You are on page 1of 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN APPENDICITIS

ASKEP APPENDICITIS

BAB I LANDASAN TEORY APPENDICITIS


A. Definisi

Appendiks adalah : Organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum tepat
dibawah katup ileocecal ( Brunner dan Sudarth, 2002 hal 1097 ).
Appendicitis adalah : suatu peradangan pada appendiks yang berbentuk cacing, yang berlokasi
dekat katup ileocecal ( long, Barbara C, 1996 hal 228 )

Appendicitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat
sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran
umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh
peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Appendicitis, 2007)
Appendicitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks).
Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa
pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal
usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di
perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak
mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Appendicitis, 2007)
Appendicitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim, Appendicitis, 2007).

B. Klasifikasi

Klasifikasi appendicitis terbagi atas 2 yakni :


Appendicitis akut, dibagi atas: Appendicitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh
akan timbul striktur lokal. Appendicitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
Appendicitis kronis, dibagi atas: Appendicitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan
timbul striktur lokal. Appendicitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan
pada usia tua.

C. Anatomi Fisiologi

1. Anatomi Appendiks
a. Letak apendiks.
Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di
bagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior,
medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3
tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat.
b. Ukuran dan isi apendiks.
Panjang apendiks rata-rata 6 9 cm. Lebar 0,3 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa
mengandung amilase dan musin.
c. Posisi apendiks.
Laterosekal: di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding
abdomen. Pelvis minor.

Embriologi appendiks berhubungan dengan caecum, tumbuh dari ujung inferiornya. Tonjolan
appendiks pada neonatus berbentuk kerucut yang menonjol pada apek caecum sepanjang 4,5 cm.

Posisi appendiks bisa retrosekal, retroileal,subileal atau dipelvis, memberikan gambaran klinis
yang tidak sama. Persarafan para simpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti
arteri mesenterika superior dari arteri appendikkularis, sedangkan persarafan simpatis berasal
dari nervus torakalis x, karena itu nyeri viseral pada appendiks bermula sekitar umbilikus.
Perdarahan pada appendiks berasal dari arteri appendikularis yang merupakan artei tanpa
kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya trombosis pada infeksi maka appendiks akan
mengalami gangren.

2. Fisiologi Appendiks
Appendiks menghasilkan lendir 1 2 ml perhari. Lendir itu secara normal dicurahkan kedalam
lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir dimuara appendiks
tampaknya berperan pada patogenesis appendicitis.
Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymfoid Tissue) yang
terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks, ialah IgA. Immunoglobulin itu sangat
efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian pengangkatan appendiks tidak
mempengaruhi system imun tubuh sebab jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika
dibandingkan jumlah disaluran cerna dan seluruh tubuh.

D. Etiologi

Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi Yaitu :
a. Factor yang tersering adalah obtruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena :
Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
Adanya faekolit dalam lumen appendiks.
Adanya benda asing seperti biji bijian.

Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.


b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus
c. Laki laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 30 tahun (remaja
dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
d. Tergantung pada bentuk appendiks.
1. Appendik yang terlalu panjang.
2. Messo appendiks yang pendek.
3. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks,
4. Kelainan katup di pangkal appendiks.

E. Epidemiologi

Appendicitis aku dinegara maju lebih tinggi daripadadi negara berkembang namun dalam tiga
empat dasawarsa terjadi peningkatan.kejadian ini diduga disebabkan oleh meningkatnya pola
makan berserat dalam menu sehari hari, pada laki laki dan perempuan pada umumnya
sebanding kecuali pada umur 20 30 tahun insiden pada laki laki lebih tinggi. Appendicitis
dapat ditemukan pada semua umur , hanya pada anak yang kurang dari satu tahun yang jarang
dilaporkan, mungkin karena tidak terduga sebelumnya. Insiden tertnggi terjadi pada kelompok
umur 20 30 tahun, setelah itu menurun.

F. Patofisiologi

Penyebab utama appendicitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat disebabkan oleh
hiperplasia dari folikel limfoid merupakan penyebab terbanyak,adanya fekalit dalam lumen

appendiks. Adanya benda asing seperti cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, sebab lain misalnya keganasan (karsinoma karsinoid).

Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung, makin lama
mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding appendiks oedem serta merangsang
tunika serosa dan peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus
yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.

Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian timbul gangguan
aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini
disebut dengan appendicitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut dengan appendicitis
gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah, dinamakan appendicitis perforasi.
Bila omentum usus yang berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi
akan timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendicitis abses. Pada anak anak
karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks
yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua karena
telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila appendicitis infiltrat
ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendicitis
kronis (Junaidi ).

G. Manisfestasi klinis

Appendicitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari :

1. Mual, muntah.
2. Nyeri kuadran kanan bawah biasanya disertai dengan demam derajat rendah, mual, dan sering
kali muntah.
3. Pada titik McBurney (terletak dipertengahan antara umbilicus dan spina anterior dari ilium)
nyeri tekan setempat karena tekanan dan sedikit kaku dari bagian bawah otot rectum kanan.
4. Nyeri alih mungkin saja ada, letak appendiks mengakibatkan sejumlah nyeri tekan, spasme
otot, dan konstipasi atau diare.
5. Tanda rovsing dapat timbul dengan mempalpasi kuadran bawah kiri, yang secara paradoksial
menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran kanan bawah.
6. Jika terjadi ruptur appendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar, terjadi distensi
abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.

7. Demam bisa mencapai 37,8-38,8 Celsius.


Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua
dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu
terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah
buruk bisa menyebabkan syok. (Anonim, Appendicitis, 2007)

H. Test Diagnosa
Untuk menegakkan diagnosa pada appendicitis didasarkan atas annamnesa ditambah dengan
pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
a. Gejala appendicitis ditegakkan dengan anamnesa, ada 4 hal yang penting adalah :

1. Nyeri mula mula di epeigastrium (nyeri visceral) yang beberapa waktu kemudian menjalar
keperut kanan bawah.
2. Muntah oleh karena nyeri visceral
3. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus)
4. Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit,
menghindarkan pergerakan di perut terasa nyeri
b. Pemeriksaan yang lain
1. Lokalisasi
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut,tetapi paling terasa nyeri pada
titik Mc Burney. Jika sudah infiltrat, insfeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan
kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney
2. Test Rectal
Pada pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah
prolitotomi.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap
mikroorganisme yang menyerang pada appendicitis akut dan perforasi akan terjadi leukositosis
yang lebih tinggi lagi.
b. Hb (hemoglobin) nampak normal
c. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan appendicitis infiltrate
d. Urine penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
4. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosaappendicitis akut, kecuali bila
terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut :

a. Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan
b. Kadang ada fekolit (sumbatan)
c. Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma

I. Diagnosa Banding
Gastroenteritis akut adalah kelainan yang sering dikacaukan dengan appendicitis. Pada kelainan
ini muntah dan diare lebih sering. Demam dan leukosit akan meningkat jelas dan tidak sesuai
dengan nyeri perut yang timbul. Lokasi nyeri tidak jelas dan berpindah pindah. Hiperperistaltik
merupakan merupakan gejala yang khas. Gastroenteritis biasanya berlangsung akut, suatu
obsevasi berkala akan dapat menegakkan diagnosis.
Adenitis mesebrikum juga dapat menunjukan gejala dan tanda yang identik dengan appendicitis.
Penyakit ini lebh sering pada anak anak, biasanya didahului dengan infeksi saluran napas.
Lokasi nyeri di perut kanan bawah tidak konstan dan menetap, jarang terjadi truemuscie
guarding.
Divertikulitis Meckeli juga menunjukan gejala yang hampir sama. Lokasi nyeri mungkin lebih
kemedial, tetapi ini bukan criteria diagnosis yang dapat dipercaya. Karena kedua kelainan ini
membutuhkan tindakan operasi, maka perbedaannya bukanlah hal yang penting.
Enteritis regional, amubiasis,ileitis akut, perforasi ulkus duodeni, kolik ureter, salpingitis akut,
kehamilan ektopik terganggu, dan kista ovarium terpuntir juga sering dikacaukan dengan
appendicitis. Pneumonia lobus kanan bawah kadang kadang juga berhubungan dengan nyeri di
kuadran kanan bawah.

J. Komplikasi
Apabila tindakan operasi terlambat, timbul komplikasi sebagai berikut :

1. Peritonitis generalisata karena ruptur appendiks


2. Abses hati
3. Septi kemia

K. Penatalaksanaan
a. Perawatan prabedah perhatikan tanda tanda khas dari nyeri
Kuadran kanan bawah abdomen dengan rebound tenderness (nyeri tekan lepas), peninggian laju
endap darah, tanda psoas yang positif, nyeri tekan rectal pada sisi kanan. Pasien disuruh istirahat
di tempat tidur, tidak diberikan apapun juga per orang. Cairan intravena mulai diberikan, obat
obatan seperti laksatif dan antibiotik harus dihindari jika mungkin.
b. Terapi bedah

appendicitis tanpa komplikasi, appendiktomi segera dilakukan setelah keseimbangan cairan dan
gangguan sistemik penting.
c. Terapi antibiotic, tetapi anti intravena harus diberikan selama 5 7 hari jika appendicitis telah
mengalami perforasi.

BAB II ASKEP APPENDICITIS

A. Pengkajian

a. Identitas klien

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Status Perkawinan :

Agama :

Suku/Bangsa :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Pendapatan :

Alamat :

nomor register :

b. Identitas penanggung Riwayat kesehatan sekarang

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Status Perkawinan :

Agama :

Suku/Bangsa :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Pendapatan :

Alamat :

c. Keluhan Utama

Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul
keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di
epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu.
Sifat keluhan Nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang
lama. Keluhan yang menyertai Biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.

d. Riwayat kesehatan masa lalu Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang

e. Pemeriksaan fisik Keadaan umum Klien tampak sakit ringan/sedang/berat.


Berat badan Sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.

f. Sirkulasi : Klien mungkin takikardia.

g. Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.

h. Aktivitas/istirahat : Malaise.

i. Eliminasi Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.

j. Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus.

k. Nyeri/kenyamanan Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat
dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas
dalam.

l. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
Keamanan Demam, biasanya rendah.

m. Data psikologis Klien nampak gelisah.


Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang.

B. Rencana Asuhan Keperawatan

Rencana tujuan dan intervensi disesuaikan dengan diagnosis dan prioritas masalah keperawatan.

No

Rencana Asuhan Keperawatan

Rasionalisasi

Diagnosa keperawatan

Tujuan

Intervensi

1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya rasa mual dan muntah.

Mempertahankan keseimbangan volume cairan dengan kriteria : Klien tidak diare. Nafsu makan
baik. Klien tidak mual dan muntah.

Criteria hasil:

Klien tidak diare. Nafsu makan baik. Klien tidak mual dan muntah.

1. Monitor tanda-tanda vital.

2. Monitor intake dan out put dan konsentrasi urine.

3. Beri cairan sedikit demi sedikit tapi sering.

1. Rasional : Merupakan indicator secara dini tentang hypovolemia


2. : Menurunnya out put dan konsentrasi urine akan meningkatkan kepekaan/endapan sebagai
salah satu kesan adanya dehidrasi dan membutuhkan peningkatan cairan.
3. Untuk meminimalkan hilangnya cairan

2.Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh.

Tujuan : Tidak akan terjadi infeksi dengan kriteria : Tidak ada tanda-tanda infeksi post operatif
(tidak lagi panas, kemerahan).

1. lapangan operasi dari beberapa organisme yang mungkin ada melalui prinsip-prinsip
pencukuran.

2. Beri obat pencahar sehari sebelum operasi dan dengan melakukan klisma.

3. Anjurkan klien mandi dengan sempurna.

4. HE tentang pentingnya kebersihan diri klien.

1. Pengukuran dengan arah yang berlawanan tumbuhnya rambut akan mencapai ke dasar rambut,
sehingga benar-benar bersih dapat terhindar dari pertumbuhan mikro organisme.
2. Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus sehingga bab dapat lancar. Sedangkan klisma
dapat merangsang peristaltic yang lebih tinggi, sehingga dapat mengakibatkan ruptura apendiks.
3. Kulit yang bersih mempunyai arti yang besar terhadap timbulnya mikro organisme.
4. Dengan pemahaman klien, klien dapat bekerja sama dalam pelaksaan tindakan.

3.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal

Rasa nyeri akan teratasi dengan kriteria : Pernapasan normal. Sirkulasi normal.

1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri.

2. Anjurkan pernapasan dalam.

3. Lakukan gate control.

4. Beri analgetik.

1. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indiaktor secara dini untuk dapat
memberikan tindakan selanjutnya
2. Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara adekuat sehingga otot-otot menjadi
relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
3. Dengan gate control saraf yang berdiameter besar merangsang saraf yang berdiameter kecil
sehingga rangsangan nyeri tidak diteruskan ke hypothalamus.

4. Sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri (apabila sudah mengetahui gejala
pasti).

4.Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi kurang.

Tujuan : Klien akan memahami manfaat perawatan post operatif dan pengobatannya

1. Jelaskan pada klien tentang latihan-latihan yang akan digunakan setelah operasi.

2. Menganjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi periode istirahat setelah operasi.

3. Disukusikan kebersihan insisi yang meliputi pergantian verband, pembatasan mandi, dan
penyembuhan latihan.

4. Klien dapat memahami dan dapat merencanakan serta dapat melaksanakan setelah operasi,
sehingga dapat mengembalikan fungsi-fungsi optimal alat-alat tubuh.

5. Mencegah luka baring dan dapat mempercepat penyembuhan.

6. Mengerti dan mau bekerja sama melalui teraupeutik dapat mempercepat proses penyembuhan.

5.Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun.

Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri

1. Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien.

2. Perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal.

3. Timbang berat badan sesuai indikasi.

4. Beri makan sedikit tapi sering.

5. Anjurkan kebersihan oral sebelum makan.

6. Tawarkan minum saat makan bila toleran.

7. Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan pasien yang menyebabkan distres.

8. Memberi makanan yang bervariasi.

1. menganalisa penyebab melaksanakan intervensi

2. Mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan nutrisi berfokus pada masalah membuat suasana


negatif dan mempengaruhi masukan.

3. Mengawasi keefektifan secara diet.

4. Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan.

5. Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan

6. Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.

7. Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa kontrol dan
mendorong untuk makan.

8. Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien.

6.Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan.

Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri

1. Mandikan pasien setiap hari sampai klien mampu melaksanakan sendiri serta cuci rambut dan
potong kuku klien.

2. Ganti pakaian yang kotor dengan yang bersih.

3. Berikan HE pada klien dan keluarganya tentang pentingnya kebersihan diri.

4. Berikan pujian pada klien tentang kebersihannya.

5. Bimbing keluarga / istri klien memandikan.

6. Bersihkan dan atur posisi serta tempat tidur klien.

1. Agar badan menjadi segar, melancarkan peredaran darah dan meningkatkan kesehatan.

2. Untuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan rasa nyaman

3. Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal hygiene

4. Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooperatif dalam kebersihan

5. Agar keterampilan dapat diterapkan

6. Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersih serta mencegah terjadinya infeksi.

C. Evaluasi

Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian
tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi
keperawatan ditetapkan
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Appendicitis
a. klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh

b. klien dapat terhidar dari bahaya infeksi

c. rasa nyeri akan dapat teratasi

d. klien sudah mendapat informasi tentang perawatan dan pengobatannya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Appendicitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat
sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran
umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh
peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Appendicitis, 2007).

Appendicitis dapat ditemukan pada semua umur , hanya pada anak yang kurang dari satu tahun
yang jarang dilaporkan, mungkin karena tidak terduga sebelumnya. Insiden tertnggi terjadi pada
kelompok umur 20 30 tahun, setelah itu menurun. Appendicitis dapat diobati dengan cara
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa appendicitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV
diberikan sampai pembedahan dilakukan. analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan.
Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk
menurunkan resiko perforasi.

Dafar Pustaka

Doenges. Marylinn E. 2000. Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta:


EGC.

Schwartz, Seymour. 2000, Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah.. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Volume 2. Jakarta: EGC.

http://www.askep182.blogspot.com/2009/04/askep-appendicitis.html

http://www.jevuska.com/?s=contoh+askep+appendicitis

http://www.ns-nining.blogspot.com/.../asuhan-keperawatan-apendisitis.html

http://www.contoh-askep.blogspot.com/asuhan-keperawatan-appendicitis-akut.html

You might also like