You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini khususnya kota besar di Indonesia sangat
memprihatinkan, beberapa hasil penelitian tentang polusi udara dengan segala
resikonya telah dipublikasikan, termasuk resiko infeksi saluran pernapasan
maupun kanker paru akibat polusi udara di kota.
Di kota-kota besar, kontribusi gas kendaraan bermotor, gas dari
cerobong asap industri maupun asap rokok banyak ditemukan.
WHO memperkirakan bahwa 20% penduduk kota didunia pernah
menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan bermotor, akibatnya banyak
bayi, anak-anak orang dewasa dan lansia yang berisiko tinggi memiliki
penyakit paru dan saluran pernafasan seperti EFUSI PLEURA Penyakit ini
tidak sedikit diderita masyarakat, sayangnya masyarakat tidak menyadari
bahwa penyakit tersebut berasal udara yang kotor, seperti asap pabrik,
kendaraan bermotor, asap rokok.
Sedangkan Efusi pleura adalah keadaan dimana terjadi akumulasi
cairan yang abnormal dalam rongga pleura.
Penyebab dari Efusi pleura yaitu neoplasma seperti broncogenik dan
metastatic, kardiovaskuler seperti CHF, embolus pulmonas, dan perikarditis.
Penatalaksanaan pada Efusi pleura adalah thorakosentasis, pemberian
anti biotik, pleurodesis, tirah baring, biopsy untuk mengetahui adanya

keganasan, sedangkan komplikasi dari Efusi pleura sendiri adalah infeksi dan
fibrosis paru.
Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis
dan pleura parietalis kedua lapisan ini bersatu didaerah hilus arteri dan vena
bronkialis serabut saraf dan pembuluh limfe. Secara histologis kedua lapisan
ini terdiri dari sel mesotelial, jaringan ikat, pembuluh darah kapiler dan
pembuluh getah bening.
Pleura seringkali mengalami patogenesis seperti terjadinya efusi
cairan, misalnya hidrotoraks dan pleuritis eksudativa karena infeksi,
hemotoraks bila rongga pleura berisi darah, kilotorak (cairan limfe), piotoraks
atau empiema thoracis bila berisi nanah, pneumotoraks bila berisi udara.
Pembedahan pada penyakit pleura sudah dimulai sejak berkembangnya
spesialis bedah thorak dan kasus yang sering ditemui adalah infeksi pada
rongga pleura dengan berkembangnya pengobatan khemoterapi diharapkan
tindakan bedah akan berkurang, namun sebaliknya karena makin banyaknya
ditemui penyakit autoimunitas dan penggunaan antibiotika yang tidak tepat
dan tidak sempurna sehingga angka kejadian penyakit infeksi pada pleura
meningkat kembali, dan banyak usaha-usaha bedah di tingkatkan untuk
mengatasi hal ini sehingga timbul macam-macam jenis operasi yang
dikembangkan dari tindakan yang radilkal sampai ketindakan minimal
invasive seperti Video Assisted Thoracoscopic Surgery (VATS) untuk
pengobatan penyakit pleura.

Masalah kesehatan dengan gangguan sistem pernafasan masih


menduduki peringkat yang tinggi sebagai penyebab utama morbiditas dan
mortalitas. Penyakit infeksi paru merupakan penyakit infeksi yang paling
sering ditemukan dimasyarakat maupun yang dirawat di rumah sakit, dan
masih merupakan masalah kesehatan utama diseluruh dunia. Penyakit infeksi
paru berkisar 60-80% dari seluruh penyakit paru, sedangkan sisanya 20-40%
adalah penykit non infeksi (Tjandra, 2001).
Pola penyakit 50 peringkat utama menurut Departemen Kesehatan RI
untuk pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia mencatat bahwa bronkitis
kronis, emfisema, PPOK menempati urutan 14 dengan persentase kunjungan
(1,2%), bronkitis akut dan bronkiolitis akut urutan 35 (0,5%), dan pneumonia
urutan 39 (0,4%) (DEPKES, 2005).
Sedangkan tahun 1999 angka mortalitas efusi pleura mencapai 31
orang dan prosentase 8,0% dari 387 kasus efusi pleura yang ada, sementara
tahun

2000

mencapai

7,65%

dari

366

kasus

efusi

pleura.

(Medical Record RSUD Dr. Soetomo, 2000).


Telah dibicarakan penatalaksanaan bedah pada kasus penyakit pleura
serta laporan pembedahan pada 105 kasus penyakit pleura yang dilakukan di
RS Persahabatan Jakarta kurun waktu januari 1994-Desember 2004 kasus
infeksi lebih banyak ditemukan dan bermacam-macam jenis operasi telah di
lakukan. Perawatan pasca bedah pada tindakan Video Assisted Thoracoscopic
Surgery (VATS) ternyata lebih cepat dibandingkan dengan tindakan yang lain

dan hasilnya baik karena tidak ditemui komplikasi pasca bedah dan mobilisasi
lebih awal (Medicastore. 2008).
Di jawa tengah khususnya di RS DR. KARIADI di bagian penyakit
dalam ruang C3L1 dari 67% pasien terdapat 30% dengan kasus EFUSI
PLEURA.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk menyusun
Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan Efusi pleura.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada Ny.R dengan efusi
pleura di ruang C3 lantai 1 Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang
2. Tujuan khusus
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, diharapkan penulis mampu :
a. Mengidentifikasi masalah-masalah keperawatan yang timbul pada
pasien efusi pleura
b. Mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah keperawatan yang
timbul pada pasien dengan efusi pleura
c. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat yang ditemukan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi
pleura

C. Metode penulisan
Pada pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan metode
sebagai berikut :
1. Wawancara
Pengumpulan data dengan bertanya secara logis pada keluarga, klien,
perawat, dokter atau tim kesehatan lain yang ikut merawat klien selama
melakukan askep
2. Observasi
Metode pengumpulan data dengan cara pengamatan secara logis terhadap
klien serta ikut dalam melakukan asuhan keperawatan.
3. Studi dokumenter
Dengan cara menggunakan atau melihat catatan medis dan laporan
keperawatan
4. Studi kepustakaan
Dengan mempelajari buku-buku atau literatur-literatur yang berkaitan
dengan kasus selama pembuatan Karya Tulis Ilmiah

D. Sistematika penulisan
Sistematika penyusun yang digunakan dalam penulisan laporan ini
terdiri atas 5 (lima) BAB yaitu :
BAB I Pendahuluan, yang berisi latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan pustaka, yang menjelaskan tentang konsep dasar


penyakit yang meliputi pengertian, anatomi dan fisiologi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinik, penatalaksanaan, komplikasi, pengkajian
fokus, pathways keperawatan, diagnosa keperawatan serta fokus intervensi
dan rasional.
BAB III Tinjauan kasus, yang menjelaskan tentang pengelolaan kasus
yang telah di lakukan oleh penulis di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang
selama 4 hari meliputi tahapan pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi
BAB IV Pembahasan, berisi tentang pembanding antara teori dan
kasus sesungguhnya digunakan sebagai bahan pemikiran bersama untuk masa
yang akan datang.
BAB V Kesimpulan dan saran, memaparkan rangkuman dari
implementasi keperawatan pada pengelolaan kasus serta saran yang
operasional berdasarkan bab pembahasan.

You might also like