Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cor Pulmonal merupakan suatu keadaan timbulnya hipertrofi dan
dilatasi ventrikel kanan tanpa atau dengan gagal jantung kanan; timbul akibat
penyakit yang menyerang struktur atau fungsi paru atau pembuluh darahnya.
Definisi ini menyatakan bahwa penyakit jantung kiri maupun penyakit jantung
bawaan tidak bertanggung jawab atas patogenesis kor pulmonal. Kor
Pulmonal dapat terjadi akut (contohnya PE masif) atau kronik.
Setiap penyakit yang menyerang paru-paru dan disertai dengan
hipoksemia dapat mengakibatkan kor pulmonal. Penyebab yang paling sering
adalah PPOM dimana perubahan dalam jalan napas dan sekresi yang tertahan
mengurangi ventilasi alveolar. Penyebab lainnya adalah kondisi yang
membatasi atau mengganggu fungsi ventilasi, yang mengarah pada hipoksia
atau asidosis (deformitas sangkar iga , obesitas masif) atau kondisi yang
mengurangi jaringan vascular paru (hipertensi arteri pulmonal idiopatik
primer, embolus paru). Kelainan tertentu system persyarafan, otot pernapasan,
dinding dada, dan percabangan arteri pulmonal juga dapat menyebabkan kor
pulmonal.
Insidens yang tepat dari cor pulmonal tidak diketahui, karena sering
kali terjadi tanpa dapat dikenali secara klinis atau pada waktu autopsy.
Perkirakan insidens kor pulmonal adalah 6 sampai 7% dari seluruh penyakit
jantung berdasarkan hasil penyelidikan yang memakai criteria ketebalan
dinding ventrikel postmortem(Fishman, 1998).
1.2 Rumusan masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang Asuhan keperawatan pada pasien kor
pulmonal.
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tentang pengertian kor pulmonal.
2. Untuk mengetahui tentang etiologi
3. Untuk mengetahui tentang patofisiologi
4. Untuk mengetahui tentang WOC
5. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis
6. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang
7. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan medis
8. Untuk mengetahui tentang teori askep kor pulmonal
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
2. 1
Pengertian
Menurut Sylvia a. Price (2005:819) Cor pulmonal merupakan suatu
keadaan timbulnya hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan tanpa atau
dengan gagal jantung kanan; timbul akibat penyakit yang menyerang
struktur atau fungsi paru atau pembuluhnya darahnya.
Menurut Brunner & Suddarth (2001:619) kor Pulmonal adalah
kondisi dimana ventrikel kanan jantung membesar (dengan atau tanpa
gagal jantung sebelah kanan) sebagai akibat penyakit yang mengenai
struktur atau fungsi paru dan pembuluh darahnya.
Menurut WHO (1963), Definisi Cor Pulmonale adalah: Keadaan
patologis dengan di temukannya hipertrofi ventrikel kanan yang
disebabkan oleh kelainan fungsional dan struktur paru. Tidak termasuk
kelainan karena penyakit jantung primer pada jantung kiri dan penyakit
jantung konginetal (bawaan).
Menurut Braunwahl (1980), Cor Pulmonale adalah: Keadaan
patologis akibat hipertrofi/ dilatasi ventrikel kanan yang disebabkan oleh
hipertensi pulmonal.
Cor pulmonal adalah kondisi terjadinya pembesaran jantung
kanan(dengan atau tanpa gagal jantung kiri) sebagai akibat dari penyakit
yang mempengaruhi struktur fungsi atau vaskularisasi paru-paru (menurut
sumantri iman, 2008).
Menurut Arief Mansjoer, (1999:453)kor pulmonal merupakan
penyakit paru dengan hipertrofi atau dilatasi ventrikel kanan akibat
gangguan fungsi dan atau struktur paru(setelah menyingkirkan penyakit
jantung congenital atau penyakit lain yang primernya pada jantung kiri).
2.2
Etiologi
Penyakit-penyakit yang menyebabkan kor pulmonal adalah
penyakit yang secara primer menyerang pembuluh darah paru, seperti PE
berulang dan penyakit yang mengganggu aliran darah paru akibat penyakit
pernapasan obstruktif atau restriktif. COPD terutama jenis bronchitis,
merupakan
penyebab
tersering
kor
pulmonal.
Penyakit-penyakit
2.3
Patofisiologi
Apapun penyakit awalnya, sebelum timbuk col pulmonale biasanya
terjadi peningkatan resitensi vaskular paru dan hipertensi pulmonal.
Hipertensi pulmonal pada akhirnya meningkatkan beban kerja vertikel
kanan, sehingga mengakibatkan hipertrofi dan kemudian gagal jantung.
Titik kritis dari rangkaian kejadian ini nampaknya terletak pada
peningkatan resistensi vaskular paru pada arteri dan arteriola kecil.
Dua mekanisme dasar yang mengakibatkan peningkatan resistensi
vaskular paru adalah(1) vasokontriksi hipoksik pembuluh darah paru-paru
dan (2) obstruksi dan/atau oblisteri jaringan vaskular paru-paru.
Mekanisme yang pertama tampaknya paling pentingdalam patogenesis
korpulmonale . hipoksemia, hiperkapnia, dan asidosis yang merupakan ciri
khas dari COPD bronkitis lanjut adalah contoh yang paling baik untuk
menjelaskan
bagaimana
alveolar(jaringan)
kedua
memberikan
mekanisme
itu
rangsangan
yang
terjadi.
Hipoksia
kuat
terhadap
2.4
PATWAY
Resisten vaskuler
Penurunan vaskularisasi
Volume paru
Emboli
Peningkatan ketahanan
Gagal jantung
Hipoksemia
Hiperkapnia
Intolensasi aktivitas
2.5
MANIFESTASI KLINIS
Diagnosis Kor Pulmonal terutama berdasarkan pada dua kriteria:
(1) Adanya penyakit pernapasan yang disertai hipertensi pulmonal dan (2)
bukti adanya hipertrofi ventrikel kanan. Adanya hipoksemia yang
menetap, hiperkapnia, dan asidosis atau pembesaran ventrikel kanan pada
radiogram menunjukan kemungkinan penyakit paru yang mendasarinya.
Adanya emfisema cenderung mengaburkan gambaran diagnosis kor
pulmonale. Dipsnea yang memburuk dengan mendadak atau kelelahan,
pingsan pada waktu bekerja, atau rasa tidak enak angina pada substernal
mengisyaratkan
keterlibatan
jantung.
Tanda-tanda
fisik
hipertensi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut somantri irman, (2008) pemeriksaan penunjangnya adalah
sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Radiologi
Batang pulmonal dan hilus membesar. Peluasan hilus dapat dihitung
dari perbandingan jarak antara permulaan percabangan pertama arteri
pulmonalis utama kanan dan kiri dibagi dengan diameter transversal
toraks. Perbandingan >0, 36 menunjukkan hipertensi pulmonal.
b. Pemeriksaan EKG
c. Ekokardiografi
Ekokardiografi memungkinkan pengukuran ketebalan dinding vartikel
kanan. Meskipun perubahan volume tidak dapat diukur, tekhnuk ini
dapat memperlihatkan pembesaran kavitas ventrikel kanan dalam
hubungannya dengan pembesaran ventrikel kiri.
d. Magnetik resonance imaging (MRI)
Berguna untuk mengukur maasa ventrikel kanan, ketebalan dinding,
volume kavitas dan jumlah darah yang dipompa.
e. biopsi paru-paru
10
2.7
DIAGNOSIS BANDING
Hipertensi vena pulmonal, yang biasa di derita pasien stenosis
katup mitral dan perikarditis konstriktif, dapat dibedakan dengan tes fungsi
paru dan analisis gas darah.
2.8
PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penatalaksanaan medis adalah untuk meningkatkan
ventilasi pasien dan mengobati penyakit yang melatarbelakangi beserta
manisfestasi dari gagal jantungnya.
Penatalaksanaan medis secara umum:
1. pada pasien dengan penyakit asal COPD, pemberian O2 sangat
dianjurkan untuk memperbaiki pertukaran gas dan menurunkan
tekanan arteri pulmonal serta tahanan vaskuler pulmonal.
2. higienis bronkial, diberikan obat golongan bronkodilator.
3. jika terdapat gejala gagal jantung, perbaiki kondisi hipoksemia dan
hiperkapnia.
4. bedrest, diet rendah sodium, pemberian diuretik.
5. digitalis, bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas dan menurunkan
denyut jantung, selain itu juga mempunyai efek digitalis ringan.
(somantri irman, 2008)
11
2.9
PENGOBATAN
Pengobatan kor pulmonal ditujukan untuk memperbaiki hipoksia
alveolar(dan vasokonstriksi paru yang diakibatkanya) dengan pemberian
oksigen konsentrasi rendah dengan hati-hati. Pemakaian O2 yang terus
menerus dapat menurunkan hipertensi pulmonal, polisitemia, dan
takipnea ; memperbaiki keadaan umum, dan mengurangi mortalitas.
Bronkodilator dan antibiotik membantu meredakan obstruksi aliran udara
pada pasien-pasien COPD. Pembatasan cairan yang masuk dan diuretik
mengurangi tanda-tanda yang timbul akibat gagal ventrikel kanan. Terapi
antikoagulan jangka panjang diperlukan jika terdapat PE berulang(brunner
& suddarth, 2001).
BAB III
PEMBAHASAN
12
3.1
Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya yang
meliputi : Nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat,
agama dan tanggal pengkajian.
2.
Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah batuk, dada sebelah kanan terasa sakit, batuk, sakit kepala,
somnolen.
3.
13
14
3) Pola eliminasi
Buang air besar (BAB) : 1x sehari
Buang air kecil (BAK) : 4x sehari
4) Pola aktifitas dan latihan
Pasien dalam melakukan aktivitas perlu bantuan orang lain, dan
gampang cepat lelah.
5) Pola istirahat dan tidur
Mengalami insomania (susah untuk tidur) dan waktu istirahat hanya 6
jam.
6) Pola kognitif dan persepsi
Status mental: sadar dan orientasi baik.
Ketidaknyamanan/ nyeri: akut.
Penatalaksaan nyeri: Pemberian oksigen untuk pertukaran gas.
7) Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan klien tentang masalah ini : klien mengatakan bahwa dadanya
terasa sesak dan nyeri
8) Pola peran hubungan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas
lingkungan.
9) Pola seksual dan reproduksi
Menstruasi sesuai siklus dan tidak mengalami gangguan.
10) Pola koping dan toleransi
Keadaan emosi pasien sangat labil, dan tidak bisa mendengar berita
buruk.
11) Keyakinan dan kepercayaan : Islam
Pengaruh agama dalam kehidupan : semua masalah di kembalikan
keteraturan agama
C.Pemeriksaan Fisik ( Head to too)
1). keadaan umum :
penampilan umum : Klien tampak lemah, klien tampak kesulitan
bernapas dan klien tampak gelisah.
15
: adanya kardiomegali
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
11). Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: S1 S2 tunggal,mur mur
16
12). Abdomen
Inspeksi
: adanya asites
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
:-
13).Genetalia
: penurunan libido
14).Rectal
15).Ekstremitas
ROM : nilainya dapat menggerakan anggota
3
3
Kekuatan otot :
16).Vaskuler perifer
17
ANALISA DATA
N
O
1.
2.
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
DS:
Klien mengatakan
sering batuk berdahak namun
tidak dapat mengeluarkan
dahak
DO :
Klien tampak
menahan rasa sakit /nyeri pada
dada.
Klien tampak
kesulitan bernapas.
Klien tampak pucat.
Tanda tanda vital :
TD: 150/90 mmHg
ND: 120 x/menit
RR: 32 x/menit
S :38oC
peningkatan
produksi sputum,
Bersihan jalan
napas tidak
efektif
Perubahan
membran
alveolar-kapiler
Gangguan
pertukaran gas
DS:
Klien menyatakan
susah dalam bernafas.
DO:
-
3.
Sesak
Sianosis
Nadi 60-100x/mnt
Gelisah atau cemas
T: 37,50C
Adanya polisitemia (Ht >
50%), tekanan oksigen
(PaO2) darah arteri < 60
mmHg,tekanan
karbondioksida (PaO2) >50
mmHg
Hipoksemia
DS:
Klien mengatakan
lemah
Klien mengatakan
keletihan
Klien mengatakan
18
Intoleransi
aktivitas
19
3.3 Perencanaan
N
Diagnosa
O
keperawatan
1 Bersihan Jalan
. napas tidak
efektif b. d
peningkatan
produksi sputum,
2 Gangguan
pertukaran gas
b.d. perubahan
membran
alveolar-kapiler
Tujuan
Setelah di lakukan
intervensi keperawatan
selama 1X24 jm
diharapkan pasien
menunjukan jalan napas
paten dengan bunyi
napas bersih, tidak ada
dipsnea, sianosis.
KH:
Pasien biasa batuk
evektif
- TTV dalam batas
normal :
TD:120/80 mmHg
ND: 60-100 x/i
RR: 16 -24 x/i
S :37 oC
-tidak ada sekresi mucus
kental, klien rileks tidak
mengantuk(ceria)
Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x
24 jam diharapkan
terjadi perbaikan
Intervensi
Kaji tanda-tanda vital; terutama pernafasan .
Rasional
3 Intoleransi
aktivitas
berhubungan
Setelah
dillakukan
intervensi keperawatan Kaji respon pasien terfhadap aktiivitass, Penurunan pengisian dan curah jantung
perrhatikan adanya dan perubahan dalam
dapat menyebabkan pengumpulan cairan
selama
3x24
jam
21
dengan
hipoksemia
diharapkan
aktivitas
kelujhan keleemahan, keletihan, dan dipsnea
dalam kantung perikardial bila ada
dapat kembali norma,
berrkenaan dengan ak tivitas
verikarditis.
melaporkan peningkatan
menentukan
derajat
dalam toleransi aktivitas Pantau prekuensi atau irama jantuung. TD, Membantu
ddan prekuuensi pernafassan sebelun atau
dekompensasi jantung dan pulmonal.
yang dapat di ukur, tidak
setelah aktivitas dan selama diperlukan.
penurunan TD, takikardial, disritnia dan
ada lagi penurunan
takipnea
adalah
inddikatip
dari
dalam
tanda-tanda
kerusakan toleransi jantung terhadap
intoleransi fisiologi.
aktivitas.
KH:
Peningkatan perseddiaan oksigen untuk
klien tidak lagi keletihan Berikan oksigen dan suplemen.
atau kelemahan(rileks),
mengimbangi peningkatan konsumsi
TTV
dalam
batas
oksisgen yang terjadi dengan aktivitas.
Pantau perubahan EKG
Menentukan adanya perubahan konduksi
normal: TD :120/80
jantung seperti iskemia, dan disritmia ,
mmHg, ND:60-100x/I,
akibat dari hipertensi pulmonal.
RR:16-20x/I,
Tidak ada lagi dipsnea,
tidak ada lagi iskemia,
tidak ada lagi disritmia
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kor Pulmonal merupakan suatu keadaan timbulnya hipertrofi dan dilatasi
ventrikel kanan tanpa atau dengan gagal jantung kanan; timbul akibat penyakit
yang menyerang struktur atau fungsi paru atau pembuluh darahnya.
Penyakit-penyakit yang menyebabkan kor pulmonal adalah penyakit yang
secara primer menyerang pembuluh darah paru, seperti PE berulang dan penyakit
yang mengganggu aliran darah paru akibat penyakit pernapasan obstruktif atau
restriktif. COPD terutama jenis bronchitis, merupakan penyebab tersering kor
pulmonal. Penyakit-penyakit pernapasan restriktif yang menyebabkan kor
pulmonal dapat berupa penyakit-penyakit intrinsic seperti fibrosis paru difus, dan
kelainan ekstrinsik, seperti obesitas yang ekstrim, kifoskoliosis, atau gangguan
neuromuscular berat yang melibatkan otot-otot pernapasan. Akhirnya, penyakit
vascular paru yang mengakibatkan obstruksi terhadap aliran darah dan kor
pulmonal cukup jarang terjadi dan biasanya merupakan akibat dari PE berulang.
(Sylvia A. price, 2005:820)
4. 2 Saran
Dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui tanda dan gejala serta
penyebab dari Cor Pulmonal. Dan kita sebagai perawat harus mengetahui tindakan
yang harus kita lakukan jika menghadapi pasien dengan penyakit Cor pulmunal.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
25