You are on page 1of 45

MAKNA DAN POSISI SERTA URGENSI BIMBINGAN KONSELING

DALAM PENDIDIKAN
Makalah
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling
yang diberikan oleh Drs. Amin Budiamin, M.Pd.

disusun oleh:
Ahmad Fatkhul Huda

1203566

Asep Zaenuri

1206003

Feridi

1206012

Husna Muttaqiyyah

1201758

Medy Heliansyah

1206013

Nida Eka S.Putri

1205799

Rendi Rahmat

1200441

Rin Rin Nurmalasari

1200257

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan

rahmat,

taufik,

dan

hidayah-Nya

sehingga

kami

dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul Makna dan Posisi serta Urgensi


Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan ini dengan baik.
Makalah ini diharapkan mampu membantu kami sebagai penyusun dan
mahasiswa lain sebagai pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Selain itu, makalah ini diharapkan dapat menjadi bacaan para pembaca agar dapat
memahami tentang bimbingan dan konseling.
Oleh karena itu, dengan adanya makalah ini, diharapkan agar mahasiswa
mampu mengerti dan memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan
bimbingan dan konseling, sehingga nantinya dapat di terapkan ketika mahasiswa
menjadi pendidik.
Kami ucapkan terima kasih kepada para pembaca yang sudah berkenaan
membaca makalah ini dengan tulus dan ikhlas. Semoga makalah ini bermanfaat,
kususnya bagi para teman-teman mahasiswa yang akan menjadi pendidik. Kami
sebagai penyusun makalah tidak luput dari kesalahan dalam pembuatan makalah
ini.
Bandung,

Februari 2015

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3. Tujuan Pembuatan.................................................................................... 2
1.4. Manfaat..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 4
2.1. Pengertian Bimbingan dan Konseling...................................................... 4
2.1.1. Pengertian Bimbingan.................................................................... 4
2.1.2. Pengertian Konseling......................................................................7
2.2. Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling...................................8
2.3. Landasan Bimbingan dan Konseling...................................................... 14
2.4. Hubungan Bimbingan dan Konseling dengan Pendidikan..................... 29
2.5. Peranan dan Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan..........34
2.6. Urgensi Bimbingan dan Konseling.........................................................38
BAB III KESIMPULAN................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 43

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Setiap siswa memiliki permasalahan di sekolah, yang membedakan adalah
cara mereka menyikapi masalah yang mereka hadapi. Permasalahan yang dialami
para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari, walaupun dengan
pengajaran yang baik. Hal ini juga bisa disebabkan oleh sumber-sumber
permasalahan siswa yang banyak berasal dari luar sekolah.
Pelayanan bimbingan dan konseling belum maksimal atau berjalan sesuai
dengan semestinya atau ketentuan yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya
pemahaman lembaga pelayanan bimbingan dan konseling tersebut mengenai
kedudukannya di sekolah yang dapat dikatakan vital.
Oleh karena itu kita sebagai calon tenaga pendidik atau guru haruslah
mengerti dan paham mengenai pelayanan bimbingan dan konseling di lingkup
sekolah. Kita tidak hanya memberikan materi pembelajaran tetapi kita juga harus
memberikan pelayanan bimbingan dan konseling tersebut agar nantinya tujuan
dari siswa untuk mendapatkan kemandirian dapat terpenuhi.
1.2. Rumusan Masalah
a.

Bagaimana sejarah perkembangan bimbingan dan konseling?

b.

Apa landasan yang mendasari adanya bimbingan dan konseling?

c.

Bagaimana hubungan bimbingan dan konseling dengan pendidikan?

d.

Bagaimana peranan dan posisi bimbingan dan konseling dalam


pendidikan?

e.

Apa urgensi bimbingan dan konseling dalam pendidikan?

1.3. Tujuan Pembuatan


a.

Untuk mengetahui sejarah perkembangan bimbingan dan konseling.

b.

Untuk mengetahui landasan yang mendasari adanya bimbingan dan


konseling.

c.

Untuk mengetahui hubungan bimbingan dan konseling dengan


pendidikan.

d.

Untuk mengatahui peranan dan posisi bimbingan dan konseling dalam


pendidikan.

e.

Untuk mengetahui urgensi bimbingan dan konseling dalam pendidikan.

1.4. Manfaat
a.

Pembaca dapat mengetahui sejarah perkembangan bimbingan dan


konseling.

b.

Pembaca dapat mengetahui landasan yang mendasari adanya bimbingan


dan konseling.

c.

Pembaca dapat mengetahui hubungan bimbingan dan konseling dengan


pendidikan.

d.

Pembaca dapat mengetahui peranan dan posisi bimbingan dan konseling


dalam pendidikan.

e.

Pembaca dapat mengetahui urgensi bimbingan dan konseling dalam


pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

2.1.1. Pengertian Bimbingan


Secara etimologis, kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata guidance
yang mempunyai arti menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu.
Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan berarti suatu bantuan
atau tuntunan.
Prayitno dan Erman Amti (2004:99) mengemukakan bahwa bimbingan
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada
seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa
agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri
dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan
dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Yearss Book of Education 1995 menyatakan bimbingan adalah suatu proses
membantu

individu

melalui

usahanya

sendiri

untuk

menemukan

dan

mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan


kemamfaatan social.
Stoops

dan

Walquist

menyatakan

bimbingan

adalah

proses

yang

terus-menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai


kemampuannya

secara

maksimum

dalam

mengarahkan

manfaat

yang

sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.


Arthur J. Jones yang dikutip DR. Tohari Musnamar (1985: 4) menyatakan
bimbingan sebagai pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain
dalam

hal

membuat

pilihan-pilihan,

penyesuaian

diri

dan

pemecahan

problem-problem yang bertujuan membantu orang tersebut untuk tumbuh dalam


hal kemandirian dan kemampuan bertanggung jawab bagi dirinya sendiri.
Djumhur dan Moh. Surya, (1975:15) berpendapat bahwa bimbingan adalah
suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada
individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai
kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan
untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan
dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self
realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai
penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Menengah dikemukakan bahwa Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan
kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan,
dan merencanakan masa depan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa bimbingan pada
prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri,
menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih,
menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan
lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Dari beberapa pengertian diatas juga dapat diambil beberapa prinsip sebagai
berikut:
a. Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan.
Sehingga bantuan itu diberikan secara sistematis, berencana, terus-menerus
dan terarah kepada tujuan tertentu.
b.

Bimbingan merupakan proses membantu individu

Artinya, dalam kegiatan bimbingan pembimbing tidak memaksa individu


untuk menuju ke suatu tujuan yang ditetapkan oleh pembimbing, melainkan
pembimbing membantu mengarahkan terbimbing (klien) ke arah suatu tujuan
yang telah ditetapkan bersama-sama, sehingga klien dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya secara optimal.
c.

Bahwa bantuan diberikan kepada setiap individu yang memerlukannya di


dalam proses perkembangannya.
Hal ini mengandung arti bahwa bimbingan memberikan bantuan kepada
setiap individu baik anak-anak, remaja, dewasa maupun orangtua; apakah ia
dalam lingkungan sekolah atau diluar lingkungan sekolah; apakah ia berada
di Sekolah Dasar maupun di Perguruan Tinggi.

d.

Bahwa bantuan yang diberikan melalui pelayanan bimbingan bertujuan


agar individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan
potensi yang dimilikinya

e. Yang menjadi sasaran bimbingan adalah agar individu dapat mencapai


kemandirian, yakni tercapainya perkembangan yang optimal dan dapat
menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.
f. Untuk mencapai tujuan bimbingan, digunakan pendekatan pribadi atau
kelompok dengan memanfaatkan berbagai teknik dan media bimbingan.
g. Layanan bimbingan dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik
tersebut dilaksanakan dalam suasana asuhan yang normative.
h. Bahwa untuk melaksanakan kegiatan bimbingan diperlukan adanya
personil-personil yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam
bidang bimbingan.
Berdasarkan pengertian dan prinsip bimbingan yang telah dikemukakan
diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah merupakan proses pemberian
bantuan yang terus-menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan

kepada individu yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh


potensi yang dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam
media dan teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normative agar tercapai
kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri
maupun bagi lingkungannya.
2.1.2. Pengertian Konseling
Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa inggris to counsel
yang berarti memberi saran dan nasihat.
Rogers (1942) menyatakan konseling adalah serangkai hubungan langsung
dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan
tingkah lakunya.
Sedangkan konseling menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105) adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh
seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu
masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
klien.
Sejalan dengan itu, Winkel (2005:34) mendefinisikan konseling sebagai
serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu
konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil
tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas, dapat
disimpulkan bahwa konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan
bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara
dalam

serangkaian

pertemuan

langsung

dan

tatap

muka antara

guru

pembimbing/konselor dengan klien; dengan tujuan agar klien itu mampu


memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan
masalah

yang

dihadapinya

dan

mampu

mengarahkan

dirinya

untuk

mengembangkan potensi yang dimilki kearah perkembangan yang optimal


sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan social.
Bimbingan dan konseling dapat diartikan sebagai seperangkat program
pelayanan bantuan yang dilakukan melalui kegiatan perorangan dan kelompok
untuk membantu peserta didik melaksanakan kehidupan sehari-hari secara
mandiri dan berkembang secara optimal, serta membantu peserta didik menguasai
masalah yang dialaminya.
2.2. Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan konseling merupakan ilmu yang tergolong baru. Latar belakang
yang mendorong lahirnya bimbingan dan konseling adalah perkembangan dan
perubahan masyarakat yang terjadi secara evolutif, diikuti dengan perkembangan
berbagai lembaga. Perkembangan dan perubahan tersebut antara lain meliputi:
a.

Lembaga Keluarga: dari keadaan dan kebutuhan yang sederhana menjadi


semakin kompleks.

b.

Lembaga pendidikan: seseorang menjadi pandai, maju dan beragam sehingga


tuntutannya pun semakin beragam.

c.

Lembaga pekeerjaan: dari kehidupan agraris berkembang ke industri yang


ditandai dengan spesialisasi.

d.

Lembaga lain: pelayanan konsultasi, rekreasi, keagamaan dsb yang semakin


berkembang dan beragam.
Gerakan bimbingan lahir pada tanggal 13 Januari 1908 di Amerika, dengan

didirikannya suatu vocational bureau tahun 1908 oleh Frank Parsons yang utuk
selanjutnya dikenal sebagai Father of The Guedance Movement in American
Education. yang menekankan pentingnya setiap individu diberikan pertolongan
agar mereka dapat mengenal atau memahami berbagai perbuatan dan kelemahan

yang ada pada dirinya dengan tujuan agar dapat dipergunakan secara intelijensi
dengan memilih pekerjaan yang terbaik yang tepat bagi dirinya.
Menurut Arthur E. Trax and Robert D North, dalam bukunya yang berjudul
Techniques of Guidance, (1986), disebutkan beberapa kejadian penting yang
mewarnai sejarah bimbingan diantaranya:
a) Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Timbul

suatu

gerakan

kemanusiaan

yang

menitik

beratkan

pada

kesejahteraan manusia dan kondisi sosialnya. Geraka ini membantu vocational


bureau Parsons dalam bidang keungan agar dapat menolong anak-anak muda
yang tidak dapat bekerja dengan baik.
b) Agama
Pada rohaniwan berpandangan bahwa dunia adalah dimana ada pertentangan
yang secara terus menerus antara baik dan buruk.
c)

Aliran kesehatan mental


Timbul dengan tujuan perlakuan yang manusiawi terhadap penderita

penyakit jiwa dan perhatian terhadap berbagai gejala, tingkat penyakit jiwa,
pengobatan, dan pencegahannya, karena ada suatu kesadaran bahwa penyakit ini
bisa diobati apabila ditemukan pada tingkat yang lebih dini. Gerakan ini
mendorong para pendidik untuk lebih peka terhadap masalah-masalah gangguan
kejiwaan, rasa tidak aman, dan kehilangan identitas diantara anak-anak muda.
d) Perubahan dalam masyarakat
Akibat dari perang dunia 1 dan 2, pengangguran, depresi, perkembangan
IPTEK, wajib belajar, mendorong beribu-ribu anak untuk masuk sekolah tanpa
mengetahui untuk apa mereka bersekolah. Perubahan masyarakat semacam ini
mendorong para pendidik untuk memperbaiki setiap anak sesuai dengan
kebutuhannya agar mereka dapat menyelesaikan pendidikannya dengan berhasil.

e)

Gerakan mengenal siswa sebagai individu


Gerakan ini erat sekali kaitannya dengan gerakan tes pengukuran. Bimbingan

diadakan di sekolah disebabkan tugas sekolah untuk mengenal atau memahami


siswa-siswanya secara individual. Karena sulitnya untuk mengenal atau
memahami siswa secara individual atau pribadi, maka diciptakanlah berbagai
teknik dan instrument diantaranya tes psikologis dan pengukuran.
Sampai awal abad ke-20 belum ada konselor disekolah. Pada saat itu
pekerjaan-pekerjaan konselor masih ditangani oleh para guru. Gerakan
bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi industri
dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-sekolah negeri.
Tahun 1898 Jesse B. Davis, seorang konselor di Detroit mulai memberikan
layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907 dia
memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut. Pada waktu yang sama para
ahli yang juga mengembangkan program bimbingan ini diantaranya; Eli Weaper,
Frank Parson, E.G Will Amson, Carlr. Rogers.
Bahkan, Eli Weaper pada tahun 1906 menerbitkan buku tentang memilih
suatu karir dan membentuk komite guru pembimbing disetiap sekolah menengah
di New York. Kamite tersebut bergerak untuk membantu para pemuda dalam
menemukan

kemampuan-kemampuan

dan

belajar

tentang

bimbingan

menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi seorang


pekerja yang produktif.
Bradley (John J.Pie Trafesa et. al., 1980) menambah satu tahapan dari tiga
tahapan tentang sejarah bimbingan menurut Stiller, yaitu sebagai berikut:
Vocational exploration : Tahapan yang menekankan tentang analisis individual
dan pasaran kerja.

Metting Individual Needs : Tahapan yang menekankan membantu individu agar


meeting memperoleh kepuasan kebutuhan hidupnya. Perkembangan BK pada
tahapan ini dipengaruhi oleh diri dan memecahkan masalahnya sendiri.
Transisional Professionalism : Tahapan yang memfokuskan perhatian kepada
upaya profesionalisasi konselor
Situasional Diagnosis : Tahapan sebagai periode perubahan dan inovasi pada
tahapan ini memfokuskan pada analisis lingkungan dalam proses bimbingan dan
gerakan cara-cara yang hanya terpusat pada individu.
Pada tahun 1909 setiap sekolah menengah di Boston dimasukkan seorang
petugas bimbingan jabatan. Kemudian tahun 1910 sekitar 35 kota melaksanakan
dan menganjurkan program formal bimbingan sekolah. Pada tahun 1911 Eli
Weaper mendirikan lembaga bimbingan yang diberi nama The New York City
Vocational Guidence Survey. Selanjutnya tahun 1912 melalui lembaga tersebut
diselenggarkan konferensi yang kedua bimbingan jabatan di New York.
Sedangkan konferensi yang ketiga diselenggarakan pada tahun 1913. Sejak tahun
1914 proses bimbingan mulai mengarah kepada bimbingan pendidikan dan terus
berkembang hingga kini.
Perkembangan tanggal 20 Mei 1908 lahirlah gerakan Budi Utomo yang
berusaha memperjuangkan kemajuan bangsa dalam segala lapangan kebudayaan.
Sejak saat itu muncul berbagai gerakan yang mulai terorganisir dengan baik.
Tahun 1922 lahir Perguruan Nasional Taman Siswa dengan asas:
1) Kemerdekaan tiap orang untuk mengatur diri sendiri
2) Membiasakan anak untuk mencari pengetahuan dengan pikirannya sendiri.
3) Berusaha dengan kekuatannya sendiri tanpa tergantung pada bantuan orang
lain.
Prinsip didaktik yang dipegang oleh Perguruan Nasional Taman Siswa ini
antara lain: kemerdekaan belajar, bekerja dan menggunakan pendekatan

10

konvergensi. Dari pola pendidikan Taman Siswa tersebut telah nampak perhatian
dan

penghargaan

terhadap

potensi

seseorang

dan kemerdekaan

untuk

mengembangkan potensi. Hal ini merupakan benih dari gerakan bimbingan


konseling.
Keberadaan Bimbingan dan Penyuluhan secara legal formal diakui tahun
1989 dengan lahirnya SK Menpan No 026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit
bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Di dalam Kepmen tersebut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan
bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Akan tetapi pelaksanaan di sekolah masih
belum jelas seperti pemikiran awal untuk mendukung misi sekolah dan
membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan mereka. Sampai tahun
1993 pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas, parahnya
lagi pengguna terutama orang tua murid berpandangan kurang bersahabat dengan
BP. Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengan anak yang
bermasalah, kalau orang tua murid diundang ke sekolah oleh guru BP dibenak
orang tua terpikir bahwa anaknya di sekolah mesti bermasalah atau ada masalah.
Hingga lahirnya SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan
Konseling di sekolah.
Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK
Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru
dan Angka Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud ini istilah Bimbingan dan
Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di sekolah dan
dilaksanakan oleh Guru Pembimbing. Di sinilah pola pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling di sekolah mulai jelas.
SK Mendikbud No. 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya terdapat hal-hal yang substansial,
khususnya yang menyangkut bimbingan dan konseling adalah:

11

1) Istilah bimbingan dan penyuluhan secara resmi diganti menjadi bimbingan


dan konseling.
2) Pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah adalah guru pembimbing,
yaitu guru yang secara khusus ditugasi untuk itu. Dengan demikian
bimbingan dan konseling tidak dilaksanakan oleh semua guru atau
sembarang guru.
3) Guru yang diangkat atau ditugasi untuk melaksanakan kegiatan bimbingan
dan konseling adalah mereka yang berkemampuan melaksanakan kegiatan
tersebut; minimum mengikuti penataran bimbingan dan konseling selama
180 jam.
4) Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan pola yang jelas:
a) Pengertian, tujuan, fungsi, prinsip dan asas-asasnya
b) Bidang bimbingan: bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir
c) Jenis layanan: layanan orientasi, informasi, penempatan/penyaluran,
pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok dan
konseling kelompok
d) Kegiatan pendukung: instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus,
kunjungan rumah dan alih tangan kasus.
Unsur-unsur di atas (nomor 4) membentuk apa yang kemudian disebut
BK Pola-17 5.
5) Setiap kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan melalui tahap:
a)

Perencanaan kegiatan

b)

Pelaksanaan kegiatan

c)

Penilaian hasil kegiatan

d)

Analisis hasil penilaian


12

e)
6)

Tindak lanjut

Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan di dalam dan di luar jam


kerja sekolah.
Hal-hal yang substansial di atas diharapkan dapat mengubah kondisi

tidak jelas yang sudah lama berlangsung sebelumnya.


2.3. Landasan Bimbingan dan Konseling
Landasan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (pusat bahasa
diknas.go.id) diartikan sebagai alas, dasar, atau tumpuan. Adapun istilah landasan
sebagai dasar dikenal pula sebagai fundasi. Mengacu kepada pengertian tersebut,
kita dapat memahami bahwa landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan dari
sesuatu hal; suatu titik tumpu atau titik tolak dari sesuatu hal; atau suatu fundasi
tempat berdirinya sesuatu hal.
Landasan Bimbingan dan Konseling (BK) adalah pondasi di dalam
penyelenggaraan proses bantuan atau proses pelayanan konselor terhadap konseli.
Landasan memiliki perbedaan dengan beberapa istilah lain yang mengacu pada
makna sebagai fondasi sepertiasas. Landasan berarti tumpuan atau dasar
sedangkan asas berarti dasar, dasar cita-cita. Prayitno dan Erman Amri
memaksudkan kata asas sebagai kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan
efektivitas proses, sedangkan landasan mengatur konsep-konsep pokok secara
keseluruhan di dalam proses pelayanan BK.
Landasan-landasan BK merupakan hal penting karena merupakan bagian
daripada pilar-pilar BK.Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999), ada beberapa
landasan bimbingan dan konseling, yaitu Landasan filosofis, landasan religius,
landasan psikologi, landasan sosial budaya, landasan ilmiah dan teknologi, serta
landasan pedagogis.

13

1.

Landasan Filosofis
Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa Yunani: philos berarti
cinta, dan shopos berarti bijaksana. Jadi filosofis berarti kecintaan terhadap
kebijaksanaan.

Landasan

filosofis

merupakan

landasan

yang

dapat

memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam


melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa
dipertanggung jawabkan secara logis, etis maupun estetis.
Bimbingan dan konseling memiliki implikasi terhadap hakikat, tujuan
dan tugas kehidupan manusia, yaitu
1) Hakikat Manusia
Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat (Victor
Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam
Prayitno dan Erman Amti, 2004:140) telah mendeskripsikan tentang
hakikat manusia sebagai berikut :
a.

Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan


mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.

b.

Manusia

dapat

dihadapinya

belajar
apabila

mengatasi
dia

masalah-masalah

berusaha

yang

memanfaatkan

kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.


c.

Manusia

berusaha

terus-menerus

memperkembangkan

dan

menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.


d.

Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk


dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan
menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.

e.

Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus


dikaji secara mendalam.

14

f.

Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan


manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya
sendiri.

g.

Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan


kehidupannya sendiri.

h.

Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya


untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya
sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan
menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi
apa manusia itu.

i.

Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam
suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk
menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.

2) Tujuan dan Tugas Kehidupan


Witner dan Sweeney (dalam Prayitno dan Erman Anti, 2002)
mengemukakan bahwa ciri-ciri hidup sehat ditandai dengan 5 kategori, yaitu:
a. Piritualitas
Agama sebagai sumber inti dari hidup sehat. Agama sebagai
sumber moral, etika dan aturan-aturan formal berfungsi untuk
melindungi dan melestarikan kebenaran dan kesucian hidup
manusia.
b. Pengaturan diri
Seseorang yang mengamalkan hidup sehat pada dirinya terdapat
ciri-ciri (1) rasa diri berguna, (2) pengendalian diri, (3) pandangan
realistik, (4) spontanitas dan kepekaan emosional, (5) kemampuan
rekayasa intelektual, (6) pemecahan masalah, (7) kreatif, (8)
kemampuan berhumor dan, (9) kebugaran jasmani dan kebiasaan
hidup sehat.

15

c. Bekerja
Untuk memperoleh keuntungan ekonomis, psikologis dan sosial
yang kesemuanya itu akan menunjang kehidupan yang sehat bagi
diri sendiri dan orang lain.
d. Persahabatan
Persahabatan memberikan 3 keutamaan dalam hidup yaitu (1)
dukungan emosional (2) dukungan material, dan (3) dukungan
informasi.
e. Cinta
Penelitian flanagan 1978 (dalam Prayitno dan Erman Anti,
2004:144) menemukan bahwa pasangan hidup suami istri, anak dan
teman merupakan tiga pilar utama bagi keseluruhan pencipta
kebahagiaan manusia, baik laki-laki maupun perempuan.
Paparan tentang hakikat, tujuan dan tugas kehidupan manusia diatas
mempunyai implikasi kepada layanan bimbingan dan konseling.
2.

Landasan Religius
Dalam landasan religius Bimbingan dan Konseling diperlukan penekanan

pada 3 hal pokok, yaitu;


1) Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan.
2) Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia
berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama.
3) Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara
optimal suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai
dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan
pemecahan masalah individu.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan.
Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada

16

hal-hal negatif. Perlu adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi


kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.
Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi
isi dari sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan
pada agama itu sendiri, agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam
hidup, nilai-nilainya harus diresapi dan diamalkan. Kedua, menyikapi
peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan dunia dan
akhirat.
Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak
dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak
mengambil keputusan sendiri sehingga agama dapat berperan positif dalam
konseling yang dilakukan agama sebagai pedoman hidup ia memiliki fungsi
memelihara fitrah, memelihara jiwa, memelihara akal dan memelihara keturunan.
3.

Landasan Psikologis
Landasan

psikologis

merupakan

landasan

yang

dapat

memberikan

pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran


layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian
psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang :
1) Motif dan motivasi.
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan
seseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh
kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti :
rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang
terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan
atau keterampilan tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif
tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan, baik dari dalam diri
individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi

17

ekstrinsik), menjadi bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu


yang mengarah pada suatu tujuan.
2) Pembawaan dan lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang
membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu
segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari
keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna
kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian
tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu
dikembangkan

dan untuk

mengoptimalkan

dan

mewujudkannya

bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada. Pembawaan


dan lingkungan setiap individu akan berbeda-beda. Ada individu yang
memiliki pembawaan yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkan
rendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat tinggi (jenius),
normal atau bahkan sangat kurang (debil, embisil atau ideot). Demikian
pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan
yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga
segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara
optimal. Namun ada pula individu yang hidup dan berada dalam
lingkungan yang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana yang
serba terbatas sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya tidak
dapat berkembang dengan baik.dan menjadi tersia-siakan.
3) Perkembangan individu,
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan
berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal)
hingga

akhir

hayatnya,

diantaranya

meliputi

aspek

fisik

dan

psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial.


Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan
sebagai rujukan, diantaranya : (1) Teori dari McCandless tentang

18

pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam perkembangan


individu; (2) Teori dari Freud tentang dorongan seksual; (3) Teori dari
Erickson tentang perkembangan psiko-sosial; (4) Teori dari Piaget
tentang perkembangan kognitif; (5) teori dari Kohlberg tentang
perkembangan moral; (6) teori dari Zunker tentang perkembangan karier;
(7) Teori dari Buhler tentang perkembangan sosial; dan (8) Teori dari
Havighurst tentang tugas-tugas perkembangan individu semenjak masa
bayi sampai dengan masa dewasa.
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami
berbagai aspek perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat
melihat arah perkembangan individu itu di masa depan, serta
keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.
4) Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari
psikologi. Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak
akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan
belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat
kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai
sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri
individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian
sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek
kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya
proses belajar diperlukan prasyarat belajar, baik berupa prasyarat
psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun hasil belajar
sebelumnya.
Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar
terdapat beberapa teori belajar yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya
adalah : (1) Teori Belajar Behaviorisme; (2) Teori Belajar Kognitif atau

19

Teori Pemrosesan Informasi; dan (3) Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini
mulai berkembang teori belajar alternatif konstruktivisme.
5) Kepribadian.
Abin Syamsuddin, 2003 (dalam artikel Akhmad Sudrajat, 2008)
mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang mencakup:
a.

Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku,


konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.

b.

Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya


mereaksi terhadap

rangsangan-rangsangan

yang

datang

dari

lingkungan.
c.

Sikap sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau


ambivalen.

d.

Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap


rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung,
sedih, atau putus asa.

e.

Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko


dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima
resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang
dihadapi.

f.

Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan


interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Upaya konselor dalam landasan ini adalah adanya perubahan tingkah laku
klien, baik dalam mengatasi masalahnya ataupun tujuan yang ingin dicapainya
dengan pemahaman tingkah laku yang jadi sasaran pelayanan memiliki latar

20

belakang yang berbeda. Konselor harus bisa memahami tingkah laku individu,
motif dan motifasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan individu, belajar,
balikan dan penguatan serta keprbadiannya.
4.

Landasan Sosial Budaya


Kebudayaan akan bimbingan timbul karena terdapat faktor yang menambah

rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor tersebut


seperti perubahan kontelasi keuangan, perkembagan pendidikan, dunia-dunia
kerja, perkembangan komunikasi dll (Jonh), Pietrofesa dkk, 1980; M. Surya &
Rochman N, 1986; dan Rocman N, 1987).
1) Individu sebagai Produk Lingkungan Sosial Budaya
MC Daniel memandang setiap anak, sejak lahirnya harus memenuhi
tidak hanya tuntutan biologisnya, tepapi juga tuntutan budaya ditempat
ia hidup, tuntutan Budaya itu menghendaki agar ia mengembangkan
tingkah lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang dapat diterima
dalam budaya tersebut.
Tolbert memandang bahwa organisasi sosial, lembaga keagamaan,
kemasyarakatan, pribadi, dan keluarga, politik dan masyarakat secara
menyeluruh

memberikan

pengaruh

yang

kuat

terhadap

sikap,

kesempatan dan pola hidup warganya. Unsur-unsur budaya yang


ditawarkan oleh organisasi dan budaya lembaga-lembaga tersebut
mempengaruhi apa yang dilakukan dan dipikirkan oleh individu, tingkat
pendidikan yang ingin dicapainya, tujuan-tujuan dan jenis-jenis
pekerjaan yang dipilihnya, rekreasinya dan kelompok-kelompok yang
dimasukinya.
Bimbingan konseling harus mempertimbangkan aspek sosial budaya
dalam pelayanannya agar menghasilkan pelayanan yang lebih efektif.
2) Bimbingan dan Konseling Antara Budaya
Menurut Pedersen, dkk ada 5 macam sumber hambatan yang

21

mungkin timbul dalam komunikasi dan penyesuaian diri antarbudaya


yaitu sumber-sumber berkenaan dengan perbedaan bahasa, komunikasi
non-verbal, stereotip, kecenderungan menilai, dan kecemasan.
Perbedaan dalam latar belakang ras atau etnik, kelas sosial ekonomi
dan pola bahasa menimbulkan masalah dalam hubungan konseling.
Beberapa Hipotesis yang dikemukakan Pedersen dkk, 1976 (dalam
Prayitno dan Erman Amti, 2004;175) tentang berbagai aspek konseling
budaya antara lain:
a.

Makin besar kesamaan harapan tentang tujuan konseling antara


budaya pada diri konselor dan klien maka konseling akan berhasil.

b.

Makin besar kesamaan

pemohonan tentang ketergantungan,

komunikasi terbuka, maka makin efektif konseling tersebut.


c.

Makin sederhana harapan yang diinginkan oleh klien maka makin


berhasil konseling tersebut

d.

Makin bersifat personal, penuh suasana emosional suasana


konseling antar budaya makin memudahkan konselor memahami
klien.

e.

Keefektifan konseling antara budaya tergantung pada kesensitifan


konselor terhadap proses komunikasi.

f.

Keefektifan konseling akan meningkat jika ada latihan khusus serta


pemahaman terhadap permasalahan hidup yang sesuai dengan
budaya tersebut.

g.

Makin klien (antarbudaya) kurang memahami proses konseling,


makin perlu konselor atau program konseling antara budaya
memberikan

pengarahan/pengganjaran/latihan

kepada

klien

(antarbudaya) itu tentang ketrampilan berkomunikasi, pengambilan

22

keputusan dan transfer (mempergunakan keterampilan tertentu pada


situasi-situasi yang berbeda).
5.

Landasan Ilmiah dan Teknologis


Landasan ilmiah dan teknologi membicarakan sifat keilmuan bimbingan
dan

konseling.

Bimbingan

dan

konseling

sebagai

ilmu

yang

multidimensional yang menerima sumbangan besar dari ilmu-ilmu lain dan


bidang teknologi. Sehingga bimbingan dan konseling diharapkan semakin
kokoh. Dan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. yang berkembang
pesat. Disamping itu penelitian dalam bimbingan dan konseling sendiri
memberikan bahan-bahan yang yang segar dalam perkembangan bimbingan
dan konseling yang berkelanjutan.
1) Keilmuan Bimbingan dan Konseling
Ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang
bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis dan sistematik.
Sebagai layaknya ilmu-ilmu yang lain, ilmu bimbingan dan konseling
mempunyai obyek kajiannya sendiri, metode pengalihan pengetahuan
yang menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika pemaparannya.
Obyek kajian bimbingan dan konseling ialah upaya bantuan yang
diberikan kepada individu yang mangacu pada ke-4 fungsi pelayanan
yakni fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan dan pemeliharaan/
pengembangan. Dalam menjabarkan tentang bimbingan dan konseling
dapat digunakan berbagai cara/ metode, seperti pengamatan, wawancara,
analisis document (Riwayat hidup, laporan perkembangan), prosedur
teks penelitian, buku teks, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya mengenai
obyek kajian bimbingan dan konseling merupakan wujud dari keilmuan
bimbingan dan konseling.
2) Peran Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling
Bimbingan

dan

konseling

merupakan

ilmu

yang

bersifat

multireferensial, artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain.

23

Misalnya ilmu statistik dan evaluasi memberikan pemahaman dan


tehnik-tehnik. Pengukuran dan evaluasi karakteristik individu; biologi
memberikan pemahaman tentang kehidupan kejasmanian individu. Hal
itu sangat penting bagi teori dan praktek bimbingan dan konseling.
3) Pengembangan Bimbingan Konseling Melalui Penelitian
Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling boleh
jadi dapat dikembangkan melalui proses pemikiran dan perenungan,
namun pengembangan yang lebih lengkap dan teruji didalam praktek
adalah apabila pemikiran dan perenungan itu memperhatikan pula
hasil-hasil penelitian dilapangan. Melalui penelitian suatu teori dan
praktek bimbingan dan konseling menemukan pembuktian tentang
ketepatan/ keefektifan dilapangan. Layanan bimbingan dan konseling
akan semakin berkembangan dan maju jika dilakukan penelitian secara
terus menerus terhadap berbagai aspek yang berhubungan dengan
Bimbingan dan Konseling.
6.

Landasan Pedagogis
Menurut Budi Santoso, 1992 (dalam Prayitno dan Erman Amti,
2004:180) pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang
universal dan berfungsi sebagai sarana reproduksi social.
Landasan paedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari
tiga segi, (Prayitno dan Erman Amti 2004:181-186) yaitu:
1) Pendidikan Sebagai Upaya Pengembangan Individu: Bimbingan
Merupakan Bentuk Upaya Pendidikan.
Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang bagi
manusia hanya akan dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan
budaya hanya melalui pendidikan. Tanpa pendidikan, bagi manusia yang
telah lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan dimensi
keindividualannya, kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya.
Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

24

nasional menetapkan pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan


terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
2) Pendidikan Sebagai Inti Proses Bimbingan Dan Konseling
Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang
dijalani oleh klien-kliennya. Kesadaran ini telah tampil sejak
pengembangan gerakan Bimbingan dan Konseling secara meluas di
Amerika Serikat . pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan Bahwa
Bimbingan dan Konseling adalah proses yang berorientasi pada belajar,
belajar untuk memahami lebih jauh tentang diri sendiri, belajar untuk
mengembangkan dan merupakan secara efektif berbagai pemahaman..
(dalam Belkin, 1975). Lebih jauh, Nugent (1981) mengemukakan bahwa
dalam konseling klien mempelajari ketrampilan dalam pengambilan
keputusan. Pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan, serta sikap-sikap
baru. Dengan belajar itulah klien memperoleh berbagai hal yang baru
bagi dirinya; dengan memperoleh hal-hal baru itulah klien berkembang.
3) Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan
konseling
Tujuan

Bimbingan

dan

Konseling

disamping

memperkuat

tujuan-tujuan pendidikan, juga menunjang proses pendidikan pada


umumnya. Hal itu dapat dimengerti karena program-program bimbingan
dan konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu,
khususnya yang menyangkut kawasan kematangan pendidikan karier,
Kematangan personal dan emosional, serta kematangan sosial, semuanya
untuk peserta didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan
pendidikan menengah (Borders dan Drury, 1992). Hasil-hasil bimbingan

25

dan konseling pada kawasan itu menunjang keberhasilan pendidikan


pada umumnya.
7.

Landasan Yuridis-Formal
Landasan yuridis-formal berkenaan dengan berbagai peraturan dan
perundangan yang berlaku di Indonesia tentang penyelenggaraan bimbingan
dan konseling, yang bersumber dari Undang-Undang Dasar, Undang
Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri serta berbagai aturan dan
pedoman lainnya yang mengatur tentang penyelenggaraan bimbingan dan
konseling di Indonesia.
1) Kurikulum 1975. Tiga jenis layanan pada jalur pendidikan formal,
yaitu :
a.

Layanan Manajemen dan supervise.

b.

Layanan pembelajaran.

c.

Layanan bimbingan dan penyuluhan.

2) UU No. 2 tahun 1989, Bab X Pasal 1 Ayat 1. Pendidikan adalah usaha


sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan,
pengajaran dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang.
3) PP No. 28 dan 29 tahun 1990, Bab X Pasal 25 Ayat 1 dan 2. Bimbingan
adalah bantuan kepada peserta didik untuk memahami diri, mengenal
lingkungan dan merencanakan masa depan. Bimbingan dilakukan oleh
Guru Pembimbing.
4) Keputusan Men PAN No. 84 tahun 1993. Tentang jabatan fungsional
guru dan angka kreditnya, tugas pokok guru pembimbing adalah
menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan,
mengevaluasi

pelaksanaan

program

bimbingan,

analisis

hasil

26

pelaksanaan bimbingan dan tindak lanjut pelaksanaan program


bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
5) UU No. 20 tahun 2003, Bab 1 Pasal 1 Ayat 1. Pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain sesuai
dnegan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan.
6) PP No. 19 tahun 2005 Pasal 5 s/d 18, Standar Nasional Pendidikan
tentang standar isi unit satuan pendidikan dasar dan menengah.
7) Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah yang memuat pengembangan diri
peserta didik dalam struktur KTSP ditafsirkan dan/pembimbing oleh
konselor, guru atau tenaga kependidikan.
8) Keputusan Dirjen PMPTK 2007 tentang Rambu-rambu penyelenggaraan
BK dalam jalur pendidikan formal yang berisi panduan penyelenggaraan
BK di jalur pendidikan formal.
9) Peraturan pemerintah No. 74 tahun 2008 tentang Guru, Bab III Pasal 15.
Salah satu persyaratan bagi pendidik yang telah menyandang sertifikat
pendidik untuk memperoleh tunjangan profesi adalah apabila pendidik
yang bersangkutan melaksanakan tugas sebagai guru bimbingan dan
konseling atau konselor.
10) Permendiknas No. 27 tahun 2008, Pasal 1 ayat 1. Tentang standar
kualifikasi akademik dan kompetensi konselor. Untuk dapat diangkat
sebagai konselor seseornag wajib memenuhi standar kualifikasi
akademik dan kompetensi konselor yang berlaku secara nasional.

27

2.4. Hubungan Bimbingan dan Konseling dengan Pendidikan


Beberapa alasan mengapa pelayanan bimbigan dan konseling diperlukan
dalam dunia pendidikan terutama dalam lingkup sekolah atau madrasah adalah
sebagi berikut:
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
Perkembangan

ini

yang

sedemikian

cepat

menimbulkan

perubahan-perubahan dala berbagai sendi kehidupan seperti social, budaya,


politik, ekonomi dan lain sebagainya. Di datu sisi, perkembangan IPTEK
juga berdampak pada berkembangnya sejumlah karier atau jenis lapangan
pekerjaan tertentu. Di sisi lain, perkembangan IPTEK akan membawa
dampak pada timbulnya masalah hubungan sosial, tenaga ahli, lapangan
pekerjaan, pengangguran dan lain sebagainya.
Berbagai problem yang amat kompleks sebagai akibat perkembangan
IPTEK seperti disebutkan diatas, juga berpengaruh dala dunia pendidikan
khususnya dalam lingkup sekolah dan madrasah. Oleh karena itu, lembaga
pendidikan tidak dapat melepaskan diri dari situasi kehidupan seperti
dikemukakan diatas, dan memiliki tanggung jawab untuk membantu para
siswa baik sebagai pribadi mupun sebagai calon anggota masyarakat.
Sebagai

lembaga

pendidikan

formal,

sekolah

termasuk

madrasah

bertanggung jawab mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu


(berhasil) menyesuaikan diri didalam masyarakat dan mampu memecahkan
berbagai masalah yang dihadapinya. Melalui kegiatan pembelajran didalam
kelas, sekolah (madrasah) blum cukup untuk menyiapkan peserta didik untuk
terjun kemasyarakat secr berhasil. Peserta didik hendaknya dibantu agar apa
yang merek terima dari sekolah dapat menjadi bekal guna menjadi anggota
masyarakat yang mandiri dan mampu menghadapi masalah-masalah yang
dihadapinya. Dalam kondisi seperti itu layanan bimbingan dan konseling
sangat diperlukan.

28

2. Makna dan fungsi pendidikan


Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan
berkaitan erat dengan hakikat makna dan fungsi pendidikan dalam
keseluruhan aspek pendidikan. Selain itu, kebutuhn layanan pendidikan juga
berkaitn erat dengan pandangan akan hakikat dan karakteristik peserta didik.
Hadirnya layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan adalah apabila
kita memandang bahwa pendidikn merupakan upaya untuk mencapai
perwujudan manusia secar keseluruhan (kaffah).
Pendidikan

pada

hakikatnya

merupakan

usaha

sadar

untuk

pengembangan kepribadian yang berlangsung seumur hidup baik disekolah


maupun madrasah. Pendidikan juga bermakna proses membantu individu
baik jasmani dan rohani kearah terbentuknya kepribadian utama (berkualitas).
Makna dari pernyataan diatas adalah bahwa inti tujuan pendidikan adalah
terwujudnya kepribadian yang optimal dari setiap peserta didik. Tujuan ini
pulalah yang ingin dicapai oleh layanan bimbingan dan konseling. Untuk
mencapai tujuan tersebut, setiap kegiatan pendidikan hendaknya diarahkan
untuk tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang optimal sesuai potensi
dan karkteristiknya masing-masing. Guna mewujudkan pribadi yang
berkembang optimal, kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh
dan meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap peserta didik secara
pribadi memperoleh layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara
optimal. Dalam kaitan ini, bimbingan dan konseling mempunyai peranan
yang sangat penting dalam pendidikan yaitu membantu setiap pribadi peserta
didik agar berkembang secara optimal.
3. Guru

29

Tugas dan tanggung jawab seorang guru sebagai pendidik adalah


mendidik sekaligus mengajar, yaitu membntu peserta didik untuk mencapai
kedewasaan. Dalam proses pembelajaran tugas utama guru selain sebagai
pengajar juga sebagai pembimbing. Guru hendaknya memahami semua
aspek pribadi peserta didik baik pisik maupun psikis dan dapat mengenal dan
memahami tingkat perkembangan peserta didiknya yang meliputi kebutuhan,
pribdi, kecakapan, kesehatan mentalnya, dan lain sebagainya. Perlakuan
bijaksana akan muncul apabila guru benar-benar memahami seluruh aspek
kepribadian peserta didiknya.
Berkenaan dengan peran guru sebagai direktur pembelajaran, guru
hendaknya senantiasa berusaha untuk menumbuhkan, memelihara, dan
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Untuk itu guru haru mampu:
a.

Mengenal dan memahami setiap siswa baik sebagai individu maupun


kelompok.

b.

Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam proses


pembelajaran

c.

Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapt belajar


sesui dengan karakteristik pribadinya

d.

Membantu

(membimbing)

setiap

siswa

dalam

mengatasi

masalah-masalah yang dihadapinya


e.

Menilai keberhasilan siswa


Guna mewujudkan fungsi dan peran diatas, merupakan suatu

keniscayaan bagi setiap calon guru dan guru untuk menguasai bimbingan dan
konseling.
4. Faktor psikologis
Dalam proses pendidikan

disekolah termasuk

madrasah,

siswa

merupakan pribadi-pribadi yang berbeda. Dalam proses perkembangan siswa

30

memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan lingkungannya.


Terdapat perbedaan individual antara siswa yang satu dengn yang lainnya.
Selain itu, siswa sebagai pelajar, senantiasa terjadi perubahan prilaku sebagai
akibat hsil proses belajar yang telah dilakukan oleh siswa.
Beberapa masalah psikologis yang menjadi latar belakang perlunya
layanan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah yaitu:
A. Masalah perkembangan individu
Siswa yang dibimbing merupakn individu yang sedang berada dalam
proses perkembangan menuju kedewasaan. Agar tercapai perkembangan
yang optimal memerlukan asuhan yang terarah. Asuhan guna mencapai
tingkat perkembangan yang optimal bias dilakukan melalui proses
pendidikan dan pembelajaran, sedangkan bimbingan dan konseling
merupakan bantuan individu didalm memperoleh penyesuaian diri sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
B. Masalah perbedaan individu
Tidak ada dua orang individu yang sama dalam aspek-aspek pribdinya.
Individu yang satu berbeda dengan yang lainnya. Disekolah dan dimadrasah
masalah perbedaan individu (siswa) tanpak dengan jelas seperti adanya siswa
yang pintar atau yang cerdas, cepat dan lambat dalam dalam belajar, berbakat,
kreatif, dan lain sebagainya. Kenyataan ini akan membawa konsekuensi
dalam pelayanan pendidikan kepada para siswa, terutama yang menyangkut
bahan ajar, metode, media, evaluasi, dan lain sebagainya. Selain itu,
perbedaan individu juga bias menimbulkan masalah bagi siswa itu sendiri
maupun bagi lingkungannya.
C. Masalah kebutuhan individu

31

Selain berada dalam hal perkembangannya, siswa disekolah atau


madrasah juga berbeda dalam kebutuhannya. Tingkahlaku individu berkaitan
dengan upaya pemenuhan kebutuhannya, artinya dalam rangka memenuhi
kebutuhan, akan muncul prilaku tertentu dari individu. Apabila individu
mampu memenuhi kebutuhannya ia akan merasa puas, sebaliknya apabila ia
tidak mampu memenuhi kebutuhannya akan menimbulkan masalah baik bagi
dirinya maupun lingkungannya.
D. Masalah penyesuaian diri
Individu harus menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungannya baik
disekolah, dirumah, maupun ditengah-tengah masyarakat. Apabila individu
tidak mampu menyesuaikan diri, maka akan timbul banyak masalah.
Demikian juga halnya siswa harus menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekolah atau madrasah. Tidak semua siswa mampu menyesuaikan diri ecara
cepat dn baik dengan lingkungannya. Selain itu siswa yang tidak mampu
melakukan penyesuaian diri secara baik berpeluang untuk mengalami
kegagalan dalam proses pendidikan dan pembelajarannya. Dalam kondisi
seperti itu, sekolah dan madrasah hendaknya memberikan bantuan agar
setiap siswa dapat menyesuaikan diri secara baik.
E. Masalah belajar
Kegiatan belajar merupakan inti dari kegiatan proses pendidikan secara
keseluruhan disekolah dan dimadrasah. Siswa sebagai pelajar akan banyak
dihadapkan pada persoalan-persoalan belajar. Diantara masalah-masalah
belajar yang dihadapi siswa meliputi: pengaturan waktu belajar, memilih cara
belajar yang tepat, menggunakan buku-buku pelajaran, belajar berkelompok,
memilih mata pelajaran yang cocok, memilih study lanjutan, kesulitan
konsentrasi, mudah lupa, mempersiapkan ujian, dan lain sebagainya.

32

2.5. Peranan dan Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan


Bimbingan Konseling berada dalam posisi kunci dalam sebuah lembaga
pendidikan, yaitu institusi sekolah sebagai pendukung maju atau mundurnya
mutu pendidikaan. Peran bimbingan dan konseling dalam meningkatkan
mutu pendidikan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tidak hanya
terbatas pada bimbingan yang bersifat akademik tetapi juga sosial, pribadi,
intelektual dan pemberian nilai. Dengan bantuan bimbingan dan konseling
maka

pendidikan

yang

tercipta

tidak

hanya

akan

menciptakan

manusia-manusia yang berorientasi akademik tinggi, namun dalam


kepribaian dan hubungan sosialnya rendah serta tidak mempunyai sistem
nilai yang mengontrol dirinya sehingga yang dihasilkan pendidikan hanyalah
robot-robot intelektual, dan bukannya manusia seutuhnya. Dengan adanya
bimbingan dan konseling maka integrasi dari seluruh potensi ini dapat
dimunculkan sehinga keseluruhan aspek yang muncul, bukan hanya kognitif
atau akademis saja tetapi juga seluruh komponen dirinya baik itu kepribadian,
hubungan sosial serta memiliki niali-nilai yang dapat dijadikan pegangan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran bimbingan dan konseling
didalam meningkatkan mutu pendidikan terletak pada bagaimana bimbingan
dan konseling itu membangun manusia yang seutuhnya dari berbagai aspek
yang ada didalam diri peserta didik. Karena seperti diawal telah dijelaskan
bahwa pendidikan yang bermutu bukanlah pendidikan yang hanya
mentransformasikan ilmu pengetahuan dan teknologi saja tetapi juga harus
meningaktkan profesionalitas dan sistem manjemen, dimana kesemuanya itu
tidak hanya menyangkut aspek akademik tetapi juga aspek pribadi, sosial,
kematangan intelektual, dan sistem nilai. Peran Bimbingan Konseling dalam
keempat aspek inilah yang menjadikan bimbingan konseling ikut berperan
dalam peningkatan mutu pendidikan.
Bimbingan Konseling dapat diposisikan secara tegas untuk mewujudkan
prinsip keseimbangan. Lembaga ini menjadi tempat yang aman bagi setiap

33

siswa untuk datang membuka diri tanpa waswas akan privacy-nya. Di sana
menjadi tempat setiap persoalan diadukan, setiap problem dibantu untuk
diuraikan, sekaligus setiap kebanggaan diri diteguhkan. Bahkan orangtua
siswa dapat mengambil manfaat dari pelayanan bimbingan di sekolah, sejauh
mereka dapat ditolong untuk lebih mengerti akan anak mereka.
Dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yang
didalamnya memuat struktur kurikulum, telah mempertajam perlunya
disusun dan dilaksanakannya program pengembangan diri yang bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap
peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri
difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga pendidikan
yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan
pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan Bimbingan dan
Konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi, kehidupan social,
belajar, dan pengembangan karir peserta didik.
Dalam permendiknas Nomor 23 tahun 2006 dirumuskan SKL yang harus
dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran bidang studi, maka
kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan
bimbingan dan konseling adalah kompetensi kemandirian untuk mewujudkan
diri

(self

actualization)

dan

pengembangan

kapasitasnya

(capacity

development) yag dapat mendukung pencapaian kompetensi lulusan.


Sebaliknya, kesuksesan peserta didik dalam mencapai SKL akan secara
signifikan menunjang terwujudnya pengembangan kemandirian.
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan
masyarakat. Pendidikan tidak pernah dapat dideskripsikan secara gamblang
hanya dengan mencatat banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat,
harga bangunan,

dan fasilitas

yang

dimiliki. Pendidikan

memang

menyangkut hal itu semua, namun lebih dari itu semuanya. Pendidikan
merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi
individu (siswa).

34

Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan khususnya pada tatanan


persekolahan, layanan bimbingan dan konseling mempunyai posisi dan peran
yang cukup penting dan strategis. Bimbingan dan konseling berperan untuk
memberikan layanan kepada siswa agar dapat berkembang secara optimal
melalui proses pembelajaran secara efektif. Untuk membantu siswa dalam
proses pembelajaran, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pribadi
agar dapat membantu keseluruhan proses belajarnya. Dalam kaitan ini para
pembimbing diharapkan untuk:

Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individual maupu


kelompok,

Memberikan informasi-informasi yang diperlukan dalam proses belajar,

Memberi kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar


sesuai dengan karakteristik pribadinya,

Membantu setiap siswa dalam menghadapi masalah-masalah pribadi yang


dihadapinya,

Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.


Dalam kegiatan pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan

formal bimbingan konseling yang berkedudukan sebagai integral dari


keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah. Kedudukan bimbingan dan
konseling dalam keseluruhan program pendidikan sekolah yaitu sebagai salah
satu upaya pembinaan pribadi peserta didik, kedudukan bimbingan dan
konseling dalam pendidikan ada 3 ruang lingkup kegiatan pendidikan yaitu:
1. Bidang Instruksional dan Kurikulum
Bidang ini mempunyai tanggung jawab dalam kegiatan pengajaran
dan bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan
sikap kepada peserta didik. Pada umumnya bidang ini merupakan pusat
kegiatan pendidikan dan merupakan tanggung jawab utama staf
pengajaran.
2. Bidang Administrasi dan Kepemimpinan
Bidang

ini

merupakan

bidang

kegiatan

yang

menyangkut

masalah-masalah administrasi dan kepemimpinan yaitu masalah yang

35

berhubungan dengan cara melakukan kegiatan secara efisien. Dalam


bidang ini terletak tanggung jawab dan otoritas pendidikan yang pada
umumnya mencakup kegiatan-kegiatan seperti perencanaan organisasi,
pembiayaan, pembagian tugas staf. Pada umumnya bidang ini merupakan
tanggung jawab pimpinan dan para petugas administrasi lainnya
3. Bidang Pembinaan Pribadi
Dalam bidang ini mempunyai tanggung jawab untuk memberikan
pelayanan agar para peserta didik memperoleh kesejahteraan lahiriah dan
batiniah dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya, sehingga
mereka dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Kegiatan pendidikan yang baik harus mencakup ke-3 bidang tersebut.
Karena jika tidak sekolah hanya akan menghasilakn individu yang pintar dan
bercita-cita tinggi namun mereka tidak mampu memahami potensi yang
dimilikinya. Hal ini menyebabkan mereka mengalami kegagalan atau
kesulitan sewaktu terjun ke lapangan kerja.
Dalam kondisi yang seperti inilah dirasakan perlunya pelayanan
bimbingan dan konseling yang memfokuskan kegiatannya dalam membantu
para peserta didik secara pribadi agar mereka dapat berhasil dalam proses
pendidikan yang sedang ditempuhnya. Dengan melalui program pelayanan
bimbingan dan konseling yang baik, maka setiap peserta didik diharapkan
mendapat

kesempatan

untuk

mengembangkan

setiap

potensi

yang

dimilikinya seoptimal mungkin.


Untuk dapat melaksanakan kegiatan pembinaan pribadi peserta didik
dengan baik diperlukan petugas-petugas khusus yang mempunyai keahlian
dalam bidang bimbingan dan konseling.
Dari keseluruhan proses pendidikan, program bimbingan dan konseling
merupakan keharusan yang tidak dapat dipisahkan dari program pendidikan
pada umumnya. Apalagi dalam situasi sekarang ini, dimana fungsi sekolah
atau lembaga pendidikan formal itu tidak hanya membekali para siswa
dengan setumpuk ilmu pengetahuan saja, tetapi juga mempersiapkan para

36

peserta didik untuk memenuhi tuntutan perubahan serta kemajuan yang


terjadi di lingkungan masyarakat.
Para peserta didik akan menghadapi masalah pemilihan spesialisasi,
pemilihan jurusan pemikiran program, masalah belajar, masalah penyesuaian
diri, masalah pribadi dan social dan sebagainya yang membutuhkan
penanganan dari keseluruhan system pendidikan formal.
Bimbingan dan konseling di sekolah dapat mendampingi siswa dalam hal:
a. Dalam perkembangan belajar di sekolah (perkembangan akademis).
b. Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang
terbuka bagi mereka, sekarang maupun kelak.
c. Menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya, serta menyusun rencana
yang tepat untu mencapai tujuan-tujuan itu.
d. Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajar di sekolah dan
terlalu

mempersukar

hubungan

dengan

orang

lain,

atau

yang

mengaburkan cita-cita hidup.

2.6. Urgensi Bimbingan dan Konseling


Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 pasal 3
dinyatakan

bahwa

pendidikan

nasional

berfungsi

mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat


dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk
berkembangnya potensi pesarta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional maka dirumuskan tujuan
pendidikan yakni memberi bekal kemampuan kepada siswa untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga
negara, dan anggota umat manusia.

37

Pendidikan dasar merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya dan


pendidikan nasional. Untuk itu asset suatu bangsa tidak hanya terletak pada
sumberdaya alam yang melimpah tetapi juga terletak pada sumberdaya alam
yang berkualitas. Sumberdaya alam yang berkualitas adalah sumberdaya
manusia, maka diperlukan peningkatan sumberdaya manusia Indonesia
sebagai kekayaan negara yang kekal dan sebagai investasi untuk mencapai
kemajuan bangsa.
Bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam
konteks

adegan

mengajar

yang

layaknya

dilakukan

guru

sebagai

pembelajaran bidang studi, melainkan layanan ahli dalam konteks


memandirikan peserta didik. (Naskah Akademik ABKIN, Penataan
Pendidikan Profesional Konselor dan Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal, 2007).
Merujuk pada UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
sebutan untuk guru pembimbing dimantapkan menjadi Konselor.
Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai
salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen,
pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur

(UU No.

20/2003, pasal 1 ayat 6). Pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi
antara tenaga pendidik satu dengan yang lainnya tidak menghilangkan arti
bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk konselor, memiliki konteks tugas,
ekspektasi kinerja, dan setting layanan spesifik yang mengandung keunikan
dan perbedaan.
Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penyelenggaraan bimbingan
dan konseling di Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada
atau tidak adanya landasan hukum, undang-undang atau ketentuan dari atas,
namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta
didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai
tugas-tugas perkembangannya secara optimal (menyangkut aspek fisik,
emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).

38

Dalam konteks tersebut, hasil studi lapangan (2007) menunjukkan


bahwa layanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah sangat
dibutuhkan, karena banyaknya masalah peserta didik di Sekolah/Madrasah,
besarnya kebutuhan peserta didik akan pengarahan diri dalam memilih dan
mengambil keputusan, perlunya aturan yang memayungi layanan bimbingan
dan konseling di Sekolah/Madrasah, serta perbaikan tata kerja baik dalam
aspek ketenagaan maupun manajemen.
Layanan bimbingan dan konseling diharapkan membantu peserta didik
dalam pengenalan diri, pengenalan lingkungan dan pengambilan keputusan,
serta memberikan arahan terhadap perkembangan peserta didik; tidak hanya
untuk peserta didik yang bermasalah tetapi untuk seluruh peserta didik.
Layanan bimbingan dan konseling tidak terbatas pada peserta didik tertentu
atau yang perlu

dipanggil saja, melainkan untuk seluruh peserta didik.

Adapun tujuan pelayanan bimbingan dan konseling adalah sebagai


berikut:
a)

Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir


serta kehidupannya dimasa yang akan datang.

b)

Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya


seoptimal mungkin.

c)

Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan


masyarakat serta lingkungan kerjanya.

d)

Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,


penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat maupun
lingkungan kerja.

Namun untuk mencapai tujuan tersebut mereka harus mendapat kesempatan


untuk:
a)

Mengenal dan memahami potensi, kekuatan dan tugas-tugas


perkembangannya.

b)

Mengenal dan memahami potensi atau peluang dalam


lingkungannya.

39

c)

Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta


rencana pencapaian tujuan tersebut.

d)
e)

Memahami dan menguasai kesulitan-kesulitan sendiri.


Menggunakan kemampuan untuk kepentingan dirinya, tempat
belajar dan tempat bekerja serta masyarakat.

f)

Menyesuaikan

diri

dengan

keadaan

dan

tuntutan

dari

lingkungannya.
g)

Mengembangkan segala potensi yang dimilikinya secara optimal.

40

BAB III
KESIMPULAN
Bimbingan dan konseling dapat diartikan sebagai seperangkat program
pelayanan bantuan yang dilakukan melalui kegiatan perorangan dan kelompok
untuk membantu peserta didik melaksanakan kehidupan sehari-hari secara
mandiri dan berkembang secara optimal, serta membantu peserta didik menguasai
masalah yang dialaminya.
Latar belakang yang mendorong lahirnya bimbingan dan konseling adalah
perkembangan dan perubahan masyarakat yang terjadi secara evolutif, diikuti
dengan perkembangan berbagai lembaga. Landasan Bimbingan dan Konseling
(BK) adalah fondasi di dalam penyelenggaraan proses bantuan atau proses
pelayanan konselor terhadap konseli.
Pelayanan bimbigan dan konseling diperlukan dalam dunia pendidikan
terutama dalam lingkup sekolah atau madrasah. Peran bimbingan dan konseling
dalam

meningkatkan

mutu

pendidikan

seperti

yang

telah

disebutkan

sebelumnya, tidak hanya terbatas pada bimbingan yang bersifat akademik tetapi
juga sosial, pribadi, intelektual dan pemberian nilai. Layanan bimbingan dan
konseling di Sekolah/Madrasah sangat dibutuhkan, karena banyaknya masalah
peserta didik di Sekolah/Madrasah, besarnya kebutuhan peserta didik akan
pengarahan diri dalam memilih dan mengambil keputusan.

41

DAFTAR PUSTAKA
Badrujaman, Aip.2010.Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan
Konseling. Jakarta: Permata Puri Media.
Husni. (2011). Landasan Filosofis Bimbingan Dan Konseling. [Online].
Tersedia :
https://abdillahhusni.wordpress.com/2011/03/18/landasan-filosofis-bimbinga
n-dan-konseling/ [26 Februari 2015].
Fuzan. (2014). Landasan Ilmiah dan Teknologi di dalam Bimbingan dan
Konseling. [Online].Tersedia :
https://www.academia.edu/9643897/Landasan_Ilmiah_dan_Teknologi_di_da
lam_Bimbingan_dan_Konseling/ [26 Februari 2015].
Hendra.(2013). Landasan Bimbingan dan Konseling. [Online]. Tersedia :
http://www.hendraanisman.web.id/2013/11/landasan-bimbingan-dan-konseli
ng.html [26 Februari 2015].
Muawanah

Elfi

dan

Rifa

Islami. [Online].Jakarta: Bumi

Hidayah.2009.

Bimbingan

Konseling

Aksara [26 Februari 2015].

http://butterfly31girl.blogspot.com/2012/05/sejarah-perkembangan-bimbingan-da
n.html?m=1 [25 februari 2015]
http://cecepopandi.blogspot.com/2014/01/latar-belakang-pekembangan-bimbinga
n.html?m=1 [25 februari 2015]
https://laskarcharles.wordpress.com/2011/07/21/bimbingan-dan-konseling-dalampendidikan/ [26 Februari 2015]
http://dinafatma92.blogspot.com/2013/11/bimbingan-penyuluhan-bk.html
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/34597334/bimbingan_konseli
ng.docx [26 Februari 2015].

42

You might also like