Professional Documents
Culture Documents
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Agama
Suku
Pendidikan
Pekerjaan
Status Pernikahan
Alamat
:Nn. RH
: Perempuan
: 25 tahun
: Islam
: Sasak
: SD
: Tidak Bekerja
: Belum Menikah
: Dusun Mumbul Sari, Desa Mumbul
Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara
: 20November 2014 (pasien diantar oleh Ibu dan Paman
Tanggal MRS
Pasien)
Pasien dibawa oleh keluarganya ke UGD RS Jiwa Provinsi NTB pada hari Kamis,
20November 2014, pukul 18.10 WITA. Ini adalah ketiga kalinyapasien dirawat inap di RS
Jiwa Provinsi NTB.
IDENTITAS KELUARGA PASIEN
Nama Keluarga
Umur
Jenis kelamin
Hubungan
Alamat
Agama
Suku
Pendidikan
Pekerjaan
Status
II.
: Tn. A
: 50tahun
: Laki-laki
: Paman pasien
: Dusun Mumbul Sari, Desa Mumbul
Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara
: Islam
: Sasak
: SD
: Petani
: Menikah
RIWAYAT PSIKIATRI
Data diperoleh dari :
Autoanamnesis pada tanggal 26, 28, 30Desember 2014 dan 3, 4 Januari 2015
Alloanamnesis dari Tn. A, Paman pasien, berusia 50 tahun, tamat SD, pekerjaan
petani, tinggal dekat rumah pasienpada tanggal 20 November 2014 dan 28Desember
2014.
Catatan Rekam Medik.
A. Keluhan Utama :
0
Mengamuk
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
(Alloanamnesis: Paman pasien)
Pasien dibawa ke IGD RSJ Provinsi NTB karena mengamuk. Ini merupakan
kedatangan ketiga kalinya. Keluarga mengatakan bahwa pasien semakin gelisah dan
mengamuk dirumah sejak sekitar 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pasien
juga dikeluhkan telah merusak barang-barang yang ada dirumah maupun disekitarnya,
pasien juga sering keluyuran diluar rumah. Semua keluhan tersebut dirasakan lagi
sejak sekitar 1 tahun yang lalu.
Awalnya sejak sekitar 1 tahun yang lalu, pasien suka keluyuran, marah-marah,
dan melempar barang yang ada disekitarnya. Pasien keluyuran masih di dalam area
dekat sekitar rumahnya. Keluarga pasien juga mengetahui kalau pasien merasa telah
di ikuti oleh makhluk halus dan pasien sering melihat bayangan setan. Pasien juga
pernah mengatakan kepada keluarga tentang mendengar bisikan-bisikan setan dan
almarhum nenek. Pasien sering terlihat berbicara sendiri, berbicara kacau, ketawa
sendiri, sering mengumpat, dan mencakar wajahnya sendiri. Pasien juga tidak mau
mandi.
Menurut paman pasien, perilaku pasien seperti ini sebelumnya pernah
dirasakan oleh pasien. Pasien pernah rajin berobat kemudian tiba-tiba berhenti berobat
karena masalah biaya. Sehingga ketika keluhan-keluhan pasien muncul lagi sejak 1
tahun yang lalu, kemudian pasien dipasung sekitar 11 bulan terakhir ini.Pasien
dipasung kedua kakinya menggunakan kayu di dalam ruangan kamar yang terdapat
dalam halaman rumahnya. Terkadang-kadang apabila pasien tenang sesekali pasung
tersebut dilepas. Pasien tinggal bersama ibu pasien dan satu adik kandungnya.
Menurut keluarga, pasien sudah dua kali dirawat di RSJ Provinsi NTB,
pertama kalinya pasien di rawat saat 4 tahun yang lalu, karena pasien mengamuk dan
berbicara sendiri tanpa sebab yang jelas. Saat itu pasien merasa gelisah, berbicara
sendiridan sulit tidur kurang lebih selama dua minggu dan mulai parahnya sekitar satu
minggu terakhir sebelum masuk rumah sakit. Pasien dirawat selama beberapa bulan
dan kemudian melanjutkan minum obat dari RSJ Provinsi NTB, pasien mengambil
obat di RSJ Provinsi NTB kemudian setelah obat habis pasien tidak datang lagi.
Akhirnya pasien berhenti minum obat. Setelah pulang dari RSJ Provinsi NTB dan
jarang kontrol, keluhan pasien masih ada dan terkadang pasien tetap terlihat marahmarah serta mengamuk tanpa sebab yang jelas. Pasien 2 tahun yang lalu juga sempat
dirawat inap di RSJ Provinsi NTB, namun pasien sempat melarikan diri dan hanya
1
dirawat selama 1 minggu. Keluarga pasien jarang mau membawa pasien kontrol ke
RSJ karena jauh dan masalah biaya sehingga keluarga pasien lebih memilih untuk
memasung pasien selama 11 bulan terakhir ini.
Autoanamnesis
Pasien masuk RSJ Provinsi untuk ketiga kalinya. Pasien mengatakan dia
dibawa ke RSJ karena mengamuk diganggu oleh bisikan makhluk halus. Pasien
melihat secara jelas makhluk halus tersebut ada dua orang. Pasien merasa makhluk
tersebut mengikutinya dan menganggunya. Pasien juga mendengarkan adanya suarasuara atau bisikan. Bisikan-bisikan tersebut sering membicarakan dirinya dan kadangkadang menyuruhnya mengamuk.
Pasien mengatakan bahwa selama dirawat di RSJ Provinsi NTB perasaan
menjadi lebih tenang, saat rajin minum obat pasien merasakan kalau makhluk halus
tersebut jaraknya jauh dari dirinya, tidak sering menganggunya walaupun masih tetap
terlihat. Pasien menyangkal memiliki kekuatan ataupun jimat yang membuatnya
tampak lebih dari orang lain. Pasien juga menyangkal adanya perasaan sedih dan
kecewa sejak beberapa hari terakhir. Pasien mengatakan bahwa terkadang ia pernah
merasa terlalu bergembira ataupu terlalu bersemangat.
merasa tersinggung. Pasien curiga kalau orang lain sering mengolok-olok dan
mengatakan bahwa dirinya gila.Pasien dikatakan awalnya rutin kontrol dan selalu
meminum obatnya selama sekitar 1 bulan kemudian putus obat.
Pasien kemudian dibawa ke Panti Sosial Selebung oleh keluarganya dan
kemudian dirujuk ke RS Jiwa Provinsi NTB. Pasien rawat inap untuk kedua
kalinya hanya selama + 1 minggu pada tahun 2012 karena pasien kabur dari RSJ
Provinsi NTB.Pasien menyangkal pernah mengalami gangguan jiwa lainnya
seperti depresi. Pasien juga tidak pernah dirawat akibat pemakaian narkoba.
2) Riwayat Gangguan Medis
Pasien belum pernah menderita penyakit medik berat yang mengharuskannya
dirawat di rumah sakit atau yang secara fisiologis berhubungan dengan keadaan
pasien saat ini. Riwayat tekanan darah tinggi (-), sesak napas atau asma (-),
trauma kepala (-), epilepsi (-).
yang ada di rumah. Sejak kecil pertumbuhan pasien sama dengan teman
sebayanya. Ibu pasien tidak ingat apakah pasien mendapat imunisasi atau
tidak.Pasien dapat berjalan pada berusia sekitar 1,5 tahun dan mulai berbicara
yang dapat dimengerti walaupun belum fasih pada usia 2 tahun.
3) Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tumbuh dan berkembang seperti anak-anak lain. Pasien dapat bermain dan
bersekolah seperti anak-anak yang lain. Pergaulan dengan teman seusianya cukup
baik, tapi pasien suka berselisih dan kadang-kadangberkelahi dengan temantemannya.Pasien tidak terlalu menonjol dikelas dan pasien tidak tamat
SD.Hubungan pasien dengan saudaranya cukup baik.
70 tahun
68 tahun
25 tahun 24 tahun
20 tahun
12 tahun
Keterangan
sebelumnya. Keluarga pasien berharap pasien tidak mengamuk dan marah-marah lagi.
Keluarga pasien mengerti dengan baik mengenai penyakit pasien, dan akan berusaha
mengobatinya dan memberi semangat agar pasien bisa sembuh.
E. Persepsi dan Harapan Pasien :
Pasien merasa dirinya memerlukan pengobatan, namun diwaktu bersamaan
pasien juga menyangkal bahwa dirinya sakit. Menurut pasien, keadaan masuk RSJ
saat ini disebabkan oleh karena pasien diikuti oleh makhluk halus tesebut. Pasien
memiliki keinginan untuk segera pulang.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Berdasarkan pemeriksaan tanggal 4 Januari 2014
A. Status Mental :
1) Penampilan
Pasien seorang perempuan, tampak sesuai usia, penampilan cukup rapi,
perawatan diri kurang baik, baju bersih, menggunakan alas kaki, perawakan
sedang, ekspresi wajah tampak ceria.
2) Psikomotor
Saat wawancara, pasien dapat mengikuti wawancara sampai akhir namun sering
kali perhatiaannya teralih jika ada orang lain yang lewat dan terkadang pasien
masih berbicara ngelantur.
3) Sikap terhadap Pemeriksa
Kooperatif, pasien dapat mengikuti wawancara dengan cukup baik.
4) Pembicaraan
Spontan, lancar, banyak (logorhoe), volume sedang, intonasi cukup dan artikulasi
cukup jelas, menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan pemeriksa.
5) Mood dan Afek
Mood
Afek
Keserasian
6) Gangguan Persepsi
Halusinasi visual (+) dan halusinasi auditorik (+)
7) Pikiran
ini.
Tempat kesan baik. Pasien mengetahui bahwa saat ini dia berada di
c. Daya Ingat :
B. Status Internus :
Keadaan
: Baik
Kesadaran
: compos mentis
Status Gizi
: BMI normal, BB =48 kg dan TB = 149 cm
Tanda Vital
o Tekanan darah
: 110/80 mmHg
o Frekuensi nadi
: 84 x/menit
o Frekuensi napas
: 20 x/menit
o Suhu aksila
: Afebris
Kepala/Leher
Thorax
Abdomen
Extremitas
C. Status Neurologis :
Tanda Rangsang Meningeal
Tanda EfekEkstrapiramidal
o Tremor tangan
o Akatisia
o Bradikinesia
o Cara berjalan
o Keseimbangan
o Rigiditas
: negatif
Motorik
: baik
Sensorik
: baik
:
:
:
:
:
:
negatif
negatif
negatif
normal
baik
negatif
IV.
10
FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan fisik serta
status mental, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang
secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya
(disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III
dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.
Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah mengalami
trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi
otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental
organik dapat disingkirkan (F00-F09). Pada pasien tidak didapatkan riwayat penggunaan
alkohol atau zat psikoaktif sebelum timbul gejala penyakit yang menyebabkan perubahan
fisiologis otak, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan (F10-F19).
Dari anamnesis ditemukan bahwa pasien mengalami gejala psikotik yang muncul
selama lebih dari 6 bulan dan pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya
halusinasi visual, halusinasi auditorik, waham curiga, dan waham kejar. Adanya gejala
psikotik yang menonjol disertai dengan peningkatan afek dan mood yang elasi,
dikombinasi dengan iritabilitas dan kegelisahan yang memuncak. Berdasarkan PPDGJ III
ditegakkan diagnosis untuk Aksis I adalah F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik.
Gangguan kepribadian yang bermakna secara klinis saat ini tidak dapat ditentukan,
karena onset gejala gangguan jiwa pada pasien ini terjadi pertama kali sebelum usia 18
11
ditemukan kondisi medis umum yang bermakna, sehingga pada pasien iniAksis III Tidak
Ada Diagnosis.
Pada pasien ini, untuk Aksis IV ditemukan adanya tiga masalah utama, yaitu pada
Keluarga danLingkungan Sosial. Dari pihak keluarga, terdapat keluarga yang
menyarankan pasien untuk tidak minum obat dan adik pasien juga sedang sibuk dengan
pekerjaannya sehingga lupa untuk mengingatkan pasien mengenai jadwal minum obatnya.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa anggota keluarga yang memiliki
pengetahuan yang kurang terhadap penyakit atau gangguan jiwa yang diderita oleh pasien
serta pengobatan yang harus diberikan kepada pasien, terutama dalam hal pentingnya
pasien minum obat dan kontrol secara teratur. Selain itu, pasien juga kurang dukungan
keluarga dan kehilangan sosok bapak yang pergi merantau ke Sulawesi sejak 8 tahun yang
lalu. Pasien juga masih sering merasa curiga terhadap orang lain dan mudah sekali
tersinggung sehingga teman-temannya mulai menjauhinya, apalagi setelah pasien
beberapa kali berkelahi dengan temannya. Ketiga masalah ini dapat dijadikan sebagai hal
yang dapat meningkatkan risiko kekambuhan pada pasien.
Pada Aksis V GAF (Global Assessment of Functioning) HLPY (Highest Level
Past Year) 70-61, GAF Scale Pada Saat Ini adalah 40-31, beberapa disabilitas sedang
dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, serta disabilitas berat dalam beberapa
fungsi.
VI.
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
VII.
Aksis V
DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik :(-)
B. Psikologi :
Perhatian pasien yang kadang masih mudah teralih oleh stressor dari luar.
12
RENCANA PENATALAKSANAAN
A. Pemeriksaan Laboratorium : (sebelum dan selama penggunaan Lithium Carbonate)
serum yodium.
Pemeriksaan EKG karena Lithium mempengaruhi cardiac repolarization.
Pemeriksaan kadar serum Lithium setiap minggu sehingga diketahui kadar serum
Lithium yang berefek terapeutik (0,8-1,2 mEq/L).
B. Psikofarmaka :
Haloperidol tablet 3 x 5 mg
Frimania (Lithium Carbonate) tablet 2 x 250 mg
C. Psikoterapidan Psikoedukasi :
13
Memberi informasi dan edukasi pada pasien mengenai gangguan yang diderita, mulai
gejala, dampak, faktor resiko, pemicu, tingkat kekambuhan, dan tatacara dan manfaat
pengobatan agar pasien tetap taat meminum obat, dan segera berobat bila mulai
penyambuhan penyakit.
Memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien
(kegunaan obat terhadap gejala pasien serta efek samping yang mungkin
teratur.
Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien bahwa pasien dapat
mengambil obat di Puskesmas terdekat dari wilayah pasien tinggal demi
IX.
PROGNOSIS
Hal yang meringankan prognosis :
1.
2.
1.
2.
3.
4.
Insight derajat 2
Ini merupakan episode yang ketiga pasien mengalami gangguan jiwa.
Jarak munculnya tiap episode gangguan jiwa pada pasien semakin pendek.
Pasien mengalami permulaan gangguan jiwa (onset) pada usia muda, yaitu sekitar 20
tahun.
5. Kurangnya pengetahuan keluarga dan pasien mengenai gangguan jiwa.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka prognosis pada pasien ini adalah :
X.
Qua ad vitam
: bonam
Qua ad functionam : dubia
Qua ad sanationam : dubia
DISKUSI
Pada pasien ini didiagnosis dengan Gangguan Skizoafektif Tipe Manikkarena adanya
gejala psikotik yang menonjol disertai dengan peningkatan afek yang dikombinasi dengan
iritabilitas dan kegelisahan yang memuncak.
Diagnosis Skizofrenia ditegakkan karena adanya gejala psikotik yang memenuhi
kriteria Skizofrenia. Pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya halusinasi visual,
halusinasi auditroik, waham curiga, dan waham kejar.Pasien mengaku pernah melihat
adanya bayangan makhluk halus. Pasien pun merasa curiga bahwa orang lain banyak yang
membicarakannya dan berniat melukai dirinya. Hal ini membuat emosi pasien menjadi
tidak stabil, mudah marah dan tersinggung jika omongannya dibantah oleh orang lain, dan
yang paling parah pasien sampai mengamuk dan mau melukai orang lain di sekitarnya.
Gejala psikotik yang menonjol ini terjadi bersamaan dengan gangguan afektif dalam
satu episode penyakit yang sama tanpa adanya remisi.Pada pemeriksaan status mental
didapatkan bahwa mood pasien irritabel dan mengalami elasidisertai dengan energi yang
meningkat, pasien sangat bersemangat dan beberapa gejala seperti aktivitas berlebihan,
percepatan dan kebanyakan bicara (logorhoe),serta berkurangnya kebutuhan tidur. Oleh
karena itu, diagnosis pada pasien ini adalah Skizoafektif Tipe Manik.
Penggunaan antipsikotik pada pasien ini didasarkan pada fakta bahwa antipsikotik
dapat membantu mencapai dan memelihara respons klinis yang diinginkan. Terdapat dua
golongan obat antipsikotik, yaitu golongan tipikal dan atipikal. Pada pasien ini, dipilih
obat antipsikotik golongan tipikal (Haloperidol) karena sebelumnya pasien pernah
menggunakan obat yang sama dan memberikan hasil yang baik. Bila diberikan
antipsikotik yang lain, maka mungkin kemanjuran obat tersebut terhadap pasien kurang
dan efek sampingnya belum diketahui. Cara kerja antipsikotik tipikal adalah memblok
15
reseptor dopamin terutama pada jalur mesolimbik sehingga gejala-gejala positif yang
sekarang dialami pasien dapat berkurang. Pada pasien ini tidak digunakan jenis obat
golongan antipsikotik tipikal yang lain karena Haloperidol, yang merupakan suatu
antipsikotik potensi tinggi, lebih manjur untuk gejala skizofrenia seperti gangguan proses
berpikir (waham) dan gangguan persepsi (halusinasi) jika dibandingkan dengan
Chlorpromazine, yang merupakan suatu antipsikotik potensi rendah, yang lebih baik bila
gejala sasaran berupa hiperaktivitas motorik, kegelisahan, kegaduhan, agitasi, dan pasien
yang agresif.
Pada pasien ini juga langsung diberikan dosis terapeutik dalam fase stabilisasi, yaitu
Haloperidol tablet 3 x 5 mg, karena perjalanan penyakitnya yang bersifat kronis dan
pasien sebelumnya tiba-tiba putus obat setelah MRS yang ketiga kalinya. Pada pengaturan
dosis pemberian antipsikotik, setelah 4-8 minggu pengobatan pasien akan memasuki tahap
stabilisasi dimana gejala-gejala sudah banyak teratasi sehingga membuat pasien berhenti
minum obat. Namun, pada tahap ini risiko relaps masih tinggi terutama bila pengobatan
terputus tiba-tiba dan pasien mendapatkan stressor dari temannya.
Dosis optimal pada tahap stabilisasi ini dipertahankan selama 8-12 minggu baru
kemudian diturunkan secara perlahan tiap 2 minggu hingga mencapai dosis maintenance.
Dosis maintenancepada serangan sindrom psikosis yang multi-episode diberikan paling
sedikit selama 5 tahun sehingga dapat menurunkan derajat kekambuhan. Setelah itu, baru
dapat dilakukan tappering off sampai akhirnya pasien berhenti minum obat.
Penggunaan obat antipsikotik golongan tipikal, terutama Haloperidol, dijelaskan
banyak menyebabkan efek samping neurologis berupa gejala ekstrapiramidal, seperti
kejang (antipsikotik menurunkan nilai ambang konvulsi), tremor, Parkinsonism,
diskinesia, dan akatisia. Pada pasien ini, sebelumnya tidak terdapat riwayat mengalami
kejang dan badan terasa kaku. Oleh karena itu, belum perlu diberikan obat golongan
antikolinergik pada pasien ini.
Pada pasien ini juga diberikan obat golongan mood stabilizer, yaitu Lithium
Carbonate karena merupakan obat pilihan utama pada gangguan afektif tipe mania. Efek
antimania dari Lithium disebabkan oleh kemampuannya mengurangi dopamine receptor
supersensitivity
dengan
meningkatkan
cholinergic-muscarinic
activity
dan
mEq/L). Gejala Intoksikasi Lithium, awalnya berupa muntah, diare, hipotensi, tremor
kasar, gaya berjalan tidak stabil, mengantuk sampai letargi, konsentrasi menurun, bicara
sulit dan pengucapan kata tidak jelas. Dengan semakin beratnya intoksikasi, akan muncul
gejala berupa penurunan kesadaran, hipertoni otot dan kedutan, oliguria, kejang. Oleh
karena itu, perlu dilakukan monitoring kadar Lithium dalam darah untuk mencapai kadar
serum Lithium yang berefek terapeutik (0,8-1,2 mEq/L). Rentang kadar serum terapeutik
tersebut dapat dicapai dengan dosis sekitar 2 atau 3 x 500 mg per hari, tetapi dosis awal
biasanya sekitar 1 atau 2 x 250 mg per hari, dan kemudian dapat dinaikkan setiap minggu
sambil melakukan pemeriksaan kadar Lithium secara rutin tiap minggu.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan terhadap Intoksikasi Lithium,
diantaranya dengan memberikan edukasi tentang faktor predisposisi, minum secukupnya
(sekitar 2500 cc/hari), namun bila pasien berkeringat dan diuresis banyak harus diimbangi
dengan minum yang lebih banyak juga. Selain itu, perlu juga dikenali gejala dini
intoksikasi dan melakukan kontrol rutin kadar serum Lithium. Adanya interaksi obat
antara Haloperidol dan Lithium juga harus diperhatikan karena penggunaan kedua obat ini
secara bersamaan dapat meningkatkan efek neurotoksik.
Terapi non farmakologis memegang peranan yang cukup penting pada pasien. Jenis
terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini adalah psikoterapi
suportif, psikoedukasi.Dalam psikoterapi suportif, terapis menunjukkan penerimaan
terhadap pasien, dengan cara menunjukkan perilaku yang hangat, ramah, namun tetap
berwibawa.
Tujuannya
adalah
agar
pasien
merasa
aman,
diterima,
dan
17
XI.
Masalah
Pribadi
Putus
obat
dan
Put
us
oba
MRS
1:
Susah tidur
Waham curiga
Melihat bayangan
Mendengar bisikan
Keluyuran
Terlalu bersemangat dan
emosi meningkat
MRS
3:
MRS
2:
Mengamuk
Ingin melukai orang lain
Melihat bayangan
Mendengar bisikan
Waham kejar
Waham curiga
Elasi dan terlalu
bersemangat
Tidak pernah kontrol dan
minum obat (putus obat)
18
Pemeriksaan Psikiatri
Wawancara (4/1/2015):
DM
: Selamat pagi, silahkan duduk. Perkenalkan nama saya Ika, namanya siapa?
Pasien : Rusni
DM
: Mba rusni, umurnya berapa?
Pasien : 25 tahun.
DM
: Alamatnya dimana?
Pasien : Mumbul Sari, Bayan
DM
: Pendidikan terakhirnya apa?
Pasien : SD
DM
: Sampai kelas berapa sekolah?
Pasien : Sampai tamat SD.
DM
: Kenapa tidak melanjutkan sekolah SMP?
Pasien : Karena tidak ada biaya.
DM
: Sekarang Mba Rusni bekerja sebagai apa?
Pasien : Tidak bekerja, saya pengangguran
DM
: mba Rusni, agamanya apa?
Pasien : Agama saya Islam dari awal, dan saya tidak rajin sholat.
DM
: Mba rusnisudah Menikah?
Pasien : belum
DM
: sudah punya pacar?
Pasien : belum
DM
: Mba Rusnimasih ingat kenapa dibawa kesini?
Pasien : Karena saya mengamuk
DM
: Kenapa mba rusni mengamuk?
Pasien : Karna ada yang bisikan saya dan menyuruh saya mengamuk
DM
: Suara bisikan siapa yang mba dengar?
Pasien : Suara bisika setan dan jin yang menyuruh saya untuk mengamuk
DM
: Apa mba rusni jelas melihat bentuknya?
Pasien : ia, dia setan yang pernah ikutin saya waktu dulu
DM
: ada berapa banyak jinnyaa?
Pasien : Ada dua bayang-bayang setengah-setengah
DM
: bagaimana perasaannya saat diikuti oleh jin?
Pasien : saya takut, saya takut dikejar dan akan dibunuh
DM
: Apakah jin itu selalu ada muncul mendekati Mba Rusni?
Pasien : tidak, kalau saya sedang sendirian jin itu muncul, kalau sedang ramai jinnya
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
:
:
:
:
tidak ada.
Mas Rusni ada mendengar suara-suara lain?
Kadang-kadang saya mendengar suara papuq-papuq
Apakah selain Mba rusni ada yang melihat setan tersebut?
tidak ada, setan itu hanya muncul dihadapan saya biasanya malam saat saya
:
:
:
:
:
:
mau tidur
apakah sekarang masih melihat setan itu?
Sudah tidak ada lagi
sejak kapan Mba Rusni sudah tidak melihat setan itu lagi?
sejak saya disini, setan itu mulai jarang muncul
Kapan kejadian itu terjadi?
dari dulu, waktu saya pertama kali masuk ke sini
19
DM
: kapan biasanya jin itu muncul?
Pasien : Tidak tentu, pokoknya tiba-tiba muncul, tapi lebih sering saat saya sedang
sendirian
DM
: apakah Mba Rusni pernah jalan-jalan tanpa arah yang jelas?
Pasien : Iya pernah, saya takut dengan jin itu
DM
: apakah Mba Rusni pernah marah-marah, terus merusak barang-barang
disekitarnya?
Pasien : pernah, sampai saya lempar barang-barang sekitar waktu saya dipasung
DM
: Waktu masa kecil, bagaiman kehidupan Mba rusni?
Pasien : Saya miskin, bapak saya juga pergi jauh merantau ke sulawesi
DM
: Mba rusni pernah merasa sedih-sedih tidak?
Pasien : Tidak pernah, cuman sekarang kepikiran mau pulang
DM
: Mba rusni pernah merasa bersemangat dan bahagia yang lebih dari biasanya
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
tidak?
: Pernah, saya merasa sangat senang
: Mba Rusni, apakah pernah kecelakaan?
: Tidak Pernah.
: kalau sesak nafas atau kejang-kejang pernahkah dirasakan?
: Tidak pernah
: Mba rusni masih ingat sudah berapa kali masuk ke sini?
: Lupa
: Kapan pertama kali dibawa ke sini?
: Sudah lama, lupa saya, kalau tidak salah beberapa tahun yang lalu
: Mba rusni tahu dulu pertama kali dibawa kesini karena apa?
: iya tahu, saya di bawa kesini karena jin itu mau kejar-kejar saya dan saya
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
mengamuk
apakah jin yang sama atau jin yang berbeda?
jin yang sama, jin wanita yang mau mengejar saya dulu, sekarang muncul lagi
masih ingat kapan berapa lama Mba rusni di rawat disini?
2 bulan
setelah keluar dari sini Mba rusni rutin kontrol dan minum obat setiap hari?
setelah keluar dari Rumah sakit, saya sempat berobat lagi, saya kontrol di IGD
:
:
:
:
:
:
RSJ ini. Tapi setelah itu saya tidak pernah kontrol lagi.
DM
: kenapa tidak datang kontrol lagi?
Pasien : karena jauh sekali dari rumah, saya tidak punya biaya?
DM
: Sebelum dibawa kesini, kapan terakhir kali minum obat?
Pasien : Sudah lama, lupa saya,.
DM
: Mba rusni, tau kita sekarang sedang ada dimana?
Pasien : Di Rumah Sakit Jiwa Selagalas
DM
Pasien : Sore
DM
DM
Pasien : 1,3,5,8,9,11
DM
Pasien : Sudah.
DM
: Sekarang misalnya ada apel, jeruk, dan anggur itu termasuk apa ya Mba
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
:
:
:
:
:
:
:
:
Rusni?
Golongan buah-buahan
Mba Rusni tahu siapa nama Presiden kita?
Suharto trisno
Mba Rusni bisa berhitungkan, coba kalau 100 dikurangi 7 berapa?
Tidak bisa mba, pake kalkulator saya baru bisa
Mba Rusni, menurut Mba Rusni kalau mencuri itu benar atau tidak?
Salah itu
Kalau misalnya Mba Rusni ketemu dompet dijalan, mau diapakan oleh Mba
Pasien
DM
Pasien
DM
:
:
:
:
Rusni?
Dibalikin kalo ada alamatnya.
Mba Rusni merasa dirinya sakit tidak?
iya sakit semua tubuh kepala saya sakit makanya saya perlu minum obat.
Oke Mba Rusni, saya rasa sudah cukup ya wawancara kita, ada yang mau Mba
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993. Penggolongan
danDiagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
FK Unika Atma Jaya.
2. Faith BD, Lisa D. 2007. Schizophrenia : Psychosocial Treatment in Kaplan and
Saddock Comprehensive Textbook of Psychiatry.8th Edition. Philadelphia : Lippincott
Williams &Wilkins.
3. Kaplan HI, Saddock BJ, et al.2007. Schizophrenia in Kaplan and Saddock
Comprehensive of Psichiatry. 8th Edition.Philadelphia : Lippincott William& Wilkins.
4. Maramis WF, Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya :
Airlangga University Press.
5. Maslim R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga.
Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
6. Peter BJ, Peter FB. 2006. Schizophrenia. London : Churchill Livingstone Elsevier.
22