Professional Documents
Culture Documents
LIMFADENITIS
Pembimbing :
Dr. dr. Koernia Swa Oetomo, SpB.FINACS(K)TRAUMA. FICS
Disusun oleh:
Michael Prayogo (2009.04.0.0012)
Findrilia Sanvira S (2009.04.0.0014)
LEMBAR PEGESAHAN
RESPONSI LIMFADENITIS
Responsi kasus dengan judul LIMFADENITIS telah diperiksa
dan disetujui sabagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi
program pendidikan profesi dokter di bagian Ilmu Bedah yang dilakukan di
RSU Haji Surabaya.
KATA PENGANTAR
terutama
kepada
SpB.FINACS(K)TRAUMA. FICS
Dr.
dr.
Koernia
Swa
Oetomo,
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
(limfadenopati
(limfadenopati
lokalisata)
generalisata).
dan
pembesaran
Limfadenopati
lokalisata
KGB
umum
didefinisikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan
perut
dan
dihubungkan
oleh
pembuluh
limfatik
(Wikipedia,2015).
ikat
trabekula
2.2. Definisi
Limfadenitis merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah
bening, sedangkan limfadenitis tuberkulosis (TB) merupakan peradangan
pada kelenjar limfe atau getah bening yang disebabkan oleh basil
tuberkulosis. Apabila peradangan terjadi pada kelenjar limfe di leher
disebut dengan scrofula. Limfadenitis pada kelenjar limfe di leher inilah
yang biasanya paling sering terjadi. Istilah scrofula diambil dari bahasa
latin yang berarti pembengkakan kelenjar. Infeksi M.tuberculosis pada kulit
disebabkan oleh perluasan langsung tuberkulosis ke kulit dari struktur
dasarnya atau terpajan langsung melalui kontak dengan M.tuberkulosis
yang disebut dengan scrofuloderma (Sutoyo,2010).
Pembesaran KGB dapat dibedakan menjadi pembesaran KGB
lokal
(limfadenopati
(limfadenopati
lokalisata)
generalisata).
dan
pembesaran
Limfadenopati
lokalisata
KGB
umum
didefinisikan
2.3. Etiologi
Penyebab yang paling sering limfadenopati adalah (Sutoyo,2010).:
2.3.1 Infeksi
Infeksi virus
Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan
bagian
atas
seperti
Rinovirus,
Parainfluenza
Virus,
influenza
sakit kepala, dan sering kali penyakit ini dianggap penyakit flu (influenza
like illness) (Sutoyo,2010).
Segera setelah seseorang terinfeksi HIV, kebanyakan virus keluar
dari darah. Sebagian melarikan diri ke sistem limfatik untuk bersembunyi
dan menggandakan diri dalam sel di KGB, diperkirakan hanya sekitar 2%
virus HIV ada dalam darah. Sisanya ada pada sistem limfatik, termasuk
limpa, lapisan usus dan otak (Sutoyo,2010).
Pada penderita HIV positif, aspirat KGB dapat mengandung
immunoblas yang sangat banyak. Pada beberapa kasus juga tampak selsel imatur yang banyak. Pada fase deplesi, pada aspirat sedikit dijumpai
sel folikel, immunoblas dan tingible body macrophage, tetapi banyak
dijumpai sel-sel plasma (Sutoyo,2010).
Limfadenopati generalisata yang persisten (persistent generalized
Lymphadenopathy/ PGL) adalah limfadenopati pada lebih dari dua tempat
KGB yang berjauhan, simetris dan bertahan lama. PGL adalah gejala
khusus infeksi HIV yang timbul pada lebih dari 50% Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA) dan PGL ini sering disebabkan oleh infeksi HIV-nya itu
sendiri (Sutoyo,2010).
PGL biasanya dialami waktu tahap infeksi HIV tanpa gejala,
dengan jumlah CD4 di atas 500, dan sering hilang bila kadar CD4
menurun hingga kadar CD4 200. Kurang lebih 30% orang dengan PGL
juga mengalami splenomegali (Sutoyo,2010).
Batasan limfadenopati pada infeksi HIV adalah sebagai berikut
(Sutoyo,2010).:
Biasanya kulit pada kelenjar yang bengkak karena PGL akibat HIV tidak
berwarna merah. Kelenjar yang bengkak kadang kala sulit dilihat, dan
lebih mudah ditemukan dengan cara menyentuhnya. Biasanya kelenjar ini
berukuran sebesar kacang polong sampai sebesar buah anggur
(Sutoyo,2010).
Infeksi bakteri
Peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus
beta hemolitikus Grup A atau stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila
berhubungan dengan caries dentis dan penyakit gusi, radang apendiks
atau abses tubo-ovarian (Sutoyo,2010).
tuberkulosis
disebabkan
oleh
infeksi
Mycobacterium
dengan
kompleks
Ghon.
Terbentuknya
fokus
Ghon
organ.
Kelenjar
limfe
hilus,
mediastinal,
dan
paratrakeal
10
2.3.2 Keganasan
Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma
dan limfoma juga dapat menyebabkan limfadenopati. Diagnosis defenitif
suatu limfoma membutuhkan tindakan biopsi eksisi, oleh karena itu
diagnosis subtipe limfoma dengan menggunakan biopsi aspirasi jarum
halus masih merupakan kontroversi. Aspirat Limfoma non-Hodgkin berupa
populasi sel yang monoton dengan ukuran sel yang hampir sama.
Biasanya tersebar dan tidak berkelompok. (Koss,2006).
Diagnostik sitologi Limfoma Hodgkin umumnya dibuat dengan
ditemukannya tanda klasik yaitu sel Reed Sternberg dengan latar
belakang limfosit, sel plasma, eosinofil dan histiosit. Sel Reed Sternberg
adalah sel yang besar dengan dua inti atau multinucleated dengan
sitoplasma yang banyak dan pucat (Koss,2006).
11
penyakit
arthritis
Cat-scratch,
dan
penyakit
Sisestemic
Castleman,
lupus
Sarcoidosis,
erithematosus
(SLE)
(Sutoyo,2010).
Obat-obatan
dapat
menyebabkan
limfadenopati
generalisata.
demikian,
masing-masing
penyebab
tidak
dapat
12
2.4 Epidemiologi
Insiden limfadenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38%
sampai 45% pada anak normal memiliki KGB daerah servikal yang teraba.
Limfadenopati adalah salah satu masalah klinis pada anak-anak. Pada
umumnya limfadenopati pada anak dapat hilang dengan sendirinya
apabila disebabkan infeksi virus (Sutoyo,2010).
Studi yang dilakukan di Amerika Serikat, pada umumnya infeksi
virus ataupun bakteri merupakan penyebab utama limfadenopati. Infeksi
mononukeosis dan cytomegalovirus (CMV) merupakan etiologi yang
penting, tetapi kebanyakan disebabkan infeksi saluran pernafasan bagian
atas.
Limfadenitis
lokalisata
lebih
banyak
disebabkan
infeksi
TB
pulmoner
adalah
kasus yang
paling
banyak,
TB
selain
pada
paru-paru.
Berdasarkan
epidemiologi
TB
13
2.5.
Patofisiologi
Plasma
dan
sel
(misalnya
sel-sel
kanker
dan
infeksi
KGB
untuk
memperbesar
(limfadenopati
reaktif)
14
yang paling sering dijumpai yaitu sekitar dua pertiga pasien. Oleh karena
itu, infeksi mikobakterium harus menjadi salah satu diagnosis banding dari
pembengkakan kelenjar getah bening, terutama pada daerah yang
endemis. Durasi gejala sebelum diagnosis berkisar dari beberapa minggu
sampai beberapa bulan (Mohapatra, 2009).
Limfadenitis TB paling sering melibatkan kelenjar getah bening
servikalis, kemudian diikuti berdasarkan frekuensinya oleh kelenjar
mediastinal, aksilaris, mesentrikus, portal hepatikus, perihepatik dan
kelenjar inguinalis (Mohapatra, 2009). Pada pasien dengan HIV-negatif
maupun HIV-positif, kelenjar limfe servikalis adalah yang paling sering
terkena, diikuti oleh kelenjar limfe aksilaris dan inguinalis.(Sharma, 2004).
Pembengkakan kelenjar limfe dapat terjadi secara unilateral atau
bilateral, tunggal maupun multipel, dimana benjolan ini biasanya tidak
nyeri dan berkembang secara lambat dalam hitungan minggu sampai
bulan, dan paling sering berlokasi di regio servikalis posterior dan yang
lebih jarang di regio supraklavikular (Mohapatra, 2009). Keterlibatan
multifokal ditemukan pada 39% pasien HIV-negatif dan pada 90% pasien
HIV-positif. Pada pasien HIV-positif, keterlibatan multifokal, limfadenopati
intratorakalis dan intraabdominal serta TB paru adalah sering ditemukan.
Beberapa pasien dengan limfadenitis TB dapat menunjukkan gejala
sistemik yaitu seperti demam, penurunan berat badan, fatigue dan
keringat malam. Lebih dari 57% pasien tidak menunjukkan gejala sistemik
(Mohapatra, 2009).
Menurut Jones dan Campbell (1962) dalam Mohapatra (2009)
limfadenopati tuberkulosis perifer dapat diklasifikasikan ke dalam lima
stadium yaitu:
1. Stadium 1, pembesaran kelenjar yang berbatas tegas, mobile
dan diskret.
2. Stadium 2, pembesaran kelenjar yang kenyal serta terfiksasi ke
jaringan sekitar oleh karena adanya periadenitis.
3. Stadium 3, perlunakan di bagian tengah kelenjar (central
softening) akibat pembentukan abses.
15
kemungkinan
pembengkakan
tersebut
disebabkan
oleh
M.tuberculosis (Sutoyo,2010).
2.7 Diagnosis
Diagnosis limfadenopati memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan
pemeriksaan
penunjang
apabila
diperlukan.
Pemeriksaan-
16
karena
mikobakterium
tuberkulosis
atau
non-tuberkulosis
(Sutoyo,2010).
Anamnesis
Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala-gejala penyerta,
riwayat penyakit, riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan
(Sutoyo,2010).
Lokasi
Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak
biasanya disebabkan oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian
atas. Pada infeksi olehpenyakit kawasaki umumnya pembesaran KGB
hanya satu sisi saja. Apabila berlangsung lama (kronik) dapat
disebabkan infeksi oleh Mikobakterium,Toksoplasma, Ebstein Barr
Virus atau Citomegalovirus (Sutoyo,2010).
Gejala penyerta
Demam, nyeri tenggorok dan batuk mengarahkan kepada penyebab
infeksisaluran pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan
penurunan beratbadan mengarahkan kepada infeksi tuberkulosis atau
keganasan. Demam yang tidak jelas penyebabnya, rasa lelah dan
nyeri sendi meningkatkan kemungkinan oleh penyakit kolagen atau
penyakit serum (serum sickness), ditambah adanya riwayat pemakaian
obat-obatan atau produk darah (Sutoyo,2010).
Riwayat penyakit
Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan
tonsil sebelumnya, mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus;
luka
lecet
pada
wajah
atau
17
leher
atau
tanda-tanda
infeksi
darah
sebelumnya
dapat
mengarahkan
kepada
obat-obatan
Limfadenopati
dapat
timbul
setelah
seperti
allupurinol,
atenolol,
captopril,
carbamazepine,
Riwayat pekerjaan
Paparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada
orang
dengan
infeksi
saluran
napas
atas,
faringitis
oleh
perjalanan
ke
di
Afrika
dapat
Pemeriksaan fisik
Secara umum malnutrisi atau pertumbuhan yang terhambat
mengarahkan kepada penyakit kronik seperti tuberkulosis, keganasan
atau gangguan system kekebalan tubuh.
daerah
KGB
sekitarnya
harus
diperhatikan.
harus
diukur
untuk
18
seperti
karet
mengarahkan
kepada
limfoma;
lunak
dikaitkan
dengan
pembesaran
KGB
yang
menyeluruh
(Sutoyo,2010).
Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, umumnya bilateral lunak
dan dapat digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya
nyeri pada penekanan, baik satu sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan
19
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa
pemeriksaan
yang
dilakukan
untuk
menegakkan
diagnosa limfadenitis TB :
a. Pemeriksaan mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi yang meliputi pemeriksaan mikroskopis
dan kultur. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan pewarnaan Ziehl-
20
b. Tes Tuberkulin
Pemeriksaan intradermal ini (Mantoux Test) dilakukan untuk
menunjukkan adanya reaksi imun tipe lambat yang spesifik untuk antigen
mikobakterium pada seseorang. Reagen yang digunakan adalah protein
purified derivative (PPD). Pengukuran indurasi dilakukan 2-10 minggu
setelah infeksi. Dikatakan positif apabila terbentuk indurasi lebih dari 10
mm, intermediat apabila indurasi 5-9 mm, negatif apabila indurasi kurang
dari 4 mm (Mohapatra, 2009).
c. Pemeriksaan ICT TB
ICT TB merupakan test untuk dapat mendeteksi TB paru dan TB
ekstra paru. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Jurnal
Performance of ICT TB
Pulmonary
spesifisitas
Tuberculosis
test
ini
adalah
100%
dan
21
melintang
pada
membran
immunokromatografik
(2
antigen
d. Pemeriksaan Sitologi
Spesimen
untuk
pemeriksaan
sitologi
diambil
dengan
terlihat
Langhans
giant
cell,
granuloma
epiteloid,
nekrosis
22
e. Pemeriksaan Radiologi
1) Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk
mendiagnosis
limfadenopati
servikalis.
Penggunaan
USG
untuk
2) CT Scan
CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan
diameter 5 mm atau lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi
limfadenopati supraklavikula pada penderita nonsmall cell lung cancer
menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas yang signifikan dengan
pemeriksaan menggunakan USG atau CT scan (Sutoyo,2010).
2.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada
penyebabnya. Banyak kasus dari pembesaran KGB leher sembuh dengan
sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apapun selain observasi
(Sutoyo,2010).
Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi
indikasi untuk dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila
terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan. KGB
yang menetap atau bertambah besar walau dengan pengobatan yang
adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum tepat (Sutoyo,2010)
Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang
biasa disebabkan oleh Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus
pyogenes (group A). Pemberian antibiotik dalam 10-14 hari dan
organisme ini akan memberikan respon positif dalam 72 jam. Kegagalan
terapi
menuntut
untuk
dipertimbangkan
23
kembali
diagnosis
dan
24
BAB III
TINJAUAN KASUS
Umur
: 50 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir
: SMP
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa
No. Telepon
: 081938023945
: Bedah Umum
3.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama
25
Riwayat
anggota
keluarga
yang
mengalami
timbulnya
Riwayat
anggota
keluarga
yang
mengalami
penyakit
5. Riwayat Sosial :
Pasien adalah ibu rumah tangga yang kegiatan sehariharinya mengurus rumah dan anak-anak.
Kesadaran: composmentis
Vital sign:
o TD=
140/90 mmHg
26
BB
: 52 kg
TB
: 162 cm
Status Gizi:
o BMI= Normal (19.8)
Kepala / Leher :
o Normochepal
o A/I/C/D : - / - / - / o Reflek cahaya (ODS): +/+
o Exophtalmus (-)
o Pembesaran KGB : Regio Colli Sinistra
Thoraks-pulmo:
o I= Normochest,Pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-)
o P= Pergerakan dinding dada simetris, stem fremitus kanan
dan kiri simetris
o P= Sonor seluruh lapang paru
o A=Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wh -/-
Cor:
o I= Ictus Cordis tidak tampak
o P=thrill tidak teraba, Ictus Cordis tidak kuat angkat
o P= batas jantung normal
o A=S1S2 tunggal reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen:
o I=bulat, cembung
o A=BU (+) N
o P= timpani
o P= hepar, lien, ginjal tidak teraba, massa (-)
Ekstremitas:
o Akral kering hangat merah
o Edema (-)
o CRT <2 detik
27
: Colli Sinistra
Look
Feel
belakang
sel
lymphoid
dengan
berbagai
maturasi
o Tidak ditemukan tanda proses spesific
o Tidak ditemukan tanda keganasan dalam semua
hapusan
Kesimpulan:
o Massa colli sinistra, FNA-B:
Lymphadenitis Kronis
ICD-O:C77.0
3.7 Assesment
3.8 Planning
- Terapi
Excisi Massa
- Monitoring
Keluhan pasien
28
Lab lengkap
Foto thorax
- Edukasi
29
BAB IV
PEMBAHASAN
KASUS Ny. N
dengan Lymphadenitis
Identitas
Umur
khususnya teraba sering pada
anak 45%
Dewasa > 40 tahun 4%
Anamnesis
Benjolan
servikalis posterior.
Timbul
lambat
hitungan
minggu
bilateral.
maupun multiple.
Lokasi
dokter
pembesaran
Bambang
dan
biasanya tersebut.
Awalnya
ada
telinga
kiri
di
saya
biasanya pembesaran
Biasanya
dapat
benjolan
saya
tidak
juga
dan
tapi hanya
nyeri
dijumpai
tidak
saya
nyeri
sehingga
biarkan
tidak
30
disebabkan
infeksi
padahal
dulunya
virus
Human
Virus (HIV)
adalah
Mycobacterium Tuberculosis.
Keganasan dan obat-obatan
seperti Fenitoin dan Isoniazid
dapat
menyebabkan
lymphadenopati
Paparan terhadap infeksi /
panas badan.
R.Sos:
Pasien
adalah
ibu
rumah
infeksi
pernapasan
saluran
atas
atau
penyakit TB
Pemeriksaan
Fisik
cm dikatakan abnormal.
Nyeri
tekan:
umumnya
Konsistensi:
keras
seperti
padat
seperti
proses
tampak
massa
massa
tunggal
proses perdarahan.
infeksi;
31
tegas,
kenyal,
terbatas,
nyeri
mobilisasi
tekan(+),
KGB
menempel
dan
yang
bergerak
akibat
tuberkulosis,
Pro excisi
Antibiotik
terjadi
bila
lymphadenitis
supuratif
3. OAT pada lymphadenitis TB
4. Pembedahan
radang
jika
sudah
pusat
terhadi
pengkejuan
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahuja AT, Ying MTC, Antonio G, Lee YP, King AD, and Wong KT.
2008. Ultrasonography of cervical malignant lymph nodes. Cancer
Imaging 8(1): 4856.
2. Koss LG, Melamed MR. 2006. Granulomatous lymphadenitis. In: Koss
Diagnostic Cytology and Its Histopathologic Bases. Lippincott Williams
& Wilkins, 2006(5):1193-97
pada
tanggal
Februari
2015
http://emedicine.medscape.com/article/960858-treatment#a1128.
pada
tanggal
Februari
2015
http://www.merckmanuals.com/professional/cardiovascular_disorders/l
ymphatic_disorders/lymphadenopathy.html
33
2015
http://www.ohsu.edu/ohsuedu/academic/som/
pediatrics/clerkships/upload/cervical-lymph-and-adenitis.pdf
Utara.
Diakses
pada
tanggal
Februari
2015
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/16862
12. Ying MTC, Ahuja AT. 2008. Ultrasonography of cervical lymph nodes.
Diakses
pada
tanggal
Februari
2015
http://www.droid.cuhk.edu.hk/web/specials/lymph_nodes/lymph_nodes.htm
34