Professional Documents
Culture Documents
A. Hasil
1. Proses Jalannya Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal 1 Desember 2014 hingga
Maret 2015. Sebelumnya studi pra-penelitian terlebih dahulu dilakukan untuk
menemukan kasus yang sesuai dengan kriteria penelitian. Dari studi prapenelitian diperoleh sumber informasi (informan) yang sesuai dengan kriteria
yang sudah ditentukan sebelumnya. Pertemuan dengan informan tersebut
berlangsung secara tidak sengaja karena terjadi dalam kesempatan informal
ketika yang bersangkutan menceritakan tentang kehidupan pribadi yang
pernah mengalami kekerasan seksual. Peneliti bertemu dengan responden di
salah satu perguruan tinggi di purwokerto.
2. Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini informan diberi nama samaran Mawar.
Peneliti mengenal Mawar sejak tahun 2012, namun kedekatan pertemanan
dengan informan berlangsung diakhir tahun 2013. Pada suatu kesempatan
Mawar menceritakan tentang kehidupan pribadinya kepada peneliti. Topik
yang di ceritakan menjadi lebih menarik lagi karena menyangkut masalah
yang sangat pribadi. Berawal dari perjumpaan tersebut maka peneliti meminta
izin untuk menulis pengalaman Mawar pada sebuah penelitian dan meminta
persetujuan kepada Mawar. Wawancara pertama dilakukan di salah satu
tempat makan di daerah Purwokerto. Pada kesempatan itu, Mawar
mengenakan kaos oblong lengan panjang dan celana pendek (celana dengan
panjang di atas lutut) serta sandal jepit berwarna hitam. Rambutnya digerai
dan dengan wajah yang ramah. Mawar tampak masih muda dengan badannya
yang agak gempal dan agak tinggi sekitar 160cm dan berat badan sekitar
60kg. Kulitnya kuning langsat dan matanya agak sipit.
Ketika pertama kali datang menemui Mawar, ia menunjukan sikap
sopan dan ramah kepada peneliti, meskipun pada awalnya Mawar sedikit
terkejut atas kedatangan peneliti. Setelah mendapatkan penjelasan tentang
maksud dan tujuan dari peneliti, Mawar pun menyetujui untuk diwawancarai
oleh peneliti. Pertemuan pertama ini dimaksudkan agar peneliti lebih akrab
dengan Mawar dan diharapkan agar dapat lebih cair pada wawancara
selanjutnya. Ketika peneliti mulai bertanya mengenai Mawar, ia tampak
tenang dan mulai dapat bercerita. Raut mukanya menunjukkan wajah senang
dan ramah. Mawar memberikan tanggapan yang positif kepada peneliti. Ia
mulai menanyakan beberapa hal yang mengganjal seperti identitas dan foto
dirinya serta meminta kepada peneliti agar identitasnya tidak dicantumkan
selanjutnya, ia memperbolehkan mengambil foto luka bekas kekerasan tetapi
tidak mengijinkan mengambil foto bagian wajah Mawar. Peneliti kemudian
meminta nomer kontak yang dapat dihubungi untuk meminta informasi lebih
lanjut dan membuat janji dengan Mawar dikemudian hari.
Mawar merupakan salah satu mahasiswa perguruan tinggi di
Purwokerto dengan usia 24 tahun. Ia tinggal di sebuah rumah
kost di
Purwokerto kaerna yang bersangkutan berasal dari luar kota. Menurut temantemannya, Mawar merupakan salah satu mahasiswa yang cukup berprestasi di
tempat ia belajar, indeks prestasi mawar saat ini adalah diatas 3. Bagi teman-
anaknya lahir, Mawar dan suaminya memutuskan untuk bercerai. Saat ini,
anak mawar bersama orang tua Mawar (neneknya) tinggal di kota asal Mawar.
Walaupun sudah berpisah, mantan suami Mawar masih tetap diperkenankan
untuk menengok anaknya. Mantan suami mawar masih berkomunikasi dengan
ibu Mawar namun tidak dengan mawar, dia tidak pernah menghubungi mawar
sama sekali, jadi setiap apapun komunikasi dengan mawar melalui perantara
ibunya mawar.
Saat peneliti menanyakan beberapa hal tentang kekerasan yang
dilakukan oleh suaminya, sejenak Mawar diam, namun setelah itu menjawab
pertanyaan dengan lancar. Mimik muka mawar menunjukkan rasa penyesalan
dan kesedihan. Disaat itu Mawar juga mengatakan yang udah yaudah ga
perlu di sesali itu buat pelajaran kita. Saat wawancara pun setiap ia
menjawab diselingi dengan senyumandan tawa kecil.
Proses pelaksanaan wawancara telah dirangkum pada tabel Pelaksanaan
Penelitian.
Infor
man
I
Tempat
Wawancara
Ke
Di
Pertama
sebuah
Kedua
tempat
Ketiga
makan di Keempat
purwoke Kelima
rto
Via Tlpn
Keenam
Pelaksanaan
Waktu
wawancara
1 Des 2014 20.0010
Des 22.30
2014
21.0012
Des 22.25
2014
19.2414 Jan
21.45
2015
22.005 Feb 2015 23.50
21.0000.00
3 maret
2015
Lama
wawancara
07:34
Menit
05:46
Menit
10:12
Menit
10:50
Menit
06:35
Menit
16.1516.30
05:00
menit
3. Tema Penelitian
Pada penelitian ini didapatkan beberapa tema dampak psikologis individu
korban kekerasan seksual di antaranya meliputi :
a. Terpaksa Melakukan Hubungan Seksual
Hubungan seksual pertama kali yang dialami mawar dengan
pasangannya dilakukan tanpa sadar, karena sebelumnya Mawar dan
pasangannya telah meminum minuman keras. Hubungan seksual yang
pertama memicu pasangan Mawar untuk melakukan hubungan seksual
yang kedua kalinya secara sadar, tetapi Mawar menolak dengan tegas
ajakan pasangannya tersebut. Pasangan Mawar pun marah dan mengancam
untuk berhubungan seksual dengan wanita lain selain Mawar. Akhirnya
karena Mawar merasa sayang dan tidak ingin kehilangan pasangannya,
Mawar pun bersedia untuk melakukan hubungan seksual untuk kedua
kalinya. Berikut ini adalah petikan wawancaranya.
Terus dia bilang kalo ga mau ya mending dia....gue harus, jadi
istilahnya gini,, gue ga bisa ngasih yang dia mau dia bakal nyari itu ke
cewe lain kayak gitu. Nah posisinya gue gimana ya ....cewe udah di
ambil keprawanannya sama cowo kan jadinya kan,,,kayaak? yaa kaya
cintaayaa ga mau kehilangan (L157-L163).
Akhirnya gue kan posisinya ya dari pada dia ke cewe lain mending dia
sama gue,,,akhirnya ya udah gue lakuin lagi. (L166-L167).
suaminya hubungan seksual tetapi pada saat itu Mawar sedang hamil,
sehingga dia menolak dengan tegas. Pasangan Mawarpun marah dan dia
langsung menyeret mawar masuk kamar dan memaksa mawar
melakukan hubungan seksual dengan cara sodomi. Berikut ini adalah
petikan wawancaranya.
Heeem iya.. terus jadi gue ga mau tuh waktu itu, dia maksa gue buat
ngelakuin hubungan seks tapi gue ga mau. Terus akhirnya gue ga ma uterus
akhirnya gue dipaksa di gampar, dipaksa bener-bener dipaksalah yang gue
bajunya dicopotin gitu, dipaksa ( L255-L259).
nah terus sampai akhirnya dia berusaha sorry ya bahasanya anal seks/
sodomi ( L270).
Selain itu, Mawar juga berpikir tentang anaknya. Dia merasa bingung
dan sedih ketika suatu saat nanti anaknya menanyakan tentang hubungan
kedua orang tua.
tapi juga gue kadang kalo liat anak gue sedih,,,bingung maksudnya
nanti kan anak gede nanya bapaknya kemana?....Kok pisah sama
ibunya?...gue kadang suka bingung, nanti jelasinya apa ke anak gue,
(L296-L297).
Mawar pun sempat dilarikan ke rumah sakit karena syok dan kondisinya
mengalami drop. Pihak keluarga Mawarpun kemudian meminta pacaar
Mawar dan keluarganya untuk datang menemui keluarga Mawar.
Hal baikpun ditunjukkan oleh pihak keluarga Mawar. Pikiran negatif
yang selama itu Mawar pikirkan ternyata tidak terjadi. Meskipun keluarga
Mawar kecewa, tetapi keluarga Mawar tidak menyalahkan Mawar dan
justru memberikan perhatian lebih kepada mawar. Mawar pun merasa
senang mengetahui bahwa keluarganya tidak menyalahan dan justru
mmberikan perhatian lebih kepadanya.
Terus ternyata nyokap gue ga Alhamdulillah sih engga, (L334)
kaka gue Cuma bilang ya udah .... yang udah ya udah sekarang lo
urusin anak lo sama laki lo sama kuliah yang bener. (L460-L461)
gue di tanyain udah pernah control ke dokter apa belom,,,udah pernah
minum vitamin apa belom,,,terus gue di tanyain ngidam apa engga gitu
gitu... Fine sih, so far gue seneng banget punya keluarga kaya keluarga
gue (L345-L348)
Mawar selalu mendapat motivasi dari ibunya ketika mawar sedang dalam
masalah, ibunya selalu mengatakan setiap orang punya kesalahan
masing-masing, dan masa depan orang ga ditentuin dari pandangan orang
lain. Itulah yang menjadi motivasi bagi mawar dan melihat orang tuanya
yang berjuang membiayai mawar juga menjadi salah satu motivasi dia
tetap bertahan dan melanjutkan kuliah sampai saat ini.
B. PEMBAHASAN
1. Dampak Psikologis Individu Kekerasan
a. Kekerasan seksual
Menurut Lawson (2007) kekerasan atau abuse terdiri dari empat
macam, salah satunya adalah sexual abuse atau kekerasan seksual.
Kekerasan seksual atau sexual abuse memiliki pengertian setiap
perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan
hubungan seksual dengan cara yang tidak wajar dan atau tidak disukai,
pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersil
dan atau tujuan tertentu. Ada pun kekerasan seksual menurut Winarno
(2003) antara lain mencangkup pelecehan seksual hingga pada
pemaksaan seseorang, hubungan seksual tanpa persetujuan korban,
atau ketika korban tidak menghendaki dan Melakukan hubungan
seksual dengan cara-cara yang tidak wajar atau tidak disukai korban.
Hal ini sama dengan hasil yang di dapatkan dalam penelitian, yakni
mawar mengalami hal yang sama seperti di jelaskan oleh Lawson dan
Winarno. Mawar mengalami kekerasan seksual atau seksual abuse
yang diantaranya mawar di paksa melakukan hubungan seksual
dengan cara yang tidak wajar dan sebelum melakukan hubungan
seksual mawar di cekoki minuman keras sampai mabuk. Selain itu
pada saat hamilpun mawar di paksa untuk melakukan hubungan
seksual, sampai akhirnya mawar mendapat perlakuan kasar dan
disodomi oleh suaminya.
Menurut Rifka Annisa Womens Crisis Center bahwa segala bentuk
pemaksaan hubungan seksual disebut sebagai pemerkosaan. Bentuk
pemerkosaan tidak selalu persetubuhan akan tetapi segala bentuk
serangan atau pemaksaan yang melibatkan alat kelamin. Oral seks,
anal seks (sodomi), perusak alat kelamin perempuan dengan benda
adalah juga perkosaan. Perkosaan juga dapat terjadi dalam sebuah
pernikahan. Menurut Warshaw definisi perkosaan pada sebagian besar
negar memiliki pengertian adanya serangan seksual dari pihak lakilaki dengan menggunakan penisnya untuk melakukan penetrasi ke
dampak
tersendiri
bagi
mawar
sehingga
besar
laki-laki
sejak
kanak-kanak
disosialisasikan
untuk
Selanjutnya,
suami/pelaku
cenderung
melakukan
takut
pihak
keluarga
menyuruhnya
untuk
mengugurkan
saat itu sedang dalam keadaan terpuruk. Hal ini lah yang membuat Mawar
terus berjuang dan bersemangat dalam menjalani hidupnya.
Menurut Fuadi (2011) segala sesuatu baik itu dampak psikologis
maupun fisik selalu diawali oleh sistem kerja kognisi. Sistem kognisi ini
akan berpengaruh pada peasaan dan tindakan. Sistem kognisi yang negatif
ini akan membuat individu memiliki pola pikir negatif dan kemudian
menyebabkan negative belief. Sistem kognisi yang mendapatkan
dukungan sosial dari keluarga maupun lingkungan sosial, subyek berupaya
untuk memanipulasi kognisinya untuk menghindari dan melakukan
penyangkalan bahwa yang terjadi tidaklah seburuk apa yang dipikirkan.
Menurut pasal 35 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 40 Tahun 2011 tentang pembinaan, pendampingan, dan pemulihan
terhadap korban kekerasan seksual atau pelaku pornografi. Salah satu cara
untuk pemulihan korban atau rehabilitasi adalah dengan memberikan
motivasi
dan
diagnosis
psikososial
(Simarmata,
2013).
Proses
Lingkungan
Individu mengalami kekerasan
Keluarga
Dampak Negatif
Self defence
Kurang Percaya Diri
sensitive
Dampak Positif
Kuliah berprestasi
Punya teman banyak
C. Keterbatasan Penelitian
1. Instrumen penelitian pada penelitian kualitatif ini adalah peneliti. Bekal
wawasan teori dan pengalaman peneliti sangat berpengaruh pada hasil
penelitian ini. Pada penelitian ini, peneliti masih banyak kekurangan baik
dari pengetahuan maupun dalam menganalisis hasil penelitian.
2. Proses pengambilan data dilakukan ketika informan sedang menjalani
kegiatan akademik yang cukup padat dan sempat pulang untuk berlibur,
sehingga peneliti tidak bisa leluasa untuk melakukan wawancara dengan
informan.
3. Tidak adanya orang terdekat dari korban baik dari keluarga maupun teman
dekat yang terlibat dalam penelitian peneliti, sehingga informasi yang
didapatkan hanya dari satu pihak.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa terdapat tema-tema penelitian sebagai berikut :
1. Korban kekerasan seksual pada penelitian ini mengalami perasaan tertekan
oleh keadaan, merasa putus asa, perasan terpaksa karena rasa tidak ingin
keilangan orang yang dicintai, menjadi lebih selektif dan sensitif,
perasangka negatif terhadap dirinya sendiri, serta merasa kebebasan
menjadi terbatas.
2. Korban kekerasan
seksual
mendapatkan
pandangan
negatif
dari
kekerasan seksual.
Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh korban kekerasan seksual
untuk dapat menjalani kehidupannya dan mengembalikan semangat
hidupnya serta kembali ke masyarakat seperti semula.
B. Saran