You are on page 1of 5

PENGARUH PEMBERIAN OBAT ANTIDEPRESAN DENGAN METODE FORCED SWIM TEST DAN

OBAT ANTIKONVULSAN DENGAN METODE TILE SUSPERMISSION TIME TEST


Arni Aries1, Asyari Al-Hutama2, Andi Mirzah Nur Adriany2, Derisyanti Kalapadang2, Fitri Wahyuni,2
Irmawati2, Nur Zamirah2
1

Asisten Laboratorium Biofarmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin


Praktikan Laboratorium Biofarmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin
ABSTRAK

Depresi merupakan gejala yang ditujukan dengan perasaan sedih, tak berdaya, kecewa dan tidak
merasakan kesenangan yang disebabkan karena kekurangan serotonin, dopamin, dan norepinefrin.
Sedangkan konvulsan merupakan gejala yang ditujukan dengan kejang-kejang pada penderita. Pada
penelitian ini, dilakukan efek obat antidepresan dan obat antikonvulsan. Penelitian ini menggunakan
hewan coba yaitu mencit sebanyak 30 ekor yang bobotnya 15-35 gram.Pengamatan terhadap efek
antikonvulsan dengan metode Tile Suspermission Time Test dan efek antidepresan diamati dengan
metode Forced Swim Test. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa luminal memiliki efek antikonvulsan
yang lebih baik dari pada fenitoin, sedangkan efek antidepresan yang baik terlihat pada amitripilin
dibandingkan imipramin.
Keyword : Depresi, epilepsi, Tile Suspermission time test, Forced Swim Test, Mus musculus
ABSTRACT
Depress is a symptom that effects feel deep in sad, weak, and doesnt feel happy. Depress is
occurred because decrease of serotonin, dopamine and norephinephrine. Convulsant is a symptom that
effects a convulsion in sufferer. In this research, is used antidepressatn and anticonvulsant drug
medicine. This research used experimental animals are mice that weight as much as 30 individuals15-35
g. Monitoring about the effect of anticovulsan use tile suspermission time test method and antidepressant
effect monitoring by Forced swim test. From the research is found that the luminal gave anticovulsan
effect is better than fenitoin,whereas amitriptilin gave an antidepressant effect is better than imipramin.
Keyword : Depresi, epilepsi, Tile Suspermission time test, Forced Swim Test
PENDAHULUAN
Depresi merupakan gangguan serius
yang diderita lebih dari 14 juta orang dewasa di
Amerika Serikat setiap tahun. Prevalensi
penderita depresi di Amerika Serikat telah
mencapai 16% pada orang dewasa (21% pada
wanita dan 13% pada pria) atau lebih dari 32
juta orang. Gejala depresi meliputi perasaan
sedih, putus asa, dan kecemasan yang
disebabkan
oleh
pengalaman
kurang
menyenangkan,
perubahan
pola
tidur,
kehilangan energy dan banyak pikiran (1)
Pengunaan obat-obat antidepressant
secara klinis bisa secara langsung (direct)
ataupun tidak langsung (indirect), melalui aksi
norepineprhine dan/atau serotonin dalam otak.
Mekanisme kerjanya berdasarkan pada teori
amine biogenik, dimana depresi disebabkan
oleh
kurangnya
monoamine,
seperti

norepinephrine dan serotonin pada jalur tertentu


dalam otak. Adapun menurut teori menyatakan
bahwa mania disebabkan oleh produksi
berlebihan dari neurotransmitter. Dengan
demikian
maka
secara
teoritis
amine
menyebakan gangguan perilaku berupa depresi
ataupun mania (1).
Karakteristik dari epilepsi adalah
seizure, yang ditandai dengan pemberhentian
secara berkelanjutan dan dengan frekuensi
yang tinggi impuls oleh sekumpulan saraf di
otak. Efek pemberhentian impuls ini meluas atau
menyebar ke daerah otak yang lain (1).
Epilepsi secara umum merupakan
ganguan
abnormal
pada
sistem
saraf
(neurological) yang menyerang sekitar 1% dari
populasi manusia. Epilepsi merupakan penyakit
kronik yag ditandai dengan seizure atau kejangkejang
dan
biasanya
berepisode,
mengakibatkan ketidaksadaran atau amnesia.

Ada beberapa tipe epilepsi yang secara umum


belum diketahui penyebabnya (idiopathic
epilepsi), tetapi salah satu penyebabnya
diketahui karena trauma selama proses
kelahiran (2).
Ada 3 mekanisme utama dari obat-obat
antyepilepsi, yaitu peningkatan aksi GABA,
penghambatan fungsi kanal natrium, dan
penghambatan fungsi kanal kalsium dan
mekanisme lainnya meliputi penghambatan
pelepasan glutamate dan reseptor glutamate
(1).
Berdasarkan hal diatas maka dilakukan
percobaan ini untuk mengetahui mekanisme
kerja dan efek yang ditimbulkan oleh obat-obat
anticonvulsant dan antidepressant yang diujkan
tehadaphewan coba, yaitu mencit (Mus
musculus).
METODE KERJA
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah erlenmeyer,
handscoon, kanula, spoit 1 ml , timbangan,
toples, dan vial.
Bahan
yang
digunakan
adalah
amitriptilin , aquadest, fenitoin, imipramin,
luminal, NaCMC dan striknin.
Hewan coba yang digunakan pada
percobaan ini adalah mencit (Mus musculus).
Pembuatan Larutan Uji
Pembuatan fenitoin dilakukan dengan
cara menimbang sebanyak 15 mg fenitoin
kemudian dilarutkan dalam 50 ml NaCMC.
Pembuatan larutan amitriptilin dilakukan
dengan menimbang sebanyak 11 mg amitriptilin,
kemudian dilarutkan dalam 50 ml NaCMC.
Pembuatan larutan Imipramin dilakukan
dengan cara menimbang sebanyak 12 mg
Imipramin, kemudian dilarutkan dalam 50 ml
NaCMC
Pembuatan larutan NaCMC dilakukan
dengan cara menimbang sebanyak 2 gram
NaCMC, kemudian dilarutkan dalam 200 ml
aquadest.
Penyiapan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah
mencit (Mus musculus) sebanyak 30 ekor
dengan bobot badan yang bervariasi mulai dari
15 g- 35 g yang telah ditimbang serta dicatat

bobot badannya. Hewan uji dibagi menjadi 6


kelompok yang setiap kelompok menguji 6 ekor
mencit.
Kelompok
1
diberikan
fenitoin
(antikonvulsan), kelompok 2 diberikan luminal
(antikonvulsan) , kelompok 3 diberikan amitripilin
(antidepresan), kelompok 4 diberikan imipramin
(antidepresan), kelompok 5 diberikan NaCMC
(sebagai kontro negatif antidepressant dan
anticonvulsant) dan semua obat diberikan
melalui rute peroral.
Perlakuan Hewan Uji
Pemberian Obat Antikonvulsan
Mencit yang telah ditimbang dan dicatat
hasil timbangannya, kemudian diberikan obat
Fenitoin secara peroral dengan dosis 0,1 ml/10
g BB. Setelah itu, mencit dibiarkan selama 1 jam
kemudian diberikan obat Striknin sebagai
induksi kejang secara intraperitoneal. Onset
obat dihitung dari waktu pemberian Striknin
sampai mencit kejang. Durasi obat dihitung dari
waktu pemberian obat sampai kejang berhenti.
Mencit yang telah ditimbang dan dicatat
hasil timbangannya, kemudian diberikan obat
Luminal secara peroral dengan dosis 1 ml/100 g
BB. Setelah itu, mencit dibiarkan selama 1 jam
kemudian diberikan obat Striknin sebagai
induksi kejang secara intraperitoneal. Onset
obat dihitung dari waktu pemberian Striknin
sampai mencit kejang. Durasi obat dihitung dari
waktu pemberian obat sampai kejang berhenti.
Pemberian Obat Antidepresan
Mencit yang telah ditimbang dan dicatat
hasil timbangannya, kemudian diberikan obat
Amitripilin secara peroral dengan dosis 1 ml/100
g BB. Setelah itu, mencit dibiarkan selama 30
menit. Kemudian mencit dimasukkan ke dalam
toples yang telah berisi air (kurang lebih
setengah tinggi toples). Mencit dibiarkan di
dalam toples selama 6 menit, dengan 2 menit
pertama dibiarkan tanpa pengamatan dan 4
menit setelahnya dihitung durasi mencit tidak
bergerak (Immobility Time).
Mencit yang telah ditimbang dan dicatat
hasil timbangannya, kemudian diberikan obat
Imipramin secara peroral dengan dosis 1 ml/100
g BB. Setelah itu, mencit dibiarkan selama 30
menit. Kemudian mencit dimasukkan ke dalam
toples yang telah berisi air (kurang lebih

setengah tinggi toples). Mencit dibiarkan di


dalam toples selama 6 menit, dengan 2 menit
pertama dibiarkan tanpa pengamatan dan 4
menit setelahnya dihitung durasi mencit tidak
bergerak (Immobility Time).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan penelitian mengenai efek
antikonvulsan dari obat fenitoin dan fenobarbital
serta efek antidepresan dari obata amitropilin
dan obat imipramin, maka didapatkan data
sebagai berikut :
120
100
80
60
40
20
0

SS
1462.
2
31232
.8

Total

32694
.9

df

MS

731.1
3470.
3

0.211

Pval
ue
0.8
1

F
crit
4.2
6

11

Figure 1 : Anova Single factor Antikonvulsan

SUMMARY

48.3

Fenitoin Luminal

Source of
Variation
Between
Groups
Within
Groups

Anova: Single
Factor

103.6

96.3

ANOVA

Kontrol

Grafik 1 : Obat Antikonvulsan

100
80
60
40
20
0

Groups

Count

96

110

106

Su
m
30
7
19
8
27
0

Avera
ge

Varian
ce

76.75

1799.6

49.5

627.7

67.5

337

ANOVA

Grafik 2 : Obat Antidepressant

Source of
Variation
Between
Groups
Within
Groups

SS
1536.
17
8292.
75

Total

9828.
92

df

MS

768.1

0.83

921.4

11

Figure 2 : Anova Single factor Antidepresan

Anova: Single Factor


SUMMARY
Groups

Count

Su
m

Avera
ge

74

410

102.5

60

361

90.25

25

302

75.5

Varian
ce
3972.3
3
3616.9
2
2821.6
7

Pembahasan
Berdasarkan
tabel
pengamatan,
didapatkan bahwa obat Luminal memiliki efek
antikonvulsan yang baik sebab berdasarkan
penelitian obat ini memiliki onset yang lebih
cepat dari pada Fenitoin. Hal ini dapat dilihat
dari durasi saat mencit mulai kejang sampai
kejang mulai berhenti dan berdasarkan hasil
Anova diperoleh hasil yang signifikan antara
fenitoin (0.81) dan Luminal (4.26) . Sedangkan
menurut pustaka luminal merupakan obat yang
menghambat efek dari GABA dan fenitoin

Pval
ue
0.4
7

F
cri
t
4.3

merupakan obat yang menghambat enzim


CYP2C dan CYP3A. Selain itu, obat Fenitoin
dan Luminal memberikan efek antikonvulsan
tanpa adanya pengaruh laiu pelarut obat
tersebut, yaitu NaCMC. Sebab durasi (onset)
mencit yang diberikan NaCMC lebih lama. Pada
percobaan ini, digunakan obat penginduksi
kejang yaitu striknin. Namun, obat ini
tidakmemberikan efek kejang pada mencit yang
diteliti. Hal ini terjadi karena beberapa faktor,
salah satunya adalah dosis obat yang kurang
(tidaktepat) sehingga obat tidak berefek pada
mencit.
Pada mencit yang diberikan obat
antidepresan,
didapatkan
bahwa
obat
amitriptilin memiliki efek antidepresan yang baik
sebab obat berdasarkan penelitian obat ini
memiliki onset yang lebih cepat dari pada
imipramin dan berdasarkan hasil Anova single
faktor diperoleh hasil yang signifikan antara
amitriptilin
(0.47)
dan
imipramin
(4.3).
Sedangkan menurut pustaka , amitriptilni dan
imipramin merupakan obat antidepresan trisiklik.
Hal ini dapat dilihat dari durasi saat mencit diam

ketika ditaruh di wadah yang berisi air. Selain


itu, obat Amitriptilin dan Imipramin memberikan
efek antidepresan tanpa adanya pengaruh dari
pelarut obat tersebut yaitu NaCMC. Sebab onset
mencit yang diberikan NaCMC lebih lama.
KESIMPULAN
Dari
hasil
penelitian
ini,
dapat
disimpulkan bahwa luminal memiliki efek
antikonvulsan yang lebih baik dari pada fenitoin
dan amitropilin memiliki efek antidepresan yang
lebih baik dari pada imipramine. Parameter baik
atau tidaknya obat ditentukan dengan kecepatan
onset obat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rang,
H.P,
M.M
Dale.
2007.
Pharmacology 6th Edition. Hal. 558, 550
2. Richard,
dkk.
2002.
Modern
Pharmacology with Clinical Application
5th Edition. Hal 13, 361.

You might also like