasi intake dan output.
Catat jumlah,warna, konsentrasi,
BJ urine.
4. Anjurkan untuk minum 15002000 ml /hari (sesuai toleransi).
5.

2. Vital sign dalam


batas normal (TD
100/70mmHg, N: 80120x/mnt),
3. Tidak ada tanda
presyok,
4. Akral hangat,

Kolaborasi : Pemberian cairan


intravena, plasma atau darah.

5. Capilarry refill <


3detik, Pulsasi kuat

3.

Resiko syok
Setelah dilakukan
hypovolemik b/d
perdarahan yang
tindakan keperawatan
berlebihan, pindahnya
cairan intravaskuler
selama 3 x 24 jam.
keekstravaskuler.
Tidak terjadi syok
Hipovolemik dengan Kriteria
hasil :
1. TTV dalam batas
normal (TD 100/70
mmHg, N: 80120x/mnt),

4.

Resiko gangguan
pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d
intake nutrisi yang
tidak adekuat akibat
mual muntah dan nafsu
makan yang menurun

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 324
jam. Kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi dengan kriteria
hasil :
1. klien menghabiskan
separo / satu porsi
makan.
2. nafsu makan
meningkat
3. klien tidak terlihat
lesu dan lemah.
4. mukosa bibir tidak
kering
5. mual dan muntah
berkurang
6. tidak ada tanda-tanda
malnutrisi.
7. tidak terjadi penuruna
n berat badan.
9

1. Monitor keadaan umum klien.


2. Observasi vital sign setiap 3 jam
atau lebih.
3. Jelaskan pada klien dan keluarga
tanda perdarahan, dan segera
laporkan jika terjadi perdarahan.
4. Kolaborasi : Pemberian cairan
intravena.
5. Kolaborasi : pemeriksaan : HB,
PCV, trombo.

1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk


makanan yang disukai.
2. Observasi dan catat masukan ma
kanan pasien.
3. Timbang BB tiap hari (bila
memungkinkan ).
4. Berikan / Anjurkan pada klien
untuk makanan sedikit namun
sering dan ataumakan diantara
waktu.
5. Berikan dan bantu oral hygiene.
6. Hindari makanan yang
merangsang (pedas / asam) dan
mengandung gas.
7. Jelaskan pada klien dan keluarga
tentang penting nutrisi / makanan
bagi proses penyembuahan.
8. Sajikan makanan dalam keadaan
hangat.

9. Anjurkan pada klien untuk


menarik nafas dalam jika mual.
10. Kolaborasi dalam pemberian
diet lunak dan rendah serat.
11. Observasi porsi makan klien,
berat badan dan keluhan klien.

5.

Resiko terjadi
perdarahan berhubunga
n dengan penurunan
factor-faktor
pembekuan darah
(trombositopeni ).

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 324
jam. Tidak terjadi perdarahan
selama dalam masa
perawatan dengan kriteria
hasil :
1. TTV dalam rentan
normal
(TD 100/60 mmHg, N: 80100x/menit) reguler, pulsasi
kuat.
1. tidak ada perdarahan
spontan (gusi, hidung
, hematemesis
dan melena).
2. Trombosit
dalam batas normal
(150.000/uL).
3. Anjurkan pada klien
untuk banyak
istirahat tirah baring

1. Berikan penjelasan kepada klien


dan keluarga
tentang bahaya yang dapat
timbul akibat dari adanya
perdarahan, dan anjurkan untuk s
egera melaporkan jika ada tanda
perdarahan seperti di gusi,
hidung (epistaksis), berak darah
(melena), atau muntah darah
(hematemesis).
2. Antisipasi adanya perdarahan :
gunakan sikat gigi yang lunak,
pelihara kebersihan mulut,
berikan tekanan 5-10 menit
setiap selesai ambil darah dan
Observasi tanda-tanda
perdarahan serta tanda vital
(tekanan darah, nadi,suhu dan
pernafasan).
3. Kolaborasi dalam pemeriksaan la
boratorium secara berkala (darah
lengkap).
4. Monitor tanda-tanda penurunan
trombosit yang disertai tanda
klinis.
5. Monitor trombosit setiap hari.
6. Kolaborasi dalam pemberian
transfusi (trombosit concentrate).

6.

Nyeri b/d

Gangguan rasa nyaman :


nyeri berkurang / terkontrol
setelah dilakukan tindakan
10

1. Observasi adanya tanda -tanda


nyeri nonverbal, seperti: ekspresi
wajah, posisi tubuh, gelisah,

hepatomegali.

keperawatan selama 324


jam, dengan kriteria hasil :
1. skala nyeri berkurang
(0-3)

menangis / meringis, menarik


diri, diaphoresis, perubahan
frekuensi jantung/ pernapasan,
tekanan darah.
2. Evaluasi perilaku nyeri.

2. ekspresi wajah relax


3. Teknik relaksasi (nafas dalam)
3. bisa menggunakan
teknik relaksasi
dengan baik (nafas
dalam, imajinasi).

4. Kolaborasi pemberian analgesik


sesuai indikasi.

4. Kaji keluhan nyeri,


lokasi, dan
intensitasnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, Marilynn E, dkk, 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan. Jakarta : EGC
2. Hendrayanto. 2004. Ilmu Penyakait Dalam. Jilid 1. Jakarta : FKUIM
3. Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta
4. Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Edisi 8. Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran : EGC
5. Soegijarto, Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue. edisi 2. Surabaya : Aerlangga
6. Widyastuti, Palupi. 2004. Pencegahan, Pengendalian Dengue Dan Demam Berdarah.
Jakarta : EGC

INJAUAN TEORITIS

11

erajat I

erajat II
erajat III

A. Konsep Medis
1. Definisi
a. Demam berdarah merupakan manifestasi klinis yang berat dari penyakit arbovirus.
(Soedarmo Sumarno, 2005).
b. Dengue ialah infeksi arbovirus (arthropod-borne virus) akut ditularkan oleh nyamuk spesies
Aedes. (Hasan Rusepno, 2007).
c. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina. (Hidayat A. Aziz
Alimul, 2008).
2. Etiologi
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus Dengue. Di Indonesia, virus
tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus Dengue yang termasuk dalam
grup B arthropediborne viruses (arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
(Nursalam Susilaningrum, 2005).
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes. Di
Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:
a. Aedes Aegypti
1) Paling sering ditemukan
2) Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang biak di dalam
rumah, yaitu di tempat penampungan air jernih atau tempat penampungan air di sekitar
3)
4)
5)
b.
1)

rumah.
Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih.
Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.
Jarak terbang 100 meter
Aedes Albopictus
Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau pohon-pohon, seperti

pohon pisang, pandan kaleng bekas.


2) Menggigit pada waktu siang hari
3) Jarak terbang 50 meter.
(Rampengan T H, 2007)
3. Klasifikasi
:
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positif,
trombositopenia, dan hemokosentrasi.
:
Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain
:
Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah.

12

erajat IV

:
4.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Renjatan berat, denyut nadi, dan tekanan darah tidak dapat diukur. Yang disertai

dengan Dengue Shock Sindrom. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).


Manifestasi klinis
Demam tinggi selam 5-7 hari
Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit : petechie, ekimosis, hematoma.
Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.
Mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi
Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan uluh hati
Sakit kepala
Pembengkakan sekitar mata
Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
Tanda dan renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, nadi

cepat dan lemah). (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).


5. Patofisiologi
a. Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibodi, dalam
sirkulasi akan mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktifasi C3 danC5 akan dilepas C3a
dan C5a, 2 peptida berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai
faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma
melalui endotel dinding itu.
b. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protrobin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen ) merupakan faktor penyebab terjadinya
perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
c. Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding pembuluh darah,
menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik,
Renjatan terjadi secara akut.
d. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak
diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi dan Rita
Yuliani, 2006).
Patoflow Demam berdarah Dengue DBD atau Patoflow Dengue High Fever DHF

13

1. Diagnostik test
a. Darah lengkap : hemokosentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih), trombositopenia
b.
c.
2.
a.
b.
c.
3.
a.

(100.000/mm3 atau kurang)


Serologi uji HI (hemoglutination inhibition test)
Rontgen toraks : efusi pleura. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
Komplikasi
Ensefalopati dengue
Kelainan ginjal
Udem paru. (Hadinegoro H Sri Rezeki, 2005).
Pengobatan dan Pencegahan
Pengobatan
Penatalaksanaan untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah penanganan pada derajat I

hingga derajat IV.


Derajat I dan II
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kg BB/hari untuk anak
dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama diberikan oralit, air buah atau susu
secukupnya, atau pemberian cairan dalam waktu 24 jam antara lain sebagai berikut :
14

a)
b)
c)
d)

100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg


75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg

2) Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder


3) Pemberian antipieritika untuk menurunkan panas.
4) Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg BB/hari.
Derajat III
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam, apabila ada
perbaikan lanjutkan peberian RL 10 m/kg BB/jam, jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan
jumlah cairan berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah
masuk.
2) Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L ) sebanyak 10 ml/kg BB/jam dan dapat
diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24 jam, apabila setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kg
BB/jam keadaan tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan cairan
yang cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam jika baik lanjutkan RL
sebagaimana perhitungan selanjutnya.
3) Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih menurun dan dibawah 80
mmHg maka penderita harus mendapatkan plasma ekspander sebanyak 10 ml/kgBB/jam
diulang maksimal 30 mg /kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan
diatas
Derajat IV
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30 ml/kgBB/jam, apabila
keadaan tekanan darah baik, lanjutkann RL sebanyak 10 ml/kgBB/jam.
2) Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang. 2 saluran infuse dengan tujuan satu
untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan satunya pemberian palasma ekspander atau dextran L
sebanyak 20 ml/kgBB/jam selam 1 jam,
3) Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander 20 ml/kgBB/jam,
4) Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10 ml/kgBB/jam diulangi
maksimun 30 ml/kgBB/24jam.

15

5) Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan perbaikan maka konsultasikan
kebagian anastesi untuk perlu tidaknya dipasang central vaskuler pressure atau CVP. (Hidayat
A Aziz Alimul, 2008).
b. Pencegahan
1) Ada 3 cara pemberantasan vector
a) Fogging focus
Dalam keadaan krisis ekonomi sekarang ini, dana terbatas maka kegiatan fogging hanya
dilakukan bila hasil penyelidikan epidemologis butul-butul memenuhi kriteria
b) Abatisasi
Dilaksanakan di desa/ kelurahan endemis terutama di sekolah dan tempat-tempat umum.
c) Tanpa inteksida
Membasmi jentik nyamuk penular demam berdarah dengan cara 3M:
- Menguras secara teratur seminggu sekali atau menaburkan abate/altosit ketempat
-

penampungan air bersih.


Menutupnya rapat-rapat tempat penampungan air.
Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik dan barang bekas, lainnya yang

dapat menampung air hujan, sehingga tidak menjadi sarang nyamuk Aedes Aegypti.
2) Penyuluhan (Health Education)
Perawat dapat melakukan penyuluhan atau Health Education tentang cara pencegahan vektor
efektif. Penyuluhan dapat dilakukan pada orang tua murid di sekolah-sekolah, di posyandu,
yaitu di dalam rumah hendaknya selalu terang, tidak menggantungkan pakaian yang bekas
dipakai terutama di kamar tidur karena nyamuk akan senang hinggap pada pakaian yang
bekas dipakai yang sudah bau keringat. BAK kamar mandi atau jambangan bunga yang ada di
dalam bunga agar sering dibersihkan dan diganti airnya setiap 2 hari sekali membenahi atau
menata halaman supaya tidak ada tempat yang terisi air, seperti pecahan botol, tempurung
kelapa, kaleng bekas atau benda-benda yang dapat menampung air. Dedaunan kering yang
sudah menumpuk hendaknya disapu bersih. Selain itu juga air tidak tertampung, mengelola
sampah sesuai situasi dan kondisi setempat, apakah dibakar atau diangkat oleh mobil sampah
untuk dibuang ke TPA sehingga nyamuk tidak berkembang biak. (Hadinegoro H Sri Rezeki,
2005).
4.

Prognosis
16

Bila tidak terjadi renjatan dalam 24-36 jam biasanya prognosis akan menjadi baik kalau
lebih dari 36 jam belum ada tanda-tanda perbaikan, kemungkinan sembuh kecil dan prognosis
menjadi buruk. (Rampengan T.H, 2007).
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.
Asuhan keperawawatan adalah tindakan mandiri perawat professional melalui
kerjasama dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan Asuhan keperawatan
sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya. (kusnanto, 2004).
Tahaptahap proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi keperawatan. Kelima langkah tersebut dapat dijadikan pedoman
dalam mencapai tujuan keperawatan yaitu : meningkatkan, mempertahankan kesehatan, atau
membuat pasien mencapai kematian dengan tenang pada pasien terminal, serta
memungkinkan pasien pasien atau keluarga dapat dapat mengatur kesehatan sendiri menjadi
lebih baik. (Tarwoto wartonah, 2006).
1. Pengkajian Keperawatan
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis yang terorganisasi
yang meliputi tiga aktivitas dasar yaitu : Pertama, mengumpulkan data secara sistematis;
kedua, memilah dan mengatur data yang dikumpulkan, ketiga mendokumentasikan dalam
format yang dapat dibuka kembali. (Tarwoto wartonah, 2006)
Pengkajian pada anak dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue Menurut Nursalam
2005 adalah :
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan
pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk datang ke
Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat demam
kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak semakin
lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,
anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan
17

pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi
(grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak bisa mengalami
serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang lain.
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi. Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya.
Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan napsu makan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
menjadi kurang.
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti
air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan berkurang, napsu makan
menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi.
Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing sedikit atau banyak
sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot
dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang
terutama untuk membersikan tempat sarang nyamuk Aedes Aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
i. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah Dengue, keadaan
fisik anak adalah sebgai berikut:
18

1) Grade I
2) Grade II

: kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah.
:
kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan spontan petekie,

perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III :
kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan tidak
teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV :
kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur,
pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.
j. Sistem integumen
1) Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan
muncul keringat dingin, dan lembab.
2) Kuku sianosis/tidak
3) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis, hidung
kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan
bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).
4) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya cairan
yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya
terdapat pada grade III dan IV.
5) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
6) Ekstremitas.
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau
masalah aktual atau resiko dalam rangka mengindentifikasi dan menentukan intervensi
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah, masalah kesehatan klien
yang ada ada tanggung jawabnya. (Tarwoto wartonah,2006)
Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan penyakit infeksi Demam
Berdarah Dengue tergantung pada data yang ditemukan.
Menurut Nursalam 2005 diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
b. Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, tidak ada napsu makan.
19

d. Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.


e. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan permeabilitas kapiler,
muntah dan demam.
f. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak.

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah pernyataan singkat dalam pertimbangan perawat
menggambarkan respon pasien pada masalah kesehatan aktual dan resiko (Nursalam, 2001).
Rencana keperawatan Pada anak dengan penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue

menurut Nursalam 2005, Wong Dona L 2003 dan Doenges, Marilynn, E. dkk, 1999. adalah :
a. Diagnosa keperawatan 1
Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
juan
:
Anak menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
iteria hasil
:
Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
Intervensi Keperawatan
1) Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi dan pernapasan setiap 3 jam atau sering lagi.
Rasional
:
Suhu 38,9-41,1oc menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola

Rasional

demam dapat membantu dalam diagnosis.


2) Berikan penjelasan mengenai penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh.
:
Untuk memberikan pengetahuan pemahaman tentang penyebab dan memberikan
kesadaran kebutuhan belajar.
3) Berikan penjelasan kepada keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi

Rasional

Rasional

Rasional

Rasional

demam.
:

Perubahan dapat lebih tampak oleh orang terdekat, meskipun adanya

perubahan dapat dilihat oleh orang lain yang jarang kontak dengan pasien.
4) Catatlah asupan dan keluaran cairan.
:
Untuk mengetahui keseimbangan cairan baik intake maupun output.
5) Anjurkan anak untuk banyak minum paling tidak 2,5 liter tiap 24 jam dan jelaskan manfaat
bagi anak.
:

Untuk mempercepat proses penguapan melalui urine dan keringat,

selain itu dimaksudkan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.


6) Berikan kompres dingin pada daerah axila dan lipatan paha.
:
kompres air dingin dapat memberikan efek vasodilatasi pembululuh
darah.
7) Anjurkan agar anak tidak memakai selimut dari pakaian yang tebal.
20

Rasional

Rasional
: Untuk memudahkan dalam proses penguapan.
8) Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai dengan program dokter.
:
Pemberian terapi cairan intravena untuk mengganti cairan yang hilang dan obatobatan sebagai preparat yang di formulasikan untuk penurunan panas.

perawatan 2

juan
ia hasil

Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.


:
Nyeri berkurang atau terkontrol
:
Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri
Intervensi keperawatan.
1) Kaji tingkat nyeri yang dialami anak dengan menggunakan skala nyeri (0-10). Biarkan anak
memutuskan tingkat nyeri yang dialami. Tipe nyeri yang dialami dan respons anak terhadap

Rasional

Rasional

nyeri.
:

Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda

perkembangan resolusi komplikasi.


2) Atur posisi yang nyaman dan usahakan situasi yang tenang.
:
Posisi yang nyaman dan situasi yang tenang dapat mengurangi rasa
nyeri atau mengurangi stimulus nyeri.
3) Ciptakan suasana yang gembira pada anak, alihkan perhatian anak dari rasa nyeri (libatkan

Rasional

Rasional

Rasional

juan

Rasional

keluarga) misalnya: membaca buku, mendengar musik, dan menonton TV.


:
Untuk mengurangi rasa nyeri pada anak.
4) Berikan kesempatan pada anak untuk berkomunikasi dengan teman-temannya atau orang
terdekat.
: Dapat menguragi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa
sakit.
5) Berikan obat-obat analgetik (kolaborasi dengan dokter).
:
Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman.
c. Diagnosa Keperawatan 3
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, tidak ada napsu makan.
:
Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil
: Anak mengkonsumsi jumlah makanan yang adekuat.
Intervensi keperawatan
1) Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh anak.
:
Untuk memberikan nutrisi yang optimal meskipun kehilangan napsu
makan serta memotivasi anak agar mau makan.
2) Berikan makanan yang mudah ditelan, seperti bubur dan tim, serta dihidangkan selagi masih
hangat

21

Rasional`

Memudahkan proses menelan dan meringankan kerja lambung untuk

mencerna makanan dan menghindari rasa mual.


3) Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi

Rasional

sering.
:
karena porsi biasanya ditoleransi dengan lebih baik.
4) Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama.
Rasional
: Untuk membantu status nutrisi.
5) Mempertahankan kebersihan mulut pasien
Rasional
: Untuk merangsang napsu makan.
6) Mempertahankan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit.
Rasional
: Untuk menghindari intoleransi makanan.
7) Jelaskan pada keluarga manfaat makanan/ nutrisi bagi anak terutama saat sakit.
:
Makanan merupakan penambahan tenaga bagi orang sakit.
8) Catatlah jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
:
Untuk mengetahui jumlah intake makanan dan penentuan dalam

Rasional

pemberian diet dan selanjutnya.


b. Diagnosa Keperawatan 4
Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan
: tidak terjadi perdarahan
Kriteria hasil
: Jumlah trombosit dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan
1) Monitor penurunan trombosit yang di sertai dengan tanda klinis
:
Untuk mengetahui perkembangan penyakit apabila terjadi perdarahan

Rasional

Rasional

Rasional

bawah kulit.
2) Monitor jumlah trombosit setiap hari
:
Mengetahui nilai batas normal dan perkembangan penyakit.
3) Berikan penjelasan mengenai pengaruh trombositopenia pada pada anak.
:
Penjelasan yang akurat tentang trombositopenia merupakan faktor

Rasional

penyebab terjadinya syok apabila terjadi penurunan trombosit yang hebat.


4) Anjurkan anak untuk banyak istirahat
:
Memberikan relaksasi untuk anggota organ tubuh serta membantu

Rasional

juan
ia hasil

Rasional

dalam proses penyembuhan.


c. Diagnosa Keperawatan 5
:
Anak menunjukkan terpenuhinya tanda-tanda kebutuhan cairan.
:
Anak mendapatkan cairan yang cukup
- Menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat yang dibutuhkan dengan tanda-tanda vital
dan turgor kulit yang normal, membran mukosa lembab.
Intervensi keperawatan.
1) Monitor keadaan umum pasien
Rasional
: Untuk mengetahui perkembangan penyakit.
2) Observasi tanda-tanda vital setiap 2-3 jam.
:
Untuk meningkatkan hidrasi dan mencegah dehidrasi.

22

3) Perhatikan keluhan pasien seperti mata kunang-kunang, pusing, lemah, ekstremitas dingin
dan sesak napas.
:

Rasional
4)
Rasional
5)
Rasional
6)
Rasional
7)
Rasional
8)
9)
Rasional

juan
ria hasil

Rasional

Rasional

Untuk mengetahui perubahan yang terjadi bila adanya kekurangan

cairan sehingga mendapatkan perawatan lebih baik.


Mengobservasi dan mencatat intake dan output.
:
Untuk menentukan status hidrasi
Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
: Menentukan adanya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Monitor nilai laboratorium : elektrolit darah, serum albumin.
:
Menentukan adanya ketidakseimbangannya cairan dan elektrolit.
Mempertahankan intake dan output yang adekuat.
:
Pemenuhan kebutuhan cairan menurunkan resiko dehidrasi.
Monitor dan mencatat berat badan.
Rasional :
merupakan indikator cairan dan nutrisi.
Pasang infus dan beri terapi cairan intravena jika terjadi perdarahan (kolaborasi dengan

dokter)
: Pemberian infus dimaksudkan untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.
d. Diagnosa Keperawatan 6
Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
:
Anak mendapat istirahat yang adekuat
:
- Anak melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan.
- Kebutuhan istirahat anak terpenuhi.
Intervensi keperawatan
1) Bantulah anak untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari seperti: mandi, makan dan
eliminasi, sesuai dengan tingkat keterbatasan anak.
:
Melindungi anak dari cedera selama melakukan aktivitas dan
memungkinkan penghematan energi atau kelemahan tubuh.
2) Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan anak
:
Bantuan keluarga membuat anak merasa aman secara moril dan fisik

serta membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien.


3) Dekatkan dan siapkan alat-alat yang dibutuhkan di dekat anak
Rasional
:
Memudahkan pasien dapat mengambil keperluannya.
e. Diagnosa Keperawatan 7
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak.
juan
:
Keluarga menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal koping

eria hasil

yang adatif.
:
- Keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit dan terapinya
- Keluarga menunjukkan perilaku koping positif terhadap anak.
Intervensi keperawatan
4) Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap situasi yang penuh
stress.
23

Rasional

Karena hal ini biasanya terjadi dalam proses penyesuaian dan untuk

menguatkan pemahaman keluarga.


5) Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar, dan
identifikasi faktor yang paling mencemaskan keluarga.
:
Agar keluarga mendapat dukungan yang di butuhkan sehingga

Rasional

kemampuan mereka untuk mengatasi masalah dapat dimaksimalkan.


6) Identifikasi koping yang biasa digunakan dan seberapa besar keberhasilannya dalam
Rasional

mengatasi keadaan.
:
Untuk memberikan dukungan dan ketenangan sesuai kebutuhan.
7) Tanyakan kepada keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat anak atau keluarga

Rasional

menjadi lebih baik atau dan jika memungkinkan memberikan apa yang diminta oleh kelurga.
:
Untuk memberikan perawatan yang optimal terhadap intervensi lanjut.
8) Memenuhi kebutuhan dasar anak; jika anak sangat tergantung dalam melakukan aktivitas
sehari-hari, ijinkan hal ini terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Kemudian secara
bertahap meningkatkan kemandirian anak dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
:
Untuk memberikan dukungan sehingga kemampuan anak untuk

Rasional

melakukan koping dapat di maksimalkan serta menurunkan resiko cedera.


4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana-rencana
perawatan. (Tarwoto Wartonah, 2006).
Pendekatan tindakan keperawatan meliputi:
a. Independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan
perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lain.
b. Interdependen adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang
memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya,misalnya tenaga sosial, ahli
c.

gizi, fisioterapi dan dokter.


Dependen, tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan
medis.Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan.

(Kusnanto, 2004).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya, tujuannya adalah untuk
mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
Langkah-langkah evaluasi :
24

a.
b.
c.

Daftar tujuan-tujuan pasien.


Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.
Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.
d. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak. (Tarwoto Wartonah,
2006).
PEMBERIAN JAMBU MERAH TERHADAP PENINGKATAN
TROMBOSIT PADA ANAK DHF
Nuh Huda
Staf Pengajar Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Stikes Hang Tuah Surabaya

ABSTRAK
Demam berdarah merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk Aedes
Agepty. Ada berbagai cara untuk pengobatan dan perawatan demam berdarah antara lain
dengan farmakologis dan non farmakologis. Ada dua cara perawatan non farmakologis
pemberian jus jambu merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan
trombosit pada pasien yang diberikan jus jambu merah.
Desain penelitian quasi eksperimen dengan control time desain dengan menggunakan
pendekatan nonprobabilty purposive sampling. Populasi berjumlah 20 responden dengan
proporsi 10 kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah dan 10 kelompok yang
diberikan jus jambu merah, Analisa statistik dengan menggunakan uji t-test dan tindependen.
Hasil penelitian didapatkan rata-rata kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah
jumlah rata-rata trombosit 14.300, sedangkan peningkatan pada kelompok yang diberikan
jus jambu merah 76.100. hasil uji 0,000 ( <0.05). Artinya ada pengaruh pemberian jambu
merah terhadap peningkatan jumlah trombosit pada penderita DHF.
Implikasi dari penelitian bahwa pemberian jambu merah dapat digunakan sebagai
salah satu pilihan minuman yang dapat dikonsumsi untuk meningkatkan jumlah trombosit
pada penderita DHF.
Kata kunci: DHF, jus jambu merah, trombosit
ABSTRACT
Dengue hemoragic fever is an infection diseases caused by aedes aegepty. There are
various methods for medication and treatment dengue hemoragic, farmocologis and non
pharrmacological method. There are two of treatment non pharrmacological red guava juice.
This research had the purpose to know the trombocyte increase in the patient who
administered with the red guava juice.
Design of this research was the quasy experiment with control time design using
purposive sampling nonprobabilty approach. The population proportion of 20 respondents
with 10 groups of control and 10 intervention group, statistical analysis using t-test and tindependen.
From the result of the research it was obtained that did not administered with red
guava juice the average was trombocyte, 14.300, while the increase average administered red
25

guava juice was 76.100, the result of test 0,00 (<0,05). That is there was effect of red
guava administering to the trombocyte number increase on the DHF sufferes.
Implication of the research was that the red guava administering can be use one of
drink choicces can be consumen to increase trombocyte numbers in the DHF sufferer.
Keyword: DHF, Red Guava Juice, trombocyte.

26

A. Latar belakang
B.

DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tipe 1-4, sifat

dari virus dengue antara lain berbentuk batang, termolabil, sensitif terhadap inaktivasi, stabil
pada suhu 700 celcius. Dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegpty dan beberapa
spesies lainnya. Virus ini masuk kedalam pembuluh darah dan menyerang bagian dinding
pembuluh darah. Pada penderita DHF terjadi peningkatan sistem komplemen akibat aktivasi
kompleks antigen virus-antibodi. DHF banyak di jumpai di masyarakat penyakit ini dapat
menyerang semua orang (Soegeng, 2006). Dari data awal didapatkan pada tahun 2010 di
puskesmas Sedati Sidoarjo sejumlah 99 orang menderita DHF
C.

Pengobatan DHF berkonsentrasi pada peningkatan trombosit dengan cara

mengembalikan permeabilitas vaskuler ke kondisi normal lagi. Salah satu pengobatan yang
dapat meningkatkan trombosit yaitu dengan menggunakan ekstrak jambu merah (Soegeng,
2004 : 121). Berbagai penelitian menunjukkan ekstrak daun jambu merah dan jambu merah
bisa menekan aktivasi komplemen.
D.

Angka kesakitan DHF di Indonesia cenderung meningkat, mulai 50 kasus per

100.000 penduduk dengan kematian sekitar 1-2% (Kompas, 2010). Tahun 2004 DHF
mengalami insiden peningkatan yang cukup tinggi sehingga pada bulan februari 2004
pemerintah menetapkan keadaan luar biasa (KLB) pada kasus DHF. DHF merupakan
penyakit musiman dan penyakit yang berbahaya. (Somarmo, 2000). Berdasarkan data yang
didapat dari dinas kesehatan Sidoarjo pada tahun 2009 dengan jumlah penduduk 1.705.528
terdapat 172 penderita DHF pada anak dan 11 penderita DHF meninggal sedangkan pada
tahun 2010 dengan jumlah penduduk 1. 778.221 terdapat 404 penderita DHF pada anak,
penderita yang meninggal pada tahun 2010 sebanyak 10 orang. Pada tahun 2010 terdapat
peningkatan jumlah penderita DHF . Sedangkan di puskesmas sedati kecamatan gedangan
kabupaten Sidoarjo pada tahun 2010 jumlah penderita DHF terdapat 99 penderita tahun 2011
bulan januari terdapat 9 penderita DHF.
E.

Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty dan masuk

kedalam pembuluh darah. Trombosit dan endotel diperkirakan mempunyai peran penting
dalam patogenesis, berdasarkan kenyataan bahwa pada DHF terjadi trombositopenia disertai
peningkatan permeabilitas kapiler. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/L)
merupakan salah satu kriteria laboratoris disamping peningkatan hematokrit >20% dari
kriteria diagnosis DHF menurut WHO (2007). Para peneliti menyebutkan bahwa derajat
trombositopenia pada penderita demam berdarah cenderung berhubungan dengan beratnya
penyakit . Manifestasi klinis dari infeksi virus dengue yang paling ditakutkan adalah
27

terjadinya perdarahan dan kebocoran plasma. yang dapat menyebabkan syok. Perdarahan
dapat terjadi akibat adanya trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit. Peneliti lain
menyebutkan adanya gangguan fungsi trombosit. Ditemukan komplek imun dipermukaan
trombosit diduga sebagai penyebab terjadinya agregasi trombosit yang kemudian akan
dimusnakan oleh sistem retikuloendotelia, terutama dalam limpa dan hati.
F.

Pengobatan DHF pada dasarnya masih bersifat supportif atau simtomatis

berdasarkan kelainan utama yang terjadi yaitu berupa perembesan plasma akibat dari
meningkatnya permeabilitas vaskuler. Cairan awal sebagai pengganti volume plasma dapat
diberikan garam isotonik atau ringer laktat. Belum ada usaha pengobatan yang bersifat
kuratif, baik dalam mengatasi terjadinya perdarahan atau trombositophenia maupun dalam
mengatasi kebocoran plasma. Jambu merah merupakan salah satu alternatif dalam percepatan
penyembuhan penyakit DHF.
G.

Kandungan dalam jambu merah salah satunya senyawa quarcentin golongan

flavonoid, sitokin yang berfungsi meningkatkan kekenyalan pembuluh darah. Senyawa yang
diduga berperan penting adalah quarcentin dari golongan flavonoid. Senyawa ini bekerja
meningkatkan jumlah sitokin. Di dalam tubuh sitokin berperan meningkatkan kekenyalan
pembuluh darah sekaligus meningkatkan sistem pembekuan darah. Menurut Prof dr Sumali
kepala pusat studi bahan alam, di mana quarcentin bekerja dengan cara menghambat enzim
pembentuk RNA virus dengue. RNA berperan dalam sintesis protein. Jika pembentukan virus
RNA terganggu, virus dapat mati sehingga jumlah trombosit dalam darah dapat meningkat.
H. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan beberapa tahun terakhir penggunaan
jambu merah dan ekstrak daun jambu biji untuk pengobatan DHF terutama dalam
meningkatkan jumlah trombosit mulai banyak digunakan baik oleh masyarakat maupun
dikalangan dunia kedokteran. Hal ini bisa disampaikan kepada tenaga kesehatan, penderita
DHF, dan keluarga penderita bahwa jambu merah dapat digunakan sebagai pengobatan DHF
dan terapi tambahan. Pemberian terapi tambahan jambu merah pada penderita DHF dengan
memberikan demonstrasi tentang cara pengolahan serta konsumsi sehingga penderita dapat
dengan mudah memanfaatkan buah jambu merah untuk meningkatkan trombosit. harganya
relatif murah karena bahannya mudah didapat, efek sampingnya hampir tidak terasa. Salah
satu tanaman yang mempunyai efek meningkatkan trombosit adalah jambu merah.
I.
J. Desain Penelitian
K.

Penelitian ini menggunakan rancangan Quasy-Experimental dengan metode

control time desain untuk mengetahui pengaruh pemberian jambu merah terhadap
28

peningkatan trombosit pada anak DHF Penelitian ini terdapat dua responden yaitu kelompok
eksperimen yang diberikan intervensi dan kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi.
Pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dipilih secara tidak random dan
sesuai dengan keinginan peneliti. Pengukuran dilakukan kepada kedua kelompok diawali
dengan pre-test setelah itu diberikan perlakuan kemudian dilakukan pengukuran kembali
(post-test).
L. Metode time desain dapat digambarkan sebagai berikut(Aziz, 2010: 43).
M.

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan penderita DHF anak yang (+)

menderita DHF pada periode bulan april sampai dengan bulan juni sejumlah 20 orang. Hal ini
sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010) yang mengatakan bahwa seluruh populasi
adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut adalah populasi
penelitian. Sampel dari penelitian ini adalah sebagian penderita DHF pada anak, sejumlah
20 orang di Puskesmas Sedati Sidoarjo. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Nonprobability sampling dengan metode purposive sampling yaitu teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti (Setiadi, 2007: 183)
N.

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independent dan variabel
dependent. Variabel indipendent nya adalah pemberian jus jambu merah pada kelompok
perlakuan dan kelompok intervensi. Variabel dependent nya adalah jumlah trombosit
sebelum dan sesudah perlakuan baik pada kelompok intervensi maupun pada kelompok
kontrol.
O.

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini yang digunakan adalah cek

laboratorium pada pengukuran trombosit. Untuk pemberian jus jambu merah menggunkan
gelas ukur, dan lembar observasi yang dikembangkan berdasarkan jumlah normal trombosit.
P.

Setelah didapatkan sampel, dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan kriteria
inklusi yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kedua kelompok didata jumlah
trombosit awal (pre test) satu hari sebelum diberikan intervensi jambu merah yaitu pada
bulan april 2011. pengukuran jumlah trombosit awal (pre test) dilakukan pagi hari pukul
08.00-09.00 WIB. Kemudian pada bulan april 2011 kelompok perlakuan diberikan jus
jambu merah selama tiga hari dengan frekuensi dua kali sehari (pagi, sore). Setelah
dilakukan intervensi pemberian jus jambu merah selama 3 hari maka diteruskan dengan
pengukuran jumlah trombosit dengan cek darah akhir (post test) pada pukul 08.00-09.00
WIB..

Q.

Untuk mengetahui hubungan atau derajat kerataan antara variabel pemberian


jus jambu merah terhadap peningkatan trombosit pada anak DHF digunakan uji t test.
29

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian jambu merah
terhadap peningkatan trombosit pada penderita DHF di Puskesmas Sedati Sidoarjo.
Untuk variabel status trombosit, data yang diperoleh akan dikelompokkan dan ditabulasi
frekuensi dalam bentuk mutlak dan angka korelatif %. Data yang sudah dianalisa diuji
dengan menggunakan data Uji-t dua sampel berpasangan uji ini memiliki fungsi untuk
mengetahui perbedaan sebelum & sesudah dilakukan perlakuan sampel/kelompok
perlakuan. Hasilnya uji-t sampel berpasang adalah = 0,05 maka ada perbedaan jumlah
trombosit sebelum dan sesudah dilaksananakan pemberian jus jambu merah. Untuk uji-t
sampel bebas untuk mengetahui perbedaan pada dua sampel/kelompok perlakuan
hasilnya uji homogen varians = 0,05 , maka varians homogen, maka uji t-2 sampel
bebas adalah liat baris pertama adalah 0,05 maka jus jambu merah efektif terhadap
peningkatan trombosit pada anak DHF.
R.
S.

Variabel penelitian meliputi jumlah trombosit kelompok yang tidak diberikan

jus jambu merah dan kelompok yang diberikan jus jambu merah .
T.
U. Hasil penelitian
V.
Variabel penelitian meliputi jumlah trombosit kelompok yang tidak diberikan
jus jambu merah dan kelompok yang diberikan jus jambu merah .
W.
1. Jumlah Trombosit Kelompok Yang diberikan jus jambu merah
X.

Tabel 1 Jumlah Trombosit pada kelompok Yang diberikan jus jambu merah Jambu
Merah Di
Puskesmas Sedati Sidoarjo ( n= 20)
Z. Jumlah trombosit
AD. Pre AE. Post

Y.
No

AH.
AI.
1
AJ.
2
AK.
3
AL.
4
AM.
5
AN.
6

AS.
AT.
90.000
AU.
67.000
AV.
40.000
AW.
90.000
AX.
99.000
AY.
95.000

BD.
BE.
240.000
BF.
1
60.000
BG.
200.000
BH.
150.000
BI.
150.000
BJ.
150.000

AA. Selisi
h
jumla
h
trom
bosit
BP.
BQ. 150.0
00
BR. 93.00
0
BS. 160.0
00
BT. 60.00
0
BU. 51.00
0
BV. 55.00
0

AB. Me
an
pen
ing
kat
an
tro
mb
osit
CA.
CB.
CC. 76.
100

30

AO.
7
AP.
8
AQ.
9
AR.
10

AZ.
84.000
BA.
98.000
BB.
99.000
BC.
74.000

CD.

BK.
122.000
BL.
150.000
BM.
125.000
BN.
150.000
BO.

BW. 38.00
0
BX. 52.00
0
BY. 26.00
0
BZ. 76.00
0

Dari tabel 1 menunjukkan jumlah peningkatan trombosit pada kelompok yang

diberikan jus jambu merah, peningkatan mulai dari jumlah trombosit terendah 26.000
sampai dengan 160.000 dengan rata-rata peningkatan jumlah trombosit 76.100. Pada
kelompok yang diberikan jus jambu merah semua responden mengalami peningkatan jumlah
trombosit.
CE.
2. Jumlah Trombosit Kelompok Yang tidak diberikan jus jambu merah
CF.
Tabel 5.2 Jumlah Trombosit pada Kelompok yang tidak diberikan jus jambu
merah Di Puskesmas Sedati Sidoarjo (n= 20)
CH. Jumlah trombosit
CG. N CL. Pre
CM.Post
o
r
e
s
p

CP.
DA.
CQ. 1 DB.
CR. 2 98.000
CS. 3 DC.
CT. 4 68.000
CU. 5 DD.
CV. 6 86.000
CW.7 DE.
CX. 8 84.000
CY. 9 DF.
CZ. 1 95.000
0 DG.
90.000
DH.
100.000
DI.
90.000
DJ.
100.000
DK.
84.000
DL.

EM.

DM.
DN. 150.
000
DO. 122.
000
DP. 95.0
00
DQ. 84.0
00
DR. 99.0
00
DS. 90.0
00
DT. 101.
000
DU. 98.0
00
DV. 100.
000
DW.99.0
00

CI. Selisih
jumlah
trombo
sit

DX.
DY. 52.00
0
DZ. 54.00
0
EA. 9.000
EB. 0
EC. 4000
ED. 0
EE. 1000
EF. 8000
EG. 0
EH. 15.00
0
EI.

CJ. Me
an
pen
ing
kat
an
tro
mb
osit

EJ.
EK. 14.
30
EL.

Dari tabel 5.2 menunjukkan jumlah peningkatan trombosit pada kelompok

yang tidak diberikan jus jambu merah yaitu dari yang tidak mengalami peningkatan samapai
dengan peningkatan 54.000. Dengan rata-rata peningkatan jumlah trombosit 14.300.
Sebanyak 7 responden dari 10 sampel kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah yang
mengalami peningkatan jumlah trombosit dan 3 responden dari 10 sampel kelompok yang
tidak diberikan jus jambu merah tidak mengalami peningkatan jumlah trombosit.
EN.
31

3. Pengaruh Jambu Merah terhadap peningkatan Trombosit


EO. Tabel 3 Group Statistik Trombosit Di Puskesmas Sedati Sidoarjo (n= 20)
EP.
mbosit

Tro

EQ.
Mean

ER.
SD

ES.
SE

EU.
Yan
g tidak
EV.
EW.
EX.
diberikan jus
14.300
20.60
6.51
jambu merah
EZ.
Yan
g diberikan
FA.
FB.
FC.
jus jambu
76.100
45.53
14.53
merah
FE.
t- independent: = 0,00 (<0,05)

FF.

ET.
N

EY.
10
FD.
10

Pada tabel 3 rata-rata jumlah trombosit pada kelompok yang diberikan jus jambu

merah adalah 76.100 dengan Standart Deviation 45.537408, sedangkan untuk kelompok
yang tidak diberikan jus jambu merah jumlah rata-rata trombosit 14.300 dengan Standart
Deviation 20.609868. hasil uji t-test dan t-independen statistik dihasilkan = 0,00 ( < 0,05 )
artinya ada perbedaan signifikan rata-rata jumlah trombosit pada pasien yang diberikan
jambu merah dengan yang tidak diberikan.
FG.
FH. Pembahasan
1. Jumlah Trombosit Kelompok Yang Diberikan Jus Jambu Merah
FI.

Pada kelompok yang diberikan jus jambu merah sebelum dilakukan intervensi

jumlah trombosit nilai terendahnya 40.000 dan nilai tertingginya 240.000. sedangkan setelah
diberikan jus jambu merah jumlah trombosit nilai terendahnya 125.000 dan nilai tertingginya
240.000 hasil penelitian pada kelompok intervesi terdapat 10 responden klien DHF
didapatkan data, nilai rata-rata peningkatan jumlah trombosit adalah 76.100.
FJ.
Kenaikan jumlah trombosit pada responden yang diberikan jus jambu merah
dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu pada kelompok yang diberikan jus jambu merah
penderita telah mendapatkan jus jambu merah 2 kali sehari 1000 ml selama 3-4 hari, jumlah
peningkatannya tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah
, dapat dilihat dari rata-rata jumlah trombosit yang tidak diberikan jus jambu merah dan yang
diberikan jus jambu merah peningkatan rata-rata trombosit pada kelompok yang diberikan
jus jambu merah 76.100.
FK. sedangkan rata-rata pada kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah
adalah 14.300 sehingga dapat disimpulkan antara kelompok yang tidak diberikan jus jambu
merah dengan kelompok yang diberikan jus jambu merah peningkatannya lebih tinggi dan
lebih cepat kelompok yang diberikan jus jambu merah dibandingkan dengan kelompok yang
tidak diberikan jus jambu merah .
FL.
2.

Jumlah Trombosit Kelompok Yang Tidak Diberikan Jus Jambu Merah


32

FM.

Pada kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah jumlah trombosit nilai

terendahnya 68.000 dan nilai tertingginya 100.000. sedangkan setelah dilakukan observasi
pada kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah didapatkan hasil penelitian pada
kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah dengan 10 responden klien DHF
didapatkan data, nilai jumlah trombosit yang tidak mengalami peningkatan atau tetap dan
nilai peningkatan trombosit tertinggi 54.000 dengan nilai rata-rata peningkatan pada
kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah rata-rata peningkatan trombosit 14.300.
FN. Kenaikan jumlah trombosit pada responden kelompok yang tidak diberikan jus
jambu merah dipengaruhi oleh banyak faktor terutama pada DHF nonsyok DHF grade I
dan grade II, sedangkan pada grade III dan grade IV tidak terjadi perbedaan. Hal ini
disebabkan karena pada kondisi syok akan terjadi hipoksia jaringan, sehingga akan
mempengaruhi proses absorsi dan distribusi dari obat yang diberikan peroral pada klien,
pada klien grade III dan Grade IV proses kerusakan endotelium vaskuler dan kebocoran
plasma lebih berat sehingga trombosit yang terbentuk banyak terpakai di endotel pembuluh
darah ( Soegeng, 2006).
FO.

Ada banyak hal penyebab terjadinya DHF berdasarkan hasil penelitian para

peneliti sebelumnya menunjukkan adanya hubungan perubahan iklim, kelembapan,


kepadatan larve Aedes Agepty, perilaku bersih dan sehat yang belum terwujud dan
lingkungan hidup yang belum memadai. Mengendalikan lingkungan dengan pemberantasan
sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk
dan perbaikan desain rumah seperti menguras bak mandi sekurang-kurangnya satu minggu
sekali, menutup dengan rapat tempat penampungan air.
FP. Hasil uji t-independen yang didapatkan menunjukkan bahwa terdapat
perbedaaan jumlah trombosit antara kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah dan
yang diberikan jus jambu merah jumlah trombosit pada kelompok yang tidak diberikan jus
jambu merah Sebelum yang diberikan jus jambu merah jumlah trombosit antara kelompok
yang diberikan jus jambu merah dan kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah tidak
terdapat perbedaaan, tetapi setelah diberikan jus jambu merah selama 3 hari terdapat
perbedaan pada kedua kelompok. Pada kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah
menunjukkan peningkatan jumlah trombosit dengan rata-rata 14.300 sedangkan pada
kelompok yang diberikan jus jambu merah menunjukkan rata-rata peningkatan 76.100.
Setelah yang diberikan jus jambu merah antara kelompok yang tidak diberikan jus jambu
merah dan kelompok yang diberikan jus jambu merah menghasilkan = 0,00 (<0,05) dari

33

hasil uji t-tes independen ada perbedaan yang diberikan jus jambu merah jambu merah
terhadap peningkatan trombosit pada penderita DHF Di Puskesmas Sedati Sidoarjo.
FQ.
3. Pengaruh Pemberian Jambu Merah Terhadap Peningkatan Trombosit
FR.

Berdasarkan hasil uji t- test independent menunjukkan nilai =0.00 (<0,05)

artinya secara statistik pemberian jus jambu merah berpengaruh terhadap peningkatan
trombosit. Analisa perbandingan kedua kelompok, yaitu yang tidak diberikan jus jambu
merah dan yang diberikan jus jambu merah jumlah rata-rata trombosit pada kelompok yang
diberikan jus jambu merah lebih besar dari pada kelompok yang tidak diberikan jus jambu
merah hanya 14.300. Pada kelompok yang diberikan jus jambu merah didapatkan hasil ratarata trombosit 76.100. Padahal kedua kelompok mendapatkan terapi cairan yang sama.
FS.

Pemberian jambu merah didapatkan bahwa tanin dan quarcentin yang

terkandung dalam buah dan daun jambu biji merah dapat meningkatkan proliferasi dan
deferensiasi megakariosit dalam sumsum tulang. Buah jambu biji merah mengandung
senyawa quarcentin dari golongan flavonoid senyawa yang diduga berperan penting.
Senyawa ini bekerja dalam meningkatkan senyawa sitokin. Di dalam tubuh, sitokon berperan
meningkatkan kekenyalan pembuluh darah sekaligus mengaktifkan sistem pembekuan darah.
Menurut prof Dr sumali, quarcentin bekerja dengan cara menghambat enzim pembentuk
RNA virus dengue, RNA berperan sintesis protein. Jika pembentukan RNA virus terganggu,
virus mati sehingga jumlah trombosit dapat meningkat. Kadar quarcentin di daun jambu biji
lebih banyak dari pada dibuahnya.
FT.

Pada penderita demam berdarah terjadi peningkatan sistem komplemen akibat


aktivasi komplek antigen virus-antibodi. Peningkatan ini menyebabkan lepasnya
anafilaktosin suatu mediator kuat terjadinya peningkatan permeabilitas. Peningkatan
permaebilitas vaskuler dan gangguan hemostasis. Peningkatan permeabilitas vaskuler
menyebabkan terjadinya kebocoran plasma dan dapat menimbulkan syok. Hal ini yang
paling ditakutkan sehingga pengobatan DHF berkonsentrasi pada cara mengembalikan
permeabilitas vaskuler kekondisi normal lagi. Oleh karena itu, aktivasi komplemen yang
berlebihan harus di tekan. Berbagai penelitian menunjukkan buah dan daun jambu biji
merah dapat menekan aktivasi komplemen. (Soegeng, 2004).

FU.

Jambu biji mengandung berbagai mineral dan vitamin, Kandungan vitamin C

jambu biji 100 gram 2-3 kali lebih tinggi dari jeruk dengan berat yang sama. Buah jambu
merah bermanfaat untuk memperbaiki kapiler supaya tidak terjadi kebocoran. Oleh
karena itu pencegahan pecahnya kapiler dapat dilakukan dengan minum jus jambu biji
34

secara rutin jika sudah muncul kecurigaan, bahwa demam berdarah sedang beraksi di
dalam tubuh. Likopen dalam jambu biji lokal merah mempunyai banyak manfaat karena
bersifat antioksidan.
FV. Jambu biji merah adalah suatu bentuk terapi herbal yang dapat meningkatkan
trombosit pada DHF. Yang diberikan jus jambu merah jambu biji merah yang diberikan
dalam bentuk jus yang dapat menimbulkan peningkatan trombosit. Buah jambu biji
digunakan untuk meningkatkan trombosit darah, sehingga banyak digunakan untuk melawan
DHF (Dengue hemoragic fever). Berdasarkan hasil penelitian, telah berhasil diisolasikan
suatu zat flavonoid dari daun jambu biji dan buah jambu biji yang dapat memperlambat
penggandaan (replika) human immunodeficiency virus (HIV) penyebab penyakit AIDS. Zat
ini bekerja dengan cara menghambat pengeluaran enzim reserved transriptase yang dapat
mengubah RNA virus menjadi DNA di dalam tubuh manusia.
FW.
FX.
FY.
FZ. Simpulan
GA.Berdasarkan hasil temuan penelitian dan hasil pengujian pada pembahasan yang
dilaksanakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Peningkatan jumlah trombosit pada kelompok yang diberikan jus jambu merah rata-rata
jumlah trombosit 76.100 pada penderita DHF Di Puskesmas Sedati Sidoarjo.
2. Peningkatan jumlah trombosit pada kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah ratarata jumlah trombosit 14.300 pada penderita DHF Di Puskesmas Sedati Sidoarjo.
3. Ada pengaruh pemberian jambu merah terhadap peningkatan jumlah trombosit pada
penderita DHF Di Puskesmas Sedati Sidoarjo.
GB.
GC. Saran
GD.
Berdasarkan temuan hasil penelitian, beberapa saran yang disampaikan pada
pihak terkait adalah sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat
GE. Jambu merah dapat digunakan sebagai pencegahan dan pengobatan Dengue
Hemorgic Fever.
GF.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
GG.Jambu merah merupakan terapi tambahan, sehingga terapi dasar yaitu pemberian
replacement cairan harus tetap diberikan sesuai dengan protap yang ada. Dan masih
diperlukan penelitian yang lebih lanjut.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya

35

GH.Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk mengambil judul perbandingan


percepatan peningkatan jumlah tromboit dengan pemberian jambu merah dan sari kurma
pada penderita DHF.
GI.
GJ.

Daftar Pustaka

GK.
GL.
Ainul, R. K. (2010). Sayur Buah Sehat Mengenal Kandungan`Dan Khasiat Untuk Menjaga Kesehatan
Tubuh. Yogyakarta: Pionor Media.
GM.
Alimul, A.H. (2010). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Surabaya: Health Books
publising.
GN.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

GO.
Boedina, S. K. (2010). Imunologi Diagnosis Dan Prosedur Laboratorium Edisi Kelima. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Indonesia UniversitasIndonesia
GP.

Emma W. (2008). Jus buah dan sayuran. Jakarta: Penebar Swadaya.

GQ.

Hadinegoro, SR. (2000). Imunopatogenesis Demam Berdarah Degue. Jakarta: Universitas Indonesia.

GR.

Herliana, L.F. (2010). 33 Macam Buah-Buahan Untuk Kesehatan. Bandung: Alfabeta

GS.

Hoffbrand. A.V. (2005). Kapita selekta hematologi. Jakarrta: EGC

GT.
Nasirudin, M. (2005). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jambu Biji Terhadap Peningkatan Jumlah
Trombosit Kasus Demam Berdarah Dengue Pada Anak. Universitas Airlangga
GU.

Notoatmodjo, S.(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :

PT.Rineka Cipta.

GV.
Nursalam. (2009). Konsep Dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemmba
Medika.
GW.

Soegijanto, S. (2006). Demam berdarah dengue edisi kedua. Surabaya: Airlangga university.

GX.

Setiadi. (2007). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

GY.

Universitas Indonesia. (2007). Ilmu kesehatan anak. Jakarta: Infomedika.

GZ.
Sumarmo, PS (2000). Masalah Demam Berdarah Di Indonesia. Dalam: Sri Rezeki HH, Hindra Is.
Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Universitas Indonesia.
HA.

Suwarno, A. (2010). 9 Buah Dan Sayur Tangkal Penyakit. Jakarta: Liberpus.

HB.

Tim editor EGC. (1996). Kamus Kedokteran Dorlan. Jakarta: EGC

HC.
Utami, P. (2009). Solusi sehat. Tanggerang: Agro Media Pustaka. Sebagian daftar pustaka nya aa yang
blum masuk
HD.

HE.
HF.
HG.
HH.

36

HI.
HJ.
HK.
HL.
HM.
HN.
HO.
HP.
HQ.
HR.
HS.
HT.
HU.
HV.
HW.
HX.
HY.
HZ.
IA.
IB.
IC.
ID.
IE.
IF.
IG.
IH.

37

You might also like