Professional Documents
Culture Documents
iritabilitas, gangguan tidur, kurang nafsu makan, perasaan bersalah, fobia. DPP
biasanya berlangsung selama sekitar 1 tahun pascapartum (Reeder, 20110).
3. Patofisiologi
Depresi adalah penyakit mental yang cenderung menurun dalam keluarga. Wanita
dengan riwayat keluarga depresi cenderung lebih mudah terkena depresi. Selain bakat
bawaan, perubahan hormon setelah melahirkan diduga memicu depresi. Ketika wanita
hamil, kadar hormon estrogen dan progesteron sangat meningkat. Dalam 24 jam
pertama setelah melahirkan, kadar hormon tersebut dengan cepat kembali normal.
Perubahan besar dalam kadar hormon dapat menyebabkan depresi. Hal ini hampir sama
dengan perubahan hormon lebih kecil yang dapat mempengaruhi suasana hati
perempuan sebelum mendapat haid. Kadar hormon tiroid juga bisa turun setelah
melahirkan. Tiroid adalah kelenjar kecil di leher yang membantu mengatur penggunaan
dan penyimpanan energi dari makanan. Penurunan tingkat hormon tiroid dapat
menyebabkan gejala depresi (Perry, 2010).
4. Tanda dan gejala
Dalam jangka waktu 2 minggu, wanita menunjukkan perubahan mood depresi atau
hilangnya minat dalam aktivitas sehari-hari yang merupakan indikator dari prilaku
normal sehingga mengakibatkan gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Sedikitnya 4 dari gejala berikut harus ada untuk diagnosis, yaitu : adanya perubahan
berat badan, insomnia atau hipersomnia, psikomotor agitasi atau retardasi, kelelahan
atau kehilangan energi, perasaan tidak berharga/bersalah, penurunan kemampuan untuk
berfikir/konsentrasi, dan keinginan untuk bunuh diri, serta perasaan bersalah menjadi
seorang ibu yang ekonominya kurang (Doucet. et all. 2009).
Depresi merupakan gangguan yang betulbetul dipertimbangkan sebagai psikopatologi
yang paling sering mendahului bunuh diri, sehingga tidak jarang berakhir dengan
kematian. Gejala depresi seringkali timbul bersamaan dengan gejala kecemasan.
Manifestasi dari kedua gangguan ini lebih lanjut sering timbul sebagai keluhan umum
seperti : sukar tidur, merasa bersalah, kelelahan, sukar konsentrasi, hingga pikiran
mau bunuh diri. Keluhan dan gejala depresi postpartum tidak berbeda dengan yang
terdapat pada kelainan depresi lainnya. Hal yang terutama mengkhawatirkan adalah
pikiran pikiran ingin bunuh diri, wahamwaham paranoid dan ancaman kekerasan
terhadap anakanaknya. Tetapi dibandingkan dengan gangguan depresi yang umum,
depresi postpartum mempunyai karakteristik yang spesifik antara lain :
a. Mimpi buruk. Biasanya terjadi sewaktu tidur REM. Karena mimpi mimpi yang
menakutkan, individu itu sering terbangun sehingga dapat mengakibatkan
insomnia.
b. Insomnia. Biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan lain yang mendasarinya
seperti kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain yang terjadi dalam hidup
manusia.
c. Fobia. Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak
dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahuinya bahwa hal itu
irasional adanya. Ibu yang melahirkan dengan bedah Caesar sering merasakan
kembali dan mengingat kelahiran yang dijalaninya. Ibu yang menjalani bedah
Caesar akan merasakan emosi yang bermacammacam. Keadaan ini dimulai
dengan perasaan syok dan tidak percaya terhadap apa yang telah terjadi. Wanita
yang pernah mengalami bedah Caesar akan melahirkan dengan bedah Caesar pula
untuk kehamilan berikutnya. Hal ini bisa membuat rasa takut terhadap peralatan
peralatan operasi dan jarum.
d. Kecemasan. Ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena
dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya
sebagian besar tidak diketahuinya.
e. Meningkatnya sensitivitas. Periode pasca kelahiran meliputi banyak sekali
penyesuaian diri dan pembiasaan diri. Bayi harus diurus, ibu harus pulih kembali
dari persalinan anak, ibu harus belajar bagaimana merawat bayi, ibu perlu belajar
merasa puas atau bahagia terhadap dirinya sendiri sebagai seorang ibu. Kurangnya
pengalaman atau kurangnya rasa percaya diri dengan bayi yang lahir, atau waktu
dan tuntutan yang ekstensif akan meningkatkan sensitivitas ibu.
5. Faktor resiko
Para peneliti mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya DPP adalah stress,
karakteristik prilaku individu, tekanan hidup misalnya konflik keluarga/perkawinan,
kemiskinan, pendidikan yang rendah, single parents, multiparitas, support dan
motivasi yang kurang dari pasangan, penyakit fisik/mental kronis, harga diri rendah,
riwayat prenatal, merasa terjebak dan terisolasi dan kesulittan dalam melakukan
perawatan pada bayi baru lahir.komplikasi persalinan (ex : SC yang tidak
direncanakan), bayi yang dirawat di NICU, kelelahan yang tidak ada henti-hentinya
atau energi yang sangat tinggi selama periode postpartum menunjukkan dapat
meningkatkan resiko PPD (Caple & Uribe, 2012).
7. MANAGEMENT MEDIS
Obat yang diberikan pada ibu dengan DPP adalah antidepresan, antianxiety, dan ECT
(Perry, 2010).Antidepresan trisiklik (misalnya, Nortriptilin 50-150 mg/hari) untuk
wanita dengan gangguan tidur. Efek samping dari antidepresan trisiklik termasuk
mengantuk, berat badan bertambah, mulut kering, sembelit, dan disfungsi seksual.
Biasanya, gejala mulai berkurang dalam 2-4 minggu. Dan penyembuhan total dapat
berlangsung beberapa bulan. Pada sebagian responden, meningkatkan dosis dapat
membantu. Obat anxiolytic seperti lorazepam dan clonazepam berguna sebagai
pengobatan adjunctive pada pasien dengan kecemasan dan gangguan tidur. Data awal
menunjukkan bahwa estrogen, sendiri atau kombinasi dengan antidepresan,
bermanfaat, namun tetap antidepresan menjadi lini pertama pengobatan. Jika ini adalah
episode pertama dari depresi, pengobatan selama 6-12 bulan dianjurkan. Obat
diberikan untuk depresi sedang sampai berat. Obat yang umum digunakan antara lain
golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), SNRI, dan tricyclic
antidepressants serta benzodiasepin sebagai tambahan. Obat anti depressant tidak
dapat digunakan hanya 1-2 minggu, karena efeknya baru terasa setelah 2 minggu.
Umumnya diberikan selama 6 bulan.
8. MANAGEMENT KEPERAWATAN
a. Deteksi dini gejala DPP, perawat harus menjadi pendengar yang baik dan
memberikan perawatan yang maxsimal kepada ibu dengan DPP. Memberikan
asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, dx keperawatan, renpra, intervensi
dan evaluasi (Perry, 2010).
b. Modifikasi Lingkungan, Lingkungan keluarga penting dalam penyembuhan. Suami
harus pengertian. Serta keluarga harus mendukung ibu serta membantu dalam
merawat anak (Gilbert, 2003).
c. Banyak wanita lebih memilih intervensi nonpharmacological, karena pharmacologi
berpotensi terjadi penularan obat ke ASI, takut kecanduan atau ketergantungan,
sehingga merugikan ibu dan bayinya. akhir-akhir ini ditemukan intervensi pada
pengobatan PPD dengan memberikan konseling nondirective, misalnya terapi
prilaku kognitif, interpersonal psikoterapi (IPT), dan telepon berbasis dukungan.
Dengan memberikan intervensi secara dini yaitu terapi hubungan ibu-bayi,
intervensi peningkatan gangguan tidur (Doucet et all, 2009).
d. Managemen Keperawatan pada DPP menurut Gilbert & Harmon (2003) adalah :
Deteksi awal terjadinya Depresi post partum dengan menggunakan instrumen
Edinburgh Postnatal Depression Scale EPDS dan PDSS (Postpartum Depression
Screening Scale (PDSS) (White, 2008)
a.
b.
Fokus profesi
1) CLIENT ORIENTED, berorientasi pada klien
2) ALTRUISM, pengorbanan
3) DUTY OF CARE, kewajiban merawat
Adapun prinsip-prinsip etik yang harus diperhatikan adalah beneficience, non
maleficience, autonomy, justice, veracity, fidelity.
1) BENEFICIENCE, memberikan intervensi yang terbaik terhadap pasien
2) NON
MALEFICIENCE,
menghindari
tindakan
yang
merugikan
pasien/malpraktek
asuhannya
sesuai
dengan
kondisi
klien.
Pertimbangan
untuk
pemerintah australia dalam mengatasi ibu dengan post partum, sehingga depresi pada
ibu post partum dapat ditekan jumlahnya.
EVALUASI BIBLIOGRAFI
No
.
1.
Sumber
Jenis
Outline
Penjelasan
Buku
a. Insiden DPP
b. Faktor resiko DPP
c. Management
medis dan
psykotropik
medikasi
d. Management
keperawatan
e. Proses
keperawatan
Buku
3.
Artikel
a. Definisi
b. Gejala
c. Diagnosa banding
DPP
d. Deteksi DPP
dengan instrumen
EPDS
e. Management
keperawatan
a. Definisi
b. Etiology
Depression.
In
D.
Pravikoff (Ed.), (pp. 2p).
Glendale,
California:
Cinahl
Information
Systems.
c. Insiden/angka
kejadian
d. Faktor resiko
e. Tanda dan gejala
Reeder,
Martin
&
Koniak-Griffin,
2011,
Keperawatan Maternitas,
Vol 2 (IN Rahmawati &
Y Afiyanti) buku asli
diterbitkan tahun 2011,
Jakarta ; EGC
Buku
a. Insiden
b. Definisi DPP
c. Faktor penyebab
DPP
d. Dampak pada ibu
dan bayi
e. Proses
keperawatan
Hayes, B. A. (2010).
From
'postnatal
depression' to 'perinatal
anxiety and depression':
key points of the
National
Perinatal
Depression Plan for
nurses and midwives in
Australian primary health
care
settings.
Contemporary Nurse: A
Journal
for
the
Australian
Nursing
Profession, 35(1), 58-67.
doi:
10.5172/conu.2010.35.1.
058
Artikel
a. Abstrac
b. Introduction
c. The
national
perinatal mental
health plan
d. Implications
for
nurses
and
midwives
within
the
npdp,
the
edinburgh
postnatal
depression scale
e. The
beyondblue
National Action
Plan
6.
Artikel
a. Abstrac
b. Definition
and
sign DPP
c. Epidemiology
d. Prevention and
e. Treatment
e. Pengobatan :
Banyak
wanita
lebih
memilih
intervensi
nonpharmacological, karena pharmacologi berpotensi terjadi
penularan obat ke ASI, takut kecanduan atau ketergantungan,
sehingga merugikan ibu dan bayinya. akhir-akhir ini
ditemukan intervensi pada pengobatan PPD dengan
memberikan konseling nondirective, misalnya terapi prilaku
kognitif, interpersonal psikoterapi (IPT), dan telepon
berbasis dukungan. Dengan memberikan intervensi secara
dini yaitu terapi hubungan ibu-bayi, intervensi peningkatan
gangguan tidur. Tetapi terkadang farmakoterapi juga
dibutuhkan, misalnya obat antidepresan, tetapi tetap harus
diingat dampaknya terhadap ibu yang menyusui.
7.
White, G. (2008). A
comparison
of
the
Postpartum Depression
Screening Scale (PDSS)
with the Edinburgh
Postnatal
Depression
Scale (EPDS). New
Zealand College of
Midwives Journal, 39,
28-32.
Artikel
a. Abstrak
b. Pengukuran
dengan PDSS
c. Pengukuran
dengan EPDS
DAFTAR PUSTAKA
Caple, C., & Uribe, L. M. (2012). Postpartum Depression. In D. Pravikoff (Ed.), (pp. 2p). Glendale, California: Cinahl
Information Systems.
Doucet, S., Dennis, C., Letourneau, N., & Blackmore, E. R. (2009). Differentiation and clinical implications of postpartum
depression and postpartum psychosis. JOGNN: Journal of Obstetric, Gynecologic & Neonatal Nursing, 38(3), 269279. doi: 10.1111/j.1552-6909.2009.01019.x
Gilbert, Elizabeth Stepp, Harmon, J.S.,(2003), High Risk in Pregnancy and Delivery, page 130, St.Louis.Missouri; Mosby
Reeder, Martin & Koniak-Griffin, 2011, Keperawatan Maternitas, Vol 2 (IN Rahmawati & Y Afiyanti) buku asli diterbitkan
tahun 2011, Jakarta ; EGC
Hayes, B. A. (2010). From 'postnatal depression' to 'perinatal anxiety and depression': key points of the National Perinatal
Depression Plan for nurses and midwives in Australian primary health care settings. Contemporary Nurse: A
Journal for the Australian Nursing Profession, 35(1), 58-67. doi: 10.5172/conu.2010.35.1.058
Perry, et al. (2010). Maternal Child Nursing Care. 4th Ed. Canada Evolve. Mosby
Reeder, Martin & Koniak-Griffin, 2011, Keperawatan Maternitas, Vol 2 (IN Rahmawati & Y Afiyanti) buku asli diterbitkan
tahun 2011, Jakarta ; EGC
White, G. (2008). A comparison of the Postpartum Depression Screening Scale (PDSS) with the Edinburgh Postnatal
Depression Scale (EPDS). New Zealand College of Midwives Journal, 39, 28-32.