Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Diabetes adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan terjadinya
resistensi insulin, sekresi insulin yang tidak memadai, atau gabungan keduanya.
Manifestasi klinis gangguan tersebut adalah hiperglikemia. Pasien diabetes
diklasifikasikan ke dalam 2 kelompok, yaitu diabetes tipe 1 yang disebabkan oleh
defisiensi absolut insulin, dan diabetes tipe 2 didefinisikan adanya resistensi
insulin dengan meningkatnya kompensasi sekresi insulin yang tidak memadai.
Wanita yang mengalami diabetes selama masa kehamilan dikelompokkan sebagai
diabetes gestasional.
Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemia yang dikaitkan dengan masalah metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein dan dapat menimbulkan komplikasi kronik seperti gangguan
mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Dipiro, 2007)
2.1.2
Etiologi
DM tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak
Manifestasi Klinis
Insulin merupakan hormon yang penting untuk kehidupan. Hormon ini
1. Komplikasi Makrovaskuler
timbulnya
komplikasi-komplikasi
mikrovaskuler,
antara
lain
jam pemberian larutan glukosa 11,1 mmol/l (200 mg/dl), maka dapat dikatakan
seseorang menderita diabetes melitus (Holt and Kumar, 2010; Scobie, 2007;
Soegondo dkk, 2004).
Tabel 2.1 Kriteria penegakan diagnosis
Glukosa Plasma
Puasa
Normal
<100 mg/dL
Pra-diabetes
100 125 mg/dL
IFT atau IGT
Diabetes
126 mg/dL
Keterangan:
IFT
= Impaired Fasting Glucose (IFG)
IGT = Impaired Glucose Tolerance
(Sumber: Depkes RI, 2005)
Glukosa Plasma 2
Jam setelah makan
<140 mg/dL
140 199 mg/dL
>200 mg/dL
2.1.5
Penatalaksanaan
Tindakan yang dapat dilakukan dalam menangani kadar gula darah adalah:
a. Diet
Karena diet merupakan langkah awal dari usaha untuk penanganan diabetes.
b. Gerak badan
Latihan fisik atau olahraga teratur dapat memperbaiki pengendalian kadar glukosa
karena meningkatkan sensitivitas insulin.
d. Farmakoterapi
1. Obat antidiabetik oral
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat hipoglikemik oral dapat
dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
a. Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat hipoglikemik
oral golongan sulfonilurea dan glinida (meglitinida dan turunan
fenilalanin).
b. Sensitiser insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel
terhadap insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanida dan
tiazolidindion, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin
secara lebih efektif.
c. Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor -glukosidase yang
bekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan untuk
mengendalikan hiperglikemia post-prandial (post-meal hyperglycemia).
Disebut juga starch-blocker.
2. Insulin
Insulin disintesis di sel pankreas dari prekursor 110 asam amino rantai
tunggal yang disebut preproinsulin. Setelah translokasi melalui membran
retikulum endoplasma kasar, peptide penanda N-terminal 24-asam amino dari
preproinsulin segera dipotong untuk membentuk proinsulin. Disini molekul akan
melipat dan terbentuk ikatan disulfida. Pada konversi proinsulin manusia menjadi
insulin di kompleks Golgi, empat asam amino basa dan peptida C atau peptida
penghubung yang tersisa dihilangkan melalui proteolisis. Hal ini menghasilkan
dua rantai peptida molekul insulin (A dan B), yang mengandung ikatan disulfida
satu intrasubunit dan dua intrasubunit. Rantai A biasanya terdiri dari 21 residu
asam amino dan rantai B memiliki 30 residu (Gilman, 2007).
Untuk tujuan terapeutik, dosis dan konsentrasi insulin dinyatakan dalam
unit (U). Tradisi ini dimulai ketika sediaan hormon belum murni dan perlu untuk
menstandardisasi sediaan ini melalui uji hayati. Satu unit insulin setara dengan
jumlah yang dibutuhkan untuk menurunkan konsentrasi glukosa darah pada
kelinci yang berpuasa menjadi 45 mg/dl. Sediaan homogen insulin manusia
mengandung antara 25-30 U/mg (Gilman, 2007).
Insulin merupakan hormon utama yang bertanggungjawab untuk
mengontrol ambilan, penggunaan dan penyimpanan nutrisi sel. Jaringan target
yang penting untuk pengaturan homeostasis glukosa oleh insulin adalah hati, otot,
dan lemak, tetapi insulin juga menggunakan efek pengaturan yang kuat terhadap
jenis sel lainnya. Stimulus transport glukosa kedalam jaringan otot dan adipos
merupakan bagian penting pada respon fisiologis terhadap insulin. Glukosa
memasuki sel dengan cara difusi terfasilitasi melalui salah satu family transporter
hati,
insulin
menghambat
produksi
glukosa,
menurunkan
c. Pencitraan jantung
Radionuclide angiocardiography digunakan untuk mengukur fraksi ejeksi,
performa ventrikel, keluaran jantung, volume ventrikel, regurgitasi katup,
dan abnormalitas dinding jantung.
d. Echocardiography
Echocardiography berguna jika pasien mempunya riwayat penyakit katup
pericardial atau disfungsi ventrikel.
e. Kateterisasi jantung dan arteriografi koroner
2.2.5
Penatalaksanaan
Menurut American College of Cardiology (ACC) dan American Heart
Association (AHA), terapi awal untuk pasien CAD adalah dengan pemberian
oksigen intranasal (jika saturasi oksigen <90%), nitrogliserin sublingual, asprin,
beta blocker oral, dan antikoagulan dan agen fibrinolitik. Sedangkan terapi untuk
pasien CAD yang pernah mengalami infark miokard sebelumnya (CAD Old
Myocardial Infarction/CAD OMI) adalah beta blocker, ACEIs, aspirin, lipidlowering agents, antagonis aldosteron, dan antikoagulan (Dipiro, 2007).
a. Beta Blocker
Pada pasien CAD, manfaat pemberian beta blocker diperoleh dari
kemampuannya menginhibisi secara kompetitif reseptor beta-1 yang
terletak di miokardium. Inhibisi tersebut menyebabkan pengurangan
denyut jantung, kontraktilitas miokardium, tekanan darah, dan penurunan
kebutuhan oksigen miokardial. Selain itu, pengurangan denyut jantung
akan meningkatkan diastolic time, yang akan memperbaiki pengisian
ventrikel dan perfusi arteri koroner. Akibatnya, beta blocker
akan
2.3.5 Penatalaksanaan
Target terapi gagal jantung kronik adalah meminimalisir hingga
menghilangnya gejala, meningkatkan kualitas hidup, mengurangi angka rawat
inap, memperlambat peningkatan keparahan penyakit, serta memperpanjang
ketahanan (Sukandar, dkk., 2008). Prinsip manajemen terapi juga meliputi
pengurangan beban kerja jantung, meningkatkan kinerja memompa jantung
(kontraktilitas), dan juga mengontrol penggunaan garam (Andreoli, et. all., 1997).
Pemilihan obat yang tersedia untuk pengobatan gagal jantung kongestif
bersifat terbatas dan terfokus terutama untuk mengontrol gejala-gejala yang
terjadi. Obat sekarang telah dikembangkan baik untuk memperbaiki gejala, dan
yang terpenting, memperpanjang kelangsungan hidup.
a.
dari 20 tahun. Golongan obat ini juga telah dipelajari secara ekstensif dalam
pengobatan gagal jantung kongestif. Obat-obat ini menghambat pembentukan
angiotensin II, suatu hormon dengan efek yang berpotensi mempengaruhi jantung
dan sirkulasi pada pasien gagal jantung. Penelitian yang dilakukan pada beberapa
ribu pasien,
cairan
melalui
ginjal. Meskipun
diuretik
efektif
dalam
menghilangkan gejala seperti sesak napas dan pembengkakan kaki, diuretik belum
menunjukkan untuk memberikan dampak positif pada kelangsungan hidup jangka
2.4 Hipertensi
2.4.1 Definisi
Hipertensi atau Darah tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal. Hipertensi didefenisikan sebagai
tekanan darah diastolik tetap lebih besar dari 90 mmHg disertai dengan kenaikan
tekanan darah sistolik (140 mmHg) (Mycek, 2001).
Diagnosis hipertensi
pengukuran, kecuali bila TDS 210 mmHg dan TDD 120 mmHg. Pengukuran
pertama harus dikonfirmasi pada sedikitnya dua kunjungan lagi dalam waktu
sampai beberapa minggu. Diagnosis hipertensi ditegakkan bila dari pengukuran
berulang-ulang diperoleh TDS 140 mmHg dan TDD 90 mmHg (Ganiswarna,
1995).
Tabel 2.3 Klasifikasi hipertensi berdasarkan tingginya tekanan darah
Kategori
TDS (mmHg)
TDD (mmHg)
Normal
< 130
< 85
Normal tinggi
130-139
85-89
Hipertensi:
Tingkat 1 (ringan)
140-159
90-99
Tingkat 2 (sedang)
160-179
100-109
Tingkat 3 (berat)
180-209
110-119
Tingkat 4 (sangat berat)
210
120
2.4.2. Etiologi
Hipertensi merupakan kondisi medis yang heterogen. Pada kebanyakan
pasien, penyebab hipertensi belum diketahui secara pasti, sedangkan sebagian
pasien lainnya dapat diidentifikasi penyebab terjadinya hipertensi. Berdasarkan
etiologinya, hipertensi dapat di bagi atas hipertensi esensial dan hipertensi
sekunder.
1. Hipertensi Esensial
Hipertensi disebut juga hipertensi primer atau idiopatik. Hipertensi
esensial adalah hipertensi esensial adalah hipertensi yang tidak jelas etiologinya.
Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Kelainan
hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah peningkatan resistensi perifer.
Penyebab hipertensi esensial merupakan multifaktor, terdiri dari faktor genetik
dan lingkungan. Faktor keturunan dan terlihat adanya riwayat penyakit
kardiovaskular dalam keluarga. Faktor predisposisi genetik ini dapat berupa
sensitivitas terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan reaktivitas
vaskular (terhadap vasokonstriktor), dan resistensi insulin. Paling sedikit ada 3
faktor lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi yaitu makan garam
(natrium) berlebihan, stress psikis dan obesitas (Dipiro, 2007).
2. Hipertensi Sekunder
Prevalensi hipertensi sekunder ini kurang dari 10% dari seluruh penderita
hipertensi. Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh penyakit ginjal atau
penggunaan obat-obat tertentu
2.4.3.
Manifestasi Klinik
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala-gejala yang khas. Tanda-
tanda ynag bisa menjadi indicator hipertensi adalah nilai tekanan darah pasien
(Dipiro, 2007).
2.4.4
Diagnosa
Tes diagnosa perlu dilakukan untuk mempertegas diagnosa karena
satu kali. Diagnosa hipertensi dapat ditentukan dari rerata dua kali atau lebih
pengukuran yang diambil pada waktu yang berbeda. Dari hasil pengukuran rerata
tekanan darah tersebut, kemudian digunakan untuk mengklasifikasi tingkat (stage)
penyakit hipertensi.
2.4.5
Penatalaksanaan
Tujuan penanganan hipertensi adalah untuk mengurangi angka kematian
dan kesakitan terkait hipertensi. Penurunan tekanan darah sampai nilai yang
direkomendasikan tidak menjamin kerusakan organ target tidak terjadi. Namun
dengan penurunan tekanan darah hingga nilai normal dapat menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular dan kerusakan organ target. Adapun nilai tekanan darah
yang direkomendasikan oleh JNC7 adalah sebagai berikut:
-
Kebanyakan pasien
: <140/90 mmHg
: <130/80 mmHg
Pasien dengan penyakit ginjal kronik : <130/80 mmHg (dengan nilai LFG
<60 mL/menit, serum kreatinin >1,3 mg/dL pada wanita atau >1,5 mg/dL
pad pria, atau albuminuria >300 mg/hari 200
atau mg/g kreanitin)
(Dipiro, 2007).
Pemilihan obat untuk hipertensi sangat beragam. Terdapat 9 kelas
a.
Diuretik
Diureti bekerja menurunkan tekanan drah dengan mengeluarkan garam
serta mengurangi volume darah dari tubuh. Pada awalnya, diuretic mengurangi
tekanan darah dengan mengurangi volume darah dan keluaran jantung.
b.
Beta-Blocker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya
pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah
diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya
adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol.
Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi
gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat
rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat
gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat
harus hati-hati.
c.
kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka
angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
Beberapa golongan antihipertensi lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.4 Golongan Obat-obat Antihipertensi
Kelas
DIURETIK
Thiazid
Nama Obat
Dosis
lazim
(mg/hari
)
Klortalidon
6.25-25
Hidroklorotiazi 12.5-50
d
1.25-2.5
Indapamide
0.5
Metolazone
Loop
Bumetanide
Furosemide
Torsemide
0.5-4
20-80
5
Penahan
kalium
Triamteren
Triamteren/
HCT
50-100
37.5-75/
25-50
Frek./ Komentar
hari
1
1
1
1
diureticinduced hipokalemia;
hindari pada pasien dengan
penyakit ginjal kronis ( ClCr
<
30ml/min);
dapat
menyebabkan
hiperkalemia,
terutama kombi nasi dengan
ACEI, ARB, atau suplemen
kalium)
Kelas
Nama Obat
Antagonis
Aldosteron
Eplerenone
Spironolakton
Spironolakton
/ HCT
Dosis
lazim
(mg/hari
)
50-100
25-50
25-50 /
25-50
B.
ACE Benazepril
inhibitor
Captopril
Enalapril
Fosinopril
Lisinoril
Moexipril
Perindopril
Quinapril
Ramipril
Trandolaapril
10-40
12.5-150
5-40
10-40
10-40
7.5-30
4-16
10-80
2.5-10
1-4
Frek./ Komentar
hari
C. Penyekat Kandesartan
reseptor
Eprosartan
angiotensin Irbesartan
Losartan
Olmesartan
Telmisartan
Valsartan
8-32
600-800
150-300
50-100
20-40
20-80
80-320
Kelas
Nama Obat
D.
Penyekat
beta
Kardioselektif:
Atenolol
Betaxolol
Bisoprolol
Metoprolol
Dosis
lazim
(mg/hari
)
25-100
5-20
2.5-10
50-200
50-200
Nonselektif:
Nadolol
Propranolol
Propranolol
LA
Timolol
Sotalol
40-120
160-480
80-320
Angioedema
1 atau Dosis awal harus dikurangi
2
50% pada pasien yang sudah
1 atau dapat
diuretik,
yang
2
kekurangan cairan, atau sudah
1
tua sekali karena resiko
1 atau hipotensi; dapat menyebabkan
2
hiperkalemia
pada
pasien
1
dengan penyakit ginjal kronis
1
atau
pasien
yang
juga
mendapat diuretik penahan
1
kalium, antagonis aldosteron,
atau
ACEI;
dapat
menyebabkan gagal ginjal pada
pasien dengan renal arteri
stenosis; tidak menyebabkan
batuk kering seperti ACEI;
jangan
digunakan
pada
perempuan hamil
Frek./ Komentar
hari
1
1
1
1
1
1
2
1
Aktifitas
simpatomimeti
k
Intrinsik:
Acebutolol
Carteolol
Pentobutolol
Pindolol
200-800
2.5-10
10-40
10-60
2
1
1
2
Campuran
12.5-50
penyakat dan 200-800
:
Karvedilol
Labetolol
2
2
Kelas
Nama Obat
Frek./ Komentar
hari
E.
Antagonis
kalsium
Dihidropiridin:
Amlodipin
Felodipin
Isradipin
Lekarnidipin
Nicardipin SR
Nifedipin LA
Nisoldipin
Dosis
lazim
(mg/hari
)
2.5-10
5-20
5-10
5-20
60-120
30-90
10-40
180-360
1
1
Nondihidropiridin
Diltiazem SR
1
1
2
1
2
1
1
Verapamil SR
BAB III
TINJAUAN KHUSUS