Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bullying berasal dari kata serapan dalam bahasa Inggris (bully)
yang berarti menggertak atau mengganggu. Bullying adalah perilaku
agresi atau manipulasi yang dapat berupa kekerasan fisik, verbal, atau
psikologis yang dengan sengaja dilakukan oleh
seseorang atau
(memandang
sinis,
mengancam,
mempermalukan,
biasa terjadi di dalam gedung sekolah, dan presentase tempat yang sering
terjadi tindakan bullying adalah di tempat bermain dan di dalam bus.
Bullying juga dapat terjadi disaat perjalanan menuju atau kembali dari
sekolah, di lingkungan, ataupun di internet (Sejiwa, 2008).
Bullying disebabkan oleh keadaan lingkungan yang kurang
mampu mengendalikan emosi dan akibatnya membentuk kepribadiannya
menjadi agresif. Kebanyakan perilaku bullying berkembang dari berbagai
faktor lingkungan yang kompleks. Faktor-faktor penyebab bullying
diantaranya faktor keluarga, teman sebaya atau lingkungan sosial dan
pengaruh media (Quiroz, 2006 dalam Anesty, 2009).
Dampak negatif dari bullying itu sendiri yaitu, pelaku dan korban
bullying akan sama-sama mengalami gangguan dengan kesehatan
mentalnya. Pelaku bisa saja seseorang yang hanya mengikuti temannya
atas dasar kesetiakawanan agar tetap dianggap teman dan bisa tetap
bergaul dengan lingkungannya, pelaku yang sehat secara mental pasti
menyadari perbuatannya melakukan bullying adalah salah, sehingga
pelaku akan terus diliputi rasa bersalah, tertekan, dan mengalami
gangguan mental. Dampak negatif yang dirasakan oleh pelaku bullying
jika dilakukan secara terus menerus yaitu anak akan berpotensi menjadi
pelaku kriminal sejak dini ataupun di kemudian hari (Levianti, 2008).
Badan Pusat Statistik Indonesia melaporkan, hingga awal
Oktober 2014, data jumlah penduduk di Indonesia mencapai 238.641.326
juta jiwa. Sementara itu, jumlah anak usia sekolah, yaitu 5-14 tahun, ada
sebanyak 42,8 juta jiwa (Putro, 2013). Menurut data referensi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan bulan April 2013, jumlah anak sekolah dasar
di Kota Kudus sebanyak 12.143 anak. Data angka statistik yang
menunjukkan jumlah korban kekerasan di Indonesia pada tahun 2010
sebanyak 2.413, tahun 2011 sebanyak 2.508, tahun 2012 sebanyak 2.637,
tahun 2013 sebanyak 2.792 dan tahun 2014 dengan data Januari sampai
dengan Mei 2014 sebanyak 3.339 (Komisi Perlindungan Anak, 2014).
Lingkungan sosial adalah tempat dimana masyarakat saling
berinteraksi dan melakukan sesuatu secara bersama-sama antar
sesamamaupun dengan lingkungannya. Lingkungan sosial terdiri dari
beberapa tingkat. Tingkat yang paling awal adalah keluarga, dari keluarga
kita di ajari cara, sikap, dan sifat untuk berinteraksi dengan saudara jauh,
tetangga dan orang-orang yang berada di lingkungan tempat tinggal kita.
Tingkat selanjutnya adalah sekolah, dimana kita bisa mengembangkan
pelajaran bersosialisasi yang diberikan dari keluarga di rumah ke
lingkungan sekolah. Tingkatan paling akhir adalah lingkungan masyarakat
yang kita akan temui nanti saat kita sudah cukup siap dan dewasa untuk
bisa terjun langsung ke dalamnya (Safitri, 2014).
Salah satu faktor dari perilaku bullying disebabkan oleh adanya
teman sebaya yang memberikan pengaruh negatif dengan cara
menyebarkan ide (baik secara aktif maupun pasif) bahwa bullying
bukanlah suatu masalah besar dan merupakan suatu hal yang wajar untuk
dilakukan. Pada masanya, anak juga memiliki keinginan untuk tidak lagi
tergantung pada keluarganya dan mulai mencari dukungan dan rasa aman
dari kelompok sebayanya. Jadi bullying terjadi karena adanya tuntutan
konformitas (Ratna, 2005).
Beberapa faktor penyebab seseorang melakukan tindakan
bullying adalah karena faktor teman sebaya atau lingkungan sosial.
Terdapat beberapa penyebab pelaku bullying melakukan tindakan bullying,
yaitu pelaku mengalami kecemasan dan perasaan inferior, persaingan
yang tidak realistis, perasaan dendam yang muncul karena permusuhan
atau juga karena pelaku bullying pernah menjadi korban bullying
pada
umumnya.
Riset
yang
dilakukan
Nielsen
(2011)
menonton
televisi
khususnya
tayangan
yang
sinetron
Putih
Abu-Abu,
yaitu
mengerjai
teman
dengan
yang
perkembangan
anak.
Di
dalamnya,
perawat
akan
B. Rumusan Masalah
C. Pertanyaan Penelitian
1. Apakah terdapat hubungan aktivitas menonton televisi dengan
kecenderungan menjadi pelaku bullying?
2. Apakah terdapat hubungan antara lingkungan
sosial
dengan
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
a.
Sebagai sumber informasi untuk para orang tua dan guru
sekolah dasar tentang pengaruh lingkungan sosial pada anak
sekolah yang cenderung menjadi pelaku bullying.
b.
Sebagai sumber informasi untuk para orang tua dan guru
sekolah dasar tentang dampak aktivitas menonton televisi pada
anak sekolah yang cenderung menjadi pelaku bullying.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Judul penelitian
Identifikasi Faktorfaktor yang
Mempengaruhi
Perilaku Bullying
Tahun 2009
Jenis penelitian
Analitik Deskriptif
Nando
Hubungan Antara
Perilaku Menonton
Film Kekerasan
dengan Perilaku
Agresi Remaja
Tahun 2011
Deskriptif
Korelasional
Hasil
Hasil penelitian diketahui
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku
bullying adalah
penampilan korban,
perasaan berkuasa,
pengalaman masa lalu,
perasaan iri, dan latar
belakang keluarga.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
perilaku menonton film
kekerasan tidak memiliki
hubungan yang
signifikan dengan
perilaku agresi remaja.
Faktor intensitas
perilaku agresi di
lingkungan keluarga
memiliki hubungan yang
signifikan dengan
perilaku agresi remaja
pada
0,01. Faktor
signifikan dengan
perilaku agresi remaja
pada
0,01. Faktor
Hubungan Antara
Lingkungan Sosial
dan Aktivitas
Menonton Televisi
dengan
Kecenderungan
Menjadi Pelaku
Bullying di SD
Muhammadiyah 01
Kudus
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bullying
1. Pengertian Bullying
Bullying merupakan kata serapan dalam bahasa Inggris (bully)
yang berarti menggertak atau mengganggu orang (pihak) yang lemah
(Safitri, 2014). Menurut UNICEF, bullying is aggressive behavior that
is intentional and that involves an inhabalance of power of strength,
artinya:
bullying
adalah
perilaku
agresif
yang
menyangkut
11
12
13
f.
Bullying
fisik:
seorang
siswa
memukul,
menendang
atau
j.
bullying
terhadap orang
lain
sebagai pelampiasan
14
macam
keluarga
yaitu,
keluarga
yang
sangat
15
16
mengakibatkan
guru
cenderung
menjalankan
17
media
seperti
game,
televisi
dan
film
sering
18
keluarga.
Kurang
puasnya
pengasuhan
yang
cinta,
perhatian,
dan
pengawasan
serta
(permissive
parenting).
Penyebab
terjadinya
diantara
orang
tua,
perceraian,
penyakit
bullying
(authoritarian
dapat
juga
dari
pola
asuh
parenting).
Pola
asuh
oteriter
ini
otoriter
sangat
19
oleh
Steninberg,
(1999)
bahwa
pola
asuh
20
21
Oleh karena itu sejatinya para pengelola media dan orang tua
dapat memberikan dan mengontrol tontonan dan bacaan
peserta didik anak usia MI/SD untuk kebaikan yang lebih utama
dimasa yang akan datang (Latip, 2013).
5) Iklim Sekolah
Iklim sekolah atau school climate adalah kondisi dan suasana
sekolah sebagai tempat belajar bagi peserta didik anak usia
MI/SD. Sekolah bagi anak usia MI/SD adalah rumah kedua
yang kondisinya harus diciptakan senyaman mungkin seperti
berada di rumah. Dan jika kondisi yang terjadi malah
sebaliknya, sekolah justru akan menjadi tempat berlatih untuk
bertindak negatif, maka iklim sekolah seperti ini akan merusak
dan bahkan menghancurkan masa depan anak. Jika demikian
maka sekolah memegang peranan penting dalam membentuk
anak menjadi pelaku bullying (Pearce, 2002). Seperti penelitian
yang dilakukan oleh Pearce (2002) menjelaskan indikasi
bullying di sekolah yaitu moral yang rendah pada staf-stafnya,
tingkat pergantian guru cukup tinggi, standar tingkah lakunya
tidak jelas, metode disiplin tidak konsisten, organisasinya
buruk, pengawasan tidak ketat, dan kurang mengawasi anak
sebagai individu. Dengan demikian iklim sekolah yang didesain
dengan baik aman dan nyaman akan menciptakan output
bahkan outcome yang baik pula dan tentu saja semua
komponen pendidikan berharap generasi emas kita menjadi
pendulang emas bagi kesejahteraan mereka dimasa yang akan
dan terutama bagi kemajuan bangsa ini (Latip, 2013).
22
23
selanjutnya
adalah
sekolah,
dimana
kita
bisa
24
25
berawal
dari
sebuah
tua
yang
26
banyaknya
produk
DVD
yang
diiklankan
dapat
membantu
bagi
anak-anak
dan
remaja,
seperti
perilaku
agresif,
27
D. Kerangka Teori
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya bullying:
Kontribusi Anak
Lingkungan Sosial
Pola Asuh Keluarga
Iklim Sekolah
Kelompok Teman Sebaya
Bullying
Media
Televisi
Video
Film
Jenis Bullying:
Internet
Bullying Verbal
Bullying Fisik
Bullying Sosial
Keterangan :
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah ciri atau ukuran yang melekat pada
objek penelitian baik bersifat fisik (nyata) maupun psikis (tidak nyata)
(Putra, 2012). Pengertian lain menjelaskan bahwa variabel adalah
karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke subyek
lain (Sastroasmoro, 2011). Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu:
1. Variabel Independen (Bebas)
Variabel bebas adalah variabel yang apabila ia berubah akan
mengakibatkan perubahan pada variabel lain. Variabel bebas sering
disebut dengan banyak nama lain, seperti variabel independen,
predictor, risiko, determinan, atau kausa (Sastroasmoro, 2011).
Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini yaitu lingkungan
sosial dan aktivitas menonton televisi.
2. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Putra, 2012). Variabel
dependen (terikat) dalam penelitian ini yaitu kecenderungan menjadi
pelaku bullying.
B. Hipotesis Penelitian
Secara etimologi, hipotesis berasal dari bahasa Yunani (hypo= di
bawah dan thesis= pendirian, pendapat yang ditegakkan). Artinya
hipotesis merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka
kegiatan ilmiah dengan mengikuti kaidah-kaidah berpikir biasa, secara
sadar, teliti, dan terarah (Putra, 2012). Sedangkan menurut Sastroasmoro
(2011), hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas
pertanyaan penelitian, yang harus diuji validitasnya secara empiris.
29
dengan
kecenderungan
Muhammadiyah 01 Kudus.
menjadi
pelaku
bullying
di
SD
30
Lingkungan Sosial
Kecenderungan
menjadi
pelaku bullying
Gambar 3.1 Kerangka konsep
penelitian
Aktivitas Menonton
Televisi
D. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik
observasional yang bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel
yang satu dengan variabel lainnya (Sastroasmoro, 2011). Penelitian ini
bersifat korelasional yang bertujuan mendapatkan gambaran tentang
hubungan antara dua atau lebih variabel penelitian (Putra, 2012).
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu
data yang dikumpulkan sesaat atau diperoleh saat itu juga. Cara ini
dilakukan dengan melakukan survey, wawancara, atau dengan
menyebarkan kuesioner kepada responden penelitian (Putra, 2012).
Dalam penelitian kali ini, peneliti akan menggunakan metode
kuesioner. Pada jenis pengukuran ini peneliti mengumpulkan data
secara formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan secara
tertulis (Nursalam, 2013).
31
dari
penelitian
ini
didapatkan
dari
cara
tertentu
hingga
dianggap
dapat
mewakili
32
N
1+ N ( 0,12)
434
1+ 434 ( 0,01 )
434
5,34
data
sebenarnya
dengan
memperhatikan
sifat-sifat
33
22 x 81
434
= 4,01 = 4 siswa
kelas I B
22 x 81
434
= 4,01 = 4 siswa
28 x 81
kelas II A =
434
= 5,22 = 5 siswa
kelas II B =
29 x 81
434
= 5,5 = 6 siswa
kelas II C =
23 x 81
434
= 4,29 = 4 siswa
kelas III A =
22 x 81
434
= 4,01 = 4 siswa
kelas III B =
26 x 81
434
= 4,85 = 5 siswa
kelas III C =
27 x 81
434
= 5,03 = 5 siswa
kelas IV A =
36 x 81
434
= 6,71 = 7 siswa
34
kelas IV B =
36 x 81
434
= 6,71 = 7 siswa
kelas V A =
39 x 81
434
= 7,27 = 7 siswa
kelas V B =
39 x 81
434
= 7,27 = 7 siswa
kelas VI A =
28 x 81
434
= 5,22 = 5 siswa
kelas VI B =
29 x 81
434
= 5,5 = 6 siswa
kelas VI C =
28 x 81
434
= 5,22 = 5 siswa
kepada
pengukuran
atau
pengamatan
terhadap
35
Aktivitas
Menonton
Televisi
Definisi Operasional
Tempat dimana
seseorang
berinteraksi,
melakukan suatu
kegiatan bersama
orang lain maupun
dengan
lingkungannya yang
bersifat positif (baik)
dan negatif (kurang
baik). Terdiri dari
lingkungan keluarga,
sekolah dan teman
sebaya.
Suatu aktivitas atau
kegiatan untuk
memperoleh
informasi atau
hiburan dari media
televisi baik yang
bersifat positif (baik)
dan negatif (kurang
baik).
Alat Ukur
Kuesioner
Hasil Ukur
Lingkungan sosial
kurang baik:
jika
memperoleh
skor
Resiko seorang
individu yang menjadi
pelaku perilaku/
tindakan bullying.
Mean
Lingkungan sosial
baik: jika
memperoleh
skor
Mean
Kuesioner
Kebiasaan
menonton TV
kurang baik:
jika
memperoleh
skor
Nominal
Mean
Kebiasaan
menonton TV
baik: jika
memperoleh
skor
Kecenderungan
Pelaku
Bullying
Skala
Nominal
Mean
Kuesioner
kecenderungan
modifikasi dari
menjadi pelaku:
Karina Astarini,
jika
Hubungan
memperoleh
Antara Perilaku
skor
Over Protective
Mean
Orang Tua
tidak
cenderung
Dengan Bullying
menjadi pelaku:
tahun 2013
jika
memperoleh
skor
Mean
Nominal
36
kuesioner
adalah
seperangkat
pertanyaan
atau
Materi
1.
Lingkungan
Sosial
Aktivitas
Menonton
Televisi
2.
Indikator
Keluarga
Sekolah
Teman Sebaya
Positif
Negatif
Nomor Pernyataan
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,12
13,15,16,17,18,19
11,14,20
2,12,13,15,16
1,3,4,5,6,7,8,9,10,
11,14
Total
Pernyataan
20 pernyataan
16 pernyataan
37
3.
Pelaku
Bullying
Kehidupan di sekolah
Melakukan bullying fisik
pada siswa lain.
Melakukan bullying
verbal pada siswa lain.
Melakukan bullying
psikologis pada siswa
lain.
1,2,5,24
3,4,7,8,9
27 pernyataan
6,10,11,12, 13,14,15
16,17,18,19,
20,21,22,23, 25,26,27
38
rhitung=
XY
( X ) ( Y )
n . X2
Keterangan:
rhitung
= koefisiensi korelasi
Xi
Yi
= jumlah responden
Materi
1.
Lingkungan
Sosial
Aktivitas
Menonton
Televisi
Pelaku
Bullying
2.
3.
Indikator
Keluarga
Sekolah
Teman Sebaya
Positif
Negatif
Kehidupan di sekolah
Melakukan bullying fisik
pada siswa lain.
Nomor Pernyataan
1,2,3,4,6,9,12
13,15,16,19
20
2,13
3,4,5,6,7,8,9,11
5,24
3,4,9
6,11,12,14
Total
Pernyataan
12 pernyataan
10 pernyataan
17 pernyataan
39
Melakukan bullying
verbal pada siswa lain.
Melakukan bullying
psikologis pada siswa
lain.
16,17,18,19,
20,22,26,27
c. Uji Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2009), reliabilitas adalah kesamaan hasil
pengukuran bila fakta di ukur dalam waktu yang berlainan. Dalam
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan
uji
relibialitas
Alpha
S2i
k
{1
}
ri = (k 1) S2
t
Keterangan :
ri
= reliabilitas instrumen
= banyaknya item
2
Si
S 2t
40
(2010)
dan
Riyanto
(2010),
Mean.
41
Mean.
e) Kecenderungan menjadi pelaku: memperoleh skor
Mean
f)
Mean.
4) Processing (Memasukkan Data)
Setelah merubah data menjadi angka, selanjutnya data dari
kuesioner dimasukkan ke dalam program komputer.
5) Cleaning (Pembersihan Data)
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah dimasukkan, untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan
kode,
ketidaklengkapan,
kemudian
dilakukan
42
Keterangan :
n : Jumlah
Me : Nilai Median
c) Modus
Modus adalah nilai yang memiliki frekwensi terbanyak
atau tersering muncul dalam kelompok tersebut. Rumus
Modus dari data yang telah dikelompokkan dihitung dengan
rumus:
b1
Mo b p
b1 b 2
Keterangan:
Mo : Modus
b : Panjang kelas interval dengan frekuensi terbanyak
p : Panjang kelas interval dengan frekuensi terbanyak
b1 : Frekuensi pada kelas modus (frekuensi pada kelas
interval terdekat sebelumnya)
b2 : Frekuensi kelas modus dikurangi kelas interval
berikutnya
d) Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
43
S =
x 1x
Keterangan:
X
: Data ke n
x bar : x rata-rata = nilai rata-rata sampel
n
: banyaknya data
2) Analisa Bivariat
Analisis bivariat adalah analisa pada dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010).
Analisa dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara lingkungan sosial dan aktivitas menonton
televisi dengan kecenderungan menjadi pelaku bullying di SD
Muhammadiyah 01 Kudus yang diolah secara statistik
menggunakan program komputer dengan uji statistic chisquare.
Rumusnya:
2
(f 0fh)
fh
x 2=
Keterangan:
44
hitung > x
tabel,
menonton
televisi
dengan
kecenderungan
x2
hitung < x
x2 =
{ ( 0e )0,5 }
e
2.
3.
45
E. Jadwal Penelitian
Terlampir
F. Etika Penelitian
Pada penelitian ilmu keperawatan, hampir 90% subjek yang
digunakan adalah manusia, maka peneliti harus memahami prinsip-prinsip
etika penelitian (Nursalam, 2009). Menurut Hidayat (2008), masalah dalam
etika penelitian keperawatan yang harus diperhatikan adalah:
1.
Informed consent (Lembar Persetujuan)
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden
penelitian
dengan
memberikan
lembaran
persetujuan.
Tujuan
46