You are on page 1of 13

Miskonsepsi dan Kontroversi Vaksin

Posted: May 27, 2011 in Kumpulan Tugas Kulia FKM


Tags: kontroversi vaksin, makalah kontroversi vaksin, makalah miskonsepsi
vaksin, masalah kontroversi vaksin, masalah miskonsepsi vaksin, miskonsepsi vaksin
BAB I
PENDAHULUAN
1.

A.

Latar Belakang

Tak dapat di ragukan bahwa imunisasi telah membawa perubahan yang sangat dramatik di dunia
kedokteran. Suatu program kesehatan yang paling efektif dan efisien dalam menurunkan angka
kematian dan angka kesakitan. Namun demikian, ternyata masih banyak kontroversi yang
berasal dari faktor program imunisasi, vaksin atau resifien yang menerima imunisasi. Pada suatu
saat masalah tersebut menjadi sangat intens, pada saat lain menyurut tergantung pada adanya
pemicu yang timbul di masyarakat. Masalahnya semakin mencuap, karena imunisasi dilakukan
pada anak yang sehat, sehingga bila terjadi reaksi betapapun kecilnya, akan memicu rasa tidak
aman pada orang tua. Cara pemberian imunisasi sebenarnya menirukan kejadian sakit karena
suatu infeksi secara alamiah, sehingga menimbulkan infeksi ringan yang tidak berbahaya,
namun cukup menyiapkan respon imun dan kekebalan. Dengan demikian, apabila ada paparan
penyakit yang sesungguhnya anak tidak menjadi sakit. Di masyarakat sering terdengar pendapat
yang salah atau misskonsepsi mengenai imunisasi. Tidak jarang di jumpai orang tua yang ragu
atau bahkan menolak imunisasi dengan berbagai alasan. Ketakutan atau penolakan imunisasi
mungkin berdasarkan pandangan religi, filosofi tertentu, anggapan imunisasi sebagai intervensi
pemerintah. Alasan lain adalah berhubungan dengan keamanan dan evikasi vaksin atau
pandangan bahwa penyakit yang dapat dicegah oleh vaksinasi tidak menimbulkan masalah
kesehatan yang berbahaya.
Keraguan tentang manfaat dan keamanan imunisasi perlu ditanggapi secara aktif. Apabila
orang tua mendapat jawaban akurat dan informasi yang benar, maka orang tua dapat membuat
keputusan yang benar tentang imunisasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Konsep imunisasi pada dasarnya adalah menggugah respon tubuh dengan sengaja, agar
anak kebal terhadap paparan penyakit yang di tuju di kemudian hari. Pada perjalanan sejarah
imunisasi, keseimbangan antara imunitas dan reaktogenitas ini sering berubah-ubah, tergantung
pada vaksin maupun interaksi yang terjadi antara vaksin dan resipiennya. Perubahan
keseimbangan ini dapat memicu kontoversi imunisasi, terutama bila skala besaran progaram
menjadi sangat besar, misalnya imunisasi global. Meskipun proporsi reaktogenitas tetap, namun
basaran program menyebabakan jumlah kasus menjadi lebih menonjol, dan menjadi lebih
menakutkan.
Imunisasi jangan hanya diperlakukan sebagai upaya klinik saja namun harus di pandang
sebagai tindakan epidemiologik dan dinilai keberhasilannya dengan parameter epidemiologik,
yaitu berapa banyak kasus dan berapa banyak penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi.
Masalah epidemologi yang berbeda pada setiap benua bahkan setiap negara, mengakibatkan
perbedaan kebutuhan akan imunisasi. Beban penyakit disuatu negara atau region tertentu
merupakan acuan utama pada saat kita merencanakan dan memutuskan upaya imunisasi.
Selanjutnya berkembang praktek imunisasi yang menekankan pada perlindungan individu,
selaras dengan konsep penghargaan pada individu di negara barat. Praktek imunisasi
menggunakan segala teknologi kedokteran yang ada, vaksin yang efektif dan efisien, yang
menurunkan probabiltas kemungkinan menjadi sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
MISKONSEPSI DAN KONTROVERSI VAKSIN

1.

A. Miskonsepsi Vaksin
Miskonsepsi adalah kesalahpahaman/ pandangan sesorang yang salah terhadap sesuatu.
Miskonsepsi vaksin adalah kesalahpahaman seseorang tentang vaksin dan vaksinasi.
Kesalahpahaman tentang vaksin di antaranya ;

1.

1.

Penyakit telah menghilang sebelum vaksin di perkenalkan akibat perbaikan

sanitasi dan higienes


Pengamatan difteria dieropa setelah perang dunia II menunjukkan adanya insiden penyakit,
sejalan dengan perbaikan sanitasi dan higiene. Namun penurunan kejadian penyakit yang
permanen baru tampak setelah program imunisasi dijalankan secara luas. Kondisi sosial ekonomi
yang membaik mempunyai dampak positif bagi penyakit. Nutrisi yang cukup, penemuan anti
biotik dan pengobatan lain, telah meningkatkan angka harapan hidup bagi pasien. Kepadatan
penduduk yang berkurang, telah menurunkan transmisi penyakit.
1.

2.

Penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin telah tidak ada di negara

kita,sehingga anak tidak perlu di imunisasi.


Angka kejadian beberapa penyakit yang dapat di cegah oleh vaksin memang telah
menurun drastis.Namun kejadian penyakit tersebut masih cukup tinggi di negara lain,siapapun
termasuk wisatawan dapat membawa penyakit itu secara tidak sengaja dan dapat menimbulkan
wabah.
Hal tersebut serupa dengan KLB polio di indonesia pada tahun 2005 yang lalu.sejak tahun
1995,tidak ada kasus polio yang disebabkan oleh virus polio liar.virus polio selanjutnya
menyebabkan wabah merebak ke 10 provinsi,48kabupaten.Dari analisis genetik virus,diketahui
bahwa virus berasal dari afrika barat.
Dari pengalaman tersebut ,terbukti bahwa anak tetap harus mendapatkan imunisasi karena dua
alasan.Alasan pertama adalah anak harus di lindungi .meskipun resiko terkena penyakit adalah

kecil,bila penyakit masih ada,anak yang tidak terproteksi tetap masih dapat terinfeksi.alasan
kedua imunisasi anak penting untuk melindungi anak lain di sekitarnya.Terdapat sejumlah anak
yang tidak dapat di imunisasikan.dan sebagian kecil anak yang tidak memberi respon terhadap
imunisasi.
1.

3.

Vaksin MMR menyebabkan autisme

Autisme adalah kelainan perkembangan kronis yang di tandai dengan gangguan interaksi,
komunikasi serta perhatian dan aktifitas yang repetitif dan restiktif.
Peneliti menduga vaksin MMR menyebabkan IBD (inflamatory bowel syndrome)dan
menurunkan absorpsi vitamin dan nutrien esensial dari saluran cerna, yang selanjutnya
menimbulkan autisme. Hubungan kausal dalam penelitian ini,di nilai lemah dan mengandung
beberapa kekurangan. Kekurangan pertama adalah penelitian di lakukan pada pasien yang sangat
selektif yaitu yang di rujuk ke royal free hospital london; sehingga tidak mewakili populasi
pasien secara umum. Kelemahan yang terpenting adalah hubungan vaksin dan autisme di buat
berdasarkan ingatan orang tua.orang tua cenderung menghubungkan gangguan pertilaku dengan
kejadian yang mudah di ingat seperti imunisasi.
Telah yang di lakukan oleh pakar kanada dan WHO menyimpulkan bahwa dari data
epidemiologi yang ada saat sekarang tidak menunjukan adanya hubungan kausal antara virus
campak dan IBD.
1.

4.

Setelah imunisasi vaksin polio oral, bayi tidak boleh minum ASI selama

beberapa jam
Dalam masyarakat termasuk dikalangan paramedic ,terdapat isu bahwa setelah
imunisasi polio oral, pemberian ASI perlu ditunda untuk jangka waktu tertentu. Ada yang
menganjurkan untuk menunda 15 menit, ada yang menganjurkan penundaan sampai 1 jam .
Pendapat tersebut tidak beralasan , kenapa..? Karena efek asi pada serokonveksi terhadap vaksin
polio oral diteliti oleh john dan kawan-kawan, pada 300 bayi berusia 6-15 minggu di india. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa respon rate sama pada seluruh kelompok yang mendapat
ASI, tidak tergantung pada jadwal pemberian ASI. Dengan demikian , ASI tidak memperlihatkan
hambatan pada pembentukan anti body terhadap OPV pada bayi setelah periode neonatus.

1.

5.

vaksin menimmbulkan efek samping yang berbahaya, kesakitan,bahkan

kematian
vaksin merupakan produk yang sangat aman. Hampir semua efek samping vaksin bersifat ringan
dansementara, seperti nyeri di lengan pada bekas suntikan atau demam ringan. Besarnya resiko
harus di bandingkan dengan besarnya manfaat vaksin. Bila satu efek samping berat terjadi dalam
sejuta dosis vaksin namun tidak ada manfaat vaksin , maka vaksin tersebut tidak berguna. Fakta
menunjukan bahwa penyakit lebih banyak menimbulkan resiko komplikasi maupun kematian
pada anak di banding imunisasi. anak akan menderita lebih banyak sakit jika tidak mendapat
imunisasi.
1.

6.

Mayoritas Anak yang sakit telah di vaksinasi

Memang dalam suatu kejadian luar biasa (KLB) jumlah anak yang sakit dan pernah di imunisasi
mungkin lebih banyak dibandingkan jumlah anak yang sakit dan belim di imunisasi. Di
terangkan dengan dua faktor:
1.

Tidak ada vaksin yang efektif 100%


Supaya aman, maka bakteri atau virus dimatikan atau dilemahkan terlebih dahulu

1.

Jumlah anak yang di imunisasi lebih banyak di banding jumlah anak yang belum di
imunisasi di negara yang telah menjalankan program imunisasi.

1.

7.

Thimerosal menimbulkan gangguan perkembangan

Thimerosal merupakan preservasi (pengawet) vaksin yang mengandung etilmerkuri, suatu


senyawa organik yang dimetabolisme menjadi merkuri. Thimerosal mengandung 49,6 %
merkuri, dan berguna untuk mencegah kontaminasi bakteri dan jamur pada vaksin multidosis.
Thimerosal telah digunakan didalam vaksin ssejak tahun 1930an. Penelitian di Inggris yang
melibatkan lebih dari 13.000 anak yang mendapat vaksin mengandung thiomerosal,
menunjukkan bahwa tidak ada bukti tentang paparan thimerosal pada umur dini menimbulkan
efek buruk pada perkembangan saraf maupun psikologis.

1.

9.

Resiko efek samping yang berbahaya dan dapat membebani sistem imun.

Pemberian vaksin kombinasi (multipel) untuk berbagai penyakit pada waktu tertentu
meningkatkan
Anak-anak terpapar pada banyak antigen setip hari. Makanan dapat membawa bakteri yang baru
kedalam tubuh. Sistem imun juga akan terpapar oleh sejumlah bakteri yang hidup di mulut dan
hidung. Infeksi saluran napas bagian atas akan menambah paparan 4-10 antigen, sedangkan
infeksi streptokokus pada tenggorokan memberi paparan 25-50 antigen.Tahun 1994 institute
medicine menyatakan bahwa dalam keadaan normal. Penambahan jumlah antigen dalam vaksin
tidak mungkin akan memberikan beban tambahan pada sistem imun dan tidak bersifat
imunosupresif. Data penelitian juga menunjukan bahwa imunisasi simultan dengan vaksin
multipel tidak membebani sistem imun anak normal. Keuntungan pemberian vaksin kombinasi
adalah mengurangi jumlah suntikan yang di perlukan untuk malindungi anak terhadap penyakit
infeksi. Keuntungan lain adalah mengurangi biaya penyimpanan dan pemberian vaksin,
mengurangi biaya kunjungan ke fasilitas kesehatan dan menfasilitasi penambahan vaksin baru ke
dalam program imunisasi.
Kombinasi vaksin menjadi satu tidak meningkatkan efek samping secara keseluruhan. Vaksin
kombinasi misalnya dengan DtaP, frekuensi efek samping lebih rendah di banding vaksin di
berikan terpisah . Schmitt dkk membandingkan respon anti bodi dan efek samping vaksin pada
kelompok anak yang mendapat vaksin DtaP-HBV-IPV-Hib dalam satu suntikan dengan anak
yang mendapat HIB dalam suntikan berbeda.
Dua alasan praktis dalam memberikan beberapa vaksin dalam satu kunjungan,yaitu anak
mendapat perlindungan sedini mungkin dalam awal kehidupannya.Alasan lain adalah pemberian
vaksin simultan akan menghemat waktu dan biaya serta kurang traumatis bagi anak.
1.

10. Bila anak tidak demam setelah divaksinasi , berarti vaksinya tidak bekerja.
Perlu dibedakan antara imunogenitas vaksin dan reaktogenitas vaksin. Imunogenitas vaksin
adalah kemampuan vaksin tertentu membentuk imunitas atau kekebalan pada individu yang
menentukan daya proteksi vaksin. Reaktogenitas adalah respon tubuh yang tidak nyaman yang
timbul setelah imunisasi.

1.

B. Kontroversi Vaksin
Kontroversi adalah perdebatan; persengketaan; pertentangan
Kontroversi vaksin adalah perdebatan/ pertentangan/ persengketaan dalam masalah vaksin dan
vaksinasi.
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang diselenggarakan di Indonesia pada Agustus tahun lalu,
sempat bermasalah dibeberapa wilayah di Indonesia. Permasalahannya adalah beberapa daerah
tersebut (Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung dan Banten) menolak pemberian vaksin polio
karena diragukan kehalalannya. Dalam proses pembuatan vaksin tersebut menggunakan ginjal
kera sebagai media perkembangbiakan virus.
Masih banyak sekali jenis-jenis vaksin yang bersumber dari bahan-bahan yang diharamkan.
Seorang pakar dari Amerika mengatakan bahwa vaksin polio dibuat dari campuran ginjal kera,
sel kanker manusia, serta cairan tubuh hewan tertentu termasuk serum dari sapi, bayi kuda dan
ekstrak mentah lambung babi.
Di lihat dari segi bahan memang masih ada yang meragukan dalam proses pembuatan
vaksin. Namun dari segi manfaat, vaksinasi ini cukup efektif dalam menekat tingkat
terjangkitnya berbagai penyakit, khususnya yang berkaitan dengan serangan virus.

Di tengah kontroversi tersebut MUI telah menetapkan keputusan No 16 tahun 2005 yang
mengeluarkan fatwa kehalalan atas vaksin polio. Hal ini berkaitan dengan suatu kaidah usul fikih
yang mengatakan bahwa mencegah kemudharatan lebih didahulukan daripada mengambil
manfaatnya. Demikian alasan yang dijadikan dasar hukum pengambilan keputusan terhadap
kehalalan vaksin polio sekalipun diketahui bahwa vaksin tersebut disediakan dari bahan yang
meragukan. Dalam keadaan darurat, di mana vaksin halal belum ditemukan, maka hal itu bisa
dilakukan untuk mencegah mudharat yang lebih besar, yaitu terjangkitnya penyakit yang
membahayakan.
Beberapa Kontroversi tentang vaksin :
1.

1.

Pelaksanaan program imunisasi

Perbedaan pendapat sering kali terjadi di antara para ilmuwan dengan para penentu kebijakan
dimasa yang lampau dan bahkan sampai saat ini. Dari sejarah kita ketahui adanya pertentangan
program imunisasi di masyarakat, yaitu sejak masa pasteur mengenalkan imusasi rabies, sampai
keputusan imunisasi demam tifoid semasa perang boer dan banyak masalah lagi. Setelah perang
dunia II,vaksin berkembang sangat pesat, sejalan dengan berkembangnya teknologi biakan pada
sel hidup yang semula dianggap tidak etis. Untuk beberapa waktu kemampuan imunisasi
mencegah kejadian penyakit dan bahkan mampu menghilangkan penyakit cacar dari bumi. Tapi
pada tahun 2000-an masih banyak penentang imunisasi melalui media masa. Kelompok
penentang imunisasi pada saat ini menggunakan media maya (internet) untuk memicu isu-isu
anti imunisasi.
Masalah yang di lontarkan adalah:
Imunisasi yang diwajibkan pemerintah telah merampas hak warganegara untuk memilih tidak
diimunisasi (hak untuk sakit dan menjadi sumber penularan).Khusus di Indonesia, UU wabah
memberikan sanksi pada siapapun
penanggulangan wabah.
1.

2.

Vaksin dan keamanannya

yang melalaikan

atau menghalangi pelaksanaan

Vaksin adalah suatu bahan yang dapat merangsang kekebalan dan dibuat dengan
menggunakan teknologi kedokteran yang paling maju. Katz, 1999, menyebutkan vaksin
sebagai the best science can give, meskipun ada kelemahan dari metode imunisasi ini.
Kelemahan ini mungkin baru terungkap setelah vaksin digunakan dalam waktu yang lama.Vaksin
adalah subsanti biologik hidup yang aman sampai suatu saat dapat dibuktikan cacat, kontroversi
berasal dari:
1.

1.

Jenis dan bahan vaksin

Vaksin digolongkan menjadi beberapa jenis (vaksin hidup-mati,vaksin polisakarida, vaksin


rekombinan) dibuat dengan cara yang berbeda dan memberikan kelemahan yang berbeda pula.
Vaksin hidup paling banyak menuai tuduhan.
1.

2.

Bahan dalam vaksin

Bahan dalam vaksin terutama adalah bahan pengawet, bahan anti beku, bahan pewarna dan
bahan yang ikut dalam proses pembuatan vaksin. Bahan merkuri merupakan bahan yang paling
di gunjingkan merusak otak, seperti kasus minamata. Vaksin yang bebas merkuri adalah MMR,
OPV, campak, BCG dan HB yang dosis tunggal dan DtaP dosis tunggal. Bahan yang ada dalam
vaksin lainya adalah sisa formaldehid, etilen glikol bahan anti beku, gelatin dan glutamat pada
vaksin cair, dan sebagainya yang dianggap beracun.
Kandungan dalam Vaksin
Bahan-bahan tambahan yang terdapat dalam vaksin sebagai berikut (Alfatih, 2009) :
1.

Alumunium
Logam ini ditambahkan ke dalam vaksin dalam bentuk gel atau garam sebagai pendorong
terbentuknya antibodi. Alumunium telah dikenal sebagai penyebab kejang, penyakit alzheimer,
kerusakan otak dan dimensia (pikun). Logam ini biasanya digunakan pada vaksin-vaksin DPT,
DaPT dan Hepatitis B.

2.

Benzena Khlorida

Benzetonium adalah bahan pengawet dan belum dievaluasi keamanannya untuk dikonsumsi oleh
manusia. Biasa digunakan sebagai campuran vaksin anthrax terutama diberikan kepada para
personil militer.
1.

Etilen Glikol
Biasa digunakan sebagai bahan utama produk antibeku dan digunakan sebagai pengawet vaksin
DaPT, polio, Hib dan Hepatitis B.

1.

Formaldehid
Bahan kimia yang terkenal sebagai zat karsinogenik (penyebab kanker) yang biasanya digunakan
dalam proses pengawetan mayat, fungisida/insektisida, bahan peledak dan pewarna kain. Selain
beracun, menurut Sir Graham S. Wilson pengarang buku The Hazards of Immunization, formalin
tidak memadai sebagai pembunuh kuman sehingga maksud penggunaannya sebagai penonaktif
kuman dalam vaksin menjadi tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya adalah kuman yang
seharusnya dilemahkan dalam vaksin tersebut malah menguat dan menginfeksi penggunanya.

1.

Gelatin
Bahan yang dikenal sebagai alergen (bahan pemicu alergi) ini banyak ditemukan dalam vaksin
cacar air atau MMR. Bagi kaum Muslim, gelatin menimbulkan isu tambahan karena biasanya
bahan dasarnya berasal dari babi.

1.

Glutamat
Bahan yang digunakan dalam vaksin sebagai penstabil terhadap panas, cahaya dan kondisi
lingkungan lainnya. Bahan ini banyak dikenal sebagai penyebab reaksi buruk kesehatan dan
ditemukan pada vaksin varicella.

1.

Neomisin

Antibiotik ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan kuman di dalam biakan vaksin.
Neomisin menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang dan sering ditemukan dalam vaksin
MMR dan polio.
1.

Fenol
Bahan yang berbahan dasar tar batu bara yang biasanya digunakan dalam produksi bahan
pewarna non makanan, pembasmi kuman, plastik, bahan pengawet dan germisida.
Pada dosis tertentu, bahan ini sangat beracun dan lebih bersifat membahayakan daripada
merangsang sistem kekebalan tubuh sehingga menjadi berlawanan dengan tujuan utama
pembuatan vaksin.

1.

Streptomisin
Antibiotik ini dikenal menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang dan biasa ditemukan
dalam vaksin polio.

1.

Thimerosal atau Merkuri


Bahan yang sangat beracun yang selama beberapa puluh tahun digunakan pada hampir seluruh
vaksin yang ada di pasaran. Padahal timerosal/merkuri adalah salah satu bahan kimia yang
bertanggung jawab atas tragedi Minamata di Jepang yang menyebabkan lahirnya bayi-bayi yang
cacat fisik dan mentalnya

1.

Manfaat dan efikasi vaksin


Efikasi vaksin harus lebih besar dari reaktogenisitas vaksin, dinyatakan pada
perbandingan besaran outcome dan besaran reaksi imunisasi. Outcome atau komplikasi yang
terjadi pada penyakit campak di negara berkembang adalah kejadian pneumonia 1 kasus dari tiap
25 kasus klinik dan esefalitis satu kasus setiap 2000 kasus atau 500 kasus setiap 1.000,000
penderita. Pada imunisasi kemungkinan esefaliti kasus terjadi pada 1 kasus diantara 3.000,000
dosis.

1.

Kecenderungan Genetik yang Menyimpang


Tiap individu mempunyai probabilitas hidup dengan pola genetik yang menyimpang,
sehingga semakin tinggi cakupan imunisasi, semakin banyak pula populasi yang tercakup dalam
imunisasi yang mempunyai kecenderungan genetik tidak semestinya.

1.

3.

Respon imun penerima vaksin

Resipien atau penerima vaksinassi yang sangat berat atau yang pertahanan tubuhnya tidak
normal besar kemungkinan akan menjadi sakit atau menjadi karier sehat. Imunisasi polio oral
pada anak dengan efisiensi imun akan mengakibatkan penularan virus polio lebih lama dibanding
dengan anak normal. Banyak keadaan yang mempengaruhi kinerja vaksin dan terutama berakibat
pada rendahnya keberhasilan menggugah respon imun.
1.

4.

Adanya pemicu

Beberapa pemicu dasar diantaranya:

Reaksi neurologik
Beberapa vaksin diduga menyebabkan reaksi pada susunan syaraf. Reaksi ini sangat jarang dan
belum jelas patogenesisnya.
Vaksin dapat menimbulkan penyimpangan respon imun sebagai reaksi tubuh terhadap bahan
tambahan maupun bahan dasar vaksinnya sendiri. Reaksi pasca imunisasi terutama mengarah
pada hipersensitivitas. Reaksi pasca imun dapat diketahui kontraindikasi sebelum memberikan
vaksin.
Tips untuk menyelesaikan masalah kontroversi imunisasi

1.

1.

Penjelasan yang jujur

Penjelasan secara proaktif, diberikan pada setiap orang tua bayi yang akan diimunisasi dengan
vaksin tertentu, meskipun orang tua tidak menanyakannya secara aktif sehingga tercipta

komunikasi yang baik antara dokter dan orang tua. Penjelasan mencakup manfaat imunisasi dan
efek samping (jika ada).
1.

2.

Menunjukkan empati dan perhatian yang besar

Orang tua bayi harus diyakinkan bahwa dokter juga sangat memperhatikan dan membantu orang
tua dalam upaya membesarkan anak sehingga akan memperkuat kepercayaan orang tua terhadap
dokter dalam imunisasi
1.

3.

Membekali diri dengan pengetahuan

Mengetahui pokok-pokok dasar imunnisasi, termasuk di antaranya tentang sifat tiap vaksin yang
digunakan.

You might also like