Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
KELOMPOK 2
1 Ni Luh Putu Risma Agustini
(13.321.1946)
(13.321.1950)
(13.321.1952)
(13.321.1954)
(13.321.1956)
(13.321.1958)
(13.321.1970)
(13.321.1971)
A. Definisi
Merupakan sindrom klinis yng di tujukan oleh onset ( awitan ) akut dari gejala-gejala
yang mengenai saraf tepi dan cranial tidak diketahui
GBS merupakan sindrom klinik yang penyebabnya tidak diketahui yang menyangkut
saraf tepi dan cranial. (Suzanne C.Smeltzer dan Brenda.G.,2002)
Guillain Barre Syndrome (GBS) merupakan syndrome klinik yang penyebabnya tidak
diketahui yang menyangkut saraf perifer dan kranial. Paling banyak pasien pasien
dengan syndroma ini ditimbulkan oleh adanya infeksi (pernafasan atau gastrointestinal) 1
sampai 4 minggu sebelum terjadi serangan penurunan neurologik. Pada beberapa keadaan
, dapat terjadi setelah vaksinasi atau pembedahan. Ini juga diakibatkan oleh infeksi virus
primer, reaksi imun dan beberapa proses lain, atau sebuah kombinasi proses. Salah satu
hipotesis menyatakan bahwa infeksi virus menyebabkan reaksi autoimun yang
menyerang mielin saraf perifer. (Brunner&Suddarth; 2248)
B. Etiologi
Teori yang berlaku sekarang menganggap GBS, merupakan suatu npenyakit autoimun
oleh karena adanya antibody antimyelin yang biasannya didahului dengan faktor
pencetus. Sedangkan etiologinya sendiri yang pasti belum diketahui, diduga oleh karena :
1. Infeksi
2. Infeksi virus
campylobacter jejuni
4. Keganasan
: Hodgkinsdisease, carcinoma,lymphoma
Dimana faktor penyebab diatas disebutkan bahwa infeksi usus dengan campylobacter
jejuni biasanya memberikan gejala kelumpuhan yang lebih berat. Hal ini dikarenakan
struktur biokimia dinding bakteri ini mempunyai persamaan dengan struktur biokimia
myelin pada radik, sehingga antibody yang terbentuk terhadap kuman ini bisa juga
menyerang myelin.
Pada dasarnya guillain barre adalah self Limited atau bisa tumbuh dengan
sendirinya. Namun sebelum mencapai kesembuhan bisa terjadi kelumpuhan yang meluas
sehingga pada keadaan ini penderita memerlukan respirator untuk alat bantu nafasnya.
C. Epidemiologi
GBS tersebar diseluruh dunia terutama di Negara Negara berkembang dan
merupakan penyebab tersering dari paralysis akut. Insiden banyak dijumpai pada dewasa
muda dan bisa meningkat pada kelompok umur 45-64 tahun. Lebih sering dijumpai pada
laki laki daripada perempuan.
Angka kejadian penyakit ini berkisar 1,6 sampai 1,9/100.000 penduduk per tahun
lebih dari 50% kasus biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas atas. Selain yang
disebutkan diatas penyakit ini dapat pula timbul oleh karena infeksi cytomegalovirus,
epster-barr virus, enterovirus, mycoplasmadan dapat pula oleh post imunisasi . Akhir
akhir ini disebutkan bahwa campylobacter jejuni dapat menimbulkan GBS dengan
manifestasi klinis lebih berat dari yang lain.
D. Patofisiologi
Akson bermielin mengonduksi impuls saraf lebih cepat dari pada akson tidak
bermielin.Sepanjang perjalanan serabut bermielin terjadi gangguan dalam selaput (nodus
ranvier )tempat kontak langsung antara membrane sel akson dengan cairan
ekstraseluler.Membrane sangat permeable pada nodus tersebut sehingga kondisi menjadi
baik.
Gerakan ion-ion masuk dan keluar akson dapat terjadi dengan cepat banyak pada
nodus ranvier sehingga impuls saraf sepanjang serabut bermielin dapat melompat dari
E. Pathway :
Factor factor predisposisi terjadi 2-3 minggu
sebelum onset, meliputi adanya ISPA , infeksi
gastrointestinal , dan tindakan bedah saraf
ketidakseimb
angan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
Gangguan saraf
perifer dan
neuromuskular
Parastesia (kesemutan) dan
kelemahan otot kaki,yang dapat
berkembang ke ekstremitas
atas , batang tubuh dan otot
wajah
Kelemahan fisik
umum,paralisis otot wajah
Penurunan tonus otot
seluruh tubuh,perubahan
estetika wajah
Kerusakan
mobilitas fisik
Paralis lengkap,
otot pernapasan
terkena ,
mengakibatkan
insufisiensi
pernapasan
Ketidakefe
ktifan
bersihan
jalan napas
F. Faktor Predisposisi
a. Jenis kelamin
Terjadi pada semua jenis kelamin
b. Ras
Terjadi pada semua ras
c. Usia
Puncak yang agak tinggi terjadi pada kelompok usia 16-25 tahun , tetapi mungkin
juga berkembang pada setiap golongan usia.
d. Adanya ISPA
e. Infeksi gastrointestinal
f. Tindakan pembedahan saraf
G. Klasifikasi
Guillain Bare syndrome termasuk dalam penyakit poliradikulo neuropati dan untuk
membedakannya berdasarkan lama terjadinya penyakit dan progresifitas penyakit yaitu :
1. Guillain barre syndrome (GBS)
Fase progresif sampai 4 minggu
2. Subakut idiopathic polyradiculo neuropathy (SIDP)
- Fase progresif dari 4-8 minggu
- Gejala klinis :
a. Terutama motorik
b. Relative ringan tanpa : gagal pernapasan, gangguan otonomik yang jelas
- Neurofisiologi : demyelinisasi
dan
menelan.Disfungsi
autonom
yang
sering
terjadi
dan
memperlihatkan bentuk reaksi berlebihan dan kurang bereaksinya saraf simpatis dan
parasimpatis,seperti
dimanifestasikan
oleh
gangguan
frekuensi
jantung
dan
J. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Laboratorium
- LED; umumnya normal atau sedikit meningkat
- Leukosit; umumnya dalam batas normal
- Hemoglobin; normal
b. Pemeriksaan cairan Serebrospinal
Kadang-kadang ditemukan protein yang meninggi tetapi jumlah sel masih
dalam batas normal (disosiasi sitoalbuminik).
c. EKG
- Gelombang T yang mendatar atau terbalik
- Peninggian kompleks QRS
- Deviasi sumbu ke kiri
- Penurunan segmen ST
- Memanjangnya interval QT
- Kelainan ini dapat terjadi pada keadaan tekanan darah normal dan tidak ada
hubungannya dengan derajat kelumpuhan.
d. EMG
Gangguan konduksi serta perubahan pola kontraksi otot.
K. Terapi
Dikarenakan etiologi yang belum jelas, sehingga pengobatan biasanya bersifat
simptomatis dan suportif.
a. Terapi Suportif (Umum)
- Monitor respirasi, bila perlu lakukan trakeostomi
- Pasang NGT
- Monitor EKG
- Fisioterapi aktif menjelang masa penyembuhan untuk mengembalikan fungsi alat
gerak, menjaga fleksibilitas otot, berjalan dan keseimbangan
- Fisioterapi pasif setelah terjadi masa penyembuhan untuk memulihkan kekuatan otot.
b. Terapi Simptomatis (Khusus)
- Plasmaphoresis
Pertukaran plasma yang ditujukan untuk membuang antibodi yang rusak.
Tindakan ini dipercaya dapat membebaskan plasma darah dari antibodi yang rusak yang
menyerang sistem saraf tepi.
- Imunoglobulin intravena
Immunoglobulin donor mengandung antibodi yang sehat. Dosis tinggi dapat
mengurangi jumlah antibodi yang sudah rusak.
- Kortikosteroid
Belum terbukti manfaatnya. Interferon pernah dilaporkan pada beberapa kasus
tetapi efisiensi dan efikasinya belum teruji secara klinis.
L. Penatalaksanaan
1.
Perawatan umum
Bila
ada
tanda-tanda
kelumpuhan
otot
pernapasan
harus
secepatnya
penyembuhan baru terjadi setelah 18 hari dan timbul gejala neurologis maksimal.
2. Keluhan utama
3. Riwayat keperawatan
C. Rencana Keperawatan
N
O
1
Dx
1
TUJUAN
Setelah dilakukan
INTERVENSI
1. Monitor vital sign
tindakan keperawatan
sebelum dan
selama x 24 jam
setelah tindakan
RASIONAL
1. Memantau keadaan
umum pasien
diharapkan bersihan
jalan napas pasien
2. Lakukan
2. Fisiotherapi dan
fisiotherapi dan
suction membantu
kriteria hasil :
suction setiap 3
pasien dalam
1. Saliva bersih
jam/jika terdengar
mengeluarkan secret
2. Stridor (-)
stridor
3. Simbatan (-)
3. Ajarkan pasien
3. Batuk efektif
mengenai batuk
memudahkan pasien
efektif
dalam pengeluaran
secret
4. Kolaborasi dalam
4. Pemberian bisolvon
pemberian
membantu dalam
bisolvon
pemeccahan sekret
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
1. Untuk menentukan
intervensi berikutnya
selama x 24 jam
diharapkan nutrisi
2. Anjurkan pasien
2. makanan dalam
untuk makan
keadaan hangat
kriteria hasil :
makanan yang
dapat meningkatkan
hagat
nafsu makan
1. Tidak terjadi
penurunan berat
badan
3. Jelaskan mengenai
3. nutrisi yang
nutrisi yang
seimbang membantu
seimbang
pemulihan pasien
2. IMT sesuai
dengan keadaan
pasien
4. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
makanan sesuai
dengan program
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diit pasien
1. Kaji kemampuan
secara fungsional
4. makanan sesuai
dengan
indikasidapat
membantu proses
penyembuhan pasien
1. Mengidentifikasi
kekuatan/kelemahan
selama x 24 jam
dan dapat
diharapkan kerusakan
memberikan
informasi mengenai
pemulihan
hasil :
1. Pasien dapat
beraktifitas
panggul dalam
kembali dengan
kondisi ekstensi
2. Mempertahankan
posisi fungsional
mandiri
3. Anjurkan pasien
untuk membantu
3. Dapat berespon
dengan baik jika
pergerakan dan
latihan dengan
menggunakan
terganggu
ekstremitas
4. Kolaborasi dengan
4. Latihan sesuai
fisiotherapy dalam
indikasi dapat
menentukan
mempercepat
latihan
penyembuhan
D. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang dibuat
E. Evaluasi
1. Dx 1 : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan
Saliva bersih
Stridor (-)
Simbatan (-)
DAFTAR PUSTAKA
Richard E. Behrman,dkk . 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson vol 3 edisi 15. Jakarta : EGC
Corwin , E. 2000. Handbook of Patophisiology ( buku terjemahan ). Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C.,2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8,
volume 3. Jakarta : EGC