You are on page 1of 7

TUGAS PERBAIKAN MATERIKULASI

MATERI GIZI
KEKURANGAN VITAMIN A

OLEH:
KHUNTO AJIE W.
101414153013

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM MAGISTER FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2014

KEKURANGAN VITAMIN A
Pendahuluan
Defisiensi vitamin A diperkirakan mempengaruhi jutaan anak di seluruh
dunia. Sekitar 250.000-500.000 anak-anak di negara berkembang menjadi buta
setiap tahun karena kekurangan vitamin A, dengan prevalensi tertinggi di Asia
Tenggara dan Afrika. Dengan tingginya prevalensi kekurangan vitamin A, WHO
telah menerapkan beberapa inisiatif untuk suplementasi vitamin A di negaranegara berkembang. Beberapa strategi termasuk asupan vitamin A melalui
kombinasi pemberian ASI, asupan makanan, fortifikasi makanan, dan suplemen.
Meskipun sejak tahun 1992 Indonesia dinyatakan bebas dari xeropthalmia,
akan tetapi masih dijumpai 50% dari balita mempunyai serum retinol <20
mcg/100 ml. Tingginya proporsi balita dengan serum retinol <20 mcg/100 ml ini
menyebabkan anak balita di Indonesia berisiko tinggi untuk

terjadinya

xeropthalmia dan menurunnya tingkat kekebalan tubuh sehingga mudah terserang


penyakit infeksi (Azwar, 2004).
Kekurangan vitamin A (KVA) dikenal sebagai buta senja atau
xerophtalmia (mata kering) yang dapat berlanjut pada kebutaan. Sejak tahun
1980-an, diketahui terjadi peningkatan angka kematian balita yang kurang vitamin
A, bahkan sebelum terlihat tanda-tanda xerophtalmia. Kurang vitamin A dapat
menyebabkan balita menjadi balita rentan terhadap penyakit infeksi (Baliwati dkk,
2010).
Selain itu, kekurangan vitamin A dapat menyebabkan peradangan pada
kulit (dermatitis) dan meningkatkan kemungkinan terkena infeksi. Beberapa
penderita mengalami anemia. Pada kekurangan vitamin A, kadar vitamin A dalam
darah menurun sampai kurang dari 15 mikrogram/100mL (kadar normal 20-50
mikrogram/100mL).

Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Vitamin A
Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak, dan merupakan
vitamin yang esensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup
(Almatsier, 2003, hlm. 153). Vitamin A adalah suatu zat gizi yang sangat penting
bagi manusia, karena zat gizi ini tidak dibuat oleh tubuh, jadi harus dipenuhi dari
luar tubuh berupa makanan yang dikonsumsi ( Hassan, 2002, hlm. 344 ).Vitamin
A juga merupakan vitamin yang berfungsi bagi pertumbuhan sel sel epitel, dan
sebagai pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf dan mata (Notoatmodjo,
2003, hlm. 196).
2. Manfaat Vitamin A
a. Penglihatan
Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya remang. Bila
kita dari cahaya terang diluar kemudian memasuki ruangan yang remang-remang
cahayanya, maka kecepatan mata beradaptasi setelah terkena cahaya terang
berhubungan langsung dengan vitamin A yang tersedia didalam darah. Tanda
pertama kekurangan vitamin A adalah rabun senja. Suplementasi vitamin A dapat
memperbaiki penglihatan yang kurang bila itu disebabkan karena kekurangan
vitamin A.
b. Pertumbuhan dan Perkembangan
Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang
membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin A,
pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Pada anak anak
yang kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan dalam pertumbuhannya. Dimana
vitamin A dalam hal ini berperan sebagai asam retinoat.
c. Reproduksi
Pembentukan sperma pada hewan jantan serta pembentukan sel telur dan
perkembangan janin dalam kandungan membutuhkan vitamin A dalam bentuk
retinol. Hewan betina dengan status vitamin A rendah mampu hamil akan tetapi
mengalami keguguran atau kesukaran dalam melahirkan. Kemampuan retinoid
mempengaruhi perkembangan sel epitel dan kemampuan meningkatkan aktivitas

sistem kekebalan diduga berpengaruh dalam pencegahan kanker kulit,


tenggorokan, paru-paru, payudara dan kandung kemih.
d. Fungsi Kekebalan
Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada manusia.
Dimana kekurangan vitamin A dapat menurunkan

respon

antibody

yang

bergantung pada limfosit yang berperan sebagai kekebalan pada tubuh seseorang
(Almatsier, 2003, hlm. 158 161 ).
3. Sumber-Sumber Vitamin A
Vitamin A yaitu karoten terdapat dalam berbagai macam makanan. Daging
merah hati, susu, full cream, keju, mentega merupakan makanan yang tinggi
retinol. Sayur dan buah-buahan berwarna hijau dan kuning seperti wortel, sayur
hijau seperti daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang,
buncis, tomat, jagung kuning, pepaya, mangga, nangka masak, jeruk, buah peach,
apricot dan minyak sayur, yaitu minyak kelapa sawit

yang berwarna merah

merupakan makanan yang tinggi karoten ( Hidayat, 2005, hlm. 91 ).


4. Tanda dan Gejala Kekurangan Vitamin A
Kekurangan vitamin A sering terjadi pada anak balita. Gangguan pada
mata dapat terjadi dalam beberapa tahap, tergantung berat ringannya defisiensi
vitamin A, terganggunya kemampuan untuk beradaptasi dan melihat dalam
kondisi gelap, xerophthalmia, hingga akhirnya mengalami kebutaan dapat terjadi.
Kornea mata terpengaruh secara dini oleh kekurangan vitamin A. kelenjar air mata
tidak mampu mengeluarkan air mata sehingga terjadi pengeringan pada selaput
yang menutupi kornea dengan tanda pemburaman. Pelapisan sel epitel kornea
yang akhirnya berakibat melunaknya dan bisa pecah yang menyebabkan kebutaan
total.Beberapa tanda dan gejala lain jika kekurangan vitamin A adalah kelelahan
yang sangat, anemia, kulit menjadi kering, gatal dan kasar. Pada rambut dapat
terjadi kekeringan dan gangguan pertumbuhan rambut dan kuku (Almatsier, 2003,
hlm. 162)
5. Akibat Kekurangan Vitamin A
Vitamin A juga berperan sebagai antioksidan yang mampu menyingkirkan
radikal bebas yang terdapat didalam membran lemak menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil. Penyebab primer adalah kekurangan vitamin A dan pembentukan

vitamin A dalam pengaturan makanan sehari-hari. Penyebab sekundernya adalah


terjadinya kegagalan dalam penggunaan vitamin A (Almatsier, 2003, hlm. 163 ).
Penyakit yang timbul akibat kekurangan vitamin A adalah Xeropthalmia yaitu
keadaan selaput ikat mata yang kering akibat kekurangan vitamin A (Notoadmojo,
2003, hlm. 201).
Pembahasan
Saat ini masalah gizi mikro yang dihadapi oleh Indonesia salah satunya
adalah kurang vitamin A (KVA). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti
Konsumsi sayuran yang masih kurang yang disebabkan karena sedikitnya sayuran
yang dikonsumsi oleh anak karena kebiasaan mereka yang kurang menyukai
sayuran. Sedang untuk jenis buah, selain memiliki harga relatif mahal,
kemampuan untuk membeli buah sangat rendah, juga sebagian besar tidak tersedia
untuk dikonsumsi sehari-hari.
Provitamin A yang terkandung dalam sayuran dan buah, terutama sayuran
dan buah yang berwarna kuning, biasanya dalam bentuk betakaroten. Sayuran
berdaun hijau tua merupakan sumber vitamin A yang lebih baik daripada sayuran
yang berwarna muda (Suhardjo dalam Arnitha, 2005). Sumber vitamin A sayuran
dan buah dalam keluarga bukanlah suatu hal yang jarang ditemui dalam susunan
makanan sehari-hari (Sediaoetama,1987) dalam (Arnitha,2005). Namun, pada
umumnya anak-anak kurang suka atau bahkan ada beberapa di antaranya yang
tidak suka mengonsumsi sayuran dan buah, padahal kebiasaan yang kurang baik
ini dapat mengakibatkan anak kekurangan vitamin-vitamin yang terdapat dalam
sayuran dan buah.
Kemudian kurangnya juga konsumsi daging dan telur, padahal kandungan
vitamin A pada daging dan telur termasuk tinggi. Provitamin A yang terkandung
dalam sumber hewani biasanya terdapat dalam bentuk retinol seperti susu,
mentega, keju, kuning telur, dan hati serta berbagai jenis ikan yang tinggi
kandungan lemaknya. Umumnya konsumsi sumber vitamin A hewani, yaitu
berasal dari ikan jenis ikan kering dan telur, sedang dari jenis daging sangat
jarang, ini disebabkan karena harga daging relatif mahal sehingga kemampuan
untuk membeli bahan makanan tersebut sangat rendah dan sebagian besar tidak

tersedia untuk dikonsumsi sehari-hari. Dibandingkan konsumsi ikan dan telur,


konsumsi ikan lebih rendah dari pada telur. Selain itu, adanya anggapan atau adat
kebiasaan dalam masyarakat yang beranggapan, bahwa banyak makan ikan akan
menyebabkan anak cacingan, padahal ikan merupakan sumber protein, yang
baik bagi kanak-kanak. Konsumsi sumber vitamin A dalam susunan hidangan
rakyat Indonesia pada umumnya sedikit karena lebih mahal harganya
(Sediaoetama,1987) dalam (Arnitha,2005). Dalam bahan makanan hewani,
sumber yang kaya akan vitamin A adalah Hati.
Kesimpulan
Untuk konsumsi vitamin A yang kurang disebabkan oleh tingkat sosial
ekonomi yang rendah, yang akan berpengaruh pada ketersediaan bahan makanan
dalam rumah tangga. Hal ini menunjukkan pada jenis makanan yang berasal dari
hewani, umumnya yang banyak dikonsumsi yaitu ikan dan telur, sedang jenis
daging jarang dikonsumsi.karena harga daging cenderung mahal. Sedangkan jenis
makanan yang berasal dari nabati, yang paling banyak adalah jenis sayuran daun
kelor dan bayam. Bahwa pada umumnya masyarakat mempunyai pengetahuan
atau pemahaman yang masih kurang tentang vitamin A sehingga mereka sama
sekali tidak tahu apa dan bagaimana, jika terjadi kekurangan vitamin A nantinya
pada anak mereka. Karena konsumsi sumber vitamin A di daerah ini sangat rendah
terutama untuk konsumsi sumber vitamin A hewani, maka perlu diadakan
peningkatan pendistribusian kapsul vitamin A secara optimal agar vitamin A nya
dapat tercukupi.
Kegiatan penanggulangan kekurangan vitamin A dilaksanakan dengan
intervensi kapsul vitamin A kepada anak balita melalui pendistribusian kapsul
vitamin A kepada anak balita melalui pendistribusian kapsul vitamin A oleh Dinas
Kesehatan kota maupun kabupaten ke semua Puskesmas yang ada, yang salah
satunya adalah Puskesmas, kemudian Puskesmas mendistribusikan vitamin A
tersebut ke setiap Posyandu di Kelurahan atau Desa melalui kader Posyandu dan
diberikan kepada balita setiap enam bulan sekali, yaitu bulan Februari dan
Agustus.

Daftar Pustaka
Alimul Hidayat,A. Aziz. (2005). Pengantar ilmu keperawatan anak I., Jakarta:
Salemba Medika.
Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Arifin, Arnitha. (2005). Studi Tingkat kecukupan Vitamin A melalui SUVITA
hewani Dan Suvita Sayuran pada anak Balita di Kelurahan Togo-togo, Kecamatan
Batang, Kabupaten Jeneponto. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin.
Azwar, Saifuddin. (2005). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Baliwati, Y, F. dan Retnaningsih, 2004. Kebutuhan Gizi. Dalam: Baliwati, Y.F.,
Khomsan A. dan Dwiriani C.M., Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Hassan, Rusepno. (2002). Ilmu kesehatan anak volume 1. Jakarta: Bagian
Kesehatan Anak FKUI
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta.
Sediaoetama, Achmad Djaeni. (1999). Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi.
Jakarta; Dian Rakyat.

You might also like