You are on page 1of 19

LAPORAN KASUS

SKIZOAFEKTIF TIPE MANIK

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian akhir


di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura

OLEH
KELOMPOK 1
Suciyanti, S.Ked

200852094

Herman Himan, S.Ked

05801975

Frans Rinaldo Sihombing, S.Ked

0090840058

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH ABEPURA
JAYAPURA PAPUA
2015

LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima oleh Penguji Ujian Laporan Kasus dengan judul Skizoafektif
Tipe Manik sebagai syarat mengikuti ujian akhir Kepaniteraan Klinik Madya di bagian Psikiatri
Rumah Sakit Jiwa daerah Abepura.

Pada :

Hari

: Selasa

Tanggal

: 17 Maret 2015

Tempat: Ruang Pertemuan RSJD Abepura

Mengesahkan
Penguji Laporan Kasus

dr. M Bernd Paul, Sp. KJ, M. Kes

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ 1


LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI

................................................................................................................ 3

DATA EPIDEMIOLOGI ......................................................................................................... 4


LAPORAN PSIKIATRIK ....................................................................................................... 5
I.

Riwayat Psikiatrik......................................................................................................... 5

II. Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................................... 8


III. Status Psikiatrik ............................................................................................................ 8
IV. Ikhtisar Penemuan ........................................................................................................ 10
V. Formulasi Diagnostik................................................................................................... 11
VI. Daftar Masalah ............................................................................................................ 11
VII. Evaluasi Multiaksial .................................................................................................... 11
VIII. Diagnosis Banding ...................................................................................................... 11
IX. Prognosis ..................................................................................................................... 12
X. Rencana Terapi ............................................................................................................ 12
XI. Diskusi/Pembahasan .................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

DATA EPIDEMIOLOGI
No. Catatan Medik

: 10957

Nama

: Tn. S.W

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Tempat/Tanggal Lahir

: Mulia, 20 Januari 1996

Umur

: 19 Tahun

Pendidikan

: SMA

Status Pernikahan

: Sudah Menikah

Suku/Bangsa

: Wamena

Agama

: Kristen Protestan

Pekerjaan

: Pelajar

Alamat

: Mulia

Ruang Perawatan

: Akut Pria

Tanggal MRSJ

: 11 Maret 2015

Tanggal Pemeriksaan

: 11 Maret 2015

Yang Mengantar

: Petugas Kesehatan RSUD Mulia

Alamat

: Mulia

Pemberi Informasi

: Tn. Kailes Weya (Ayah Kandung)

LAPORAN PSIKIATRIK

I.

Riwayat Psikiatrik
A. Keluhan Utama
1. Autoanamnesis

: Saya merasa sakit pada kepala sampai ke telinga.

2. Heteroanamnesis : Menurut Ayah pasien bahwa pasien melempar batu ke orang yang
mendekatinya (keluarga).
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Kurang lebih sebulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit tepatnya tanggal 7
Februari 2015, pasien mulai melempar batu ke orang yang mendekatinya (keluarga),
melempar bintang (babi), merusak alat-alat masak di rumah, dan berbicara sendiri.
Awalnya keluarga mengurung pasien dirumah dan mengikat tangan dan kaki
pasien, jika pasien mengamuk. Pada hari kamis tanggal 5 Maret 2015 pasien tidak pulang
ke rumah dan keluarga mendapatkan informasi bahwa pasien berada di kota Mulia, ayah
pasien kemudian menyusul/mengejar pasien ke kota mulia pada keesokan harinya. Pasien
di temukan ayahnya di kota sedang melakukan keributan sehingga pasien dibawa ke
UGD Rumah Sakit Mulia untuk mendapatkan penanganan. Dari hasil pemeriksaan Lab
didapatkan malaria tropika (+), pasien di pulangkan dan diberi obat namun pasien hanya
minum obat 2 kali dan seterusnya pasien tidak pernah meminum obat tersebut lagi. Pada
hari selasa tanggal 11 Maret 2015 pasien dibawa kembali ke Rumah Sakit Mulia oleh
keluarga dan selanjutnya pasien di rujuk ke RSJ Daerah Abepura pada hari rabu 12 Maret
2015, jam 15.00 wit.
Menurut keterangan ayah pasien gejala ini di alami pasien sejak pasien
dipaksakan untuk kawin dengan salah satu perempuan atas masalah yang dialami
keluarga pasien (tante pasien di bunuh), maka dari pihak pelaku membayar denda ganti
rugi atas terbunuhnya tante dari pasien dengan mengawini anak perempuannya tersebut.
Namun dari pihak keluarga tidak menyetujui untuk di kawinkan dengan pasien,

berhubung kebiasaan budaya maka dengan terpaksa keluarga pasien dan pasien menerima
perempuan tersebut sebagai istri.
C. Riwayat Penyakit/Gangguan Dahulu
1. Riwayat gangguan psikiatri
Pasien tidak pernah mengalami gangguan psikiatri sebelumnya
2. Riwayat gangguan medis
Tanggal 6 maret 2015 dari hasil pemeriksaan lab didapatkan pasien malaria tropika
(+), namun setelah dibawa ke RSJD tanggal 12 maret 2015 hasil pemeriksaan lab,
malaria (-).
Penyakit jantung, hati, ginjal, dan asam urat disangkal.
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Penderita tidak pernah mengkonsumsi alkohol dan rokok, serta tidak pernah
mengkonsumsi zat-zat psikoaktif lainnya.
4. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Masa prenatal, natal, dan perinatal
Tidak terdapat masalah dengan kehamilan dan persalinan ibu. Ibu pasien tidak
pernah sakit selama hamil dan tidak ada riwayat menggunakan alkohol atau zat
lain dalam kehamilan. Pasien dilahirkan cukup bulan secara spontan di bantu oleh
dukun.
b. Masa kanak kanak awal (sejak lahir sampai usia 3 tahun)
Tidak terdapat masalah selama pemberian makanan dan latihan toilet. Pasien
diberi asi sejak lahir sampai usia 2 tahun. Selain itu pasien juga di berikan
makanan pendamping ASI yang lain berupa bubur.
c. Masa kanak pertengahan (usia 3 tahun sampai 11 tahun)
Pasien termasuk anak yang baik dan rajin dalam keluarga, dan juga senang
bergaul dengan teman-teman disekolah.
d. Masa kanak akhir (pubertas masa remaja)

Sikap pasien terhadap saudara kandung dan teman bermain baik.


e. Masa dewasa
1) Riwayat pendidikan
SD (tamat), SMP (tamat), SMA (dalam proses pendidikan).
2) Aktivitas sosial
Kehidupan sosial pasien baik. Menurut ayah pasien, teman-teman pasien juga
sayang sama pasien.
3) Keagamaan
Pasien dengan seluruh anggota keluarganya beragama Kristen. Pasien
biasanya di ajak oleh ke dua orang tuanya beribadah ke gereja.
4) Situasi kehidupan sekarang
Pasien tinggal bersama orang tua dan saudara yang lain.
5) Riwayat hukum
Pasien sama sekali tidak pernah terlibat masalah hukum.
6) Riwayat kehidupan psikoseksual
Pasien sama sekali tidak pernah mengalami masalah psikoseksual. Pasien
tidak pernah mengalami penyiksaan seksual semasa kecil. Orientasi seksual
pasien adalah lawan jenis yang sebaya.
7) Riwayat perkawinan
Pasien sudah menikah
8) Persepsi tentang diri dan kehidupan
Pasien merasa bahwa dirinya sakit namun menyalahkan orang lain
9) Impian, khayalan, dan nilai hidup
Penderita mempunyai bayangan akan cita-cita dan tujuan hidup
f. Riwayat Keluarga

Pasien adalah anak pertama dari 4 bersaudara, pesien memiliki 3 adik, 1


laki-laki dan 2 perempuan. Tidak ada anggota keluarga yang memiliki gangguan
jiwa yang sama seperti pasien.
Pohon keluarga :

Laki-Laki
Perempuan
Meninggal
Pasien

II.

Pemeriksaan Diagnostik
A. Pemeriksaan fisik
1. Status internus

Keadaan umum

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda tanda vital

: Sakit Ringan

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 102 x/m

Respirasi

: 21 x/m

Suhu

: 37,2 C

Ekstrimitas

Akral hangat, udem (-), CPR < 2 detik. Tampak Lembab pada kedua
ekstrimitas.

Pemeriksaan thoraks dan abdomen :tidak di evaluasi karena pasien tidak mau di
periksa.

2. Status neurologi
Tidak dapat di evaluasi
III. Status Psikiatrik
A. Deskripsi Umum
1.

Penampilan
Seorang laki-laki umur 19 tahun, wajah sesuai umur, berwajah oval, berkulit gelap,
memakai baju kaos warna putih dan celana pendek, rambut keriting, tampak terurus
dan tidak berjenggot.

2.

Kesadaran
Kualitas : Compos mentis
Kuantitas : GCS 15 (E4, V5, M6)

3.

Perilaku dan aktivitas psikomotor


Selama wawancara pasien menjawab pertanyaan yang diberikan. Tetapi setelah
dikoreksi kekeluarga, ada beberapa pertanyaan yang jawabannya tidak sesuai.

4.

Sikap terhadap pemeriksa


Penderita kooperatif dan bekerjasama

5.

Pembicaraan
Selama wawancara, penderita menjawab semua pertanyaan dengan spontan tetapi
terdapat beberapa jawaban yang tidak benar. Namun sesekali juga penderita
mengalihkan pembicaraan, artikulasi kurang jelas, bicara cepat, intonasi bervariasi.

Jika disuruh mengulang jawaban, penderita pasti langsung menjawabnya dengan


intonasi tinggi.

6.

Keadaan afektif dan mood


a) Mood

: Euforia

b) Afektif (afek) : Inappropriate


7.

Gangguan persepsi
a) Halusinasi

: auditorik (+), visual (+)

b) Ilusi

: tidak terdapat ilusi

Pasien mengalami halusinasi audiotorik dan visual. Dimana penderita melihat


tetenya datang dari surga dan berbicara dengannya tetapi pasien tidak ingin
memberitahu apa yang tetenya katakan.
8.

Proses berpikir
a) Bentuk

: flight of ideas

b) Isi pikiran

: waham kebesaran (+)

Pasien berbicara dengan cepat namun masih dapat dimengerti, sesekali juga
pasien mengalihkan pembicaraan. Pasien juga mengalami waham kebesaran, pasien
mengatakan kalau dirinya brimob terkadang juga ipdn, pasien merasa dirinya kuat
dapat menghancurkan besi, jago bermain bola hingga pernah kesemua negara, pasien
juga mengatakan bahwa dirinya yang mempunyai seluruh papua ini.
9.

Sensorium dan kognisi


a) Taraf kesadaran
Secara kualitatif berubah, namun tidak menurun secara kuantitatif.
b) Orientasi
Waktu
: Baik. Pasien bisa membedakan pagi, siang dan malam
Tempat
: Baik. Pasien mengetahui bahwa dirinya berada di RS
Orang
: Baik. Pasien dapat mengenali orang-orang disekitarnya

10. Fungsi intelektual

a) Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan


Pasien masih dalam proses pendidikan di bangku SMA kelas 2. Pasien dapat
membaca dan menulis
b) Daya konsentrasi
Baik, pasien dapat melakukan perhitungan dengan benar
c) Pertimbangan
Daya nilai sosial : Terganggu
Penilaian realitas : Terganggu
Daya ingat jangka panjang :Tidak terganggu. Penderita dapat menceritakan
Daya ingat jangka pendek

kejadian waktu disuruh nikah


: Tidak terganggu. Penderita dapat mengingat nama

Daya ingat segera

pemeriksa yang mewawancarainya


:Tidak terganggu. Penderita dapat mengulang 6
huruf dan angka yang diucapkan pemeriksa.

11. Kemampuan menolong diri


Cukup, pasien dapat melakukan aktifitas sendiri (mandi dan makan)
12. Tilikan
Tilikan III (Kesadaran bahwa dirinya sakit namun menyalahkan orang lain, factor
eksternal, atau factor organic).
13. Realiabilitas
Penjelasan yang diberikan penderita kadang-kadang tidak dapat dipercaya karena
adanya gangguan kejiwaan.
IV.

Ikhtisar Penemuan Bermakna


Berdasarkan anamnesis didapatkan penderita laki-laki berumur 19 tahun, suku dani,
agama Kristen protestan, pendidikan terakhir kelas 2 SMA, pekerjaan tidak ada. Penderita
dibawa ke RSJD pada tanggal 11 Maret 2015 dengan keluhan utama melempar
keluarganya dengan batu.

Pada pemeriksaan status mental, didapatkan penderita berpenampilan sesuai dengan


usianya, berpakaian sesuai. Selama pemeriksaan, penderita kooperatif dalam menjawab
semua pertanyaan. Penderita dapat melakukan kontak mata.
Pada wawancara didapatkan suasana mood euforia, afek inappropriete. Bicara spontan,
produktivitas baik. Gangguan persepsi berupa halusinasi audiotorik dan visual. Dalam
pertimbangan tilikan terhadap penyakit, termasuk tlikan derajat 3 yakni penderita sadar
bahwa mereka sakit tetapi melemparkan kesalahan pada orang lain..
V.

Formulasi Diagnostik
Berdasarkan riwayat penderita, ditemukan adanya kejadian-kejadian yang mencetuskan
perubahan pola perilaku dan psikologis yang bermanifestasi timbulnya gejala dan tanda
klinis yang khas berkaitan adanya gangguan kejiwaan serta ditemukan adanya distress dan
disability ringan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat disimpulkan
penderita mengalami suatu gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status interna dan status neurologi tidak ditemukan kelainan yang
mengindikasikan adanya gangguan medis umum yang secara fisiologis menimbulkan
disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita selama ini. Adapun
malaria tropika yang dialami penderita tidak bermakna karena

saat di RSJ hasil

pemeriksaan DDR didapatkan malaria(-). Dengan demikian gangguan mental organic


(F00-F09) dapat disingkirkan.
Pada anamnesis ditemukan penderita tidak merokok dan minum-minuman beralkohol.
Penderita juga tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang sehingga kemungkinan
gangguan mental akibat zat psikoaktif (F10-F19) juga dapat disingkirkan.
Pada aksis 1 ditemukan adanya halusinasi audiotorik dan visual, dan juga ditemukan
adanya gejala negatif. Pada penderita gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan
gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan. Selain itu juga
ditemukan kegelisahan yang memuncak pada penderita. Maka diagnosis pada penderita ini
termasuk dalam Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0)
Pada aksis II tidak ada diagnosis.

Pada aksis III tidak ditemukan adanya kondisi medis umum yang berkaitan dengan
gangguan jiwa yang dialami penderita.
Pada aksis IV ditemukan adanya masalah psikososial, dimana pederita dipaksakan
menikah dengan perempuan lain dikarenakan adat.
Pada aksis V GAF 70-61 gejala sementara dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial,
pekerjaan dan sekolah.
VI.

Daftar Masalah
1. Organobiologik
Tidak terdapat faktor genetik gangguan jiwa.
2. Psikologi
Penderita mengalami halusinasi audiotorik dan visual. Gampang marah dan gelisah.
Waham kebesaran juga ditemukan pada penderita.
3. Lingkungan dan sosial ekonomi
Penderita dipaksakan kawin dengan perempuan yang tidak disukainya dari pihak pelaku
yang membunuh tantenya sebagai pengganti denda, dan karena adat, penderita akhirnya
mengawini perempuan tersebut.

VII. Evaluasi Multiaksial


1. Aksis I

F.25.0 gangguan skizoafektif tipe manik

2. Aksis II

tidak ada

3. Aksis III

tidak ada

4. Aksis IV

masalah dengan primary support group (keluarga)

5. Aksis V

GAF 60 51 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

VIII. Diagnosis Banding


1. F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
2. F.30.2 Mania dengan gejala psikotik
3. F.31 Gangguan afektif bipolar

IX.

Prognosis
Pasien dengan gangguan skizoaektif mempunyai hasil berbeda yang bergantung apakah
gejala dominannya afektif (prognosis lebih baik) atau skizofrenik (prognosis lebih buruk).
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam

X.

: bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

Rencana Terapi
1. Biologik/Psikofarmaka
Pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat mood stabilizer
atau pengobatan dengan antipsikotik saja.
-

Carbamazepin 100 mg dosis 1x1

2. Terapi psikososial
Terapi perilaku
Terapi berorientasi-keluarga
Terapi kelompok
Psikoterapi individual
XI.

Diskusi/Pembahasan
Pemeriksaan status psikiatri pada pasien didapatkan penampilan wajar, roman muka
tampak gembira, kontak verbal dan visual cukup, mood euforia, afek inappropriate, bentuk
pikir flight of ideas, isi pikir waham kebesaran. Dari gejala di atas, pasien memenuhi
kriteria skizofrenia yaitu adanya waham kebesaran, afek yang inappropiate sehingga dapat
digolongkan skizoprenia. Disamping itu, juga tampak adanya gejala gangguan mood yaitu
muka tampak gembira, mood euforia, sehingga berdasarkan PPDGJ-III tampak adanya
gejala skizofrenia bersamaan dengan gangguan mood sehingga didiagnosis sebagai
Skizoafektif Tipe Manik (F25.0).

Pada pasien ini diberikan obat carbamazepin 100mg dengan dosis 1x1. Pada
pasien ini juga diberikan terapi lain berupa psikoterapi. Dalam hal ini diberikan melalui
edukasi terhadap pasien agar memahami gangguannya, cara pengobatan, efek samping yang
dapat muncul, pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat sehingga penderita sadar
dan mengerti akan sakitnya, dan menjalankan pengobatan secara teratur, tidak dengan
terpaksa. Hal lain yang dilakukan adalah dengan intervensi langsung dan dukungan untuk
meningkatkan rasa percaya diri individu, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas
hidup yang baik sehingga memotivasi pasien agar dapat menjalankan fungsi sosialnya
dengan baik.
Keluarga pasien juga diberikan terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi berupa
penyampaian informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyakit yang dialami pasien
serta pengobatannya sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien untuk
minum obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan secara dini.
Pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan penyakit juga
penting untuk disampaikan.
Prognosis pasien ini adalah dubia ad bonam karena tidak ada riwayat gangguan
psikiatri dalam keluarga dan tidak ada gangguan premorbid. Bila pasien taat menjalani terapi,
adanya motivasi dari pasien sendiri untuk sembuh, serta adanya dukungan dari keluarga
maka akan membantu perbaikan pasien.

PEMBAHASAN

Gangguan skizoafektif mempunyai gambaran baik skizofrenia maupun gangguan afektif


(gangguan mood). Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif telah berubah seiring waktu,
sebagian besar merupakan refleksi pertumbuhan kriteria diagnostik skizofrenia dan gangguan
mood; namun, tetap merupakan diagnosis yang paling baik untuk pasien yang mempunyai gejala
campuran keduanya.2
Epidemilogi
Prevalensi seumur hidup gangguan skizoafektif kurang dari 1 persen mungkin berkisar 0,5
sampai 0,8 persen. Namun, gambaran tersebut merupakan perkiraan ; berbagai studi mengenai
gangguan skizoafektif telah menggunakan berbagai kriteria diagnostik. Pada praktik klinis,
diagnosis permulaan gangguan skizoafektif sering digunakan bila seorang klinis tidak yakin akan
diagnosis.2
Etiologi
Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui tetapi empat konseptual telah
dikembangkan. Gangguan skizoafektif dapat berupa tipe skizofrenia atau tipe gangguan mood.
Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi simultan skizofrenia dan gangguan mood.
Gangguan skizoafektif mungkin murapakan tipe psikosis ketiga yang berbeda, yang bukan
merupakan gangguan skizofrenia maupun gangguan mood. keempat, dan paling mungkin, adalah
bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok heterogen gangguan yang mencakup ketiga
kemungkinan pertama.2
Diagnosa dan gambaran klinis
Kriteria diagnosis DSM-IV-TR gangguan skizoafektif
a. Periode penyakit tidak terputus berupa, pada saat suatu waktu episode depresif mayor,
episode manik, atau episode campuran yang terjadi bersamaan dengan gejala yang
memenuhi kriteria A skizofrenia.
Catatan : episode depresif mayor harus mencakup kriteria A1 : mood terdepresi.

b. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama sekurangkurangnya 2 minggu tanpa gejala mood yang menonjol.
c. Gejala yang memenuhi kriteria episode mood timbul dalam jumlah yang bermakna pada
durasi total periode aktif dan residual penyakit.
d. Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (contoh obat yang
disalahgunakan, suatu obat) atau keadaan kesehatan umum.
Tentukan tipe:
Tipe bipolar: jika gangguan mencakup episode manik atau campuran (atau episode manik
atau campuran dan episode depresif mayor).
Tipe depresif: jika gangguan hanya mencakup episode depresif mayor.2
Pedoman diagnosis gangguan skizoafektif tipe manik berdasarkan PPDGJ-III yaitu
1) Kategori ini digunakan baik untuk episode skizofrenia tipe manik yang tunggal maupun
untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe manik.
2) Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tidak begitu
menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.
3) Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua, gejala
skizorenia yang khas.1

Diagnosis banding
Diagnosis banding psikiatri biasanya mencakup semua bentuk gangguan mood dan
skizofrenia pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik, pemeriksaan medis lengkap harus
dilakukan untuk menyingkirkan penyebab gejala organik. Riwayat penyalah gunaan obat dengan
atau tanpa uji penapisan toksikologi posistif dapat mengindikasikan gangguan terinduksi zat.
Keadaan medis sebelumnya pengobatan atau keduanya dapat menyebabkan gangguan psikotik
dan mood. setiap kecurigaan terhadap kelainan neurologis perlu didukung dengan pemeriksaan
pemindaian (scan) otak untuk menyingkirkan patologi anatomis dan elektroensefalogram untuk
menentukan setiap gangguan bangkitan yang mungkin (cth; epilepsy lobus temporalis).

Gangguan psikotik akibat gangguan bangkitan lebih sering terjadi dari pada yang terlihat pada
populasi umum.2
Pengobatan
Farmakoterapi untuk mengatasi gejala skizoafektif tipe manik yaitu pengobatan dengan
obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat mood stabilizer atau pengobatan dengan
antipsikotik saja. Carbamazepine adalah obat antikejang yang digunakan sebagai stabilizer
mood. Cara kerja mood stabilezer yaitu membantu menstabilkan kimia otak tertentu yang disebut
neurotransmitters

yang

mengendalikan

temperamen

emosional

dan

perilaku

dan

menyeimbangkan kimia otak tersebut sehingga dapat mengurangi gejala gangguan kepribadian
borderline. Efek samping carbamazepine dapat menyebabkan mulut kering dan tenggorokan,
sembelit, kegoyangan, mengantuk, kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah.3
Pengobatan psikososial
Pasien dapat dibantu dengan kombinasi terapi keluarga, latihan keterampilan social dan
rehabilitas kognitif. Oleh karena bidang psikiatri sulit memutuskan diagnosis dan prognosis
gangguan psikoafektif yang sebenarnya ketidakpastian tersebut harus di jelaskan kepada pasien
mengalami keadaan psikosis dan variasi kondisi mood yang harus berlangsung. Anggota
keluarga dapat mengalami kesulitan untuk menghadapi perubahan sifat dan kebutuhan pasien
tersebut. Perlu diberikan regimen obat yang mungkin lebih rumit, dengan banyak obat dan
pendidikan fisikofarmakologis.2

DAFTAR PUSTAKA
1.

Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta:
PT Nuh Jaya; 2003.

2.

Sadock B J, Sadock V A. Buku Ajar Psikiatri Klinis edisi 2. Jakarta: EGC; 2010.

3.

Kaplan H I, Saddock B J, Grebb J A. Sinopsis psikiatri ilmu pengetahuan perilaku psikiatri


klinis jilid satu. Tanggerang: Binarupa Aksara Publisher; 2010.

You might also like