You are on page 1of 26

LAPORAN PENDAHULUAN MANAJEMEN DI

RSPAD GATOT SOEBROTO


JAKARTA PUSAT

NAMA

: LINDA E. SAMBUARI

NIM

: 011342038

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN


PROGRAM PROFESI NERS
JAKARTA
2015

I.

Konsep Management Keperawatan


A. Pengertian managemen keperawatan
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai
tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber,
2000). Kelly dan Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen keperawatan
dapat didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan.
Proses manajemen dibagi menjadi lima tahap

yaitu

perencanaan,

pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis dan


Huston, 2010).
B. Prinsip-prinsip managemen keperawatan
Seorang manajer keperawatan melaksanakan manajemen keperawatan untuk
memberikan perawatan kepada pasien. Swanburg (2000) menyatakan bahwa prinsipprinsip manajemen keperawatan sebagai berikut:
1. Manajemen keperawatan adalah perencanaan
2. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif
3. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan
4. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan manajer
perawat
5. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian tujuan sosial
6. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian
7. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat sosial,
disiplin.
8. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari lembaga,
dan lembaga dimana organisasi itu berfungsi
9. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan
10. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin
11. Manajemen keperawatan memotivasi
12. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif
13. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian.
C. Fungsi-fungsi managemen keperawatan
Manajemen memerlukan peran orang yang terlibat di dalamnya untuk
menyikapi posisi masing-masing sehingga diperlukan fungsi-fungsi yang jelas
mengenai manajemen (Suarli dan Bahtiar, 2009). Fungsi manajemen pertama
sekali diidentifikasi oleh Henri Fayol (1925) yaitu perencaanaan, organisasi,
perintah, koordinasi, dan pengendalian.
Akhirnya, fungsi manajemen ini merujuk pada fungsi sebagai proses
manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,
pengarahan, pengawasan (Marquis dan Huston, 2010).

D. Proses managemen keperawatan


1. Perencanaan kegiatan keperawatan
Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan
adalah koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan
proses manajemen untuk mencapai asuhan keperawatan dan tujuan layanan
keperawatan (Huber, 2000). Perencanaan yang adekuat dan efektif akan
mendorong pengelolaan sumber yang ada dimana kepala ruangan harus
mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek serta
melakukan perubahan.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian dilakukan setelah perencanaan. Pengorganisasian adalah
langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam
kegiatan, menetapkan tugas pokok dan wewenang serta pendelegasian
wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan
(Muninjaya, 2004).
Manfaat pengorganisasian untuk penjabaran secara terinci semua
pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan, pembagian beban kerja
sesuai dengan kemampuan perorangan/kelompok, dan mengatur mekanisme
kerja antar masing-masing anggota kelompok untuk hubungan dan koordinasi.
Pada pengorganisasian hubungan ditetapkan, prosedur diuraikan, perlengkapan
disiapkan, dan tugas diberikan.
Prinsip-prinsip organisasi saling ketergantungan dan dinamis. Kepala
ruangan dapat menciptakan lingkungan yang meransang dalam praktik
keperawatan. Prinsip-prinsip pengorganisasian menurut Swanburg (2000)
adalah :
a. Prinsip rantai komando
Prinsip rantai komando menyatakan bahwa untuk memuaskan anggota
efektif secara ekonomi dan berhasil dalam mencapai tujuan. Komunikasi
cenderung ke bawah dan satu arah. Pada organisasi keperawatan, rantai
komando ini datar, dengan garis manajer dan staf teknis serta administrasi
yang mendukung perawat pelaksana.
b. Prinsip kesatuan komando

Prinsip kesatuan komando menyatakan bahwa seorang perawat pelaksana


mepunyai satu pemimpin dan satu rencana. Keperawatan primer dan
manajemen kasus mendukung prinsip prinsip kesatuan komando ini.
c. Prinsip rentang komando
Prinsip ini menyatakan bahwa setiap perawat harus dapat mengawasi secara
efektif dalam hal jumlah, fungsi, dan geografi. Pada prinsip ini, makin
kurang pengawasan yang diperlukan untuk perawat. Perawat harus memiliki
lebih banyak pengawasan untuk menghindari terjadinya kesalahan. Kepala
ruangan harus lebih banyak mengkoordinasikan.

3. Pengarahan
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha
memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan
negosiasi (Marquis dan Huston, 2010).
Pengarahan adalah fungsi manajemen yang memantau dan menyesuaikan
perencanaan, proses, dan sumber yang efektif dan efisien mencapai tujuan
(Huber, 2000). Pengarahan yang efektif akan meningkatkan dukungan perawat
untuk

mencapai

tujuan

manajemen

keperawatan

dan

tujuan

asuhan

keperawatan. Motivasi sering disertakan dengan kegiatan orang lain


mengarahkan, bersamaan dengan komunikasi dan kepemimpinan.
4. Pengendalian
Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen
keperawatan yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,
pengarahan (Swanburg, 2000).
Pengendalian adalah pemantauan dan penyesuaian rencana, proses, dan
sumber daya yang secara efektif mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selama
fase pengendalian, kinerja diukur menggunakan standar yang telah ditentukan
dan tindakan diambil untuk mengoreksi ketidakcocokan antara standar dan
kinerja (Marquis dan Huston, 2010). Fungsi pengawasan bertujuan agar
penggunaan sunber daya lebih efisien dan staf dapat lebih efektif untuk
mencapai tujuan program.

Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sunber daya lebih efisien


dan staf dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan program. Prinsip pengawasan
yang harus diperhatikan manager keperawatan dalam menjalankan fungsi
pengendalian (Muninjaya, 2004) adalah :
a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah
diukur.
b. Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai tujuan
organisasi.
c. Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.
II.

Konsep MPKP
A. Pengertian MPKP
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan (Ratna & Yuli, 2006).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah
klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai
kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan
jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan
tindakan keperawatan.
Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA, sehingga
peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat
tanggung jawab yang jelas. Pada aspek struktur ditetapkan juga standar renpra,
artinya pada setiap ruang rawat sudah tersedia standar renpra berdasarkan diagnosa
medik dan atau berdasarkan sistem tubuh. Pada aspek proses ditetapkan penggunaan
metode modifikasi keperawatan primer (kombinasi metode tim dan keperawatan
primer)
B. Tujuan MPKP
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.

5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap tim keperawatan.
C. Pilar-pilar dalam MPKP
1. Pilar I : Pendekatan Manajemen Keperawatan (manajemen approach)
Pilar ini terdiri dari:
a. Perencanaan:
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara
matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990).
Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa
yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan
itu dilakukan.
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari :
1) Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan strategis yang
disusun untuk 3 sampai 10 tahun.
2) Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun.
3) Rencana jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1 tahun.
Hierarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi,
peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998).
Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi:
1)

Visi :
Pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi itu dibentuk
serta tujuan organisasi tersebut. Visi perlu dirumuskan sebagai landasan

2)

perencanaan organisasi.
Misi :
Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam

3)

mencapai visi yang telah ditetapkan.


Filosofi:
Filosofi adalah seperangkat nilai-nilai kegiatan yang menjadi rujukan
semua kegiatan dalam organisasi dan menjadi landasan dan arahan seluruh
perencanaan jangka panjang. Nilai-nilai dalam filosofi dapat lebih dari

4)

satu.
Kebijakan:
Pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam pengambilan keputusan.

Rencana Jangka Pendek


Rencana jangka pendek yang diterapkan dalam MPKP,meliputi:
1. Rencana harian

Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat sesuai
dengan perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi kegiatan
disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat. Rencana harian dibuat sebelum
operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan preconference.
Contoh dari rencana harian:
a. Rencana harian kepala ruangan:
1. Asuhan keperawatan
2. Supervisi Katim dan Perawat pelaksana
3. Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain yang
terkait
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
1. Operan
2. Pre conference dan Post conference
3. Mengecek SDM dan sarana prasarana
4. Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan
perhatian khusus
5. Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana
6. Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat terstruktur/insidentil
7. Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum
teratasi.
8. Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan keperawatan untuk
sore, malam, dan besok sesuai tingkat ketergantungan pasien.
b. Rencana harian ketua tim adalah:
1. Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang menjadi
tanggung jawabnya.
2. Melakukan supervisi perawat pelaksana.
3. Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain.
4. Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
1. Operan
2. Pre conference dan Post conference
3. Merencanakan asuhan keperawatan
4. Melakukan supervisi perawat pelaksana.
5. Menulis dokumentasi
6. Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep
7. Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas
c. Rencana harian perawat pelaksana
Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk
sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian perawat
pelaksana shift sore dan malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam

satu tim maka perawat tersebut berperan sebagai ketua tim dan perawat
pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conference.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
1. Operan
2. Pre conference dan Post conference
3. Mendokumentasikan askep
d. Penilaian Rencana Harian Perawat
Untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan
melalui observasi menggunakan instrumen jurnal rencana harian. Setiap
ketua tim mempunyai instrumen dan mengisinya setiap hari.
Pada akhir bulan dapat dihitung presentasi pembuatan rencana harian
masing-masing perawat.
Presentasi RH =

Jumlah RH yg dibuat

x 100%

Jumlah hari dinas pd bulan tersebut


Rencana bulanan
Rencana bulanan merupakan rencana tindak lanjut yang dibuat oleh kepala
ruangan dan ketua tim. Kegiatan ini meliputi :
a. Rencana bulanan kepala ruangan
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil keempat
pilar atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala
ruangan akan membuat rencana tindak lanjut dalam rangka
peningkatan kualitas hasil.
Kegiatan yang mencakup rencana bulanan kepala ruangan adalah :
1. Membuat jadwal dan memimpin case conference
2. Membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok
3.
4.
5.
6.

keluarga
Membuat jadwal dinas
Membuat jadwal dan memimpin rapat bulanan perawat
Membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan
Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan

perawat pelaksana
7. Melakukan audit dokumentasi
8. Membuat laporan bulanan
b. Rencana bulanan ketua Tim

Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan


kegiatan yang dilakukan ditimnya. Kegiatan-kegiatan yang mencakup
rencana bulanan katim adalah :
1. Mempresentasikan kasus dalam case conference
2. Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
3. Melakukan supervisi perawat pelaksana.
Rencana Tahunan
Setiap akhir tahun Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan
dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta
penyusunan rencana tahunan berikutnya.
Rencana kegiatan tahunan diantaranya mencakup :
1. Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik
proses kegiatan (aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek
professional) serta evaluasi mutu pelayanan.
2. Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing
tim.
3. Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah
pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah
dicapai MPKP bahkan meningkatkannya dimasa mendatang.
4. Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang
karier perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu),
rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal, membuat jadual
untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.
Perencanaan dalam managemen logistik keperawatan
A. Pengertian
Secara umum, Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses
mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran
dan pemeliharaan serta penghapusan material/ alat-alat.
Logistik adalah bagian dari instansi yang tugasnya adalah menyediakan bahan/ barang
yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional instansi tersebut dalam jumlah, kualitas, dan
pada waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga serendah mungkin.
Menurut Siagian (1992), manajemen adalah seni memperoleh hasil melalui berbagai
kegiatan yang dilakukan oleh orang lain, sedangkan logistik adalah bahan untuk kegiatan
operasional yang sifatnya habis pakai. Manajemen logistik adalah suatu ilmu
pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan

pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alatalat.


Tujuan logistik adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam material
dalam jumlah yang tepat pada waktu yang dibutuhkan, dalam keadaan yang dapat
dipakai, ke lokasi dimana logistiklah material mengalir ke kompleks manufacturing
yang sangat luas dari Negara industri, dan produk-produk didistribusikan melalui
saluran-saluran distribusi untuk konsumsi.
B. Fungsi manajement Logistic
1. Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan.
Pengertian umum adalah proses untuk merumuskan sasaran dan menentukan
langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Sedangkan secara khusus perencanan logistik adalah merencanakan
kebutuhan logistik yang pelaksanaannya dilakukan oleh semua calon pemakai (user)
kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing- masing
organisasi( Mustikasari: 2007).
Suatu rencana harus di dukung oleh semua pihak, rencana yang dipaksakan
akan sulit mendapatkan dukungan bahkan sebaliknya akan berakibat tidak lancar
dalam pelaksanaannya. Di bawah ini akan dilukiskan bagan kerjasama antara
pimpinan, perencana, pelaksana dan pengawas (Subagya: 1994). Perencanaan dapat
dibagi ke dalam periode-periode sebagai berikut:
a) Rencana jangka panjang (Long range)
b) Rencana jangka menengah (Mid range)
c) Rencana jangka pendek (Short range)
Periodisasi dalam suatu perencanaan sekaligus merupakan usaha penentuan
skala perioritas secara menyeluruh dan berguna untuk usaha tindak lanjut yang
terperinci. Melalui fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan ini akan
menghasilkan antara lain:
a) Rencana Pembelian
b) Rencana Rehabilitasi
c) Rencana Dislokasi
d) Rencana Sewa
e) Rencana Pembuatan.
Dalam tahapan perencanaan logistik pada umumnya dapat menjawab dan
menyimpulkan pernyataan sebagai berikut:
a) Apakah yang di butuhkan (what) untuk menentukan jenis barang yang tepat?
b) Berapa yang di butuhkan (how much, how many) untuk menentukan jumlah
yang tepat?
c) Bilamana dibutuhkan (when) untuk menentukan waktu yang tepat?
d) Di mana dibutuhkan (where) untuk menentukan tempat yang tepat?

e) Siapa yang mengurus atau siapa yang menggunakan (who) untuk menentukan
orang atau unit yang tepat?
f) Bagaimana diselenggarakan (how) untuk menentukan proses yang tepat?
g) Mengapa di butuhkan (why) untuk mengecek apakah keputusan yang di ambil
benar-benar tepat?
Fungsi perencanaan mencakup aktifitas dalam menetapkan sasaran, pedoman,
dan pengukuran penyelenggaraan bidang logistik. Penentuan kebutuhan
merupakan perincian (detailering) dari fungsi perencanaan, bilamana perlu semua
faktor yang mempengaruhi penentuan kebutuhan harus diperhitungkan.
Fungsi penganggaran, merupakan usaha untuk merumuskan perincian
penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar, yakni skala mata uang serta
jumlah biaya dengan memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku
terhadapnya.
Pengadaan, merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
operasional yang telah digariskan dalam fungsi perencanaan, penentuan kepada
instansi-instansi pelaksana.
Fungsi penyimpanan dan penyaluran, merupan penerimaan, penyimpanan dan
penyaluran perlengkapan yang telah diadakan melalui fungsi-fungsi terdahulu
untuk kemudian disalurkan kepada instansi-instansi pelaksana.
Fungsi pemeliharaan adalah usaha atau proses

kegiatan

untuk

mempertahankan kondisi teknis, daya guna, dan daya hasil barang inventaris.
Fungsi penghapusan, yaitu berupa kegiatan dan usaha pembebasan barang dari
pertanggungjawaban yang berlaku. Dengan perkataan lain, fungsi penghapusan
adalah usaha untuk menghapus kekayaan (assets) karena kerusakan yang tidak
dapat diperbaiki lagi, dinyatakan sudah tua dari segi ekonomis maupun teknis,
kelebihan, hilang, susut dan karena hal-hal lain menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan,
penugasan

suatu

kelompok

tenaga

keperawatan,

menentukan

cara

dari

pengkoordinasian aktivitas yang tepat dan bertanggung jawab untuk mencapai


tujuan organisasi. Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPKP
menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi keperawatan tim-primer.
Secara vertikal ada kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Setiap tim
bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.
Pengorganisasian di ruang MPKP terdiri dari:
a. Struktur organisasi

Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu


organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi menunjukkan
adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau
kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur
organiosasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan.
Struktur organisasi ruang MPKP menggunakan sistem penugasan timprimer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh kepala ruangan yang
membawahi dua atau lebih ketua tim.
Ketua tim berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa perawat
pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada
sekelompok pasien.
Mekanisme pelaksanaan pengorganisasian di ruang MPKP terdiri dari
beberapa hal, yaitu :
1. Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 tim dan tiap tim
diketuai masing-masing oleh seorang ketua Tim yang terpilih melalui
suatu uji.
2. Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua tim mengatur jadual dinas
(pagi, sore, malam)
3. Kepala Ruangan membagi pasien untuk masing-masing Tim.
4. Apabila suatu ketika satu Tim kekurangan Perawat Pelaksana karena
kondisi tertentu. Kepala Ruangan dapat memindahkan Perawat
Pelaksana dari Tim ke Tim yang mengalami kekurangan anggota.
5. Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam, dan
shift pagi apabila karena sesuatu hal kepala ruangan sedang tidak
bertugas. Oleh sebab, itu yang dipilih adalah perawat yang paling
kompeten dari perawat yang ada.
6. Sebagai pengganti Kepala Ruangan adalah Ketua Tim, sedangkan jika
Ketua Tim berhalangan, tugasnya digantikan oleh anggota Tim (perawat
pelaksana) yang paling kompeten di antara anggota tim.
7. Ketua Tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing pasien.
8. Ketua mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
baik yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh Perawat Pelaksana
anggota Timnya.
9. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan lain dilakukan oleh Ketua Tim. Bila
Ketua Tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka tanggung

jawabnya didelegasikan kepada perawat paling kompeten yang ada di


dalam Tim.
10. Masing-masing Tim memiliki buku Komunikasi.
11. Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Daftar dinas ruangan
Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penanggung
jawab dinas/shift. Daftar dinas disusun berdasarkan tim, dibuat dalam 1
minggu sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk
melakukan dinas. Pembuatan jadwal dinas perawat dilakukan oleh kepala
ruangan pada hari terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada minggu
yang selanjutnya bekerjasama dengan ketua tim. Setiap tim mempunyai
anggota yang berdinas pada pagi, sore, dan malam, dan yang lepas dari dinas
(libur) terutama yang telah berdinas pada malam hari.
c. Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama
perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat saat
menjalankan dinas di tiap shift. Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien
yang menjadi tanggung jawab tiap tim selama 24 jam. Setiap pasien
mempunyai perawat yang bertanggung jawab secara total selama dirawat dan
juga setiap shift dinas. Dalam daftar pasien tidak perlu mencantumkan
diagnosa dan alamat agar kerahasiaan pasien terjaga.
Daftar pasien dapat juga menggambarkan tanggung jawab dan tanggung
gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah
keperawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberi informasi bagi
kolega kesehatan lain keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan
keperawatan pasien. Daftar pasien di ruangan diisi oleh ketua tim sebelum
operan dengan dinas berikutnya dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore atau malam
dilakukan oleh ketua tim berdasarkan jadual dinas. Kegiatan ini dilakukan
sebelum operan dari dinas pagi ke dinas sore.
3. Pengarahan

Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervisi, menciptakan iklim


motivasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post
conference, dan manajemen konflik. Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam
bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Istilah

lain

yang

digunakan

sebagai

padanan

pengarahan

adalah

pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya yang


bermuara pada melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya
(Marquis & Houston, 1998). Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugastugas yang mampu kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian.
Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus
melakukan upaya-upaya (Marquis & Houston, 1998) sebagai berikut :
1. Menciptakan iklim motivasi
2. Mengelola waktu secara efisien
3. Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik
4. Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
5. Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi
6. Negosiasi
Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai
berikut :
1. Menciptakan iklim motivasi
2. Komunikasi efektif pada operan antar-shift
3. Komunikasi efektif pada preconference
4. Komunikasi efektif pada postconference
5. Manajemen konflik
6. Supervisi
7. Pendelegasian
Pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam organisasi
pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Pendelegasian dilaksanakan melalui proses :
1. Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan
2. Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas
3. Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan
4. Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuannya
5. Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas

6. Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi masalah


tertentu, manajer harus bisa menjadi model peran dan menjadi nara sumber untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi
7. Evaluasi kinerja setelah tugas selesai
8. Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan

Penerapan Pendelegasian di MPKP berikut ini :


Delegasi dilaksanakan di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas oleh kepala
ruangan kepada ketua tim, ketua tim kepada perawat pelaksana. Pendelegasian
dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas dan wewenang. Pendelegasian tugas
ini dilakukan secara berjenjang. Penerapannya dibagi menjadi 2 jenis yaitu
pendelegasian terencana dan pendelegasian insidentil.
a) Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi
sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan di ruang MPKP,
bentuknya dapat berupa :
1. Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada ketua tim untuk menggantikan
tugas sementara karena alasan tertentu
2. Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada penanggung jawab shift
3. Pendelegasian ketua tim kepada perawat pelaksana dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan yang telah direncanakan
b) Pendelegasian insidentil terjadi apabila salah satu personil ruang MPKP
berhalangan hadir maka pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal ini
yang mengatur pendelegasian adalah kepala seksi perawatan, kepala
ruangan, ketua tim atau penanggung jawab shift, tergantung pada personil
yang berhalangan.
Prinsip-prinsip pendelegasian tugas di MPKP berikut ini :
1. Pendelegasian tugas yang terencana harus menggunakan format pendelegasian
tugas.
2. Personil yang menerima pendelegasian tugas adalah personil yang berkompeten
dan setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya.
3. Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal secara terinci,
baik lisan maupun tertulis.
4. Pejabat yang mengatur pendelegasian tugas wajib memonitor pelaksanaan tugas
dan menjadi rujukan bila ada kesulitan yang dihadapi.
5. Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah
dilaksanakan dan hasilnya.

4. Pengendalian
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau standar. Output
(hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan (standar) yang
telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan
keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan (pasien), keluarga,
perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah BOR, ALOS, TOI,
audit dokumen keperawatan. Survei masalah keperawatan diperlukan untuk rencana
yang akan datang.
Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua
kegiatan yang dilakukan terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat
bekerja sama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat sendiri.
Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktifitas
sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin
kualitas serta pengevaluasian penampilan, langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam pengendalian/pengontrolan meliputi :
1.
2.
3.
4.

Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja


Melakukan pengukuran prestasi kerja
Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
Mengambil tindakan korektif
Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk

menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan penilaian
pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat tiga kategori audit keperawatan yaitu :

1. Audit struktur
Audit Struktur berfokus pada sumber daya manusia; lingkungan perawatan,
termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standar, SOP
dan rekam medic; pelanggan.
2. Audit Proses
Audit Proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan untuk
menentukan apakah standar keperawatan tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat
retropektif, concurrent, atau peer review. Retropektif adalah audit dengan
menelaah dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pemeriksaan
dokumentasi asuhan keperawatan. Concurrent adalah mengobservasi saat

kegiatan keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah umpan balik


sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.
3. Audit Hasil
Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi
SDM, dan indikator mutu.
Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan pasien dan kepuasan, yaitu :
a
b
c

Audit dokumentasi asuhan keperawatan


Survey masalah baru
Kepuasan pasien dan keluarga

Kondisi SDM dapat berupa efektifitas dan efisiensi serta kepuasan, yaitu :
a
b

Kepuasan tenaga kesehatan: perawat, dokter


Penilaian kinerja perawat

Indikator mutu umum yaitu :


a
b
c
d
e

Prosentasi pemakaian tempat tidur (BOR)


Rata-rata lama rawat seorang pasien (ALOS)
Tempat tidur tidak terisi (TOI)
Angka infeksi nasokomial (NI)
Angka dekubitus dan sebagainya.

2. Pilar II: Sistem Penghargaan (Compensatory Reward)


Compensatory reward (kompensasi penghargaan) menjelaskan manajemen
keperawatan khususnya manajemen sumber daya manusia (SDM) keperawatan.
Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan tenaga keperawatan
agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai.
Metode dalam menyusun tenaga keperawatan seharusnya teratur, sistematis,
rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan
yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
sesuai yang diharapkan.
Manajemen SDM di ruang MPKP berfokus pada proses rekruitmen, seleksi,
kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat.
Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada
penambahan perawat baru.
3. Pilar III: Hubungan Profesional

Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata (tim


kesehatan) dalam penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga). Pada
pelaksanaannya hubungan professional secara interal artinya hubungan yang
terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan
perawat, perawat dengan tim kesehatan dan lainlain. Sedangkan hubungan
professional secara eksternal adalah hubungan antara pemberi dan penerima
pelayanan kesehatan.
4. Pilar IV : Manajemen Asuhan Keperawatan
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat
dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu.
Manajemen asuhan keperawat yang diterapkan di MPKP adalah asuhan
keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.
D. Komponen-komponen MPKP
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional, yaitu
sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)

Ketenagaan Keperawatan
Metoda pemberian asuhan keperawatan
Proses Keperawatan
Dokumentasi Keperawatan

1. Ketenagaan keperawatan
Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang
diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut
Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi 3
kategori, yaitu :
Waktu Klasifikasi
Minimal
Partial
Total

Pagi
0.17
0.27
0.36

Sore
0.14
0.15
0.30

Malam
0.10
0.7
0.20

a. Perawatan minimal : memerlukan waktu 1 2 jam/24 jam yang terdiri atas:


1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.

5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.


6) Persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
b. Perawatan intermediet : memerlukan waktu 3 4 jam/24 jam yang terdiri atas:
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4) Voley kateter/intake output dicatat
5) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan, memerlukan prosedur
c. Perawatan maksimal/total: memerlukan waktu 5 6 jam/24 jam:
1) Segala diberikan/dibantu
2) Posisi yag diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
3) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
4) Pemakaian suction
5) Gelisah/disorientasi
Menurut Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan
perpasien untuk dinas pagi, sore dan malam.

2. Metode pemberian asuhan keperawatan


Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian asuhan
keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap metoda memiliki
keuntungan dan kerugian masing-masing.
Terdapat 3 pola yang sering digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan,
yaitu penugasan fungsional, penugasan tim , penugasan primer.
1. Penugasan Keperawatan Fungsional:
Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dinama fungsi keperawatan
tertentu ditugaskan pada setiap perawat pelaksana, misalnya seorang perawat
ditugaskan khusus untuk tindakan pemberian obat, perawat yang lain untuk
mengganti verband, penyuntikan, observasi tanda-tanda vital, dan sebagainya.
Tindakan ini didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing perawat
pelaksana. Oleh karena itu kepala Ruangan terlebih dahulu mengidentifikasi tingkat
kesulitan tindakan tersebut, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung
jawab mengerjakan tindakan yang dimaksudkan. Setiap perawat pelaksana

bertanggung jawab langsung kepada kepala Ruangan. Tidak ada perawat pelaksana
yang bertanggung jawab penuh untuk asuhan keperawatan pada seorang pasien.
Keuntungan:
1)
2)

Menyelesaikan banyak pekerjaaan dalam waktu singkat.


Tepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan/kurang tenaga

keperawatan professional.
3) Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan selalu
berulang-ulang dikerjakan.
Kerugian:
1)
2)
3)
4)
5)

Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat.


Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.
Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.
Pelayanan tidak professional.
Pekerjaan monoton, kurang tantangan.

2. Penugasan Keperawatan Tim:


Adalah suatu bentuk sistem/metoda penugasan pemberian asuhan keperawatan,
dimana Kepala Ruangan membagi perawat pelaksana dalam beberapa kelompok atau
tim, yang diketuai oleh seorang perawat professional/berpengalaman. Metoda ini
digunaklan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan
kemampuannya.
Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan seluruh
kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan anggota tim. Tujuan
metoda penugasan keperawatan tim untuk memberikan keperawatan yang berpusat
kepada pasien. Ketua Tim melakukan pengkajian dan menyusun rencana keperawatan
pada setiap pasien, dan anggota tim bertanggung jawab melaksanakan asuhan
keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat.
Oleh karena kegiatan dilakukan bersama-sama dalam kelompok, maka ketua
tim seringkali melakukan pertemuan bersama dengan anggota timnya (konferensi tim)
guna membahas kejadian-kejadian yang dihadapi dalam pemberian asuhan
keperawatan.
Keuntungan:
1) Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan pasien.

2) Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapaty dipertanggung


jawabkan.
3) Membutuhkan biaya lebih sedikit/murah, dibanding sistem penugasan lain.
4) Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan professional.
Kerugian :
1. Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.
2. Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/konferensi, karena
anggotanya terbagi-bagi dalam shift.
3. Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas, dibandingkan dengan
anggota tim.
E. Penugasan Keperawatan Primer
Keperawatan primer adalah suatu metoda pemberian asuhan keperawatan
dimana perawat perofesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap
asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Tanggung jawab meliputi pengkajian
pasien, perencanaan , implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak
pasien masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas
utama perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet.
Keperawatan primer ini akan menciptakan kesepakatan untuk memberikan
asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan keperawatan berorientasi
kepada pasien.
Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien di bawah
tanggung

jawab

perawat

primer,

dan

perawat

asosiet

yang

akan

mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan dalam timdakan keperawatan.


Keuntungan:
1) Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab dan tanggung
2)
3)
4)
5)
6)
7)

gugat meningkat.
Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien.
Terciptanya kolaborasi yang baik.
Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan.
Metoda ini mendukung pelayanan professional.
Penguasaan pasien oleh seorang perawat primer.

Kerugian:

1) Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus perawat


professional.
2) Biaya yang diperlukan banyak.
3. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan
perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah
pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang
fragmatis dalam pengambilan keputusan adalah :
a.
b.
c.
d.

Identifikasi masalah
menyusun alternatif penyelesaikan masalah
pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya
evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.
Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-langkah proses

keperawatan yaitu :
a. pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistic
b. diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah masalah
keperawatan
c. rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah
d. implementasi rencana, dan
e. evaluasi hasil tindakan.
4. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan
keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi mengenai
keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan. Disamping itu,
dokumentasi merupakan dokumen legal tentang pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih
spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber
data untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan bukti
pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan.
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi berdasarkan
masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan tindakan keperawatan,
dan catatan perkembangan pasien.
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, Hoffart &
Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu nilai nilai

professional yang merupakan inti MPKP, hubungan antar professional, metode pemberian
asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan
keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan.
Lima subsistem dalam pengembangan MPKP adalah sebagai berikut:
a.

Nilai nilai professional


Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga,
menjadi partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan dan
evaluasi

renpra.

PP

mempunyai

otonomi

dan

akuntabilitas

untuk

mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang dilakukan


oleh PA. hal ini berarti PP mempunyai tanggung jawab membina performa PA agar
melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai profesional.

Nilai-nilai profesional digariskan dalam kode etik keperawatan yaitu:


1)
2)
3)
4)
5)
b.

Hubungan perawat klien


Hubungan perawat dan praktek
Hubungan perawat dan masyarakat
Hubungan perawat dan teman sejawat
Hubungan perawat dan profesi

Hubungan antar professional


Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling mengetahui
perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga mampu memberi informasi
tentang kondisi klien kepada profesional lain khususnya dokter. Pemberian informasi
yang akurat akan membantu dalam penetapan rencana tindakan medik.

c.

Metode pemberian asuhan keperawatan


Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi
keperawatan primer ehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP, PP akan
mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada renpra
sesuai kebutuhan klien.

d.

Pendekatan manajemen

Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi
yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP.
Dengan demikian, PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan. Sebagai seorang
manajer, PP harus dibekali dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan
sehingga PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.

e.

Sistem kompensasi dan panghargaan.


PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan
keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi dan
penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau
kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.
Pelayanan prima keperawatan dikembangkan dalam bentuk model praktek

keperawatan profesional (MPKP), yang pada awalnya dikembangkan oleh Sudarsono (2000)
di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo dan beberapa rumah sakit umum lain. Menurut
Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya
manusia yang ada yaitu:
a. Model praktek Keperawatan Profesional III
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada yang
sudah doktor, sehingga praktik keperawatan berdasarkan evidence based. Di ruangan
tersebut juga dilakukan penelitian keperawatan, khususnya penelitian klinis.
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan spesialis yang
dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di ruangan ini digunakan hasilhasil penelitian keperawatan dan melakukan penelitian keperawatan.
c. Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode pemberian
asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Metode yang digunakan pada
model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim yang disebut
tim primer.
d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan yang akan
menuju profesional I.

MPKP Profesional dibagi 3 tingkatan yaitu:


a.

MPKP I
MPKP dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3 keperawatan tetapi Kepala
Ruangan (Karu) dan Ketua Tim (Katim) mempunyai pendidikan minimal S1

b.

Keperawatan.
MPKP II
MPKP Intermediate dengan tenaga minimal D3 Keperawatan dan mayoritas Sarjana

c.

Ners keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa.


MPKP III
MPKP Advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners keperawatan, sudah
memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan doktor keperawatan yang bekerja di
area keperawatan jiwa..
MPKP telah diterapkan di berbagai rumah sakit jiwa di Indonesia (Bogor, Lawang,

Pakem, Semarang, Magelang, Solo, dan RSUD Duren Sawit). Bentuk MPKP yang
dikembangkan adalah MPKP transisi dan MPKP pemula. Hasil penerapan menunjukkan hasil
BOR meningkat, ALOS menurun, angka lari pasien menurun. Ini menunjukkan bahwa
dengan MPKP pelayanan kesehatan jiwa yang diberikan bermutu baik.Pada modul ini akan
dikembangkan penatalaksanaan kegiatan keperawatan berdasarkan 4 pilar nilai profesional
yaitu management approach, compensatory reward, professional relationshipdan patient care
delivery.
Pilar-pilar professional diaplikasikan dalam bentuk aktivitas-aktivitas pelayanan professional
yang dipaparkan dalam bentuk 4 modul.
Modul-modul tersebut adalah:
1.

Modul I

: Manajemen Keperawatan

2.

Modul II

: Compensatory Reward

3.

Modul III

: Professional Relationship

4.

Modul IV

: Patient Care Delivery

Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP dengan
model MPKP pemula. Kegiatan tersebut dapat dikembangkan jika tenaga keperawatan yang
bekerja lebih berkualitas atau model MPKP telah meningkat ke bentuk MPKP Profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam (2002) Manajemen Keperawatan; Aplikasi pada praktek perawatan profesional,


Salemba Medika, Jakarta
Brown, Montague. 1997. Manajemen Perawatan Kesehatan. Jakarta : EGC
Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika
Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Suarli dan Bahtiar, Yanyan. 2002. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Erlangga

You might also like