You are on page 1of 5

Penyakit kronis & kronologis Sukma Ayu

(m3-access.com: 21/4/2004)
KRITIS dan pasrah! Kata-kata itulah untuk kondisi Artis Sukma Ayu saat ini. Sejak dirawat
Jum'at (09/04), di Rumah Sakit Medistra, Gatot Subroto, Jakarta. Sampai hari ini kondisi
Sukma masih belum ada perubahan. Masih saja diam bagai orang tertidur pulas. Malah pihak
RS juga sudah memberikan keterangan yang sejelas-jelasnya tentang kronologis rawat Sukma
hingga sekarang. Semua agar berbagai pihak bisa menerima info secara benar. Apalagi pihak
RS sempat dituduh mallpraktek oleh berbagai pihak karena kondisi Sukma yang juga belum
membaik.
Setelah keluar kronologis, ternyata Sukma mengalami pecah pembuluh darah diotaknya. Hal
tersebut dinamakan Edema Cerebri, juga mengakibatkan darahnya menyebar dan membeku
diantara otaknya, disebut Subarachnoid. Akibat darahnya membeku dan menutupi otaknya,
Sukma tidak bisa siuman secara normal. Bahkan seperti lagi terlelap tidur pulas. Hal seperti
ini menurut ahli bedah otak sangat susah disembuhkan. Bahkan untuk melakukan operasipun
dokter masih berpikir panjang.
Berbagai sumber yang didapat Rileks.com, berbagai berkomentar banyak yang pesimis soal
penyakit Sukma. Jika ada orang yang sudah mengalami Subarachnoid dan bahkan mengalami
Edema Cerebri. Berarti hanya keajaiban dari Tuhan saja yang bisa menolong. Komentar juga
terlontar, jika saja Sukma terdeteksi sejak awal dan dilakukan CT scanning otak secara awal
sebelum menjadi parah penyakitnya, mungkin hal seperti ini tidak terjadi. Berarti pencegahan
lebih baik dari pada pengobatan.
Disini kami juga menyertakan contoh foto otak yang mengalami pecahnya darah diotak
Seperti yang dialami Sukma. Selain itu, kronologis perawatan resmi dari RS tentang Sukma
Ayu.
1. kronologis pada tanggal 16 April Resume medik nomor 0571.2.R.4.04)
Sukma Ayu, 24 tahun, masuk IGD RS Medistra tanggal 9 April 2004 pukul 05.25 pagi karena
luka pada lengan kanan dengan membawa surat rujukan dari RS MMC, yang ditujukan
kepada ahli bedah plastik. Di RS MMC pasien mendapat toradol 1 amp dan dormicum 2 mg.
Pasien dalam keadaan sadar. Luka menganga di lengan kanan yang menurut pengakuan
karena jatuh dan terkena kaca gelas.
2. Di IGD RS Medistra pasien masih kesakitan, kemudian diberi tramaldrit (50 mg) per 24
jam. Pasien dikonsultasikan kepada dokter spesialis bedah plastik dan bedah tulang. Pasien
kemudian direncanakan untuk dilakukan tindakan operasi oleh dokter spesialis bedah plastik
sekaligus tindakan pada lengan yang patah pada pukul 07.30 WIB. Hal ini diiformasikan
kepada pasien.
3. Dokter jaga IGD mempersiapkan dengan melakukan pemeriksaan foto thoraks dan
laboratorium sesuai prosedur RS. Setelah pasien dilakukan foto thorax, pasien dibawa ke
ruang perawatan dan tak lama kemudian pasien dibawa ke kamar operasi. Anestesi dilakukan
dengan anestesi umum. Karena: 1) sifat dari luka: lacerasi (bentuk luka tak beraturan dan
dalam) dengan tanda-tanda kerusakan struktur penting (syaraf). Kemungkinan operasi akan
lama/tak sederhana.
- Sifat pasien yang tidak tahan sakit.

- Perlu estetik yang bagus sehingga waktu operasi perlu lebih lama. Pada kenyataan memang
perlu memperluas luka untuk menyambung syaraf yang putus.
4. Pukul 07.40 WIB, operasi dimulai. Dilakukan eksplorasi di kamar operasi. Pada eksplorasi
ternyata didapatkan syaraf lengan bawah putus 4/5 bagian dan dilakukan penyambungan dan
penutupan luka.
5. Pukul 08.30 WIB, tindakan selesai. Obat-obat anestesi dihentikan. Pasien langsung sadar
dan dibawa ke ruang pemulihan. Dilakukan monitoring tensi dan nadi dan saturasi oksigen.
Keadaan pasien stabil. T (tensi) 110/70. N (nadi) 84x/menit. Saturasi oksigen 99 persen.
Pasien sudah bisa berkomunikasi dengan baik, hanya pasein mengeluh sakit.
6. Pukul 09.00 WIB, pasien diberi obat penenang, yaitu dornicum 1mg. Pasien tenang
kembali.
7. Pukul 09.30 WIB, pasien minta dipindahkan ke ruang perawatan biasa. T (tensi) 110/70. N
(nadi) 84x/menit. Saturasi oksigen 99 persen. Pasien minta dipakaikan wignya.
8. Pukul 10.00 WIB, perawat dari ruang perawatan yang menjemput pasien, datang.
9. Pukul 10.10 WIB, pada saat al;at monitor akan dilepas tiba-tiba pasien berhenti bernapas
dan segera dilakukan resusitasi, intubasi, dan kemudian pasein dikirim ke ruang perawatan
intensif. Di ruang perawatan intensif dipasang alat bantu nafas (ventilator). Pasien
dikonsulkan ke dokter spesialis syaraf dan dilakukan pemeriksaan CT scan kepala dengan
hasil masihdalam batas normal.Pada CT scan kepala yang kedua pada Sabtu, 10 April pukul
15.37 WIB, tampak pendarahan subarahnoid + tanda-tanda edema cerebri. Obat-obatan yang
diberikan: Obat anti biotika. Obat Syaraf, obat penunjang, obat anti nyeri dan proteksi
lambung.
Resume di atas dikeuarkan di Jakarta, 16 April 2004 oleh tim dokter yang terdiri dari dr
Salim Haris, dr Indrajana S, dr Ipran Saleh, dr Bisono, dan dr Linda Rahmat.
[musa/berbagaisumber/foto:istimewa

Penyakit atau yang lebih tepat disebut kelainan ini, menjadi topik hangat yang banyak
diperbincangkan orang akhir-akhir ini, karena menjadi penyebab meninggalnya salah satu artis
sinetron kita, Sukma Ayu. Sebenarnya apa itu Aneurisma? Mengapa dapat menyebabkan kematian?
Aneurisma adalah suatu keadaan dimana ada daerah yang lemah dan menonjol pada pembuluh
darah. Penonjolan ini dapat hanya terjadi di bagian dalam dinding pembuluh darah atau bisa juga
membuat pembuluh darah itu menjadi setipis balon. Inilah keadaan yang membahayakan, karena
sewaktu-waktu aneurisma ini dapat pecah.
Aneurisma dapat terjadi di pembuluh darah manapun di seluruh tubuh. Pada kasus Sukma Ayu,
Aneurisma terjadi di pembuluh darah otak.
Aneurisma di otak dapat bertambah besar, dan dapat menekan daerah otak sekitarnya, menimbulkan
gangguan yang nyata, seperti sakit kepala, mual-muntah, nyeri atau kaku pada leher, pandangan
kabur, atau sensitif terhadap cahaya. Tapi sering yang tidak bergejala apapun, terutama pada

Aneurisma yang kecil. Aneurisma ini jarang ditemukan dibawah usia 20 tahun, biasanya sering terjadi
pada usia yang lebih tua.
Beberapa faktor-faktor risiko dapat mempermudah seseorang untuk mengalami Aneurisma, yaitu
tekanan darah tinggi, luka trauma pada kepala, merokok, pengguna alkohol, riwayat keluarga yang
mempunyai Aneurisma dan kelainan bawaan lainnya seperti ginjal Polikistik.
Bagaimana Aneurisma dapat terjadi? Sampai saat ini, penyebabnya masih tidak diketahui pasti.
Kelihatannya, Aneurisma terjadi karena tidak adanya lapisan otot pada pembuluh darah tersebut.
Sehingga seiring dengan waktu, dimana pembuluh darah sering mengalami kontraksi (mengecil) dan
dilatasi (melebar) akan membuatnya menjadi tipis dan teregang. Ini yang lama kelamaan akan
membentuk Aneurisma.
Bahaya dari Aneurisma yang terbentuk, dapat menyebabkan terjadinya stroke atau kematian, karena
pecahnya Aneurisma tersebut. Aneurisma dapat diobati dengan melakukan operasi. Tapi biasanya
operasi baru dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan berulang dari pecahnya Aneurisma
tersebut. Karena banyak orang yang tidak menyadari akan adanya Aneurisma pada dirinya, sampai
Aneurisma itu pecah dan mengakibatkan stroke atau kematian.
Bagaimana caranya untuk mendeteksi Aneurisma? Aneurisma dapat dideteksi dengan melakukan
pemeriksaan sinar X (ronsen), Ekokardiografi, CT (computed tomography) Scan dan MRI (magnetic
resonance imaging).
Di Amerika sendiri, dari penelitian terlihat sekitar 3-5% populasi masyarakatnya ternyata mempunyai
Aneurisma otak. Dan lebih banyak dialami pada wanita dibanding pria, dengan rasio 3:2.

Aneurisma
DEFINISI
Aneurisma adalah suatu penonjolan (pelebaran, dilatasi) pada dinding suatu arteri, biasanya
pada aorta. Penonjolan biasanya terjadi pada suatu daerah yang lemah pada dinding arteri.
Aneurisma bisa terjadi di sepanjang aorta, tetapi 75% aneurisma muncul pada bagian aorta
yang menuju ke perut. Aneurisma bisa berbentuk bulat (sakuler) atau seperti tabung
(fusiformis). Sebagian besar berbentuk fusiformis.
PENYEBAB
Aneurisma aorta terutama merupakan akibat dari arteriosklerosis, yang menyebabkan
lemahnya dinding aorta sehingga tekanan di dalam mendorong dinding menggembung keluar.
Di dalam aneurisma sering terbentuk bekuan darah (trombus) dan bisa tersebar di sepanjang
dinding aorta. Resiko anerurisma meningkat pada tekanan darah tinggi dan perokok sigaret.
Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang cenderung menderita aneurisma:
Kelainan bawaan (kelemahan pada dinding pembuluh darah)
Cedera atau luka tembak
Infeksi jamur atau bakteri pada dinding arteri
Peradangan pada aorta
Penyakit jaringan ikat turunan (misalnya sindroma Marfan)
Sifilis. Pada sindroma Marfan, aneurisma sering ditemukan pada aorta asendens (bagian
aorta yang langsung keluar dari jantung). Aneurisma juga dapat terjadi pada arteri-arteri lain
selain aorta.

GEJALA
Sering tampak pembengkakan disertai massa yang berdenyut di daerah tempat aneurisma
berada. Jika aneurisma pecah, akan timbul gejala tekanan darah rendah, denyut jantung yang
cepat serta pusing. Aneurisma yang pecah memiliki resiko kematian yang tinggi.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, USG dan CT scan.
PENGOBATAN
Aneurisma terinfeksi pada arteri yang menuju ke otak sangat berbahaya dan perlu segera
ditangani. Infeksi biasanya berasal dari bagian tubuh lainnya, terutama katup jantung.
Seringkali perlu dilakukan pembedahan yang sangat beresiko.
Diposkan oleh Hanura A. Basyit di 06:47 Tidak ada komentar:

Aneurisma, Apa dan Bagaimana?


Penyakit atau yang lebih tepat disebut kelainan ini, menjadi topik hangat yang banyak
diperbincangkan orang akhir-akhir ini, karena menjadi penyebab meninggalnya salah satu
artis sinetron kita, Sukma Ayu. Sebenarnya apa itu Aneurisma? Mengapa dapat menyebabkan
kematian?
Aneurisma adalah suatu keadaan dimana ada daerah yang lemah dan menonjol pada
pembuluh darah. Penonjolan ini dapat hanya terjadi di bagian dalam dinding pembuluh darah
atau bisa juga membuat pembuluh darah itu menjadi setipis balon. Inilah keadaan yang
membahayakan, karena sewaktu-waktu aneurisma ini dapat pecah.
Aneurisma dapat terjadi di pembuluh darah manapun di seluruh tubuh. Pada kasus Sukma
Ayu, Aneurisma terjadi di pembuluh darah otak.
Aneurisma di otak dapat bertambah besar, dan dapat menekan daerah otak sekitarnya,
menimbulkan gangguan yang nyata, seperti sakit kepala, mual-muntah, nyeri atau kaku pada
leher, pandangan kabur, atau sensitif terhadap cahaya. Tapi sering yang tidak bergejala
apapun, terutama pada Aneurisma yang kecil. Aneurisma ini jarang ditemukan dibawah usia
20 tahun, biasanya sering terjadi pada usia yang lebih tua.
Beberapa faktor-faktor risiko dapat mempermudah seseorang untuk mengalami Aneurisma,
yaitu tekanan darah tinggi, luka trauma pada kepala, merokok, pengguna alkohol, riwayat
keluarga yang mempunyai Aneurisma dan kelainan bawaan lainnya seperti ginjal Polikistik.
Bagaimana Aneurisma dapat terjadi? Sampai saat ini, penyebabnya masih tidak diketahui
pasti. Kelihatannya, Aneurisma terjadi karena tidak adanya lapisan otot pada pembuluh darah
tersebut. Sehingga seiring dengan waktu, dimana pembuluh darah sering mengalami
kontraksi (mengecil) dan dilatasi (melebar) akan membuatnya menjadi tipis dan teregang. Ini
yang lama kelamaan akan membentuk Aneurisma.
Bahaya dari Aneurisma yang terbentuk, dapat menyebabkan terjadinya stroke atau kematian,
karena pecahnya Aneurisma tersebut. Aneurisma dapat diobati dengan melakukan operasi.
Tapi biasanya operasi baru dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan berulang dari
pecahnya Aneurisma tersebut. Karena banyak orang yang tidak menyadari akan adanya
Aneurisma pada dirinya, sampai Aneurisma itu pecah dan mengakibatkan stroke atau
kematian.
Bagaimana caranya untuk mendeteksi Aneurisma? Aneurisma dapat dideteksi dengan
melakukan pemeriksaan sinar X (ronsen), Ekokardiografi, CT (computed tomography) Scan
dan MRI (magnetic resonance imaging).

Di Amerika sendiri, dari penelitian terlihat sekitar 3-5% populasi masyarakatnya ternyata
mempunyai Aneurisma otak. Dan lebih banyak dialami pada wanita dibanding pria, dengan
rasio 3:2.

You might also like