Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 5
Kelas A-2/ Angkatan 2012
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
131211131004
131211131012
131211131104
131211132021
131211133008
131211133010
131211133012
131211133018
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipospadia terjadi pada 1 dalam 300 kelahiran anak laki-laki dan
merupakan anormali penis yang paling sering.perkembangan uretra in uretro
di mulai usia 8 minggu dan selesai dalam 15 minggu.Uretra terbentuk dari
penyatuan lipatan uretra sepanjang permukaan ventral penis.
Hypospadia adalah gangguan relatif sering pada genitalia eksterna (3:1000
kelahiran), sedangkan epispadia adalah anomali sangat jarang (1:30 '000
kelahiran) dan sering dikaitkan dengan komplikasi lain. Glandula uretra
terbentuk dari kanalisasi funikulus ektoderm yang tumbuh melalui glands
untuk menyatu dengan lipatan uretra yang menyatu. Hipospadia terjadi bila
penyatuan di garis tengah lipatan uretra tidak lengkap sehingga meatus uretra
terbuka pada sisi ventral penis. Hipospadia terdapat pada kira-kira satu
diantara 500 bayi baru lahir. Pada kasus yang paling ringan, meatus uretra
bermuara pada bagian ventral glans penis, terdapat berbagai derajat
malformasi glans dan kulup zakar tidak sempurna pada sisi ventral dengan
penampilan suatu kerudung dosal. Dengan bertambahnya tingkat keparahan,
penis berbelok kearah ventral (chordee) dan uretra pada penis lebih pendek
secara proggresif, tetapi jarak antara meatus dan glans tidak dapat bertambah
secara signifikan sampai chordee di koreksi.
Epispadia, yang juga terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi terutama
pada anak laki-laki, merupakan kelainan konginetal dimana dinding uretra
bagian atas tidak ada. Pada anak perempuan seringkali keadaan ini
dihubungkan dengan ekstrofi kandung kemih. Pada anak laki-laki muara
meatus terletak di sepanjang dorsum (sisi atas) penis. Angka kejadian
epispadia dibandingkan dengan hipospadia relative lebih kecil.
Hipospadia terjadi kurang lebih pada 1 dari 250 kelahiran bayi lakilaki di Amerika Serikat. Pada beberapa negara insidensi hipospadia semakin
meningkat. Laporan saat ini, terdapat peningkatan kejadian hipospadia pada
bayi laki-laki yang lahir premature, kecil untuk usia kehamilan, dan bayi
dengan berat badan rendah. Hipospadia lebih sering terjadi pada kulit hitam
daripada kulit putih, dan pada keturunan Yahudi dan Italia. Tidak ada masalah
fisik yang berhubungan dengan hipospadia pada bayi baru lahir atau pada
anak-anak remaja. Namun pada orang dewasa, chordee akan menghalangi
hubungan seksual; infertilitas dapat terjadi pada hipospadia penoskrotal atau
perineal; dapat timbul stenosis meatus, menyebabkan kesulitan dalam
mengatur aliran urin; dan sering terjadi kriptokridime.
Penanganan hipospadia dengan chordee adalah dengan pelepasan
chordee dan resrtukturisasi lubang meatus melalui pembedahan. Pembedahan
harus di lakukan sebelum usia saat belajar untuk menahan bdekemih, yaitu
biasanya sekitar usia 2 tahun. Prepusium dipakai untuk proses rekonstruksi;
oleh karena itu bayi dengan hipospadia tidak boleh di sirkumsisi. Chordee
dapat juga terjadi tanpa hipospadia, dan diatasi dengan melepaskan jaringan
fibrosa untuk memperbaiki fungsi dan penampilan penis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipospadia merupakan kelainan congenital berupa muara uretra
yang terletak di sebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung
penis. Hipospadia terjadi pada satu sampai tiga per 1000 kelahiran dan
merupakan anomaly penis yang paling sering.
Hipospadia merupakan suatu kelainan congenital yang dapat dideteksi ketika
atau segera setelah bayi lahir, istilah hipospadia menjelaskan adanya kelainan
pada muara uretra pria. Kelainan hipospadia lebih sering terjadi pada muara
uretra, biasanya tampak disisi ventral batang penis. Seringkali, kendati tidak
selalu, kelainan tersebut diasosiasikan sebagai suatu chordee, yaitu istilah
untuk penis yang melengkuk kebawah. (Speer,2007:168)
Hipospadia adalah congenital anomali yang mana uretra bermuara pada sisi
bawah penis atau perineum. (Suriadi,2001:141)
Hipospadia adalah suatu keadaan dengan lubang uretra terdapat pada penis
bagian bawah, bukan diujung penis. Beratnya hipospadia bervariasi,
kebanyakan lubang uretra terletak didekat ujung penis yaitu pada glans penis.
Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika luubang uretra terdapat
ditengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum atau
dibawah skrotum. Kelainan ini sering berhubungan kordi, yaitu suatu jaringan
vibrosa yang kencang yang menyebabkan penis melengkung kebawah saat
ereksi. (Muslihatum, 2010:163)
konversi T menjadi DHT yang tidak adekuat atau defisiensi local pada
pengenalan androgen (kekurangan jumlah atau fungsi reseptor androgen)
3. Lingkungan
Selain terpapar zat polutan yang mengakibatkan mutasi gen, faktor
lingkungan yang lain seperti lingkungan dengan aktivitas estrogenic
signifikan dimana-mana dalam masyarakat industry dan tertelan sebagai
pestisida pada buah-buahan dan sayuran, tanaman estrogen endogen,
dalam susu dari sepi perah laktasi hamil, dari lapisan plastic di kaleng
logam, dan obat-obatan.
4. Embriologi
Secara embriologis hipospadia disebabkan oleh sebuah kondisi dimana
bagian ventral lekuk uretra gagal untuk menutup dengan
sempurna.Diferensiasi uretra bergantung pada hormone androgen
Dihidrotestosteron (DHT) dengan kata lain hipospadia dapat disebabkan
oleh defisiensi produk testosterone, konversi testosterone menjadi DHT
yang tidak adequate, atau defisiensi local pada hormone androgen.
(Heffner, 2005) sedangkan menurut suriadi dan yuliani, penyebab pasti
dari hipospadia dan epispadia masih belum jelas diketahui namun bisa
dikaitkan dengan factor genetic, lingkungan maupun hormonal.
Beberapa faktor yang dianggap dapat menyebabkan hipospadia dan
epispadia adalah:
a.
Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena
mutasi gen yang mengodesintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari
gen tersebut tidak terjadi.
c.
Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat
yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.
Epispadia:
1.
2.
2.4 Patofisiologi
Hipospadia merupakan cacat bawaan yang diperkirakan terjadi
oada Hipospadia merupakan suatu cacat bawaan yang diperkirakan terjadi
masa embrio selama pengembangan uretra, dari kehamilan 8-20 minggu.
Perkembangan terjadinya fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak
lengkap terjadi sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari
penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini, dari yang ringan
yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian di sepanjang batang penis
hingga akhirnya perineum.
Pada permulaan minggu ke 6, terbentuk tonjolan antara umbilical
cord dan tail yang disebut genital tuberkel. Dibawahnya pada garis tengah
terbentuk lekukan dimana bagian lateralnya ada dua lipatan memanjang
yang disebut genital fold. Selama minggu ke 7, genital tuberkel akan
memanjang dan membentuk glans. Ini adalah bentuk primordial dari
penis bila embrio adalah laki-laki. Bila wanita akan menjadi klitoris.
Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang
menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai
chordee, pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral
dari penis. Chordee atau lengkungan ventral dari penis, sering dikaitkan
dengan hipospadia, terutama bentuk-bentuk yang lebih berat. Hal ini
diduga akibat dari perbedaan pertumbuhan antara punggung jaringan
normal tubuh kopral dan uretra ventral dilemahkan dan jaringan terkait.
Pada kondisi yang lebih jarang, kegagalan jaringan spongiosum dan
(Suriadi 2001).
Sumber : Suriadi,2001
2.6 Pemeriksaan Diagnosis
Jarang dilakukan pemeriksaan tambahan untuk mendukung diagnosis
hipospadia. Tetapi dapat dilakukan pemeriksaan ginjal seperti USG
mengigat hipospadia sering disertai kelainan pada ginjal. (Suriadi 2001).
Sedangkan dibuku lain ( Emil, 2008 : 361 ) menyebutkan pemeriksaannya
bisa menggunakan :
1.
X-Ray
2.
Excretory urography
3.
Urethroscopy dan cystoscopy
4.
Pemeriksaan fisik genitalia bayi laki-laki :
1. Genitalia laki-laki
2. Ukuran/bentuk
3. Penis
4. Kulup/prepusium
5. Pembukaan Uretra
6. Kantong skrotum
7. Testis
Inspeksi :
Genitalia, bentuk dan ukuran penis yang sesuai. Penis harus berada di
garis tengah
Pemeriksaan :
2.7 Komplikasi
1. Infertility karena bentuk penis yang bengkok menyebabkan penis susah
masuk kedalam vagina saat copulas, cairan semen yang disemprotkan
melalui saluran uretra pada tempat abnormal.
2. Resiko hernia inguinal karena riwayat hipospadia dapat meningkatkan
resiko terjdinya hernia inguinal. (Ricahard E.Bahman, 1999)
3. Gangguan psikososial pada anak karena merasa malu akibat bentuk penis
yang berbeda dengan teman-temannya. (suriadi, 2001)
2.8 Prognosis
Prognosis hispospadia tergantung pada beerat ringannya kasus dan
keberhasilan pembedahan. Kesuksesan bedah rekontruksi untuk kasus
sedang dan berat terus meningkat. Perawatan post operasi juga merupakan
faktor penting yang mempengaruhi prognosisnya.(Arif,2000)
Prognosis lebih baik jika perbaikan hipospadia sebelum usia sekolah ( 2
tahun) (emil, 2008 : 361). Terdapat predisposisi genetic non-Mandeli pada
hipospadia. Jika salah satu saudara kandung mengalami hipospadia, resiko
kejadian berulang pada keluarga tersebut adalah 12%. Jika bapak dan anak
laki-lakuinya menderita, maka resiko untuk anak lak-laki berikutnya adalah
25%.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN HIPOSPADIA
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, alamat, dll.
3.1.2 Keluhan Utama
Pada umumnya pasien dengan hipospadia mengeluh penisnya
melengkung ke bawah yang akan tampak lebih jelas pada saat ereksi
dan adanya lubang kencing yang tidak pada tempatnya.
3.1.3 Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya
lubang kencing yang tidak pada tempatnya sejak lahir dan tidak
diketahui dengan pasti penyebabnya
b. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya penis yang
melengkung ke bawah, adanya lubang kencing tidak pada
tempatnya sejak lahir
c. Riwayat penyakit keluarga
Di dalam keluarga tidak ditemukan penyakit yang sama karena
penyakit ini bukan penyakit turunan.
3.1.4 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Adanya nyeri pasca pembedahan memungkinkan terjadinya
perubahan tanda-tanda vital, misalnya tekanan dara, nadi, dan RR
yang naik.
b. Sistem Pernapasan (B1)
Secara umum, tidak ada gangguan pada sistem pernapasan. Tetapi
mungkin terjadi obstruksi jalan napas karena hipersalivasi dan
penumpukan sekret akibat efek anestesi.
c. Sistem Kardiovaskuler (B2)
Secara umum, tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskuler.
d. Sistem Persarafan (B3)
Secara umum, tidak ada gangguan pada sistem persarafan
e. Sistem Perkemihan (B4)
Karena pasien hipospadia ditemukan adanya penis yang
melengkung ke bawah dan adanya lubang kencing tidak pada
tempatnya, sehingga pada saat BAK tidak normal.
f. Sistem Pencernaan (B5)
Pada umumnya nutrisi, cairan, dan elektrolit pasien hipospadia
tidak mengalami gangguan.
g. Sistem Muskuloskeletal (B6)
Secara umum, tidak ada gangguan pada sistem muskuloskeletal.
h. Sistem Integumen
3.1.5
3.1.6
3.3
No
1.
2.
3.
4.
Post operasi :
a. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan
b. Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter
Intervensi
Pre Operasi
a) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kulit di sekitar area genital
yang lecet akibat urin merembes.
Tujuan : Pasien dapat memperbaiki integritas kulit.
Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan selama 3x24jam :
- Pasien menunjukkan integritas kulit yang baik, yang
dibuktikan dengan tidak adanya lecet, warna kulit
normal.
- Pasien dapat mendemonstrasikan aktivitas perawatan
kulit rutin yang efektif
Intervensi
Rasional
Anjurkan untuk segera mengganti Agar area perineal tidak lembab dalam
celana bila basah
waktu yang lama
Anjurkan klien untuk melapisi celana Untuk mencegah perembesan di celana
dengan kain
Jelaskan
mengenai
pentingnya Menambah pengetahuan klien dan
menjaga kebersihan area perineal
keluarga
Ajarkan cara membersihkan area Agar klien dan keluarga memahami
perineal yang benar
tentang cara membersihkan area perineal
yang benar
Anjurkan anak untuk membersihkan Untuk mempertahankan integritas kulit,
area
perineal
lebih
sering, sabun untuk membunuh kuman, dan area
menggunakan
sabun,
dan perineal yang kering akan jauh dari
mengeringkan dengan handuk
kuman dan meminimalkan lecet
6. Ajarkan pada klien dan keluarga Meningkatkan pengetahuan klien dan
mengeni tanda-tanda klinis kerusakan keluarga mengenai kesehatan kulit.
integritas kulit
b) Dx
: Gangguan eliminasi urin berhubugan dengan
obstruksi mekanik
Tujuan
: Tidak terjadi gangguan waktu berkemih.
Kriteria Hasil
: - Tidak menunjukan kebocoran urin
- Dapat menunjukkan pola berkemih yang dapat
diduga
No
Intervensi
Rasional
1.
Catat
keluaran
urine,
selidiki Penurunan aliran urine tiba-tiba
penurunan/penghentian aliran urine mengindikasika obstruksi/disfungsi.
tiba-tiba.
5.
dapat
2.
3.
4.
No
Intervensi
Rasional
1. Kaji tentang tingkat pengetahuan Menentukan
intervensi
yang
akan
pasien dan keluarga tentang proses diberikan
penyakit yang spesifik.
2. Jelaskan mengenai penyakit dengan Memberikan pengetahuan pada pasien dan
cairan.
3.
4.
5.
keluarga
tentang
penyakit
meningkatkan pemahaman
Meningkatkan pemahaman
Meluruskan informasi yang
sebelumnya
Untuk memperjelas informasi
dan
didapat
No
1.
2.
3.
4.
Post Operasi
a) Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan
Tujuan
: Nyeri teratasi atau berkurang
Kriteria Hasil
: Setelah dilakukan tindakan selama 3x24jam:
- Nyeri berkurang atau hilang
- Skala nyeri 1-3
- Ekspresi wajah tenang/rileks
- TTV dalam batas normal
Intervensi
Rasional
Ajarkan cara mengurangi nyeri Membantu menurunkan intensitas nyeri
dengan relaksasi, distraksi, massase
dan dapat meningkatkan kemampuan
koping
Kolaborasi pemberian analgesik
Menurunkan nyeri
Monitoring skala nyeri dan TTV
Berguna dalam pengawasan dan dan
mengetahui kondisi pasien secara dini
Observasi keefektifan analagesik
Menilai seberapa jauh penurunan nyeri
1.
2.
3.
4.
5.
Masalah
: Risiko infeksi
h. Sistem Pencernaan (B5)
Nafsu makan
: kurang baik
Frekuensi
:
3x/hari
Porsi makan
: tidak habis
Minum
: 1200 cc/hr
Jenis : air
putih, susu
Mulut dan tenggorokan
Mulut
: bersih
Mukosa
: lembab
Tenggorokan
: tidak ada kesulitan menelan, tonsil tidak membesar
Abdomen
Perut
: Tidak ada nyeri tekan
Peristaltic
: 10x/mnt
BAB
: 2 hari sekali
Konsistensi
:lembek padat
Bau
:
Khas
feses
Warna :Kuning feses
i. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
Kemampuan pergerakan sendi : Tidak mampu bergerak bebas karena
merasa nyeri saat menggerakkan badan untuk berganti posisi.
Turgor : baik
Edema
:Lain-lain
: terdapat bekas luka operasi di penis.
Masalah
: gangguan integritas kulit
2. Analisa Data
No
1.
Data
Etiologi
Ds : Ny.R mengatakan selera
Hipospadia
makan an. B menurun dan sering
meringis kesakitan
Pembedahan
DO : Skala nyeri PQRST
P : klien mengatakan nyerinya
timbul saat klien menggerakkan
badan untuk berganti posisi. Klien
mengatakan nyerinya berkurang
dengan
menggunakan
teknik
relaksasi.
Q : klien mengatakan nyeri seperti
tertusuk benda tajam.
R : klien mengatakan nyeri pada
Chordectomy
dan uretroplasty
Terputusnya
kuntinuitas
jaringan
Masalah
Nyeri akut
2.
Merangsang
syaraf nyeri di
radix dorsal
medulla spinal
Nyeri akut
Hipospadia
Kerusakan
integritas kulit
Pembedahan
DS : -
integritas kulit
Hipospadia
DO :
Suhu 37,60C
Risiko
infeksi
Pembedahan
Pemasangan
kateter
4. Intervensi
tinggi
a.
Dx 1
operasi
Tujuan
Rasional
1.
nyeri hebat)
2. Ajarka teknik relaksasi dengan
membantu
mengurangi
rasa
nafas dalam
3. Pastikan kateter klien dipasang
nyeri
3. Penempatan kateter yang tidak
simpul
4. Beri obat
program
akibat
analgesic
sesuai
drainase
yang
tidak
pada
balon
yang
digembungkan.
4. Pemberian obat analgesik untuk
meredakan rasa nyeri
b.
Dx 2
: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
trauma bedah
Tujuan
Intervensi
Rasional
kemungkinan
jahitan terbuka
2. Mengubah posisi, napas dalam
dan
ambulasi
dapat
mempengaruhi penyembuhan
3. Perawatan luka secara rutin akan
meningkatkan penyembuhan
4. Diet TKTP dapat membantu
mempercepat
penyembuhan
luka
c.
Dx 3
kateter
Tujuan
pada
Rasional
klien
dan
benar
dengan benar
akan
area luka
2. Membersihkan
teknik
meminimalisir
luka
aseptic
dengan
dapat
infeksius
dan
mencegah
mempercepat
penyembuhan luka
3. Mempertahankan
kantong
dan kusut.
proses
infeksi
dengan
kekeruha
sedimentasi,
juga
atau
periksa
aseptik
mencegah
busuk
atau
drainase
program,
untuk
klien
untuk
efek
6. Pemantauan
membantu
yang
demikian
menentukan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Hipospadia merupakan kelainan congenital berupa muara uretra yang
terletak di sebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung penis.
Hipospadia terjadi pada satu sampai tiga per 1000 kelahiran dan
merupakan anomaly penis yang paling sering. Penyebabnya yaitu dari
faktor genetic, hormone atau endokrin, dan lingkungan. Epispadia dibagi
menjadi tiga tipe berdasarkan letak ofisum uretra eksternum, yaitu tipe
sederhana/tipe grandular, tipe penil dan tipe penoskrotal.
4.2 Saran
Sebaiknya untuk mencegah terjadinya hipospadia, pada saat hamil ibu
harus memperhatikan pemenuhan nutrisi dan juga menghindari pajanan zat
polutan yang beresiko terhadap kehamilannya. Seorang perawat sebagai
tenaga kesehatan harus menjelaskan tentang penyakit dan perjalanan
penyakitnya kepada orang tua pasien sehingga dalam proses penyembuhan
seorang perawat dapat bekerja sama dalam menentukan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Emil A. Tanagho, MD. 2008. Smiths General Urology edisi 17. a LANGE
medical book
Suriadi & rita yuliani. 2001. Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta: KDT
Muscari, Mary E. 2005. Panduan belajar keperawatan pediatric edisi 3. Jakarta:
EGC
Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto
Muscari. Mery E. 2005. Keperawatan pediatrik, edisi 3. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Jakarta : Media
Aesculapius.
Doengoes, Marilyn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta:EGC.
Hidayat, Aziz, dkk. 2005. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : EGC