Professional Documents
Culture Documents
OLEH
KELOMPOK 1
Suciyanti, S.Ked
200852094
05801975
0090840058
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima oleh Penguji Ujian Laporan Kasus dengan judul Skizoafektif
Tipe Manik sebagai syarat mengikuti ujian akhir Kepaniteraan Klinik Madya di bagian Psikiatri
Rumah Sakit Jiwa daerah Abepura.
Pada :
Hari
: Selasa
Tanggal
: 17 Maret 2015
Mengesahkan
Penguji Laporan Kasus
DAFTAR ISI
................................................................................................................ 3
Riwayat Psikiatrik......................................................................................................... 5
DATA EPIDEMIOLOGI
No. Catatan Medik
: 10957
Nama
: Tn. S.W
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Tempat/Tanggal Lahir
Umur
: 19 Tahun
Pendidikan
: SMA
Status Pernikahan
: Sudah Menikah
Suku/Bangsa
: Wamena
Agama
: Kristen Protestan
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
: Mulia
Ruang Perawatan
: Akut Pria
Tanggal MRSJ
: 11 Maret 2015
Tanggal Pemeriksaan
: 11 Maret 2015
Yang Mengantar
Alamat
: Mulia
Pemberi Informasi
LAPORAN PSIKIATRIK
I.
Riwayat Psikiatrik
A. Keluhan Utama
1. Autoanamnesis
2. Heteroanamnesis : Menurut Ayah pasien bahwa pasien melempar batu ke orang yang
mendekatinya (keluarga).
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Kurang lebih sebulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit tepatnya tanggal 7
Februari 2015, pasien mulai melempar batu ke orang yang mendekatinya (keluarga),
melempar bintang (babi), merusak alat-alat masak di rumah, dan berbicara sendiri.
Awalnya keluarga mengurung pasien dirumah dan mengikat tangan dan kaki
pasien, jika pasien mengamuk. Pada hari kamis tanggal 5 Maret 2015 pasien tidak pulang
ke rumah dan keluarga mendapatkan informasi bahwa pasien berada di kota Mulia, ayah
pasien kemudian menyusul/mengejar pasien ke kota mulia pada keesokan harinya. Pasien
di temukan ayahnya di kota sedang melakukan keributan sehingga pasien dibawa ke
UGD Rumah Sakit Mulia untuk mendapatkan penanganan. Dari hasil pemeriksaan Lab
didapatkan malaria tropika (+), pasien di pulangkan dan diberi obat namun pasien hanya
minum obat 2 kali dan seterusnya pasien tidak pernah meminum obat tersebut lagi. Pada
hari selasa tanggal 11 Maret 2015 pasien dibawa kembali ke Rumah Sakit Mulia oleh
keluarga dan selanjutnya pasien di rujuk ke RSJ Daerah Abepura pada hari rabu 12 Maret
2015, jam 15.00 wit.
Menurut keterangan ayah pasien gejala ini di alami pasien sejak pasien
dipaksakan untuk kawin dengan salah satu perempuan atas masalah yang dialami
keluarga pasien (tante pasien di bunuh), maka dari pihak pelaku membayar denda ganti
rugi atas terbunuhnya tante dari pasien dengan mengawini anak perempuannya tersebut.
Namun dari pihak keluarga tidak menyetujui untuk di kawinkan dengan pasien,
berhubung kebiasaan budaya maka dengan terpaksa keluarga pasien dan pasien menerima
perempuan tersebut sebagai istri.
C. Riwayat Penyakit/Gangguan Dahulu
1. Riwayat gangguan psikiatri
Pasien tidak pernah mengalami gangguan psikiatri sebelumnya
2. Riwayat gangguan medis
Tanggal 6 maret 2015 dari hasil pemeriksaan lab didapatkan pasien malaria tropika
(+), namun setelah dibawa ke RSJD tanggal 12 maret 2015 hasil pemeriksaan lab,
malaria (-).
Penyakit jantung, hati, ginjal, dan asam urat disangkal.
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Penderita tidak pernah mengkonsumsi alkohol dan rokok, serta tidak pernah
mengkonsumsi zat-zat psikoaktif lainnya.
4. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Masa prenatal, natal, dan perinatal
Tidak terdapat masalah dengan kehamilan dan persalinan ibu. Ibu pasien tidak
pernah sakit selama hamil dan tidak ada riwayat menggunakan alkohol atau zat
lain dalam kehamilan. Pasien dilahirkan cukup bulan secara spontan di bantu oleh
dukun.
b. Masa kanak kanak awal (sejak lahir sampai usia 3 tahun)
Tidak terdapat masalah selama pemberian makanan dan latihan toilet. Pasien
diberi asi sejak lahir sampai usia 2 tahun. Selain itu pasien juga di berikan
makanan pendamping ASI yang lain berupa bubur.
c. Masa kanak pertengahan (usia 3 tahun sampai 11 tahun)
Pasien termasuk anak yang baik dan rajin dalam keluarga, dan juga senang
bergaul dengan teman-teman disekolah.
d. Masa kanak akhir (pubertas masa remaja)
Laki-Laki
Perempuan
Meninggal
Pasien
II.
Pemeriksaan Diagnostik
A. Pemeriksaan fisik
1. Status internus
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
: Sakit Ringan
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 102 x/m
Respirasi
: 21 x/m
Suhu
: 37,2 C
Ekstrimitas
Akral hangat, udem (-), CPR < 2 detik. Tampak Lembab pada kedua
ekstrimitas.
Pemeriksaan thoraks dan abdomen :tidak di evaluasi karena pasien tidak mau di
periksa.
2. Status neurologi
Tidak dapat di evaluasi
III. Status Psikiatrik
A. Deskripsi Umum
1.
Penampilan
Seorang laki-laki umur 19 tahun, wajah sesuai umur, berwajah oval, berkulit gelap,
memakai baju kaos warna putih dan celana pendek, rambut keriting, tampak terurus
dan tidak berjenggot.
2.
Kesadaran
Kualitas : Compos mentis
Kuantitas : GCS 15 (E4, V5, M6)
3.
4.
5.
Pembicaraan
Selama wawancara, penderita menjawab semua pertanyaan dengan spontan tetapi
terdapat beberapa jawaban yang tidak benar. Namun sesekali juga penderita
mengalihkan pembicaraan, artikulasi kurang jelas, bicara cepat, intonasi bervariasi.
6.
: Euforia
Gangguan persepsi
a) Halusinasi
b) Ilusi
Proses berpikir
a) Bentuk
: flight of ideas
b) Isi pikiran
Pasien berbicara dengan cepat namun masih dapat dimengerti, sesekali juga
pasien mengalihkan pembicaraan. Pasien juga mengalami waham kebesaran, pasien
mengatakan kalau dirinya brimob terkadang juga ipdn, pasien merasa dirinya kuat
dapat menghancurkan besi, jago bermain bola hingga pernah kesemua negara, pasien
juga mengatakan bahwa dirinya yang mempunyai seluruh papua ini.
9.
Formulasi Diagnostik
Berdasarkan riwayat penderita, ditemukan adanya kejadian-kejadian yang mencetuskan
perubahan pola perilaku dan psikologis yang bermanifestasi timbulnya gejala dan tanda
klinis yang khas berkaitan adanya gangguan kejiwaan serta ditemukan adanya distress dan
disability ringan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat disimpulkan
penderita mengalami suatu gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status interna dan status neurologi tidak ditemukan kelainan yang
mengindikasikan adanya gangguan medis umum yang secara fisiologis menimbulkan
disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita selama ini. Adapun
malaria tropika yang dialami penderita tidak bermakna karena
Pada aksis III tidak ditemukan adanya kondisi medis umum yang berkaitan dengan
gangguan jiwa yang dialami penderita.
Pada aksis IV ditemukan adanya masalah psikososial, dimana pederita dipaksakan
menikah dengan perempuan lain dikarenakan adat.
Pada aksis V GAF 70-61 gejala sementara dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial,
pekerjaan dan sekolah.
VI.
Daftar Masalah
1. Organobiologik
Tidak terdapat faktor genetik gangguan jiwa.
2. Psikologi
Penderita mengalami halusinasi audiotorik dan visual. Gampang marah dan gelisah.
Waham kebesaran juga ditemukan pada penderita.
3. Lingkungan dan sosial ekonomi
Penderita dipaksakan kawin dengan perempuan yang tidak disukainya dari pihak pelaku
yang membunuh tantenya sebagai pengganti denda, dan karena adat, penderita akhirnya
mengawini perempuan tersebut.
2. Aksis II
tidak ada
3. Aksis III
tidak ada
4. Aksis IV
5. Aksis V
IX.
Prognosis
Pasien dengan gangguan skizoaektif mempunyai hasil berbeda yang bergantung apakah
gejala dominannya afektif (prognosis lebih baik) atau skizofrenik (prognosis lebih buruk).
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam
X.
: bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
Rencana Terapi
1. Biologik/Psikofarmaka
Pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat mood stabilizer
atau pengobatan dengan antipsikotik saja.
-
2. Terapi psikososial
Terapi perilaku
Terapi berorientasi-keluarga
Terapi kelompok
Psikoterapi individual
XI.
Diskusi/Pembahasan
Pemeriksaan status psikiatri pada pasien didapatkan penampilan wajar, roman muka
tampak gembira, kontak verbal dan visual cukup, mood euforia, afek inappropriate, bentuk
pikir flight of ideas, isi pikir waham kebesaran. Dari gejala di atas, pasien memenuhi
kriteria skizofrenia yaitu adanya waham kebesaran, afek yang inappropiate sehingga dapat
digolongkan skizoprenia. Disamping itu, juga tampak adanya gejala gangguan mood yaitu
muka tampak gembira, mood euforia, sehingga berdasarkan PPDGJ-III tampak adanya
gejala skizofrenia bersamaan dengan gangguan mood sehingga didiagnosis sebagai
Skizoafektif Tipe Manik (F25.0).
Pada pasien ini diberikan obat carbamazepin 100mg dengan dosis 1x1. Pada
pasien ini juga diberikan terapi lain berupa psikoterapi. Dalam hal ini diberikan melalui
edukasi terhadap pasien agar memahami gangguannya, cara pengobatan, efek samping yang
dapat muncul, pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat sehingga penderita sadar
dan mengerti akan sakitnya, dan menjalankan pengobatan secara teratur, tidak dengan
terpaksa. Hal lain yang dilakukan adalah dengan intervensi langsung dan dukungan untuk
meningkatkan rasa percaya diri individu, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas
hidup yang baik sehingga memotivasi pasien agar dapat menjalankan fungsi sosialnya
dengan baik.
Keluarga pasien juga diberikan terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi berupa
penyampaian informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyakit yang dialami pasien
serta pengobatannya sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien untuk
minum obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan secara dini.
Pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan penyakit juga
penting untuk disampaikan.
Prognosis pasien ini adalah dubia ad bonam karena tidak ada riwayat gangguan
psikiatri dalam keluarga dan tidak ada gangguan premorbid. Bila pasien taat menjalani terapi,
adanya motivasi dari pasien sendiri untuk sembuh, serta adanya dukungan dari keluarga
maka akan membantu perbaikan pasien.
PEMBAHASAN
b. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama sekurangkurangnya 2 minggu tanpa gejala mood yang menonjol.
c. Gejala yang memenuhi kriteria episode mood timbul dalam jumlah yang bermakna pada
durasi total periode aktif dan residual penyakit.
d. Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (contoh obat yang
disalahgunakan, suatu obat) atau keadaan kesehatan umum.
Tentukan tipe:
Tipe bipolar: jika gangguan mencakup episode manik atau campuran (atau episode manik
atau campuran dan episode depresif mayor).
Tipe depresif: jika gangguan hanya mencakup episode depresif mayor.2
Pedoman diagnosis gangguan skizoafektif tipe manik berdasarkan PPDGJ-III yaitu
1) Kategori ini digunakan baik untuk episode skizofrenia tipe manik yang tunggal maupun
untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe manik.
2) Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tidak begitu
menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.
3) Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua, gejala
skizorenia yang khas.1
Diagnosis banding
Diagnosis banding psikiatri biasanya mencakup semua bentuk gangguan mood dan
skizofrenia pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik, pemeriksaan medis lengkap harus
dilakukan untuk menyingkirkan penyebab gejala organik. Riwayat penyalah gunaan obat dengan
atau tanpa uji penapisan toksikologi posistif dapat mengindikasikan gangguan terinduksi zat.
Keadaan medis sebelumnya pengobatan atau keduanya dapat menyebabkan gangguan psikotik
dan mood. setiap kecurigaan terhadap kelainan neurologis perlu didukung dengan pemeriksaan
pemindaian (scan) otak untuk menyingkirkan patologi anatomis dan elektroensefalogram untuk
menentukan setiap gangguan bangkitan yang mungkin (cth; epilepsy lobus temporalis).
Gangguan psikotik akibat gangguan bangkitan lebih sering terjadi dari pada yang terlihat pada
populasi umum.2
Pengobatan
Farmakoterapi untuk mengatasi gejala skizoafektif tipe manik yaitu pengobatan dengan
obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat mood stabilizer atau pengobatan dengan
antipsikotik saja. Carbamazepine adalah obat antikejang yang digunakan sebagai stabilizer
mood. Cara kerja mood stabilezer yaitu membantu menstabilkan kimia otak tertentu yang disebut
neurotransmitters
yang
mengendalikan
temperamen
emosional
dan
perilaku
dan
menyeimbangkan kimia otak tersebut sehingga dapat mengurangi gejala gangguan kepribadian
borderline. Efek samping carbamazepine dapat menyebabkan mulut kering dan tenggorokan,
sembelit, kegoyangan, mengantuk, kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah.3
Pengobatan psikososial
Pasien dapat dibantu dengan kombinasi terapi keluarga, latihan keterampilan social dan
rehabilitas kognitif. Oleh karena bidang psikiatri sulit memutuskan diagnosis dan prognosis
gangguan psikoafektif yang sebenarnya ketidakpastian tersebut harus di jelaskan kepada pasien
mengalami keadaan psikosis dan variasi kondisi mood yang harus berlangsung. Anggota
keluarga dapat mengalami kesulitan untuk menghadapi perubahan sifat dan kebutuhan pasien
tersebut. Perlu diberikan regimen obat yang mungkin lebih rumit, dengan banyak obat dan
pendidikan fisikofarmakologis.2
DAFTAR PUSTAKA
1.
Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta:
PT Nuh Jaya; 2003.
2.
Sadock B J, Sadock V A. Buku Ajar Psikiatri Klinis edisi 2. Jakarta: EGC; 2010.
3.