Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan di
dalamnya, baik faktor intrinsic dalam diri lansia tersebut seperti gangguan gaya
berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope dan dizzines,
serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata, tersandung benda
benda, penglihatan kurang karena cahaya kurang terang, dan sebagainya.
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang
melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai /
tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka ( Reuben,
1996 ).
Berdasar survai di masyarakat AS, Tinetti ( 1992 ) mendapatkan sekitar 30%
lansia umur lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahunnya, separuh dari angka tersebut
mengalami jatuh berulang. Reuben dkk ( 1996 ) mendapatkan insiden jatuh di
masyarakat AS pada umum lebih dari 65 tahun berkisar populasi lansia setiap
tahun, dengan rata-rata jatuh 0,6/orang. Insiden di rumah rumah perawatan (nursing
home) 3 kali lebih banyak ( Tinetti, 1992 ). 5 % dari penderita jatuh ini mengalami
patah tulang atau memerlukan perawatan di rumah sakit. Kane dkk ( 1994 )
mendapatkan dari survai masyarakat di AS lansia umur lebih dari 65 tahun
menderita jatuh setiap tahunnya dan sekitar 1/40 memerlukan perawatan rumah sakit.
Sedangkan di rumah rumah perawatan sekitar 50% penghuninya mengalami jatuh
dengan akibat antara 10 25%nya memerlukan perawatan di rumah sakit.
Sedangkan di Indonesia, Diketahui jumlah korban kecelakaan lalu lintas di
Indonesia pada tahun 2003-2007 mayoritas adalah usia dewasa. Namun korban
kecelakaan lalu lintas usia 51-60 tahun yang di dalamnya terdapat golongan lansia,
jumlahnya meningkat pesat dari tahun sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa golongan
usia tersebut masih banyak yang menjadi pengguna jalan raya. Pada usia 51-60 tahun
1
pertumbuhan rata-rata korban kecelakaan lalu lintas mencapai 73,34 % dan jumlah
korbannya lebih banyak dari usia anak-anak (5-15 tahun). Hasil penelitian Riyadina,
dkk (2009) juga menunjukkan bahwa lansia berisiko cedera akibat kecelakaan lalu
lintas 1,37 kali lebih besar daripada anak-anak. Diketahui jumlah korban kecelakaan
lalu lintas di Indonesia pada tahun 2003-2007 mayoritas adalah usia dewasa. Namun
korban kecelakaan lalu lintas usia 51-60 tahun yang di dalamnya terdapat golongan
lansia, jumlahnya meningkat pesat dari tahun sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa
golongan usia tersebut masih banyak yang menjadi pengguna jalan raya. Pada usia
51-60 tahun pertumbuhan rata-rata korban kecelakaan lalu lintas mencapai 73,34 %
dan jumlah korbannya lebih banyak dari usia anak-anak (5-15 tahun). Hasil penelitian
Riyadina, dkk (2009) juga menunjukkan bahwa lansia berisiko cedera akibat
kecelakaan lalu lintas 1,37 kali lebih besar daripada anak-anak.
Penatalaksanaan secara umum pada lansia dengan resiko jatuh yaitu untuk
mencegah terjadinya jatuh berulang dan menerapi komplikasi yang terjadi,
mengembalikan fungsi AKS terbaik, mengembalikan kepercayaan diri penderita.
Oleh karena itu penting bagi kita selaku tenaga kesehatan yaitu perawat
komunitas untuk menciptakan keselamatan dan kesehatan bagi lansia, dalam makalah
ini akan dibahas tanggung jawab serta peran serta dari perawat sesuai tugas dan
kewajibannya sehingga diharapkan setelah mempelajari makalah ini kita dapat
memberikan asuhan keperawatan bagi lansia dengan resiko jatuh.
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan lansia dengan resiko jatuh
1.2.2
Tujuan Khusus
1. Mampu memahami konsep lansia dan jatuh
2. Mampu memahami faktor-faktor resiko lansia dengan resiko jatuh
3.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Menurut Depkes RI (1999), pengertian lansia adalah seseorang yang berusia
60 tahun keatas. Danish Med Bull (1987), mendefinisikan risiko jatuh sebagai suatu
kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar menjadi berada dipermukaan tanah
tanpa disengaja. Dimana kita ketahui pada lansia mengalami perubahan secara
fisiologis, seperti pada sistem muskuloskeletal, menurut makhudli (2009) pada sistem
muskuloskeletal pada lansia yang terjadi adalah tulang kehilangan kepadatannya
(density) dan semakin rapuh, kifosis, persentian membesar dan menjadi kaku, tendon
mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot sehingga gerak seseorang
menjadi lambat, otot-otot kram dan menjadi tremor.
Jatuh merupakan suatu ketidakmampuan untuk mempertahankan pusat
gravitasi diantara kedua kaki. Pada lansia kejadian jatuh lazim didahului oleh episoda
instabilitas (sulit berjalan). Kejadian ini adalah pada pasien geriatri yang kerap kali
muncul sebagai manifestasi penyakit akut lain dan juga dilatar-belakangi oleh
perubahan fisiologik akibat proses penuaan. Gejala instabilitas dan jatuh sering terjadi
namun acap kali lepas dari pengamatan dokter bahkan keluarga. Kejadian jatuh
memiliki resiko besar untuk menimbulkan berbagai penyakit yang akan mengancam
kualitas hidup pasien berusia lanjut ini bisa berupa jejas jaringan, nyeri, imobilisasi
maupun fraktur.
2.2
Epidemiologi
Data di klinik layanan terpadu usia lanjut RSUPN CM tahun 2000
menunjukkan angka kejadian instabilitas sebesar 15,53% atau 285 kasus. Di ruang
rawat akut geriatri RSUPN CM, pada tahun 2001 tercatat 15 pasien (dari 146 pasien)
yang dirawat karena instabilitas dan sering jatuh. Di ruangan yang sama pada tahun,
1999, 2000 dan 2001 masing-masing tercatat sebanyak 25 pasien, 31 pasien dan 42
pasien yang dirawat karena fraktur femur akibat jatuh. Data di Amerika menunjukkan
3
bahwa 35-40% dari penduduk diatas usia 65 tahun pernah mengalami jatuh setiap
tahunnya.
2.3
2.4
Faktor resiko
a. Faktor intristik
Jatuh bisa merupakan manifestasi dari penyakit lain yang dialami oleh lansia,
biasanya terjadi karena adanya penyakit sistemik seperti gagal jantung, infark
miokad, pneumonia, infeksi saluran kencing, penyakit neurologis, hipoglikemia
hiperglikemi, hiponatremi, hipoksia dan gangguan keseimbangan asam basa.
Hiperkoagulasi atau hiperagregasi trombosit juga merupakan faktor yang berperan
besar. Hiperkoagulasi akan menurunkan kecepatan aliran darah serebral sehingga
mengganggu vaskularisasi neuron di otak dengan akibat gangguan metabolisme
serebral yang pada gilirannya menimbulkan serangan gangguan aliran darah otak
yang bersifat sementara. Gejala TIA (Transient ischaemic attack) bisa
bermanifestasi sebagai instabilitas.
Faktor lain bisa berupa gangguan penglihatan, pendengaran serta gangguan
pada alat keseimbangan yang muncul dalam bentuk vertigo. Vertigo juga bisa
diakibatkan oleh tidak seimbangnya aliran darah ke otak karena berbagai sebab;
4
Manifestasi klinis
Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cendera fisik maupun psikologis.
Cedera fisik akibat jatuh bisa berupa cidera jaringan lunak sekitar bokong, panggul,
cidera lutut, fraktur, cidera belakang kepala, cidera frontal kepala, dikubitus akibat
imobilisasi. Kerusakan psikologis yang diakibatkan dari jatuh, syok setelah jatuh dan
5
rasa takut akan jatuh lagi dapat memiliki banyak konsekuensi, termasuk ansietas,
hilangnya rasa percaya diri, menarik diri dari kegiatan sosial, pembatasan dalam
aktifitas sehari-hari, sindrom setelah jatuh (menggenggam dan mencengkram),
falafobia (fobia jatuh), hilangnya kemandirian dan pengendalian, depresi, perasaan
rentan dan rapuh, dan perhatian tentang kematian dan keadaan menjelang ajal,
menjadi beban keluarga dan teman-teman, atau memerlukan institusionalisasi.
Menurut penelitihan, di Amerika terdapat kejadian sekitar 1% kejadian
terjatuh pada lansia mengakibatkan fraktur femure, 25%
kejadian jatuh
Peran Perawat
Fenomena yang menjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses
penuaan.
masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah
Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit.
1. JPKM
JPKM yang merupakan salah satu program pokok perawatan kesehatan
masyarakat yang ada di puskesmas sasarannya adalah yang didalamnya ada
keluarga lansia. Perkembangan jumlah keluarga yang terus menerus meningkat
dan banyaknya keluarga yang berisiko tentunya menurut perawat memberikan
pelayanan pada keluarga secara professional. Tuntutan ini tentunya membangun
Indonesia Sehat 2015 yang salah satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharan
Kesehatan Masyarakat (JPKM).
2. Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia
lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu
lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas
dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan
organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus Semu
Di kelurahan Sidomulyo terdapat lansia (usia >60 tahun) berjumlah 120 orang yang terdiri
dari 50 laki-laki dan 70 perempuan. Kelurahan tersebut terletak di daerah pegunungan, tipe
perumahan mayoritas tidak permanen, jarak antara satu rumah yang satu dengan lainnya
sangat berdekatan dan dinding kayu tidak dicat. Mayoritas penduduk kelurahan Sidomulyo
bekerja sebagai petani. Layanan kesehatan yang ada hanya puskesmas. Transportasi yang
digunakan penduduk adalah transportasi umum.
Asuhan keperawatan lansia risiko jatuh yang dilakukan di Kelurahan Sidomulyo
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian status kesehatan
lansia risiko jatuh, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pemberian asuhan keperawatan
35
30
Ungu :
perempuan
25
20
Abu-abu : lakilaki
15
10
0
>60 tah u n
2.
>70 tah u n
>80 tah u n
>90 tah u n
Status perkawinan
97% dari lansia kawin, 3% dari lansia belum kawin.
3.
Hindu; 500%; 4%
Kristen; 3800%; 32%
Islam
Kristen
Hindu
Data subsistem
ada degradasi warna pada anak tangga untuk rumah yang bertingkat, tidak
ada pegangan pada dinding rumah yang digunakan untuk lansia dalam
bermobilisasi. Kebersihan lingkungan terjaga dengan baik, status
kepemilikan sebagian besar rumah sendiri. Tidak ada aktivitas di luar
rumah selain bercocok tanam. Batas wilayah kelurahan Sidomulyo yaitu
sungai C, sawah dan desa lainya
Auskultasi : Hasil wawancara dengan kepala desa, ketua RW, tidak ada kegiatan atau
organisasi untuk para lansia. Lansia hanya beraktivitas bercocoktanam
seperti yang dilakukan oleh orang dewasa muda.
Angket :
1. Angket Riwayat Kesehatan Lansia
Angket disebarkan kepada keluarga yang mempunyai anggota keluarga lansia.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Riwayat Kesehatan Lansia
Jumlah (orang)
1. Gangguan Penglihatan
79
2. Gangguan Pengdengaran
32
3. Gangguan Urologi
34
25
10
7. Riwayat Jatuh
87/120
23/50
10/50
2/50
11/50
22/50
15
Pada tabel di atas disebutkan oleh lansia bahwa riwayat kesehatan lansia pada
Kelurahan Sidomulyo sebagian besar mengalami riwayat jatuh sejumlah 87 orang dan
untuk riwayat jatuh berulang sebanyak 15 orang.
Seksualitas:
Aktivitas Seksual
Jenis Kelamin
Andropause
Menopause
Laki-Laki
15
35
Perempuan
14
56
Ketersediaa
Keteranga
Harapan
Realisasi
11
Fasilitas
Terdapat
Sebanyak
Tidak
Puskesmas
100/120
memungkinkan
Kesehatan
merealisasikan
n terdapatnya fasilitas
kesehatan
fasilitas
kesehatan
dan
yang
memadai
lengkap
dan ada.
memadai
Transportasi
Angkutan
Sebanyak
Kendaraan
umum
Umum
98/120
ada
belum
tetapi
koordinasi
n terdapatnya menuju
tempat
fasilitas
pelayanan
berupa
kesehatan
transportasi
yang
dapat
mengantar
lansia
ke
pelayanan
kesehatan
Posyandu
Lansia
Sebanyak
Kurangnya
110/120
pengetahuan warga
Sidomulyo tentang
n terdapatnya manfaat
posyandu
lansia
dari
untuk penggunaan
memonitoring
kesehatan
untuk
digunakan
12
lansia
sebagai
posyandu
lansia
13
60
50
40
30
Tida k Sekola h
SR
SMP
SMA
20
10
0
Pria
Wanita
Pendidikan lansia terbanyak adalah Tidak sekolah sebanyak 97 orang dan yang
bersekolah sampai pada tingkat SMA sebanyak 2 orang
3.1.2.8 Rekreasi
Rekresi yang umunya dilakukan lansiahanya berkebun, mendengarkan radio, dan
menonton televisi. Jarang lansia yang pergi ke pusat kota untuk mengunjungi mal
mal dan pusat perbelanjaan atau liburan keluarga.
3.2 Analisis Data
NO
PENGELOMPOKAN DATA
KEMUNGKINAN
PENYEBAB
MASALAH
1.
DS:
1. Tidak ada
pewarnaan cat
pada rumah yang
dapat
membedakan
antara satu dengan
yang lain
Ketidakefektifan
koping komunitas
2. Kurangnya
pengetahuan
keluarga yang
mempunyai lansia
untuk memenuhi
kebutuhan dan
menjaga kesehatan
lansia
14
DO:
1. Dari hasil angket, sebanyak 87
lansia mengalami riwayat jatuh
dan riwayat jatuh berulang 15
orang
2. Bangunan rumah yang tidak
disesuaikan untuk kondisi lansia
3. Tidak adanya posyandu lansia
di kelurahan Sidomulyo
4. Tidak adanya transportasi yang
melewati tempat pelayanan
kesehatan selain kendaraan
pribadi
3. Masyarakat
kurang
memikirkan
alternatif
kendaraan lain
untuk menjangkau
tempat pelayanan
kesehatan.
ketidakadekuatan
pemecahan
masalah
sekunder
akibat
kurangnya
Intervensi
1. Menggunakan fasilitas yang ada di
Rasional
Menggunakan sumberdaya yang ada agar
kelurahan Sidomulyo untuk dijadikan sebagai dapat menunjang keseahatan lansia
tempat posyandu lansia misanya balai desa,
rumah dari perangkat desa atau rumah
penduduk yang mempunyai halaman luas
2. Membentuk dan melatih kader-kader dari
warga kelurahan sidomulyo untuk membantu
16
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas. Sedangkan risiko jatuh
adalah suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar menjadi berada
dipermukaan tanah tanpa disengaja. Pada lansia kejadian jatuh lazim didahului oleh
episoda instabilitas (sulit berjalan). Kejadian ini adalah pada pasien geriatri yang
kerap kali muncul sebagai manifestasi penyakit akut lain dan juga dilatar-belakangi
oleh perubahan fisiologik akibat proses penuaan. Peran perawat gerontik yaitu sebagai
care giver atau pemberi asuhan langsung, sebagai pendidik klien lansia, sebagai
motivator, sebagai advokasi, sebagai konselor dengan sifat pelayanan yang
independent, interdependent, dan humanistik. Intervensi asuhan keperawatan pada
lansia dengan resiko jatuh yaitu yang utama memberikan informasi faktor-faktor yang
meningkatkan resiko cedera, rasionalnya yaitu supaya dapat mengantisipasi timbulnya
cedera
.
4.2
Saran
Setelah memahami paparan makalah diatas, seorang perawat komunitas yang
profesional diharapkan mampu melaksanakan asuhan keperawatan gerontik secara
maksimal, terutama masalah KDM lansia yang sering terbengkalai.
17
DAFTAR PUSTAKA
Maryam, R Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta: Salemba Medika
Carpenito Moyet,L.J.2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta : EGC
Jeffrey B. Halter,dkk.2009.Hazzard's Geriatric Medicine and Gerontology, 6thEdition. USA:
McGraw-Hill Companies
Patricia Gauntlett Beare. RN, Phd. 2007. Gerontological Nursing : A Health Promotion
Protection Approach. Jakarta : EGC
Supartono, Siti Setiati, dkk. 2003. Penatalaksanaan Pasien Geriatri dengan Pendekatan
Interdisiplin. Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Indonesia
18