You are on page 1of 5

Bahasa Indonesia

Eria Harini (135061101111032)


Kelas B

Nama: Andhika Megantara


NIM: 135061107111001
Tugas: Sejarah Bahasa Indonesia

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014

Pengumpulan:
Jumat 27 Februari
2015

Sejarah Awal Mula Bahasa Indonesia


Dewasa ini, bangsa Melanesia menggunakan bahasa Indonesia,
sebagaimana bahasa ini adalah bahasa pemersatu, yang mendapat
tempat utama dalam media komunikasi formal, baik sebagai bahasa
teks maupun lisan, disekolah, perkantoran dan tentu saja pada media
cetak dan elektronik.
Memang ada sisi baiknya, bahwa bahasa Indonesia memainkan peran
penting sebagai jembatan komunikasi menerobos diversitas linguistik
yang berbeda satu sama lain (termasuk di Papua), dan memungkinkan
para penuturnya menjangkau dunia pendidikan modern. Namun mesti
disadari pula akan sisi buruknya, terutama bahwa bahasa Indonesia
menjadi dominan sehingga bahasa-bahasa lain keumgkinan akan
tersisihkan. Entah bahasa Batak, Jawa, Bali dan termasuk 250 bahasa
etnis Melanesia di tanah Papua. Padahal Bahasa Indonesia baru
digunakan secara serius sejak 1950 di Papua oleh para pendakwah dan
pejabat kolonial dalam rangka menyatukan wilayah Papua dengan
wilayah Hindia Belanda lainnya. Hal ini seiring dengan kebijakan
diskriminasi kolonial Belanda yang hanya memperbolehkan bahasa
Belanda diajarkan pada garis keturunan tertentu saja.
Apabila menenggok lebih jauh ke masa sebelumnya, maka bangsa
Melanesia sebenarnya belum cukup dikenal para nasionalis Indonesia,
selain sebagai koloni Belanda yang dalam banyak hal tidak terlibat
langsung dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Diluar itu, wilayah ini
cukup terisolir dari koloni Belanda di sebelah barat, kecuali wilayah
pesisir utara yang menjalin hubungan dagang tradisional dengan
Maluku. Selebihnya hanya bayang-bayang penjara besar Boven Digul,
di tengah sebagian besar masyarakat yang masih hidup di zaman batu
(Benedict Andersson: 2002)
Ini berarti bangsa Melanesia, tidak terlibat dalam beberapa proses
sejarah penting, terkait dengan penggunaan bahasa Indonesia.
Pertama, saat bahasa Indonesia dipermaklumkan sebagai bahasa
persatuan pada Sumpah Pemuda 1928, tidak ada yang mewakili
bangsa Papua dalam peristiwa tersebut, kedua, saat bahasa Indonesia
dianjurkan semasa pendudukan Jepang untuk menggusur bahasa
Belanda, hal itu tidak terjadi di Papua, apalagi karena pertimbangan
militer dan kondisi sosial politik waktu itu, Jepang membagi Hindia
Belanda menjadi tiga wilayah koloni terpisah, dan Papua berada
dibawah Angkatan Laut yang berpusat di Makasar, ketiga, saat bahasa
Indonesia dipergunakan sebagai wahana perlawanan menyerang
kolonialisme yang dipuncaki proklamasi kemerdekaan RI 1945, justru
bangsa Papua belum mengenal NKRI.

Dari tiga fakta ini, bisa dibilang bahasa Indonesia adalah produk
historis yang dalam prosesnya tidak sepenuhnya melibatkan bangsa
Melanesia. Barulah pada tahun 1963 ketika Orde Lama mencanangkan
operasi Trikora, dan disusul pelaksanaan Pepera semasa Orde Baru
tahun 1969 bahasa Indonesia mulai dijadikan bahasa resmi di Papua.
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia yang
sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal
36. Ia juga merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia
sebagaimana disiratkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Meski demikian, ia hanya sebagian kecil dari penduduk Indonesia yang
benar-benar menggunakannya sebagai bahasa ibu karena dalam
percakapan sehari-hari yang tidak resmi masyarakat Indonesia lebih
suka menggunakan bahasa daerahnya masing-masing sebagai bahasa
ibu seperti bahasa Melayu pasar, bahasa Jawa, bahasa Sunda, dll.
Untuk sebagian besar lainnya bahasa Indonesia adalah bahasa kedua
dan untuk taraf resmi bahasa Indonesia adalah bahasa pertama.
Bahasa Indonesia ialah sebuah dialek bahasa Melayu yang menjadi
bahasa resmi Republik Indonesia Kata Indonesia berasal dari dua
kata bahasa Yunani, yaitu Indos yang berarti India dan nesos yang
berarti pulau. Jadi kata Indonesia berarti kepulauan India, atau
kepulauan yang berada di wilayah India
Bahasa Indonesia diresmikan pada kemerdekaan Indonesia, pada
tahun 1945. Bahasa Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga
sekarang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan,
maupun penyerapan dari bahasa daerah dan asing. Bahasa Indonesia
adalah dialek baku dari bahasa Melayu yang pokoknya dari bahasa
Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam
Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah, jang
dinamakan Bahasa Indonesia jaitoe bahasa Melajoe jang
soenggoehpoen pokoknja berasal dari Melajoe Riaoe, akan tetapi jang
soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi menoeroet keperloean
zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai
oleh rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe
hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh kaoem
ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia. atau
sebagaimana diungkapkan dalam Kongres Bahasa Indonesia II 1954 di
Medan, Sumatra Utara, bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa
Melaju. Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju jang disesuaikan
dengan pertumbuhannja dalam masjarakat Indonesia.
Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek
temporal dari bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya
sebagian besar masih sama atau mirip dengan dialek-dialek temporal
terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno.

Secara sosiologis, bolehlah kita katakan bahwa bahasa Indonesia baru


dianggap lahir atau diterima keberadaannya pada tanggal 28
Oktober 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa
Indonesia secara resmi diakui keberadaannya.
Fonologi dan tata bahasa dari bahasa Indonesia cukuplah mudah.
Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari
hanya dalam kurun waktu beberapa minggu. Bahasa Indonesia
merupakan bahasa yang digunakan sebagai penghantar pendidikan di
perguruan-perguruan di Indonesia.
Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca
(bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang
menggunakannya sebagai bahasa ibu. Biasanya masih digunakan
bahasa daerah (yang jumlahnya bisa sampai sebanyak 360).
Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula
dari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Di sana, pada
Kongres Nasional kedua di Jakarta, dicanangkanlah penggunaan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk negara Indonesia
pascakemerdekaan. Soekarno tidak memilih bahasanya sendiri, Jawa
(yang sebenarnya juga bahasa mayoritas pada saat itu), namun beliau
memilih Bahasa Indonesia yang beliau dasarkan dari Bahasa Melayu
yang dituturkan di Riau.
Bahasa Melayu Riau dipilih sebagai bahasa persatuan Negara Republik
Indonesia atas beberapa pertimbangan sebagai berikut:
Jika bahasa Jawa digunakan, suku-suku bangsa atau puak lain di
Republik Indonesia akan merasa dijajah oleh suku Jawa yang
merupakan puak (golongan) mayoritas di Republik Indonesia.
Bahasa Jawa jauh lebih sukar dipelajari dibandingkan dengan bahasa
Melayu Riau. Ada tingkatan bahasa halus, biasa, dan kasar yang
dipergunakan untuk orang yang berbeda dari segi usia, derajat,
ataupun pangkat. Bila pengguna kurang memahami budaya Jawa, ia
dapat menimbulkan kesan negatif yang lebih besar.
Bahasa Melayu Riau yang dipilih, dan bukan Bahasa Melayu Pontianak,
atau Banjarmasin, atau Samarinda, atau Maluku, atau Jakarta (Betawi),
ataupun Kutai, dengan pertimbangan pertama suku Melayu berasal
dari Riau, Sultan Malaka yang terakhirpun lari ke Riau selepas Malaka
direbut oleh Portugis. Kedua, ia sebagai lingua franca, Bahasa Melayu
Riau yang paling sedikit terkena pengaruh misalnya dari bahasa
Tionghoa Hokkien, Tio Ciu, Ke, ataupun dari bahasa lainnya.
Pengguna bahasa Melayu bukan hanya terbatas di Republik Indonesia.
Pada tahun 1945, pengguna bahasa Melayu selain Republik Indonesia
masih dijajah Inggris. Malaysia, Brunei, dan Singapura masih dijajah

Inggris. Pada saat itu, dengan menggunakan bahasa Melayu sebagai


bahasa persatuan, diharapkan di negara-negara kawasan seperti
Malaysia, Brunei, dan Singapura bisa ditumbuhkan semangat patriotik
dan nasionalisme negara-negara jiran di Asia Tenggara.
Dengan memilih Bahasa Melayu Riau, para pejuang kemerdekaan
bersatu lagi seperti pada masa Islam berkembang di Indonesia, namun
kali ini dengan tujuan persatuan dan kebangsaan.Bahasa Indonesia
yang sudah dipilih ini kemudian distandardisasi (dibakukan) lagi
dengan nahu (tata bahasa), dan kamus baku juga diciptakan. Hal ini
sudah dilakukan pada zaman Penjajahan Jepang.

You might also like