Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik adalah gangguan klinis yang ditandai dengan peningkatan
protein urine (proteinuria), edema, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia),
dan kelebihan lipid dalam darah (hiperlipidemia). Kejadian ini diakibatkan oleh
kelebihan pecahan plasma protein kedalam urine karena peningkatan permeabilitas
membran kapiler glomerulus (Nursalam, 2009).
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi hal
hal sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
tidak mampu untuk terus mempertahankannya jika albumin terus-menerus hilang melalui
ginjal sehingga terjadi hipoalbuminemia.
Terjadinya penurunan tekanan onkotik menyebabkan edema generalisata akibat
cairan yang berpindah dari sistem vaskular ke dalam ruang cairan ekstraseluler.
Penurunan sirkulasi volume darah mengaktifkan sistem renin-angiotensin menyebabkan
retensi natrium dan edema lebih lanjut.
Manifestasi dari hilangnya protein dalam serum akan menstimulasi sintesis
lipoprotein di hati dan terjadi peningkatan konsentrasi lemak dalam darah
(hiperlipidemia). Sindrom Nefrotik mempunyai 2 respon :
1. Respon Edema
Edema (Pitting edema) di sekitar mata (periorbital). Pada ekstermitas (sakrum, tumit,
dan tangan), pada abdomen (asites).
2. Respon Sistemik
a. Mual, muntah, anoreksia
b. Malaise
c. Sakit kepala
d. Keletihan umum
e. Respons psikologis
D. Manisfestasi Klinik Sindrom Nefrotik
Tanda dan gejala yang mungkin dijumpai pada sindrom nefrotik meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Urin
Urinalisis adalah tes pertama kali digunakan dalam diagnosis sindrom nefrotik.
Proteinuria nefrotik akan terlihat oleh 3 + atau 4 + pada dipstick bacaan, atau dengan
pengujian semi kuantitatif oleh asam sulfosalicylic. Sebuah 3 + merupakan 300 mg /
dL dari protein urin atau lebih, yaitu 3 g / L atau lebih dan dengan demikian dalam
kisaran nefrotik. Pemeriksaan dipsticks kimia albumin adalah protein utama yang
diuji.
a. Protein urin
> 3,5 gram/1,73 m2 luas permukaan tubuh/hari
b. Urinalisa cast hialin dan granular, hematuria
c. Dipstick urin positif untuk protein dan darah
d. Berat jenis urin meningkat (normal : 285 mOsmol)
2. Pemeriksaan Darah
Pada pemeriksaan kimia darah dijumpai:
a. Protein total menurun (N : 6,2-8,1 mg/100 ml).
b. Albumin menurun (N : 4-5,8 mg/100 ml).
Hal ini disebut sebagai hipoalbuminemia (nilai kadar albumin dalam darah < 2,5
gram/100 ml). Pada SN ternyata katabolisme protein meningkat akibat
katabolisme protein yang terjadi di tubuh ginjal. Peningkatan katabolisme in
merupakan factor tambahan terjadinya hipoalbuminemia selain dari proteinuria
(albuminuria). Pada SN sering pula dijumpai anoreksia akibat edema mukosa usus
sehingga
intake
berkurang
yang
pada
gilirannya
dapat
menimbulkan
hipoproteinemia. Pada umumnya edema anasarka terjadi bila kadar albumin darah
< 2 gram/100 ml, dan syok hipovolemia terjadi biasanya pada kadar < 1 gram/100
ml.
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Rontgen dada bisa menunjukkan adanya cairan yang berlebihan.
b. USG ginjal dan CT Scan ginjal atau IVP menunjukkan pengkisutan ginjal.
c. Biopsi ginjal bisa menunjukkan salah satu bentuk glomerulonefritis kronis atau
pembentukkan jaringan parut yang tidak spesifik pada glomeruli.
F. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan sindroma nefrotik hanya bersifat simptomatik, untuk mengurangi atau
menghilangkan proteinuria dan memperbaiki keadaan hipoalbuminemia, mencegah dan
mengatasi komplikasinya, yaitu:
1. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang lebih 1
gram/hari secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dan menghindari
makanan yang diasinkan. Diet protein 2-3 gram/kgBB/hari.
2. Makanan yang mengandung protein tinggi sebanyak 3 4 gram/kgBB/hari, dengan
garam minimal bila edema masih berat. Bila edema berkurang dapat diberi garam
sedikit.
3. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik,
biasanya furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan respon
pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hididroklortiazid (25-50 mg/hari)
selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi, alkalosis
metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler berat.
4. Dengan antibiotik bila ada infeksi.
G. Pengkajian Keperawatan
Keluhan utama yang sering dikeluhkan wajah atau kaki pada pengkajian riwayat
kesehatan sekarang peraawat menanyakan hal berikut :
lanjut sering dikatan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas yang merupakan
respons terhadap edema pulmoner dan efusi pleura.
b. B2 (blood). Sering ditemukan curah jantung respon sekunder dari peningkatan beban
volume.
c. B3 (brain). Didapatkan edema wajah terutama periorbital sklera tidak ikterik. Status
neurologis mengalami perubahan sesuai dengan tingkat parahnya azotemia pada
sistem saraf pusat.
d. B4 (bladder) . perubahan urin out put seperti warna urin berwarna kola.
e. B5 (bowel). Didapatkan mual muntah anoreksia sehingga sering didapatkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Didapatkan asites pada abdomen.
f. B6 (bone). Didapatkan kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari edema
tunkai dari keletihan fisik secara umum.
Pengkajian diagnostic
Urinalisis didapatkan hematuria secara mikroskopik, proteinuria, terutama albumin.
Keadaan ini juga terjadi akibat meningkatnya permeabilitas membran glomerulus.
Pengkajian penata laksanaan medis
Tujuan terapi adalah mencegah terjadinya kerusakan ginjal lebih lanjut dan menurunkan
resiko komplikasi. Untuk mencapai tujuan terapi, maka penatalaksanaan tersebut meliputi
hal hal sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
Tirah baring
Diuretik
Adenokortikosteroid, golongan pretnison
Diet rendah natrium tinggi protein
Terapi cairan. Jika klien dirawat di rumah sakit, maka intake dan out put diukur
secara cernat dan dicatat. Cairan diberikan untuk mengatasi kehilangan cairan dan
berat badan harian.
H. Diagnosis Keperawatan
1. Aktual/Resiko kelebihan volume cairan b.d penurunan volume urin, retensi cairan dan
natrium.
Intervensi
Rasional
Kecurigaan gagal kongestif / kelebihan
volume cairan
Menjaga klien dalam keadaan tirah baring
masih terjadi
jumlah
cairan
yang
dapat
yang
dapat
diketahui
dari
Timbang BB
Perubahan
tiba
tiba
dari
berat
badan
indikasi
iskemia
Kolaborasi :
1.
diuretik,
vurosemide
4. Adenokortikosteroid,
pretnison
5. Pantau
data
elektrolit kalium
contoh
golongan
laboratorium
untuk
cadangan
energi
dan
golongan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak
adekuat efek sekunder dari anoreksia, mual, muntah.
Intervensi
Rasional
kondisi
penegetahuan
sosial
mengetahui
perawat
ekonomi
tingkat
dapat
dipengaruhi
oleh
pasien.
Dengan
pengetahuan
tersebut
lebih
terarah
dalam
dengan
makanan
kecil
3. Gangguan Activity Daily Living (ADL) b.d edema ekstermitas, kelemahan fisik
secara umum.
Intervensi
Rasional
Tingkatan istirahat, btasi aktivitas, dan berika Dengan mengurangi aktivitas, maka akan
aktiviassenggang yang tida berat.
kesempatan
jaringan
yang
mengakibat
meningkatkan
regangan
dan
Meningkatkan
kontraksi
otot
sehingga
dengan aktivitas.
4. Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisi sakit, dan perubahan kesehatan.
Intervensi
Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan,
Rasional
untuk
mengungkapkan ansietasnya
Kolaborasi : berikan anti-cemas sesuai indikasi,
contohnya diazepam.
I.
Evaluasi Keperawatan
Setelah mendapatkan intervensi kepererawatan, maka pasien dengan sindrom nefrotik
diharapkan :
1. Kelebihan volume dapat teratasi
2. Meningkatkan asupan nutrisi
3. Peningkatan kemampuan aktivitas sehari-hari.
4. Penuruan kecemasan