You are on page 1of 5

Antioksidan dan Radikal Bebas

By edhisambada
1. Radikal bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan (unpaired
electron). Adanya elektron yang tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif
mencari pasangan, dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang berada di
sekitarnya. Target utama radikal bebas adalah protein, asam lemak tak jenuh dan lipoprotein, serta
unsur DNA termasuk karbohidrat. Dari molekul-molekul target tersebut, yang paling rentan
terhadap serangan radikal bebas adalah asam lemak tak jenuh. Senyawa radikal bebas di dalam
tubuh dapat merusak asam lemak tak jenuh ganda pada membran sel sehingga dinding sel menjadi
rapuh, merusak basa DNA sehingga mengacaukan sistem genetika, dan berlanjut pada pembentukan
sel kanker (Winarsi, 2007).
Tabel I. Beberapa macam Reactive Oxygen Species (ROS) dan antioksidan yang
menetralkannya (Percival, 1998)

ROS

Neutralizing Antioxidants

Radikal Hidroksil

Vitamin C, glutation, flavonoid, asam lipoat

Radikal Superoksida

Vitamin C, glutation, flavonoid, superoksida dismutase

Peroksida Hidrogen

Vitamin C, glutation, flavonoid, beta karoten, vitamin E, asam lipoat

Peroksida Lipid

Vitamin E, beta karoten, ubikuinon, flavonoid, glutation peroksidase

Kemiripan sifat antara radikal bebas dan oksidan terletak pada agresivitas untuk menarik elektron di
sekelilingnya. Berdasarkan sifat ini, radikal bebas dianggap sama dengan oksidan. Tetapi perlu
diketahui, bahwa tidak setiap oksidan merupakan radikal bebas. Radikal bebas lebih berbahaya
dibandingkan dengan senyawa oksidan non-radikal (Winarsi, 2007).
2. Definisi antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor) atau reduktan. Senyawa ini
memiliki berat molekul kecil tetapi mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi, dengan
cara mencegah terbentuknya radikal.
Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat
radikal bebas. Akibatnya kerusakan sel dapat dihambat (Winarsi, 2007).
Kebanyakan senyawa ini (misalnya tokoferol) digunakan sebagai pengawet dalam berbagai produk
(misalnya dalam lemak, minyak dan produk makanan untuk menunda ketengikan dan perubahanperubahan yang tidak diinginkan, dalam karet untuk menunda oksidasi). Pengertian antioksidan
yang lebih relevan secara biologis ialah senyawa alami atau sintetik yang ditambahkan ke dalam
produk untuk mencegah atau menunda kerusakan yang disebabkan oleh udara.
3. Mekanisme antioksidan
Secara garis besar, mekanisme penangkapan radikal bebas dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu secara enzimatik dan non-enzimatik. Enzim yang dapat berperan sebagai antioksidan adalah
superoksida dismutase, katalase, glutation peroksidase, dan glutation reduktase (Winarsi, 2007).
Secara non-enzimatik, senyawa antioksidan bekerja melalui empat cara, yaitu sebagai berikut:
a.

penangkap radikal bebas, misalnya vitamin C dan vitamin E,

b.

pengkelat logam transisi, misalnya EDTA,

c.

inhibitor enzim oksidatif, misalnya aspirin dan ibuprofen, dan

d.

kofaktor enzim antioksidan, misalnya selenium sebagai kofaktor glutation peroksidase.

Aktivitas senyawa polifenol sebagai antioksidan meliputi tiga mekanisme sebagai berikut.
(a) Aktivitas penangkapan radikal seperti reactive oxygen species (ROS) ataupun radikal yang
dihasilkan dari peroksidasi lipid seperti R, RO dan ROO dengan proses transfer elektron melalui
atom hidrogen,
(b) mencegah spesies senyawa reaktif produksi katalisis transisi metal seperti reaksi melalui khelasi
metal, dan
(c) interaksi dengan antioksidan lainnya, seperti lokalisasi dan penggabungan dengan antioksidan
lainnya.
4. Penggolongan antioksidan

Menurut sumbernya, antioksidan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu antioksidan sintetik
dan alami.
a. Antioksidan sintetik
Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang dibuat melalui sintesis secara kimia,
contohnya: ter-butyl hidroquinone (tBHQ), butylated hydroxyanisole (BHA), butylated
hydroxytoluene (BHT), dan propil galat (PG). Konsentrasi rendah dari
antioksidan tBHQ dan BHA telah lama digunakan untuk mencegah oksidasi dari produk makanan
sehingga dapat menstabilkan produk tersebut (nutrisi, rasa, maupun warna). Dalam konsentrasi
yang tinggi, tBHQ dapat menyebabkan kanker. Penyebabnya adalah metabolit dari oksidasi tBHQ,
yaitu 2-tertbutyl-1,4-benzoquinone(tBBQ) dan ROS (Gharavi, Haggarty, dan El-Kadi, 2007). Peters,
Rivera, Jones, Monks, dan Lau pada tahun 1996 melaporkan bahwa antioksidan sintetik,
yaitu tBHQ dan 3-tert-butyl-4-hydroxyanisole dapat mempromosi karsinogenesis renal dan
kandung kemih pada tikus. Walaupun dalam penelitian tersebut tidak diketahui secara pasti
mekanisme karsinogenesisnya. Begitu pula dengan BHA dan BHT, dalam konsentrasi tinggi dan
penggunaan yang lama, BHA dapat menginduksi tumor pada perut hewan uji sedangkanBHT dapat
menginduksi tumor pada liver hewan uji. Semua publikasi juga setuju dengan fakta tersebut. Lain
halnya vitamin E yang merupakan antioksidan alami tidak memiliki sifat karsinogenik (Parke dan
Lewis, 1992; Kahl dan Kappus, 1993). BHT yang diadministrasikan secara kronis terhadap mencit
menyebabkan menurunnya konsentrasi alpha isozyme of protein kinase C (PKCa) dalam paru-paru
sehingga dapat menginisiasi terjadinya tumor (Kahl, 1984; dan Malkinson, 1999).
b. Antioksidan alami
Antioksidan alami merupakan antioksidan yang diproduksi langsung oleh tanaman maupun tubuh,
contohnya: senyawa polifenol flavonoid, tanin, katalase dan glutation peroksidase bekerja dengan
cara mengubah H2O2menjadi H2O dan O2, sedangkan superoksid dismutase bekerja dengan cara
mengkatalisis reaksi dismutasi dari radikal anion superoksida menjadi H 2O2.
5. Manfaat antioksidan
Antioksidan bermanfaat dalam mencegah kerusakan oksidatif yang disebabkan radikal bebas
dan ROS sehingga mencegah terjadinya berbagai macam penyakit seperti penyakit kardiovaskuler,
jantung koroner, kanker, serta penuaan dini. Penambahan antioksidan ke dalam formulasi
makanan, juga efektif mengurangi oksidasi lemak yang menyebabkan ketengikan, toksisitas, dan
destruksi biomolekul yang ada dalam makanan.
6. Metode pengujian aktivitas antioksidan
Terdapat beberapa metode pengujian aktivitas antioksidan baik secara kualitatif maupun secara
kuantitatif. Uji kualitatif untuk mengetahui apakah suatu senyawa memiliki aktivitas antioksidan

dapat dilakukan dengan metode kromatografi baik kromatografi lapis tipis atau kromatografi kertas.
Metode ini dapat untuk memisahkan campuran antioksidan yang kompleks sekalipun. Pereaksi
semprot yang digunakan untuk deteksi dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu sebagai
berikut.
(a) Senyawa-senyawa yang dapat membentuk warna ketika tereduksi (kalium permanganat, ferrisianida, ferri-dipiridil, dan asam fosfomolibdat);
(b) senyawa yang dapat berikatan dengan senyawa fenol, seperti senyawa diazo, pereaksi diazo,
magnesium sulfat, aldehid aromatic-anisaldehid, vanillin dan pereaksi Gibbs yang membentuk
indofenol (akan membentuk garam berwarna dalam kondisi basa);
(c) radikal bebas stabil yang menerima radikal hidrogen dari antioksidan
pikrilhidrazil); dan

(1,1-difenil-2-

(d)senyawa-senyawa yang membentuk senyawa adisi yang berwarna (palladium klorida dan
pentadium klorida) (Davidek, 1997).
Uji aktivitas antioksidan dapat dilakukan secara spektrofotometri. Uji tersebut dilakukan secara invitro.
i. Metode conjugated diene
Metode ini mengukur absorbansi konjugasi dari diena sebagai hasil dari oksidasi asam lemak tak
jenuh pada panjang gelombang UV 234 nm. Prinsip metode ini adalah selama oksidasi asam linoleat,
ikatan rangkap terkonversi ke bentuk ikatan rangkap terkonjugasi, yang dikarakterisasi dengan
absorpsi kuat pada panjang gelombang UV 234 nm. Aktivitasnya diekspresikan dengan
istilah inhibitory concentration (IC50).
ii. Metode penangkapan radikal hidroksil
Kapasitas penangkapan radikal hidroksil dari suatu ekstrak berhubungan langsung dengan aktivitas
antioksidannya. Metode ini memerlukan generationin-vitro dari radikal hidroksil menggunakan
Fe3+/ascorbate/EDTA/H2O2menggunakan reaksi Fenton. Penangkapan radikal hidroksil sebagai
tanda adanya aktivitas antioksidan. Radikal hidroksil akan bereaksi dengan dimetil sulfoksida
(DMSO) untuk membentuk formaldehid. Formaldehid akan menghasilkan warna kuning dengan
reagen Nash (2M ammonium asetat dengan 0,05M asam asetat dan 0,02M asetil aseton dalam air
destilasi). Intensitas warna kuning diukur secara spektrofotometri pada panjang gelombang 412 nm.
Aktivitas antioksidan diekspresikan dengan %penangkapan radikal hidroksil.
iii. Metode Ferric Reducing Ability of Plasma (FRAP)

Aktivitas antioksidan diestimasi dengan mengukur peningkatan absorbansi dari pembentukan ionion fero dari reagen FRAP yang mengandung 2,4,6- tri(2-piridil)-s-triazin (TPTZ) dan FeCl3.6H2O.
Absorbansi diukur secara spektrofotometri pada 595nm.
iv. Metode Trapping Antioxidant Parameter (TRAP)
Metode ini didefinisikan sebagai pengukuran parameter total radikal yang terjebak antioksidan.
Fluororesen dari R-phycoerythrin yang dipadamkan oleh 2,2-azo-bis (2-amidino-propan)
hidroklorida (ABAP) sebagai generator radikal. Reaksi pemadaman ini diukur sebagai adanya
aktivitas antioksidan.
Selain metode-metode di atas, terdapat metode lain yang dapat digunakan dalam uji kuantitatif
untuk mengetahui aktivitas suatu antioksidan, yaitu metode DPPH.
PUSTAKA
Davidek, 1997, in Macek, K., 1972, Pharmaceutical Ahallications of Thin Layer Chromatography,
Elseiver Publishing Company, Amsterdam, London, New York, pp. 569, 608-611.
Gharavi, N., Haggarty, S., dan El-Kadi, A.O.S., 2007, Chemoprotective and Carcinogenic Effects of
tert-Butylhydroquinone and Its Metabolites, Current Drug Metabolism, 8, 1-7.
Kahl, R., 1984, Synthetic Antioxidants: Biochemical Actions and Interference With Radiation, Toxic
Compounds, Chemical Mutagens and Chemical Carcinogens, Toxicology, 33(3-4), 185-228.
Kahl, R., dan Kappus, H., 1993, Toxicology of the Synthetic Antioxidants BHA and BHT in
Comparison with the Natural Antioxidant Vitamin E, Z Lebensm Unters Forsch, 196(4), 329-38.
Parke, D.V., dan Lewis, D.F., 1992, Safety Aspects of Food Preservatives, Food Addit Contam., 9(5),
561-77.
Percival, M., 1998, Antioxidants, Advanced Nutrition Publication,
Inc,http://acudoc.com/Antioxidants.PDF, diakses tanggal 13 September 2010.
Winarsi, W., 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, pp. 13-15,
77-81.

You might also like