Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit
untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit
yang
menyebabkan
mortalitas
dan
malnutrisi
pada
anak.
meninggal. Kelompok ini setiap tahunnya mengalami kejadian lebih dari satu
kejadian diare.
Salah satu faktor yang menyebabkan masih tingginya angka kejadian penyakit
diare karena kurangnya mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
serta kurangnya Sarana Air Bersih pada masyarakat. Selain itu kondisi lingkungan
yang kurang baik di Desa Seuat Kecamatan Petir memberikan kontribusi dan
mendukung terjadinya penyakit diare.
Oleh karena itu dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah yaitu tingginya
angka kejadian penyakit diare serta apakah ada hubungan antara Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) dan Sarana Air Bersih
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Penyakit Diare
2.1.1. Definisi penyakit diare
Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang
frekwensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam
sehari) (Depkes RI, 2000). Sedangkan menurut Widjaja (2002), diare
diartikan sebagai buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik disertai
lendir dan darah maupun tidak. Hingga kini diare masih menjadi child killer
(pembunuh anak-anak) peringkat pertama di Indonesia. Semua kelompok usia
diserang oleh diare, baik balita, anak-anak dan orang dewasa. Menurut
Depkes (2010) diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume
keenceran, serta frekwensi lebih dari 3 kali sehari pada anak dan pada bayi
lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah. Menurut Mansjoer A
(2003), diare adalah buang air besar dengan konsistensi encer atau cair dan
lebih dari 3 kali sehari. Diare menurut Ngastiyah (2005) adalah keadaan
frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali sehari pada bayi dan lebih dari 3
kali sehari pada anak, konsistensi faeces encer, dapat berwarna hijau atau
dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
2.1.2. Etiologi
Menurut Widjaja (2002), diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi
(gangguan penyerapan zat gizi), makanan dan faktor psikologis.
1) Faktor infeksi Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama
diare pada anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang antara lain:
a) Infeksi oleh bakteri: Escherichia colin, Salmonella thyposa, Vibrio cholerae
(kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik
seperti pseudomonas. Infeksi basil (disentri),
b) Infeksi virus rotavirus.
c) Infeksi parasit oleh cacing (Ascaris lumbricoides),
d) Infeksi jamur (Candida albicans).
e) Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis dan radang
tenggorokan, dan
3
f) Keracunan makanan
2) Faktor malabsorpsi
Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi karbohidrat dan
lemak. Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis
dalam susu formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat,
tinja berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan malabsorpsi
lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida.
Triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi
micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan
mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak tidak terserap dengan baik.
3) Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,
beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang matang.
Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada
anak dan balita.
4) Faktor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan
diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada balita, umumnya terjadi pada anak
yang lebih besar.
2.1.3. Patofisiologi
Menurut Depkes (2010) proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh
berbagai kemungkinan, diantaranya:
1) Faktor infeksi Proses ini dapat diawali adanya mikroba atau kuman yang
masuk dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan
merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus
selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit atau juga dikatakan
bakteri akan menyebabkan sistem transporaktif dalam usus sehingga sel
Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara
terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan
gangguan metabolisme.
4) Diare
dengan masalah lain Anak yang menderita diare (diare akut dan diare
persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam,
gangguan gizi atau penyakit lainnya.
2.1.5. Tanda-tanda diare
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, tinja cair, warna tinja makin lama kehijauhijauan karena bercampur dengan empedu, anus dan daerah sekitar lecet,
ubun-ubun cekung, berat badan menurun, muntah, selaput lendir mulut dan
kulit kering (Ngastiyah, 2005).
2.1.6. Gejala diare
Menurut Widjaja (2000), gejala-gejala diare adalah sebagai berikut :
1) Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah.
2) Suhu badan meningkat,
3) Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah
4) Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu,
5) Lecet pada anus,
6) Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang,
7) Muntah sebelum dan sesudah diare,
8) Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah),
9) Dehidrasi (kekurangan cairan), dehidrasi ringan, dehidrasi sedang,
dehidrasi berat. Sebelum anak dibawa ke tempat fasilitas kesehatan untuk
mengurangi resiko dehidrasi sebaiknya diberi oralit terlebih dahulu, bila tidak
tersedia berikan cairan rumah tangga misalnya air tajin, kuah sayur, sari buah,
air the, air matang dan lain-lain.
2.1.7. Epidemiologi
Penyakit diare Menurut Depkes RI (2005), epidemiologi penyakit diare
adalah sebagai berikut: Penyebaran kuman yang menyebabkan diare. Kuman
penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui
makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan
tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman
enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tidak
6
BAB III
HASIL PENELITIAN
10
memiliki 1 Polindes dengan 1 tenaga Bidan Desa terdiri dari 5 (lima) Dusun
dengan jumlah Posyandu sebanyak 5 buah Posyandu.
Adapun batas wilayah administrasi Desa Sukomakmur adalah sebagai berikut :
Sebelah utara Desa Marga Jaya, sebelah timur Desa Marga Tani, sebelah selatan
Desa Maju Jaya dan sebelah barat Desa Randu Pitu dan Desa Sumber Jadi. Desa
Sukomakmur terdiri dari 1.292 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 4.499
jiwa, dengan perincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.259 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan sebanyak 2.240 jiwa. Penduduk Desa Sukomakmur
sebagian besar yaitu sebanyak 2.658 jiwa (59,07%) bekerja sebagai petani dan
buruh tani.
2) Karakteristik responden menurut umur.
Distribusi frekwensi responden menurut umur yang dikelompokkan menjadi 4
(empat) kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Distribusi Frekwensi
Responden Menurut Umur di Desa Sukomakmur Kecamatan Sumber Jadi
Kabupaten Sukolegowo Pada Bulan Juni 2011 Umur Frekwensi Persentase < 20
Tahun 5 6,58 20 - 30 Tahun 57 75,00 31 40 Tahun 14 18,42 > 40 Tahun 0 0,00
Jumlah 76 100 Sumber : Data primer Juni 2011. Bila dilihat dari umur
responden, Tabel 4.1 memberikan gambaran bahwa sebagian besar
responden yaitu sebanyak 57 orang (75,0%) berumur 20-30 tahun. 3)
Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan. Distribusi frekwensi
responden menurut tingkat pendidikan yang dikelompokkan menjadi 4 (empat)
kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 Distribusi Frekwensi Responden
Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sukomakmur Kecamatan Sumber Jadi
Kabupaten Sukolegowo Pada Bulan Juni 2011 Tingkat Pendidikan Frekwensi
Persentase SD 11 14,47 SMP / SLTP 30 39,47 SMA / SLTA 34 44,74 AKADEMI /
PT 1 1,32 Jumlah 76 100 Sumber : Data primer Juni 2011. Bila dilihat dari
tingkat pendidikan, Tabel 4.2 memberikan gambaran bahwa tingkat
pendidikan responden hampir setengahnya yaitu sebanyak 34 orang
(44,74%) adalah SMA/SLTA. 4) Karakteristik responden menurut jenis pekerjaan.
Distribusi frekwensi responden menurut jenis pekerjaan yang dikelompokkan
menjadi 5 (lima) kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.3 Tabel 4.3 Distribusi
11
frekwensi
responden
menurut
pengetahuan
tentang
diare
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.4 Tabel 4.4
Distribusi Frekwensi Responden Menurut pengetahuan tentang diare di Desa
Sukomakmur kecamatan Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo Pada Bulan Juni
2011 Pengetahuan Frekwensi Persentase Baik 51 67,1 Cukup 24 31,6 Kurang 1
1,3 Jumlah 76 100 Sumber : Data primer Juni 2011. Bila dilihat dari pengetahuan
responden tentang diare, Tabel 4.4 memberikan gambaran bahwa sebagian besar
responden yaitu sebanyak 51 orang (67,1%) berpengetahuan baik.
2) Karakteristik responden menurut kriteria perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS)
Distribusi frekwensi responden menurut kriteria PHBS dikelompokkan menjadi 2
(dua) kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.5 Tabel 4.5 Distribusi Frekwensi
Responden Menurut kriteria perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Desa
Sukomakmur kecamatan Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo Pada Bulan Juni
2011 Kriteria PHBS Frekwensi Persentase Sehat 44 57,89 Tidak sehat 32 42,11
Jumlah 76 100 Sumber : Data primer Juni 2011. Bila dilihat dari kriteria perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) responden, Tabel 4.5 memberikan gambaran
bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 44 responden (57,89%) termasuk
kriteria sehat.
12
5) Hubungan Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan Kejadian Diare
Pada Balita
Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada
balita di Desa Sukomakmur Kecamatan Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo
Pada Bulan Juni 2011 Kejadian Diare Kriteria Phbs Total Tidak Sehat % Sehat %
Jumlah % Diare 25 32,89 0 0 25 32,89 Tidak diare 7 9,21 44 57,89 51 67,11 Total
32 42,11 44 57,89 76 100 uji spearmans rho : p = 0,000 Sumber : Data primer
Juni 2011. Hasil uji spearmans rho menunjukkan bahwa nilai = 0,000 < 0,05,
13
artinya terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) dengan kejadian diare pada balita. Dibuktikan bahwa pada Tabel 4.8 dari
76 responden sebagian besar responden yaitu sebanyak 44 responden (57,89%)
termasuk kriteria sehat dan balitanya tidak mengalami kejadian diare.
3.2. Pembahasan
3.2.1. Pengetahuan responden tentang penyakit diare di Desa Sukomakmur
Kecamatan Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo.
Dari analisis data tentang pengetahuan responden terhadap penyakit diare dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 51 responden (67,1%)
berpengetahuan baik, hampir setengahnya yaitu 24 responden (31,6%)
berpengetahuan cukup dan sebagian kecil yaitu sebanyak 1 responden (1,3%)
berpengetahuan kurang. Pengetahuan yang baik dapat dipengaruhi dari tingkat
pendidikan responden yang sebagian besar adalah SMA/SLTA. Pendidikan
responden merupakan salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan
pengetahuan karena dengan pendidikan yang baik maka responden dapat
menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pencegahan penyakit
diare yang baik. Ini sesuai dengan pendapat Y.B. Mantra (2006) makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah juga orang itu menerima informasi, baik dari
media massa maupun dari orang lain. Usia responden antara 20-30 tahun yang
merupakan usia dewasa dimana pada usia ini dimungkinkan lebih banyak
berkumpul dan menyerap pengetahuan dari lingkungan dimana responden
berinteraksi dengan lingkungan. Semakin dewasa umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir (Huckluc, 1998 & dikutip
Nursalam, 2005).
3.2.2. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Desa Sukomakmur Kecamatan
Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo.
14
Dari data analisis tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) responden
dapat diketehui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 44 responden
(57,89%) termasuk kriteria sehat dan hampir setengahnya yaitu sebanyak 32
responden (42,11%) termasuk kriteria tidak sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) merupakan modal utama untuk pencegahan penyakit diare oleh karena itu
sangat penting artinya bagi masyarakat untuk mengenal cara-cara mencegah
penyakit diare sehingga tidak terjadi keparahan karena penyakit ini. Belum
maksimalnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Desa Sukomakmur
Kecamatan Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo hal ini dapat dipengaruhi oleh
masih beragamnya tingkat pendidikan responden, tingkat pendidikan yang rendah
akan lebih sulit untuk menerima suatu informasi dibanding dengan yang
berpendidikan lebih tinggi. Y.B. Mantra (1994) menyebutkan bahwa makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah juga orang itu menerima informasi, baik dari
media massa maupun dari orang lain. Hal ini sesuai degan apa yang disampaikan
oleh Notoatmodjo (2007) bahwa perilaku yang didasari oleh suatu pengetahuan
yang baik akan berlangsung lebih langgeng dan menghasilkan hal yang lebih baik
daripada perilaku yang tidak didasari oleh suatu pengetahuan Jenis pekerjaan
responden yang hampir setengahnya adalah buruh dan tidak bekerja, sehingga
kurang bisa saling berinteraksi satu sama lain untuk saling bertukar informasi
tentang masalah-masalah kesehatan sehingga program PHBS belum sepenuhnya
bisa diterima oleh seluruh lapisan Masyarakat. Menurut Sunaryo (2004)
disebutkan bahwa pengalaman langsung yang dialami individu terhadap obyek
sikap berpengaruh terhadap sikap individu terhadap obyek sikap tersebut. Selain
itu informasi yang diterima individu akan dapat menyebabkan perubahan sikap
pada diri individu tersebut. Azwar (2003) menyebutkan bahwa sikap terdiri dari
tiga komponen yaitu kognitif, afektif dan konatif. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap
terhadap hal tersebut. Orang lain dan budaya juga merupakan faktor
pembentukkan sikap seseorang.
15
3.2.3. Kejadian diare pada balita di Desa Sukomakmur Kecamatan Sumber Jadi
Kabupaten Sukolegowo.
Dari data analisis tentang kejadian diare pada balita dapat diketehui bahwa
sebagian besar responden yaitu sebanyak 51 responden (67,11%) balitanya tidak
mengalami kejadian diare dan hampir setengahnya yaitu sebanyak 25 responden
(32,89%) balitanya mengalami kejadian diare. Berdasarkan hasil kuisioner tentang
kepemilikan jamban dari 76 responden hampir setengahnya yaitu sebanyak 21
responden (27,6%) tidak memiliki atau tidak menggunakan jamban dan dari
kuisioner tentang jarak sumber air dengan jamban hampir setengahnya yaitu
sebanyak 23 responden (29,3%) jarak kurang dari 10 meter. Penyakit diare adalah
penyakit yang bisa menyerang siapa saja dan merupakan penyakit menular
sehingga siapapun beresiko untuk terkena penyakit diare apalagi bila tidak
ditunjang dengan perilaku dan lingkungan sanitasi yang sehat, jarak antara sumber
air dan jamban yang terlalu dekat bisa menyebabkan pencemaran pada sumber air
oleh bakteri escherichia coli yang merupakan bakteri penyebab diare. Menurut
Depkes RI (2006) sumber air minum yang tercemar mempunyai peranan dalam
penyebaran beberapa penyakit menular termasuk penyakit diare karena sumber air
minum merupakan salah satu sarana sanitasi yang berkaitan dengan kejadian
diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal
oral, kuman dapat ditularkan dengan masuk ke dalam mulut melalui perantara
cairan atau benda yang tercemar dengan tinja.
16
3.2.5. Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare
pada balita di Desa Sukomakmur Kecamatan Sumber Jadi Kabupaten
Sukolegowo.
Dari analisis data tentang hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
dengan kejadian diare pada balita di Desa Sukomakmur Kecamatan Sumber Jadi
Kabupaten Sukolegowo dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu
sebanyak 44 responden (57,89%) termasuk kriteria sehat dan balitanya tidak
mengalami kejadian diare, hampir setengahnya responden yaitu sebanyak 25
17
18
terjamin
pemeliharaan
kesehatan
dimasyarakat
tersebut.
Sebagaimana
BAB IV
ETIKA DAN HUKUM
4.1 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1216/MENKES/SK/XI/2001
TENTANG
PEDOMAN PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
19
MENIMBANG :
A. bahwa Penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia, baik ditinjau dari angka kesakitan dan angka kematian serta kejadian
luar biasa ( KLB ) yang ditimbulkan
21
BAB V
PENUTUP
EVALUASI DAN RESUME
Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
hubungan pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
dengan kejadian diare pada balita
5.1 Kesimpulan
22
kekurangan
cairan
(dehidrasi)
sehingga
pemahaman
dengan
tujuan
yaitu
meningkatkan
derajat
kesehatan
untuk
menambah
pengetahuan
dan
dapat
mengetahui
dan
meningkatkan
kemampuan
dan
24
DAFTAR PUSTAKA
http://andamustika.blogspot.com/2012/05/contoh-skripsi-diare.html
25