Professional Documents
Culture Documents
A. Latar Belakang
Secara geografis Indonesia merupakan negara kepualuan yang
terdiri atas beribu-ribu pulau besar dan kecil berupa daratan serta
sebagian besar perairan yang terdiri atas laut 1. Indonesia merupakan
negara kepulauan yang sangat luas dengan letak geografis antar satu
pulau dengan pulau lainnya saling berjauhan, yang kadangkala laut yang
menjadi pemisah antara dua pulau justru lebih luas daripada pulau yang
dipisahkannya2. Namun demikian, semua yang ada di sisi bagian garis
pangkal merupakan satu kesatuan3, sehingga Indonesia menurut
Konvensi Hukum Laut 1982 disebut negara kepulauan (archipelago
state)4. Pasal 1 Konvensi Chicago 1944 pun menyatakan bahwa setiap
negara mempunyai kedaulatan yang penuh dan eksklusif atas ruang
udara yang ada diatasnya 5.
Dengan letak geografis seperti demikian, Indonesia memerlukan
sarana transportasi untuk mendukung terjalinnya hubungan, baik antar
daerah
maupun
antar
pulau.
Indonesia
membutuhkan
banyak
orang
atau
barang
setelah
disepakati
perjanjian
pengangkutan10.
Perjanjian pengangkutan adalah persetujuan dimana pengangkut
mengikatkan diri utnuk menyelenggarakan pengangkutan penumpang
atau barang dari satu tempat ke tempat tujun tertentu dengan selamat dan
penumpang atau pemilik barang mengikatkan diri untuk membayar biaya
pengangkutan11.
Menurut ketentuan Undang-undang Nomor 15 tahun 1992 tentang
Penerbangan,
kegiatan
pengangkutan
udara
sipil
yang
melayani
pengangkutan
dalam
negeri
atau
ke
luar
negeri
hanya
dapat
Undang-undang
Penerbangan
Indonesia,
pesawat udara adalah setiap alat yang dapat terbang di atmosfer karena
daya angkat dari reaksi udara13. Pengangkut pada pengangkutan udara
adalah Perusahaan Pengangkutan Udara yang mendapat izin operasi dari
pemerintah menggunakan pesawat udara sipil dengan memungut
bayaran14. Perusahaan badan hukum penyelenggara pengangkutan udara
dapat Badan Usaha Milik Negara (BUMN), seperti PT. Garuda Indonesia
airways (Persero); dapat juga Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), seperti
PT. Indonesia AirAsia, PT. Lion Airlines, dan PT. Sriwijaya Airlines.
Sistem penyelenggaraan angkutan udara meliputi penerbangan
komersial, baik berjadwal (Scheduled flight) maupun tidak berjadwal (nonscheduled flight) yang melakukan rute penerbangan nusantara, rute
penerbangan lokal (daerah), dan rute-rute penerbangan perintis 15.
Untuk menggunakan jasa transportasi udara, kini konsumen dapat
menghubungi salah satu maskapai penerbangan yang tersedia di
Indonesia dan melihat jadwal penerbangan yang mereka miliki. Setelah
konsumen memilih jadwal yang tepat dan setuju untuk menggunakan jasa
pengangkutan
maskapai
penerbangan
tersebut,
konsumen
akan
tujuan
penerbangan,
dan
keterangan
lainnya
terkait
keberangkatan.
Tiket penumpang dan tiket bagasi merupakan tanda bukti telah
terjadi perjanjian pengangkutan dan pembayaran biaya pengangkutan 16.
Tiket penumpang ini harus diterbitkan atas nama (on name)17.
Pencatuman nama penumpang perlu karena dia adalah pihak dalam
perjanjian dan untuk kepastian dalam pengangkutan udara.
Teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah perilaku
masyarakat dan peradaban manusia secara global 18. Dahulu, biasanya
orang berdagang secara tradisional dalam proses jual-beli. Penjual dan
pembeli bertatap muka untuk melihat barang yang akan dijual, kemudian
mereka akan bernegosiasi mengenai harga dan hal-hal lainnya yang
dirasa perlu sampai terjadinya kesepakatan dan proses jual beli itu pun
segera dilakukan. Namun kini, dengan adanya internet para pelaku bisnis
tidak perlu bertemu secara tatap muka untuk dapat berkomunikasi.
Internet merupakan sebuah revolui yang mengubah ekonomi dan sosial
dunia kita19. Sistem perdagangan berbasis teknologi ini sekarang kita
sebut sebagai e-commerce. E-commerce merupakan salah satu bentuk
transaksi
perdagangan
yang
paling
banyak
dipengaruhi
oleh
pertanyaan
yang
harus
dijawab
dengan
lengkap
oleh
akhirnya
menyatakan
setuju
untuk
menggunakan
jasa
kecakapan
subyek
hukum
yang
membuat
perjanjian
M. Arsyad Sanusi, Hukum dan Teknologi Informasi, Koppostel, Jakarta, 2004, hlm, 409.
konsumen
dan
masyarakat
Indonesia
sebagai
calon
penumpangnya.
Hukum positif di Indonesia yang mengatur mengenai syarat-syarat
keabsahan suatu perjanjian terdapat di dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, yang di dalam penulisan ini seterusnya akan disebut
KUH Perdata, Pasal 1320 yang berbunyi:
Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
Jadi, untuk mengkaji keabsahan dari perjanjian pengangkutan
maskapai penerbangan di Indonesia, dasar hukum yang digunakan
adalah Pasal 1320 KUH Perdata mengenai keabsahan perjanjian.
Skripsi ini dalam penulisannya tidak menemukan judul yang sama
yang terdapat di Fakultas Hukum Universita Padjadjaran, adapun
penulisan skripsi yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini, yaitu:
1. Radhi Salfian Harci, Universitas Padjadjaran, tahun 2005,
dengan judul tugas akhir: KEABSAHAN JUAL BELI LELANG
MELALUI
MEDIA
INTERNET
DIHUBUNGKAN
DENGAN
sesuai
dengan
spesifikasi
yang
telah
disepakati
sebelumnya?
Melihat permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka penulis
tertarik untuk menulis skripsi dengan judul: KEABSAHAN CLICK WRAP
CONTRACT YANG DIGUNAKAN OLEH MASKAPAI PENERBANGAN
YANG ADA DI INDONESIA BERDASARKAN PASAL 1320 KITAB
UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA
B. Identifikasi Masalah
Penulisan hukum ini akan dibatasi dengan perumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah click wrap contract yang digunakan oleh maskapai
penerbangan di Indonesia telah memenuhi syarat-syarat yang
terdapat dalam Pasal 1320 KUH Perdata mengenai keabsahan
perjanjian?
2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen dengan
adanya kerugian dalam clik wrap contract ditinjau dari kitab
undang-undang
hukum
perdata
dan
undang-undang
perlindungan konsumen?
C.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan perjanjian
pengangkutan udara oleh maskapai penerbangan di Indonesia dan
calon penumpangnya yang dibentuk melalui proses click wrap
contract.
2. Untuk mengetahui apakah click wrap contract yang digunakan oleh
maskapai penerbangan yang ada di Indonesia telah memenuhi syaratsyarat yang terdapat dalam Pasal 1320 KUH Perdata mengenai
keabsahan perjanjian.
8
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memiliki nilai kegunaan sebagai
berikut:
1. Secara
teoritis,
memberikan
pengangkutan
hasil
penulisan
pengetahuan
antara
lebih
maskapai
hukumini
tentang
diharapkan
keabsahan
penerbangan
dapat
perjanjian
dan
calon
Dalam
lingkup
nasional,
timbulnya
pemikiran
mengenai
berbagai
peraturan
perundang-undangan
pada
hakikatnya
10
kesempatan
kepada
konsumen
untuk
menguji
dan/atau
jasa
yang
diterima
atau
dimanfaatkan
26
11
Sudah
merupakan
suatu
kewajiban
pelaku
usaha
untuk
12
suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah
dijanjikan.
Dari kedua pengertian diatas, maka perjanjian jual-beli dapat
diartikan sebagai suatu perjanjian timbal balik, dimana satu pihak yang
melakukan penyerahan atau kebendaan dinamakan penjual, dan pihak
lain yang membayar suatu harga atas barang yang diserahkan tersebut
dinamakan pembeli. Pada perkembangan selanjutnya, perjanjian jual-beli
meluas dalam berbagai bentuk yang salah satunya adalah click wrap
contract.
Perdagangan
dewasa
ini
sangat
pesat
kemajuannya.
tersebut
berada
tanpa
dibatasi
oleh
ruang
dan
waktu.
14
teknologi,
khususnya
internet,
pada
satu
sisi
15
dapat
didasarkan
pada
perjanjian
yang
telah
disepakati35. 7
Syarat sah yang pertama adalah kesepakatan / konsensus yang
diatur dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata. Kesepakatan adalah
persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih dengan
pihak lainnya. Yang sesuai itu adalah pernyataanya, karena kehendak itu
tidak dapat dilihat/diketahui orang lain. Tujuan pembuatan perjanjian
secara tertulis adalah agar memberikan kepasatian hukum bagi para
pihak dan sebagai alat bukti yang sempurna, dikala timbul sengketa
dikemudian hari.
Pembuktian dalam kontrak jual beli ini, dapat diartikan memberikan
suatu kepastian yang bersifat mutlak, karena berlaku bagi setiap orang
yang melakukan perjanjian. Menurut Pasal 164 Het Herziene Indonesisch
Reglement (HIR) yang disebutkan alat bukti terdiri dari:
35
16
1. Bukti surat;
2. Bukti saksi;
3. Persangkaan;
4. Pengakuan; dan
5. Sumpah.
Indonesia sampai saat ini telah memiliki peraturan hukum yang
mengatur masalah keperdataan mengenai e-commerce dan e-contract.
Indonesia membuat aturan hukum di bidang Teknologi Informasi yaitu
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Ketentuan bahwa ada akta-akta otentik tertentu yang
tidak dapat dibuat dalam bentuk elektronis. Pengakuan kontrak elektronik
sebagai suatu bentuk perjanjian dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUH Perdata) Indonesia masih merupakan permasalahan yang
pelik. Pasal 1313 KUH Perdata mengenai definisi perjanjian memang tidak
menentukan bahwa suatu perjanjian harus dibuat secara tertulis. Pasal
1313 KUH Perdata hanya menyebutkan bahwa perjanjian adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih. Jika mengacu pada definisi ini maka
suatu kontrak elektronik dapat dianggap sebagai suatu bentuk perjanjian
yang memenuhi ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata tersebut.
Namun pada prakteknya suatu perjanjian biasanya ditafsirkan
sebagai perjanjian yang dituangkan dalam bentuk tertulis (paper-based)
dan bila perlu dituangkan dalam bentuk akta notaris. Selanjutnya,
mengacu pada Pasal 1320 KUH Perdata, suatu perjanjian barulah sah jika
memenuhi syarat subyektif (ada kesepakatan antar para pihak dan para
pihak cakap untuk membuat perjanjian) dan syarat obyekif (obyek
perjanjian harus jelas dan perjanjian dilakukan karena alasan yang halal).
Dalam transaksi konvensional di mana para pihak saling bertemu, tidak
17
jaringan
telekomunikasi
dan/atau
sistem
komunikasi
adanya
globalisasi
ekonomi
yang
terus
berkembang
tanpa
sebagaimana
lazimnya.
Dari
sinilah
akan
muncul
mengetahui
kecakapan
lawan
kontraknya
termasuk
umur/kedewasaan38.
36
R. Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Cetakan ke-5, Bandung:
Binacipta, 1994, hlm.5
37
Prof. Dr. Mariam Darus Badrulzaman,SH. Kompilasi Hukum Perikatan,
Bandung: PT. Citra Aditya bakti, 2001, hlm.282
38
Prof. Dr. H. Ahmad M. Ramli, SH.,MH. Cyber Law dan Haki dalam
Sistem Hukum Indonesia, Bandung: PT. Refika Aditama. 2006. hlm.36
20
daripada
dengan
lisan.
Lazimnya
bentuk
kontrak
yang
F.Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini
terdiri dari:
1.Metode Pendekatan
Pada penelitian skripsi ini masalah yang diteliti dilakukan dengan
pendekatan yuridis normative, yaitu menguji dan mengkaji data sekunder
berupa hokum positif, asas-asas hokum, serta kaidah-kaidah hukum yang
berhubungan dengan hukum perjanjian. Juga pendekatan yuridis
sosiologis yaitu pendekatan penelitian yang mengkaji persepsi dan
perilaku subjek hukum dan berlakunya hukum positif di masyarakat. 40
2. Spesifikasi Penelitian
39
21
literature-literatur
dan
dokumen-dokumen
yang
tanya
jawab
untuk
22
G. Sistematika Penulisan
Adapun rencana sistematika penulisan hukum ini dapat dijabarkan
sebagai berikut:
Bab 1 PENDAHULUAN
Bab Pendahuluan berisi pemaparan latar belakang, identifikasi
masalah,
tujuan
penelitian,
kegunaan
penelitian,
kerangka
23
tentang akibat hukum perjanjian yang sah merujuk pada pasal 1338
KUHPerdata.
Dan
sub
bab
kelima
mengenai
perjanjian
24