You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan
hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada
keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Kulit dapat dengan
mudah dilihat dan diraba, hidup, dan menjamin kelangsungan hidup,. Kulit pun menyokong
penampilan dan kepribadian seseorang. Dengan demikian kulit pada manusia mempunyai
peranan yang sangat penting.
Dibutuhkan kulit yang sehat dan terawat untuk menambah rasa percaya diri. Itu
membuat banyak orang menempuh berbagai cara untuk mendapatkan kulit sehat,mulus,dan
indah. Namun, berbagai keluhan seputar kulit semakin sering dijumpai dalam praktik
keperawatan, mulai dari kelainan pigmentasi, kulit berjerawat hingga penyakit kulit yang
disebut dengan dermatitis atopik.
Dermatitis merupakan peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh factor eksogen atau factor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi poliformik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal. Tanda
poliformik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik).
Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis. Atopik berasal dari kata atopi yaitu istilah
yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan
dalam keluarganya, misalnya : asma bronchial, rinitis alergik, konjungtivitis alergik dan
dermatitis atopic.
Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang
berhubungan dengan atopi.
2. Tujuan
Tujuan umum
- ntuk mempelajari dan memahami asuhan keperawatan pada penyakit Dermatitis atopik.
Tujuan khusus
Agar perawat dapat mempelajari dan memahami berbagai penyakit pada manusia, seperti
penyakit dermatitis atopik.
Agar perawat dapat membuat asuhan keperawatan pada jenis penyakit seperti dermatitis
atopic.

BAB II
KONSEP TEORITIS PENYAKIT DERMATITIS ATOPIK
1.Definisi
Dermatitis

atopik

merupakan

kelainan

hipersensitivitas

segera

(immediate

hypersensitivity) tipe 1 (Keperawatan Medical-Bedah Volume 3, 2001:1775).


Dermatitis atopik merupakan penyakit inflamasi yang disebabkan karena faktor alergen
dengan ditandai adanya erupsi pada kulit makulo papuler dengan kemerahan, gatal, lesi, kulit
kering, dan adanya eksudasi (Pengantar Ilmu Keperawatan Anak,2006: hal.137).
Dermatitis atopik adalah dermatosis dengan gambaran klinis seperti eczema, dengan perasaan
gatal yang sangat mengganggu penderita dan disertai stigmata atopi pada penderita sendiri
atau dalam keluarganya (Ilmu Kesehatan Anak 1, 1985:hal. 234)
Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal,
yang berhubungan dengan atopi. Kata atopi pertama diperkenalkan oleh Coca (1928), yaitu
istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat
kepekaan dalam keluarganya, misalnya : asma bronchial, rinitis alergik, konjungtivitis alergik
dan dermatitis atopik. (Suria Djuanda dan Sri Adi Sularsito, Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin edisi 3,2002)
Istilah dermatitis atopik masih ada silang pendapat. Banyak istilah lain yang digunakan,
misalnya : ekzema konstitusional, ekzema fleksural, neurodermatitis diseminata, prurigo
besnier. Tetapi, hingga sekarang yang banyak diterima ialah dermatitis atopik.
2.Etiologi
Faktor Genetik, terdapat riwayat stigmata atopi berupa asma bronchial, rinitis alergik,
konjungtivitis alergik, dan dermatitis atopic dalam keluarganya.
Faktor Imunologik, pada penderita ditemukan peningkatan jumlah IgE dalam serum.
Faktor Psikologik, seperti stress emosional dapat memperburuk dermatitis atopik.
Faktor pencetus yang dapat memperburuk dermatitis atopik (makanan, inhalan, dan
alergen lain, kelembaban rendah, keringat berlebih, penggunaan bahan iritasi).
3.Patofisiologi
Penyebabnya belum diketahui pasti. Gambaran klinis yang muncul diakibatkan oleh
kerja sama berbagai faktor konstitusional dan faktor pencetus.
Sekitar 70% penderita ditemukan riwayat stigmata atopi (herediter) berupa asma bronchial,
rinitis alergik, konjungtivitis alergik dan dermatitis atopik dalam keluarganya. Keadaan atopi
ini diturunkan, mungkin tidak di ekspresikan oleh gen tunggal, tetapi oleh banyak gen
(polygenic). Pada penderita dermatitis atopik, ditemukan peningkatan jumlah IgE di dalam

serum. Antigen akan ditangkap oleh fagosit kemudian akan dipresentasikan ke sel T 2 Helper
(Sel Th2) . Sel Th2 akan memproduksi Sitokin kemudian mengaktifkan seL-sel B untuk
tumbuh dan berdiferensiasi sehingga menghasilkan Antibodi IgE. IgE menempel di sel mast,
lalu melepaskan mediator kimia berupa Histamin. Histamin dianggap sebagai zat penting
yang memberi reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat kemotaksis dan
menekan produksi sel T sehingga terjadi peningkatan IgE yang akan menyebabkan pruritus
(rasa gatal) pada penderita. Sel mast akan meningkat pada lesi dermatitis atopik kronis. Sel
ini mempunyai kemampuan melepaskan histamin. Histamin sendiri tidak dapat menyebabkan
lesi ekzematosa. Kemungkinan zat tersebut menyebabkan pruritus dan eritema, mungkin
karena garukan akibat gatal menimbulkan lesi ekzematosa. Pada pasien dermatitis atopik
kapasitas untuk menghasilkan IgE secara berlebihan diturunkan secara genetik.
Imunitas seluler dan respons terhadap reaksi hipersensitivitas tipe lambat juga akan
menurun pada 80% penderita dermatitis atopik, akibat menurunnya jumlah limfosit T sitolitik
(CD8+), sehingga rasio limfosit T sitolitik (CD8+) terhadap limfosit T helper (CD4+)
meningkat sehingga berakibat meningkatnya kerawanan (suseptibilitas) terhadap infeksi
virus, bakteri dan jamur, lalu menimbulkan sensitisasi terhadap reaksi hipersensitivitas tipe
cepat (tipe 1)
Rasa gatal (pruritus) dan reaktivitas kulit yang kuat merupakan tanda penting pada
dermatitis atopik. Pruritus dapat timbul karena faktor intrinsik kulit, yaitu ambang gatal yang
rendah. Eksaserbasi pruritus timbul disebabkan oleh berbagai macam faktor pencetus yang
akan memperburuk dermatitis atopik, antara lain :
Makanan, inhalan berbagai alergen lain (seperti debu, kapuk, bulu binatang, serbuk sari,
karpet, boneka berbulu). Anak dengan bawaan atopi lebih mudah bereaksi terhadap
alergen tsb dan menimbulkan sensitisasi terhadap reaksi hipersensitivitas tipe 1
Kelembaban rendah sehingga menyebabkan kulit menjadi kering karena ada penurunan
kapasitas pengikatan air, kehilangan air yang tinggi di transepidermal, dan penurunan isi
air. Pada bagian kehilangan air mengalami kekeringan yang lebih lanjut dan peretakan
dari kulit, menjadi lebih gatal.
Keringat berlebih, disebabkan lingkungan yang bersuhu panas/dingin dan kelembaban
tinggi atau rendah, sinar matahari.
Penggunaan bahan iritan, seperti wol, sabun, deterjen, dll akan memicu terjadinya
pruritus pada kulit.
Faktor psikologik juga berpengaruh pada dermatitis atopik. Factor psikologik ini juga
merupakan factor pencetus yang dapat memperburuk dermatitis atopik. Misalnya saja

seseorang yang stress emosional, dapat menimbulkan respons gatal sehingga menyebabkan
terjadinya infeksi sekunder. Karena stress, tubuh penderita akan terpajan oleh alergen yang
sama. Kemudian timbul sensitisasi terhadap reaksi hipersensitivitas tipe 1, sehingga terjadi
peningkatan IgE dalam jumlah yang lebih besar. Maka dari itulah akan timbul infeksi
sekunder yang dapat memperburuk dermatitis atopik.
4. Manifestasi Klinis
Gejala utama dermatitis atopik ialah gatal (pruritus). Akibat garukan akan terjadi
kelainan kulit yang bermacam-macam, misalnya papul, likenifikasi dan lesi ekzematosa
berupa eritema, papulo-vesikel, erosi, ekskoriasi, dan krusta. Dermatitis atopik dapat terjadi
pada masa bayi (infantil), anak, maupun remaja dan dewasa.
5. Penatalaksanaan
Kulit penderita dermatitis atopik umumnya kering dan sangat peka terhadap berbagai
rangsangan. Penderita merasa sangat gatal, sehingga terpaksa menggaruk. Perjalanan
dermatitis berlangsung kronis dan cenderung berulang (kambuh). Banyak faktor yang
menyebabkan kambuhnya penyakit ini, misalnya infeksi kulit, iritasi, berkeringat atau
kedinginan, stress, endokrin (contoh: kehamilan, penyakit tiroid, haid). Oleh karena itu,
penatalaksanaannya pada dasarnya berupaya menghindari atau menyingkirkan faktor-faktor
tersebut.
Kulit yang sehat boleh disabun dengan sabun khusus untuk kulit kering, tetapi jangan
terlalu sering agar lipid di kulit tidak banyak berkurang sehingga kulit tidak semakin kering.
Kulit diolesi dengan krim emolien, maksudnya membuat kulit tidak kaku dan tidak terlalu
kering. Pakaian jangan yang terbuat dari wol atau nilon karena dapat merangsang, pakailah
katun karena selain tidak erangsang juga dapat menyerap keringat. Keringat akan menambah
rasa gatal, oleh karena itu pakaian jangan ketat; ventilasi yang baik akan mengurangi
keringat.
Hindarkan dari perubahan suhu dan kelembaban mendadak. Sebaiknya mandi dengan
air yang suhunya sama dengan suhu tubuh, karena air panas maupun air dingin menambah
rasa gatal.
Upayakan tidak terjadi kontak dengan debu rumah dan bulu binatang karena dapat
menyebabkan rasa gatal bertambah dan menyebabkan penyakit kambuh.
Makanan dapat mempengaruhi terjadinya kekambuhan atau menambah rasa gatal.
Sebagian kecil para penderita alergi terhadap makanan, yang sering ialah susu sapi, terigu,

telur, dan kacang-kacangan. Dengan meningkatnya usia, kemungkinan mendapat alergi


tersebut semakin berkurang.
Stress emosional akan memudahkan penyakitnya kambuh, oleh karena itu hendaknya
dihindari atau dikurangi.
Imunitas selular penderita dermatitis atopik menurun, sehingga mudah mengalami
infeksi oleh virus, bakteri dan jamur. Bila mendapat infeksi virus, misalnya vaksinia atau
herpes simpleks, akan menimbulkan gejala akut berupa timbulnya banyak vesikel dan pustule
yang akan menyebar, disertai demam yang tinggi, dan dapat menyebabkan kematian; disebut
erupsi variseloformis atopik Kaposi. Oleh karena itu penderita dermatitis atopik tidak boleh
berdekatan dengan pendekatan varisela, herpes zoster, atau herpes simpleks.
Kuku dipotong pendek agar bila menggaruk tidak sampai timbul luka, sehingga tidak mudah
terjadi infeksi sekunder.
6.Komplikasi
Pada anak penderita Dermatitis atopik, 75% akan disertai penyakit alergi lain di
kemudian hari. Penderita Dermatitis atopik mempunyai kecenderungan untuk mudah
mendapat infeksi virus maupun bakteri (impetigo, folikulitis, abses, vaksinia. Molluscum
contagiosum dan herpes).
Infeksi virus umumnya disebabkan oleh Herpes simplex atau vaksinia dan disebut
eksema herpetikum atau eksema vaksinatum. Eksema vaksinatum ini sudah jarang dijumpai,
biasanya terjadi pada pemberian vaksin varisela, baik pada keluarga maupun penderita.
lnfeksi Herpes simplex terjadi akibat tertular oleh salah seorang anggota keluarga. Terjadi
vesikel pada daerah dermatitis, mudah pecah dan membentuk krusta, kemudian terjadi
penyebaran ke daerah kulit normal.
Penderita Dermatitis atopik, mempunyai kecenderungan meningkatnya jumlah
koloni Staphylococcus aureus.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Darah perifer ditemukan eosinofilia dan peningkatan kadar IgE
Dermatografisme putih. Penggoresan pada kulit normal akan menimbulkan tiga respons ,
yakni berturut-turut akan terlihat garis merah ditempat penggoresan selama 15 detik,
warna merah disekitarnya selama beberapa detik, dan edema timbul sesuah beberapa
menit. Penggoresan pada pasien atopik akan bereaksi berlainan. Garis merah tidak disusul

warna kemerahan, tetapi kepucatan selama 2-5 menit, edema tidak timbul. Keadaan ini
disebut dermatografisme putih.
Percobaan asetilkolin. Suntikan secara intrakutan 1/5000 akan menyebabkan hiperemia
pada orang normal. Pada orang dengan dermatitis atopik akan timbul vasokonstriksi,
terlihat kepucatan selama 1 jam.
Percobaan histamin. Jika histamin fosfat disuntikkan pada lesi, eritema akan berkurang
dibandingkan dengan orang lain sebagai kontrol. Kalau obat tersebut disuntikkan parenteral,
tampak eritema bertambah pada kulit yang normal.
Selain itu, HANIFIN dan LOBITZ (1977) menentukan kriteria diagnosis dermatitis atopik
secara rinci sebagai berikut :
Harus terdapat :
Pruritus
Morfologi dan distribusi yang khas: likenifikasi fleksural pada orang dewasa, gambaran
dermatitis di pipi dan ekstensor pada bayi.
Kecenderungan menjadi kronis atau kambuh.
Ditambah 2 atau lebih tanda lain :
Adanya penyakit atopic (asma bronchial, rinitis alergik, dermatitis atopik) pada penderita
atau anggota keluarganya.
Tes kulit tipe cepat yang reaktif
Dermografisme putih atau timbul kepucatan pada tes dengan zat kolinergic
Katarak subkapsular anterior.
Ditambah 4 atau lebih butir berikut ini :
Xerosis/ iktiosis/ hiperlinear Palmaris

Pitiriasis alba
Keratosis pilaris
Kepucatan fasial/ warna gelap infra orbital
Tanda dennie morgan
Peningkatan kadar IgE
Keratokunosus
Kecenderungan mendapatkan dermatitis nonspesifik di tangan
Kecenderungan infeksi kulit yang berulang

BAB IV
TINJAUAN KASUS

1.

PENGKAJIAN DATA KLIEN

A.
Biodata pasien:
Nama
:

Tn. Y

Umur

22 Th

Suku/bangsa

Indonesia

Jenis kelamin

Laki-laki

Agama

Islam

Status

Belum Nikah

Pendidikan

SMA

Pekerjaan

Mahasiswa

Suku bangsa

bandung / Indonesia

Alamat

Jl.yc oevang oray

Dx Medis

Dermatitis atopik

Keluarga dekat yang dapat dihubungi:


Nama

Ny S

Umur

49 Tahun

Jenis kelamin

Wanita.

Hub. Dengan pasien :

Ibu Klien

Sumber informasi

keluarga pasien, status, klien, perawat dan catatan perawat

B.

Riwayat Kesehatan

1)
Keluhan Utama :
Pada saat Pasien datang ke rumah sakit keluhannya adalah adanya gatal-gatal yang hebat
pada bagian kulit..
Alasan masuk rumah sakit
Pasien masuk IGD tanggal 30 Oktober 2012 pukul 10.30 WIB, dengan keluhan adanya gatal
gatal yang hebat, Lesi pada daerah garutan.
2)

Riwayat kesehatan sekarang :

Faktor pencetus
pasien mengatakan tidak mengetahui apa yang menyebabkan gatal gatal yang diderita klien.
Sifat keluhan
Pasien mengatakan gatal yang klien derita terjadi terus menerus dan biasanya akan
mengeluarkan akan meninggalkan bekas yang menonjo
Lokalisasi dan sifatnya

Pasien mengatakan gatal pada daerah kulitnya dapat menyebar.


Berat ringannya keluhan
Klien mengatakan gatal gatal yang di derita pasien adalah gatal hebat yang dapat
mengganggu aktivitas klien.
Lamanya keluhan
Klien mengatakan kalau keluhan yang di derita oleh klien ini diderita sejak 3 minggu terakhir
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Klien mengatakan saat Gatalgatal yang diderita klien,klien hanya mengoleskan minyak kayu
putih dan Balsem, dan meminun obat yang diberikan oleh mantri saat ia berobat. Klien
mengatakan, Saat klien menggaruk kulitnya pada daerah yang gatal, terkadang meninggalkan
bekas dan mengeluarkan cairan, dan klien tidak menghiraukan dengan gatal-gatlnya, karena
Pasien tidak tahu tentang penyaikt yang klien derita.
Keluhan saat pengkajian
Klien mengatakan gatal-gatal timbul secara tiba-tiba dan menetap dan cenderung
mengeluarkan cairan dan setalah itu akan meninggalkan bekas yang berupa tonjolan kulit ke
luar.
Diagnosa medik :
Suspect Dermatitis

Dermatitis

3) Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien pernah dirawat dirumah sakit Arga Makmur dengan keluhan sesak napas, batuk
berdahak selama 1 minggu,
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan kalau bapaknya pernah menderita penyakit yang sama, dan bapaknya juga
pernah menderita sesak napas.
C) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum :
Penampilan umum : Keadaan umum lemah.
Kesadaran
: Composmentis
Klien tampak
: lemah
BB : 60 kg
TB : 153 Cm
2. Tanda-tanda vital

TD
ND
RR
S

: 90/60 mmHg
: 90 i/menit
: 27 i/menit
: 36,3 c

3. Kulit
Inspeksi

: warna kulit gelap, lesi kulit ada, pruritus ada, terdapat papul, Ekskoriasi,

krusta dan likeforasi.


Palpasi
: suhu panas,
4. Kepala/Rambut
Inspeksi

: Bersih, tidak ada ketombe, rambut lurus, distribusi rambut merata, bentuk

kepala simetris.
Palpasi
: Tidak ada massa di kepala, rambut halus, tidak berminyak, tidak ada nyeri
tekan.
5. Mata

Fungsi penglihatan
Pupil dan reflek cahaya
Konjungtiva
Lensa/iris
Odema palpebra

: Baik
: Normal
: Anemis
: Tidak ada kekeruhan lensa
: Tidak ada

6. Telinga

Fungsi pendengaran
Kebersihan
Daun telinga
Sekret
Mastoid

: Baik
: Bersih
: Simetris Kiri dan kanan
: Tidak ada
: Tidak ada pembengkakan dan Nyeri tekan mastoid

7. Hidung dan Sinus

Inspeksi
Fungsi pennciuman
Pembengkakan
Kebersihan
Pendarahan
Sekret

: Bentuk simetris
: Baik
: Tidak ada pembengkakan
: Bersih
: Tidak ada pendarahan
: tidak ada

8. Mulut dan Tenggorokan

Membran mukosa
Kebersihan mulut
Keadaaan gigi
Tanda radang
Trismus
Kesulitan menelan

: kering
: lidah bersih, bentuk lidah simetris
: lengkap, caries dentis ada, gigi palsu tidak ada.
: Tidak ada
: Tidak ada trismus
: Tidak ada

9. Leher

Trakea
Kelenjar limfe
Kelenjar tiroid
Gerakan leher
Kaku kuduk

: Simetris
: Ada pembesaran limfe
: Tidak ada pembesaran tiroid
: Normal
: tidak ada kaku kuduk

10. Thorak dan paru


Inspeksi

: Dada simetris, RR : 27 X/ menit, menggunakan otot bantu

pernapasan
Perkusi
Palpasi
Auskultasi

: Resonan pada kedua paru


: Fremitus kiri=kanan, Tidak ada nyeri tekan
: Vesikuler

11. Abdomen

Inspeksi
Perkusi
Palpasi
Auskultasi

12. Genetalia

: tdak terdapat kelainan


: normal
: tidak terdapat massa
: bising usus 10 X / menit
: normal

13. Neurologis
Status mental
Motorik

: Compos mentis
: Gerak terkoodinasi, fungsi kooordinasi baik, kejang dan

tremor tidak ada.

2.Analisa data
DATA

ETIOLOGI

MASALAH
KEPERAWATAN

DO:
Kulit klien kemerahan,
terkelupas, dan lecet
DO:
Kulit klien tampak kering,
berwarna kemerahan,
terkelupas dan lecet.

Kekeringan pada kulit

Gangguan integritas kulit

paparan allergen

Resiko kerusakan kulit

DO:
Klien tampak gatal, dan
sering menggaruk.
1.

2.

Pruritus (rasa gatal)

Perubahan rasa nyaman

Kemungkinan diagnosa keperawatan


Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit.
Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen
Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus.
NCP

Diagnosa
Keperawatan
Gangguan
integritas kulit
berhubungan
dengan
kekeringan
pada kulit

Tujuan

Kriteria hasil

Intervensi

Rasionalisasi

Klien akan
mempertahankan
kulit agar
mempunyai
hidrasi yang baik
dan turunnya
peradangan.

Mengungkapkan peningkatan
kenyamanan
kulit
Berkurangnya
derajat
pengelupasan
kulit.
Berkurangnnya
kemerahan.
Berkurangnya
lecet karena
garukan
Penyembuhan
area kulit yang
telah rusak

Mandi paling
tidak sekali
sehari selama
1520 menit.
Segera oleskan
salep atau krim
yang telah
diresepkan
setelah mandi.
Mandi lebih
sering jika tanda
dan gejala
meningkat.
Gunakan air
hangat jangan
panas
Gunakan sabun
yang
mengandung
pelembab atau
sabun untuk kulit
sensitif. Hindari
mandi busa.
Oleskan/berika
n salep atau krim
yang telah
diresepkan 2
atau tiga kali per
hari.

Dengan
mandi air akan
eresap dalam
saturasi
kulit.engolesan
krim pelembab
selama 2 4
menit setelah
mandi untuk
mencegah
enguapan air
dari kulit.
- air panas
menyebab-kan
vasodilatasi
yang akan
meningkat-kan
pruritus.
sabun yang
mengandung
pelembab
lebih sedikit
kandungan
alkalin dan
tidak membuat
kulit kering,
sabun kering
dapat
meningkat-kan
keluhan.
salep atau

Resiko
kerusakan
kulit
berhubungan
dengan
terpapar
alergen

Klien akan
mempertahankan
integritas kulit.

Menghindari
alergen

Perubahan
rasa nyaman
berhubungan
dengan
pruritus

Klien
menunjukkan
berkurangnya
pruritus.

Berkurangnya
lecet akibat
garukan.
Klien tidur
nyenyak tanpa
terganggu rasa
gatal.
Klien
mengungkapkan
adanya
peningkatan rasa
nyaman

krim akan
melembab-kan
kulit
Ajari klien
menghindari
menghindari atau alergen akan
menurunkan
menurunkan
paparan terhadap respon alergi.
alergen yang
jika alergi
telah diketahui.
terhadap bulu
Baca label
binatang
makanan kaleng sebaiknya
agar terhindar
hindari
dari bahan
memelihara
makan yang
binatang atau
mengandung
batasi
alergen.
keberadaan
Hindari
binatang di
binatang
sekitar area
peliharaan
rumah.
Gunakan
AC
penyejuk
membantu
ruangan (AC) di menurunkan
rumah atau di
paparan
tempat kerja, bila terhadap
memungkin-kan. beberapa
alergen yang
ada di
lingkungan.
Jelaskan gejala Dengan
gatal
mengetahui
berhubungan
proses
dengan
fisiologis dan
penyebanya
psikologis dan
(misal:
prinsip gatal
keringnya kulit) serta
dan prinsip
penangannya
terapinya (misal: akan
hidrasi) dan
meningkat-kan
siklus gatalrasa
garuk-gatalkooperatif.
garuk.
pruritus
Cuci semua
sering
pakaian sebelum disebabkan
digunakan untuk oleh dampak

menghilang-kan
formaldehid dan
bahan kimia lain
serta hindari
mengguna-kan
pelembut
pakaian buatan
pabrik.
Gunakan
deterjen ringan
dan bilas pakaian
untuk
memastikan
sudah tidak ada
sabun yang
tertinggal.

iritan atau
alergen dari
bahan kimia
atau
komponen
pelembut
pakaian.
bahan yang
tertinggal
(deterjen) pada
pencucian
pakaian dapat
menyebab-kan
iritasi.

You might also like