Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Iing Kurniawan
NIM : 013.043
tapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu pertembuhan dan perkembangan. P
ertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam ukuran baik besar, jumlah, a
tau dimensi tingkat sel, organ maupun individu. Perkembangan lebih menitikberatk
an pada aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ ataupun individu, te
rmasuk pula perubahan pada aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkunga
n. Dengan demikian proses pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisis seda
ngkan proses perkembangan berkaitan dengan fungsi pematangan intelektual dan emo
sional organ atau individu. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Depkes RI, 2005).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tub
uh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai has
il proses pematangan. Menyangkut adanya proses deferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa seh
ingga masingmasing dapat memenuhi fingsinya, termasuk perkembangan emosi,intelek
tual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsi
h,2002}.
Perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil proses pemotongan fungsi
psikis dan fisik pada diri anak yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses
belajar dalam kurun waktu tertentu menuju kedewasaan (Suherman, 2002).Menurut H
arlimsyah (2007) perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada dir
i anak dilihat dari aspek antara lain aspek fisik (motorik), emosi, kognitif dan
personal sosial (bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungan ). Aspek yang di
ketahui oleh orang tua yaitu: perkembangan fisik, perkembangan emosi, perkembang
an kognitif dan perkembangan personal sosial.
B.
Konsep Medis
1.
Definisi
Meningitis adalah suatu inflamasi di arachnoid dan piamater pada otak dan spinal
cord, yang disebabkan oleh infeksi pada cairan serebrospinal (Lewis, 2005).
Meningitis adalah inflamasi meningen yang juga dapat menyerang arakhonoid dan su
barakhonoid, infeksi menyebar sampai subarakhonoid melalui cairan serebrospinal
sekitar otak dan spinal cord (Joyce M Black, 2005).
Meningitis adalah suatu inflamasi di piameter , arakhnoid dan subararakhnoid inf
eksi biasanya menyebabkan meningitis dan chemical meningitis juga dapat menjad
i meningitis bisa akut atau kronik yang disebabkan karena bakteri,virus, jamur a
tau parasit. (Lemone. 2004).
Meningitis adalah suatu infeksi atau peradangan dari meningens dan jaringan sara
f dalam tulang punggung disebabkan oleh bakteri, Virus, riketsia atau protozoa,
yang terjadi secara akut dan kronis. (Harsono, 2003)
Pengertian lain meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang mengelilin
gi otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-org
an jamur (Brunner & Suddath, 2002)
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa meningitis adalah suatu in
flamasi meningen yang juga dapat menyebar ke arakhonoid dan subarakhonoid pada o
tak dan spinal cord, yang disebabkan oleh bakteri , virus jamur atau protozoa.
Adapun klasifikasi meningitis menurut Brunner & Suddath. 2002 yaitu: asepsis, se
psis dan tuberkulosa.
a.
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitits virus atau menyeb
abkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, le
ukemia, atau darah diruang sub arachnoid.
b.
Meningitis sepsis menunjukan meningitis yang disebabkan oleh organisme b
akteri seperti meningokokus, stafilokokus atau basilus influenza.
c.
Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basillus tuberkel.
Menurut Ronny Yoes dalam buku Kapita Selekta Neurologi meningitis terbagi menjad
i dua yaitu :
a.
Meningitis Tuberkulosa, merupakan komplikasi infeksi primer dengan atau
tanpa penyebaran milier.
b.
Meningitis Purulenta, infeksi akut selaput otak yang disebabkan oleh bak
teri dan menimbulkan reaksi purulen pada cairan otak.
2.
Anatomi Fisiologi
Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350
cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Otak manusia bertanggung jaw
ab terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia. Oleh karena itu terd
apat kaitan erat antara otak dan pemikiran. Otak dan sel saraf didalamnya diperc
ayai dapat mempengaruhi kognisi manusia. Pengetahuan mengenai otak mempengaruhi
perkembangan psikologi kognitif.
Gambar 2.1 : Struktur Meninges
Gambar 2.2 : Struktur meningen dari luar
Bagian - bagian otak manusia :
Bagian Otak depan
Diensefalon
Talamus
Epitalamus
Hipotalamus
Subtalamus
Telensefalon (Hemisfer serebrum)
Korteks serebrum
Bulbus olfaktori
Amigdala
Septal region
Forniks
Basal ganglia
Otak tengah
Tektum
Cerebral
Otak belakang
Medula oblongata
Vestibular nuclei
Cochlear nuclei
Medullary RF
Raphe nuclei
Solitary nucleus
Olivary complex
Metensefalon
Pons
Serebelum/otak kecil
Keterangan :
1)
Otak depan menjadi hemisfer serebri, korpus striatum, talamus serta hipo
talamus
2)
Meningen (selaput otak)
Selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang, melindungi struktur sar
af halus yang membawa pembuluhd arah dan cairan sekresi (cairan serebro spinalis
), memperkecil benturan atau getaran yang terdiri dari 3 lapisan
3)
Serebrum (otak besar)
Merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak, berbentuk telur, mengisi p
enuh bagian depan atas rongga tengkorak. Masing-masing disebut fosa kranialis an
terior atas dan fosa kranialis media.
4)
Diensefalon
Bagian batang otak paling atas terdapat diantara serebelum dengan mesensepalon
Pembagian susunan saraf
1)
Susunan saraf sentral
a.
Medula spinalis
b.
Otak
Otak besar
Otak kecil
Batang otak
2)
Susunan saraf perifer
a.
Susunan saraf somatik
Susunan saraf yang mempunyai peranan spesifik untuk mengatur aktivitas otot sada
r dan saraf lintang.
b.
Susunan saraf otonom
Susunan saraf yang mempunyai peran penting mempengaruhi pekerjaan otot tak sadar
(otot polos) seperti jantung, hati, pankreas, jalan pencernaan, kelenjar dan la
in-lain.
c.
Sel saraf dan serabut saraf
Pusat sel saraf (neuron) terdiri dari sebuah badan sel yang disebut perikarion b
erisi nukleus. Di dalam sitoplasma perikarion terdapat badan-badan yang disebut
substansia nissel. Dari perikarion keluar prosesus-prosesus yang menghantarkan r
angsangan perikarion yang disebut dendrit, jumlahnya lebihbanyak (lebih dari sat
u).
3.
Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien de
ngan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak,
infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas ba
hwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi men
jadi dua bagian besar yaitu: meningitis purulenta dan meningitis serosa.
a.
Meningitis Bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus influenza, N
ersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus Aurens, Escheri
cia colli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebag
ai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil
, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lek
osit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak s
ehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpu
lan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabk
an jaringan otak akan mengalami infark.
b.
Meningitis Virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebab
kan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, he
rpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis ba
kteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kul
tur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak
. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung
pada jenis sel yang terlibat.
4.
Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cai
ran otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melal
ui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang bel
akang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari d
i dalam lapisan subarachnoid.
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan o
tak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret hidu
ng) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat meny
ebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan
(dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui r
uangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab per
adangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel.
5.
Patoflow Diagram
6.
en
Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI
Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap lanjut
an bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot.
Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak te
rdapat pada virus meningitis.
Nausea
Vomiting
Demam
Takikardia
Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia
Pasien merasa takut dan cemas.
7.
Komplikasi
Peningkatan tekanan intracranial
Hidrosefalus
Infark serebral
Syndrome waterhouse Friederichsen : hipotensi, perdarahan kulit dan kelenjar adr
enal yang diakibatkan oleh KID
Defisit saraf kranial
Ensefalitis
SIADH (syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormone )
Abses otak
Kerusakan visual
Deficit intelektual
Kejang
Endokarditis
Pneumonia
Gangguan pembekuan darah
Syok septic
Efusi subdural
Demam yang memanjang
8.
Tes Diagnostik
a.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. L
umbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra
kranial. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentra
si glukosa. Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya
meningkat diatas nilai normal. Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk
mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.Kadar
glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glu
kosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis
kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.
b.
Pemeriksaan Radiografi
CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf lai
nnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.
9.
Penatalaksanaan Medis
Keefektifan pengobatan tergantung pada pemberian dini antibiotik yang mampu mene
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah :
a.
Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan t
ekanan intrakranial
b.
Hipertermia berhubungan dengan penyakit.
c.
Resiko terjadinya injuri berhubungan dengan perubahan status mental dan
penurunan tingkat kesadaran
d.
Kurang Pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi.
3.
Perencanaan
Resiko injuri berhubungan dengan perubahan status mental dan penurunan tingkat k
esadaran
NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam. Klien tidak mengalami in
jury dengan kriterian hasil:
Klien terbebas dari cedera
Klien mampu menjelaskan cara/metode untukmencegah injury/cedera
Klien mampu menjelaskan factor risiko dari lingkungan/perilaku personal
Mampumemodifikasi gaya hidup untukmencegah injury
Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Mampu mengenali perubahan status kesehatan
NIC :
Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan
fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)
Memasang side rail tempat tidur
Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien.
Membatasi pengunjung
Memberikan penerangan yang cukup
Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
Mengontrol lingkungan dari kebisingan
Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perub
ahan status kesehatan dan penyebab penyakit.
Kurang Pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi.
NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam. pasien menunjukkan penge
tahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil:
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prog
nosis dan program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara b
enar
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawa
t/tim kesehatan lainnya NIC :
Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan d
engan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat
Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yan
g tepat
Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
4.
Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang akan dilakukan berdasarkan perencanaan yang
telah ditentukan secara umum. Intervensi yang dapat dilakukan pada klien mening
itis adalah: kaji status neurology, monitor tanda-tanda vital, mengkaji adanya k
omplikasi, hindari fleksi leher, kaji kepatenan dan fungsi jalan nafas, peningka
tan kesehatan, pencegahan infeksi pernafasan melalui vaksinasi pneumococcal pneu
monia dan influenza dengan dibantu oleh perawat, monitor intake dan out put, kol
aborasi dengan medis, membantu memenuhi kebutuhan klien, memberi support kepada
klien dan keluarga.
5.
Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang dipakai sebagai alat
ukur keberhasilan dari rencana keperawatan didalam memenuhi kebutuhan klien.
Pada perawatan klien dengan meningitis hasil yang diharapkan adalah: perfusi jar
ingan serebral adekuat, meningkatnya tingkat kesadaran, tubuh dipertahankan norm
37,2C), nyeri berkurang/hilang, melaksanakan program terapi, terhindari d
al (36
ari komplikasi meningitis tersebut.
BAB III
KESIMPULAN
Meningitis adalah suatu inflamasi meningen yang juga dapat menyebar ke arakhonoi
d dan subarakhonoid pada otak dan spinal cord, yang disebabkan oleh bakteri, vir
us jamur atau protozoa.
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien de
ngan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak,
infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas ba
hwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi men
jadi dua bagian besar yaitu: meningitis purulenta dan meningitis serosa.
Tanda dan gejala pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, peruba
han tingkah laku, sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stup
or, sakit kepala, sakit-sakit pada otot-otot, reaksi pupil terhadap cahaya, phot
ofobia apabila cahaya diarahkan pada mata pasien, adanya disfungsi pada saraf ii
i, iv, dan vi, pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan ad
a tahap lanjutan bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot,
refleks brudzinski dan refleks kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak te
rdapat pada virus meningitis.
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah :
Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan t
ekanan intrakranial
Hipertermia berhubungan dengan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes. M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Harsono., 2003. Kapita Selekta Neurologi, Edisi Kedua. Gadjah Mada University Pr
ess, Yogyakarta.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapiu
s.
Mesranti, M., 2009. Karakteristik Penderita Meningitis Yang Di Rawat Inap Di RSU
P H. Adam Malik Medan pada tahun 2005
2008. Skripsi FKM USU. Medan.
Muttaqin, A., 2003. Asuhan Keperawatan Meningitis. FK Universitas Airlangga. Sur
abaya.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta: EGC
Efrida, Desiekawati,2012, Kriptokokal meningitis: Aspek klinis dan diagnosis lab
oratorium urnal Kesehatan Andalas. http://jurnal.fk.unand.ac.id
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................
...................
1
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A.
Konsep Tumbuh embang ...................................................
............
2
B.
Konsep Medis ...........................................................
..................... 3
1.
Definisi ...............................................................
....................
3
2.
Anatomi Fisiologi ......................................................
............. 4
3.
Etiologi ...............................................................
....................
7
4.
Patofisiologi ..........................................................
.................
8
5.
Patoflow Diagram .......................................................
...........
9
6.
Tanda dan Gejala .......................................................
............
10
7.
Komplikasi .............................................................
................
10
8.
Tes Diagnostik .........................................................
.............. 11
9.
Penatalaksanaan Medis ..................................................
........
11
C.
Konsep Asuhan Keperawatan ..............................................
............
13
1.
Pengkajian .............................................................
....................
13
2.
Diagnosa Keperawatan ...................................................
............
14
3.
Perencanaan.............................................................
....................
15
4.
Implementasi ...........................................................
...................
18
5.
Evaluasi ...............................................................
...................... 18
BAB IV KESIMPULAN .............................................................
........................
19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................
............................
20